• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT (STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014) ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT (STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014) ARTIKEL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI

STKIP PGRI SUMATERA BARAT

(STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014)

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)

SILVIA YULANDARI

NPM: 12070252

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2017

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL

ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI

STKIP PGRI SUMATERA BARAT

(STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014)

Nama

: Silvia Yulandari

NPM

: 12070252

Program Studi

: Pendidikan Sosiologi

Institusi

: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)

PGRI Sumatera Barat

Jurnal ini telah disetujui oleh dosen pembimbing skripsi, untuk diserahkan

ke Program Studi Pendidikan Sosiologi.

Padang, Maret 2017

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

(3)

ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT

(STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014)

oleh Silvia Yulandari¹, Ranti Nazmi², Erningsih³ Email: yulandarisilvia@gmail.com ABSTRACT

Silvia Yulandari (12070252) : Alasan Mahasiswa Melanggar Aturan Berpakain di STKIP PGRI Sumatera Barat (Studi Kasus : Prodi Pendidikan Sosiologi Angkatan 2014). Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat. Padang. 2017.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh asumsi dasar karena mahasiswa angkatan 2014 pada kenyataannya sebagian dari mahasiswa masih ada yang belum menempatkan gaya berpakaiannya sesuai dengan aturan yang telah ada, dan peraturan yang telah ditetapkan oleh kampus STKIP PGRI yaitu salah satunya dilarang memakai masih pakaian baju kaos oblong, baju ketat, dan rok transparan bagi perempuan, kaos oblong, celana jeans, rambut panjang, dan aksesories lainnya bagi laki-laki. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apa alasan mahasiswa melanggar aturan berpakaian di STKIP PGRI Sumatera Barat (StudiKasus : Prodi PendidikansosiologiAngkatan 2014).

Teori yang digunakanadalahteoritindakansosialdari Max Weber, menurut Weber tindakansosialyaitumerupakansuatuindakanindividu yang memilikiartiataumakna (Meaning) subjektifbagidirinyadandikaitkandengan orang lain.Pendekatan yang dipakaipenelitianiniadalahpendekatankualitatifdengantipepenelitian.Pengumpulan data dilakukandenganwawancaramendalam.Metodepengumpulan data dilakukandengan 3 cara: (1) observasi(nonpartisipant), (2) wawancaramendalam, dan (3) studi dokumen. Pemilihaninformansnowball samplingyaituinforman-informanpenelitian yang diperolehdilapangan.Unit analisis yang digunakanadalahindividudengananalisis data Miles danHuberman yang terdiridaritahapreduksi data, penyajian data, danpenarikankesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tersebut melanggar dikarenakan (a) mengikuti trent atau mode, dimana mahasiswa melanggar hanya karena ingin terlihat mengikuti trend atau mode sehingga mereka dikatakan tidak ketinggalan zaman (kuno), (b) untuk penampilan menarik dan keren, mahasiwa merasa penampilan adalah yang pertama bagi mahasiswa saat ke kampus agar terlihat menarik dan keren sekalipun itu melanggar aturan mahasiswa tidak mempedulikannya, (c) nyaman dan percaya diri, kenyamanan dan percaya diri menjadi alasan bagi mahasiswa untuk melanggar aturan, karena dengan aturan berpakaian tersebut mahasiswa merasa tidak nyaman dan percaya diri. Dari segi berpenampilan menunjukan bahwa mereka mempunyai alasan, cara dan tujuannya sendiri untuk lebih terlihat dari mahasiswa – mahasiswa lainnya.

Kata Kunci:peraturan, pakaian, Mahasiswa, danKampus.

¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

²Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat ³Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera BaraT

(4)

REASON FOR VIOLATING RULES STUDENTS DRESSED IN STKIP PGRI WEST SUMATRA (CASE STUDY: SOCIOLOGY OF EDUCATION PRODI FORCE 2014)

oleh Silvia Yulandari¹, Ranti Nazmi², Erningsih³ Email: yulandarisilvia@gmail.com ABSTRACT

Silvia Yulandari (12070252) Reason for Violating Rules Students dressed in STKIP PGRI West Sumatra (Case Study: Sociology of Education Prodi Force 2014). Essay.Sociology of Education Studies Program.High School Teacher Training and Education (STKIP) PGRI West Sumatra. Padang. 2017.

This research was motivated by the basic assumption for student class of 2014 in fact most of the students there are not placing style of dress in accordance with existing rules and regulations set by the campus STKIP PGRI that one is forbidden to wear is clothing dress shirts, leotards and transparent skirts for women, T-shirts, jeans, long hair, and other accessories for men. The purpose of this study was to describe the reason for the student violates the dress code in STKIP PGRI West Sumatra (Case Study: Education Prodi sociology Force 2014).

The theory used is the theory of social action of Max Weber, according to Weber social action that the act is an individual who has the meaning (Meaning) for himself and his subjective attributed to others. The approach used by this study is a qualitative approach to the type of research. The data collection is done by in-depth interviews. Methods of data collection done in 3 ways: (1) observation (nonpartisipant), (2) in-depth interviews, and (3) study the document. Selection of informants snowball sampling informants obtained research field. The unit of analysis is the individual with the data analysis Miles and Huberman comprising the steps of data reduction, data presentation, and conclusion.

Based on the results of this study concluded that the student violated because (a) follow trent or fashion, where students violated simply because they want to be seen to follow the trend or fashion so they are said not obsolete (old-fashioned), (b) to the attractive appearance and cool, students feel appearance is a first for current students to the campus to make it look attractive and cool even though it violates the rules of the students do not care about it, (c) comfortable and confident, comfort and confidence to be the reason for students to break the rules, because the dress code that students feel comfortable and confident. In terms of look shows that they have an excuse, his own way and purpose to be more visible from the students - other students.

Keyword: regulation, apparel, Students and Campus.

¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

²Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat ³Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera BaraT

(5)

1 PENDAHULUAN

Mahasiswa merupakan pelajar di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon cendikiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat. Mahasiswa aktif adalah mahasiswa yang masih tercatat sebagai mahasiswa di Perguruan Tinggi (Abdillah, 2001:217). MenurutAfrida (2013:15 ) mahasiswapadaumumnyadikategorikandala musiadewasa, namuntidaksemuadarimerekacukupdewasau ntukmemilih dan memilahpengaruhgayahidupdalamsuatulingk ungandalamtempatkampusnya. Perkembanganzamanjugamenimbulkanpeng aruhbesarbagigayahidupmahasiswapadasaats ekarang. Hal inidisebabkankarenamahasiswatersebutlangs ungterkenadampakdariperubahanzamaninfor masidanteknologi.Kondisisepertiinihampirse mualapisandangenerasidalammasyarakatsala hsatunyamahasiswa, fenomenadarimahasiswasekarangterceminda lamberpakaiandanpenampilan yang terkadangsangatberlebihan (Yumida, 2014:1).

MenurutFaiqoh (dalam Yosi 2013:19)

,Pakaianataubusanasangatberkaitandengan mode, karenapakaiandan mode satusama lain tidakdapatdipisahkan, berbagaimacamcaradilakukan orang-orang untukmenunjukkanjatidirinyamasing-masing,

baikdarisegipolahidupmaupuncaraberpakaia n. Apalagidizaman modern saatini, begitubanyak mode pakaiansudahdiciptakan orang, mulai yang sempitsampai yang sangatlonggar, mulaidaribahan yang sangatsederhanasampaibahan yang sangatmahal.Terutamauntukkaumhawainidia nggaphal yang sangatpentingdizamansekarang, mulaidari mode yang terbukamenampakkanperhiasannya, lalu

yang sangatsempit yang

menonjolkanlekuktubuhnyasampai mode yang tertutup.

Menurut Asmita (2013:1) fhasion adalah busana diambil dari bahasa

sansekerta “bhusana”, yaitu segala yang

dipakai manusia mulai dari kepala sampai ujung kaki, seperti baju dan sarung.

Dalambahasa Indonesia terjadipergeseranmakna “busana” menjadipadananpakaian. Meskipundemikianpengertianbusanadanpaka ianmerupakanduahal yang berbeda.Busanamerupakansegalasesuatu yang kitapakaimulaidariujungrambutsampaiujung kaki.Sedangkanpakaianmerupakanbusanapo kok yang digunakanuntukmenutupibagian-bagiantubuh. Pakaiandigunakanuntukmenambahcantikpen ampilanpenggunanya. Pakaianjugabergunauntukmenonjolkankepri badianpemakainya. Selanjutnya, pakaianmerupakan media komunikasi yang penting.Pakaianbisa dilihatsebelum kata-kata terdengar.Pesan yang

dibawaolehpakaiantergantungpadasejumlahv ariabel, sepertilatarbelakangbudaya, pengalaman, dansebagainya.Sebagai media

yang komunikatif, pakaianmemilikibeberapafungsiyaituemosi, tingkahlaku, dandiferensiasi. Pakaianberpengaruhterhadaptingkahlakupem akaiannyasebagaimanajugatingkahlaku yang menanggapinyadanpakaianberfungsiuntukm embedakanseseorangdengan orang lain ataukelompoksatudengankelompoklain, (Sihabudin, 108:2013). Diantaranyayaitumunculnya trend dalamhalberpakaian (fashion), dalammemenuhistandargayahiduppadakalan ganmahasiswabanyakcara yang dilakukanbaikitudidalambergaul, berpakaianhinggapenampilan yang memperlihatkansebuahidentitasdarimahasis waitusendiri. Gayatersebutcenderungberpenampilan yang terkadang berlebihan untuk dirinya sendiri.Berpakaian seperti itu menjadi kebiasaan dan gaya hidupnya sehingga

orang memandang dirinyatidaklayakuntukmenjadicalonpendidi kprofesional. Calonpendidikprofesionalakanmelamb angkantingkahlakunyadalamberpakaian, karenamenurutSihabudin (2013: 108) pakaianjugaakanberpengaruhterhadaptingka

(6)

2

hlaku orang yang menanggapinya. Meskidemikian, tidaklahsedikitmuslimahzamansekarang yang telahmenyimpangdariaturanmemakaipakaian tanpamengetahuimaknadaripakaian yang dipakaitersebutkarenamerekatelahterkontami nasiolehbudayabaru.Merekalebihbanggamen

gikutitrend dalamberpakaian yang sebenarnyatidaklahsesuaidengansyariatIslam .Sepertiditempatbilyarddantokopenjualanmi numanberalkoholtertulis “Anaksekolahberseragamtidakdiperbolehkan ” karenaseragamsekolahberkaitandenganperila kuseorangmurid yang baik.

Begitujugaterjadidikampus STKIP PGRI SUMBAR yang mempunyai dan menerapkan aturan-aturan sendiri baik tertulis maupun tidak tertulis terutama dalam soal berpakaian kekampus yang ditujukan untuk mahasiswa, seperti yang tertera dibawah ini dalam keputusan ketua

STKIP PGRI SUMBAR

NO.761/STKIP/AU/PGRI) 2012 Tentang kode etik mahasiswa STKIP PGRI

SUMBAR yang berbunyi “Berpenampilan

sopan, rapi dan bersih dalam arti tidak menyimpang dari asas-asas kepatutan” Artinya bagi mahasiswi atau mahasiswa tidak boleh menggunakan baju kaos oblong, baju transparan, pakaian ketat, rok transparan bagi perempuan, baju kaos oblong, celana jeans, gelang, dan rambut panjang ketika berada dikampus STKIP PGRI SUMBAR. Namum penerapan aturan-aturan tersebut tidak dihiraukan atau tidak diterapkan oleh mahasiswa tersebut. Mahasiswa yang melanggar dan tidak menerapkan aturan tersebut demi trend agar mereka dianggap tidak ketinggalan trend dan tanpa disadari telah menyalahgunakan pakaian serta melanggar salah satu aturan yang telah di terapkan oleh pihak kampus.

STKIP PGRI Sumatra Barat, merupakan salah satu Perguruan Tinggi yang melahirkan pendidik yang siap terjun kelapangan sebagai guru yang profesional. Sebagaimahasiswi STKIP PGRI yang melahirkancalonpendidik yang siapnantinyaterjunkelapangansebagai guru yang profesional.Mahasiswa keguruanharusmemperhatikangayaberpakai anartinyaseorang guru harusbisadipercayadanditirudalamhalpositif , baikdarisegikeilmuan yang dikuasainyamaupundaricaraberpakaian. Pakaian yang dipakaiolehcalon guru

jugabisamengikuti trend

asalkanmasihmenunjukkankarakterdaricalo npendidikdanmencerminkan

seorangmahasiswa tersebut sebagai calon pendidik. Berpakaian juga dapat mencerminkan kepribadian dan status sosial si pemakai. Selain berpakaian yang dipakai juga dapat menyampaikan pesan kepada orang yang melihat. Untuk itu dalam berpakaian banyak hal yang perlu diperhatikan sehingga diperoleh pakaian yang serasi, indah dan menarik, salah satunya bagi calon pendidik.

Sebagai seorang calon guru mahasiswa keguruan harus memperhatikan cara berpakaiannya, seorang guru harus dipercaya dan ditiru dalam hal positif, baik dari segi keilmuan yang dikuasainya maupun dari segi berpakaian. Pakaian yang dipakai oleh calon guru juga bisa mengikuti trend asalkan masih pakaian yang dipakai oleh calon guru atau calon pendidik. STKIP PGRI Sumatera Barat merupakan salah satu LPTK (Lembaga Perguruan Tinggi Keguruan) yang melahirkan calon pendidik. Kampus mempunyai tata tertib yang bertujuan untuk menjaga ketertiban dan keselamatan seluruh civitas akademik STKIP PGRI Sumatera Barat. Salah satu aturan yang lebih diutamakan adalah cara berpakaian mahasiswa. STKIP PGRI SUMBAR telah membuat dan menerapkan aturan kepada mahasiswa bagi yang perempuan tidak diperbolehkan memakai baju kaos oblong, berpakaian ketat, rok transparan sedangkan bagi laki-laki tidak diperbolehkan memakai baju kaos oblong celana jeans dan rambut panjang. Jika aturan tersebut dilanggar akan diberikan sanksi yaitu tidak diperbolehkan mengikuti perkuliahan dan tidak dilayani dalam berurusan akademik.

Kenyataannya, di kampus STKIP PGRI SUMBAR masih ada sebagian mahasiswa yang belum menerapkan aturan-aturan berpakaian yang telah ditetapkan oleh pihak kampus tersebut. Dimana ditemukan mahasiswa yang perempuan memakai baju kaos oblong, baju kaos ketat, rok transparan dan rok ketat. Dan mahasiswa laki-laki menggunakan baju kaos oblong, celana jeans, gelang kain, dan rambut panjang.

(7)

3

Tampilan yang seperti ini tidak diperbolehkan dan telah melanggar aturan yang telah diterapkan oleh kampus STKIP PGRI SUMBAR kenyataan ini memang suatu tindakan dengan berpakaian yang tidak bisa di ubah dengan mudah oleh mahasiswa yang menyukai perkembangan mode berpakaian.

Berdasarkan observasi awal dilapangan pada tanggal 9 Mei 2016 dan dilanjutkan observasi pada tanggal 27 September 2016 dimana banyak ditemukan mahasiswa yang perempuan memakai baju kaos oblong, baju kaos ketat, rok transparan dan rok ketat. Mahasiswa laki-laki menggunakan baju kaos oblong, celana jeans, gelang kain, dan rambut panjang.

Tipe penelitian ini menggambarkan dan menjelaskan alasan mahasiswa melanggar aturan berpakaian di STKIP PGRI Sumatera Barat. Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara faktual dan akurat mengenai alasan mahasiswa STKIP PGRI melanggara aturan berpakaian saat ke kampus.

Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan di STKIP PGRI SUMBAR, alasan penulis memilih lokasi ini banyak mahasiswa yang melanggar peraturan saat ke kampus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Berpakaian Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat, Kota Padang

Mahasiswa merupakan pribadi yang memiliki kebebasan yang luas. Disamping itu sebagai mahkluk sosial mahasiswa memiliki beberapa keterkaitan dengan kondisi lingkungan. Kebebasan dan keterkaitan itu antara lain dirumuskan hak dan kewajiban mahasiswa, yang keduanya menumbuhkan komitmen pada diri mahasiswa demi kesuksesan mereka (Prayitno, 2015).

Sebagai mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat yang merupakan Sekolah tinggi yang melahirkan calon pendidik yang siap nantinya terjun kelapangan sebagai guru profesional yang nantinya terjun untuk

mengabdi. Untuk itu calon pendidik diwajibkan berpakaian sesuai dengan aturan serta berpakaian baik dan sopan. Aturan yang dibuat oleh STKIP PGRI bagi laki-laki berpakaian kemeja dan celana dasar, sedangkan bagi mahasiswa perempuan berpakaian kemeja dan baju kurung dan berpakaian rok serta bagi yang beragama islam menggunakan jilbab.

Sebagai seorang calon guru, mahsiswa keguruan harus memperhatikan cara berpakaiannya, seorang guru harus bisa dipercaya dan ditiru dalam hal positif, baik dari segi keilmuan yang dikuasainya. STKIP PGRI Sumatera Barat merupakan salah satu LPTK (Lembaga Perguruan Tinggi Keguruan) yang melahirkan calon pendidik. Kampus mempunyai tata tertib yang bertujuan untuk menjaga ketertiban dan keselamatan seluruh civitas akademik STKIP PGRI Sumatera Barat. Salah satu aturannya adalah cara berpakaian mahasiswa. Di STKIP PGRI Sumatera Barat aturan berpakaian sering kali dilanggar oleh mahasiswa, padahal STKIP PGRI sudah membuat aturan dan sanksi kepada mahasiswa yang melanggar aturan tersebut, sanksi yang diberikan kepada mahasiswa yang melanggar aturan khususnya melanggar aturan berpakaian bagi mahasiswa laki-laki yang menggunakan celana jeans dan mahasiswa perempuan yang memakai kaos, transparan dan ketat tidak diperbolehkan masuk kelas atau dikeluarkan dari kelas ketika perkuliahan dan tidak dilayani dalam berurusan akademik lainnya.

a. Alasan Mahasiswa Melanggar Aturan Berpakaian di STKIP PGRI Sumatera Barat

Segala norma yang dibuat akan mengalami proses dalam suatu masyarakat sehingga norma-norma tersebut diakui, dihargai, dikenal dan ditaati oleh warga masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari. Didalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dengan namanya nilai dan norma dimana norma adalah suatu aturan pengendali atau pedoman kita dalam melakukan suatu tindakan. Salah satu norma kita dalam bertindak dan berperilaku adalah norma kesopanan, contohnya cara kita berpakaian dan berbicara dimana disaat kita menggunakan pakaian harus menutupi aurat

(8)

4

apabila kita berpakaian tidak senonoh maka kita akan dicemoohkan, karena pakaian yang kita pakai tidak pantas dilihat oleh orang lain, begitupun dilingkungan kampus dimana kampus mempunyai aturan yang harus dipatuhi oleh pihak-pihak lingkungan kampus, namum peraturan tersebut sekarang menjadi hal tersulit bagi mahasiswa untuk mematuhinya. Masing-masing mahasiswa memiliki sikap yang berbeda dengan yang lainnya ada yang senang hati menerima peraturan tersebut tidak keberatan menuruti dan mentaati peraturan yang berlaku, ada pula yang bersikap cuek dan cenderung memberontak, merasa bahwa aturan tersebut tidak relavan dan tidak sesuai dengan dirinya, hingga akhirnya terwujudlah segala sesuatu yang tidak diharapkan oleh pihak lain seperti kampus meski itu melanggar aturan.

Berdasarkan keterangan diatas banyak alasan tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa saat melanggar, Adapun mahasiswa melanggar aturan nilai dan norma dikampus tersebut karena:

1. Mengikuti Trend Fashion atau Mode

Trend/mode merupakan bentuk nomina yang bermakna ragam cara atau bentuk terbaru pada suatu waktu tertentu (tata pakaian, potongan rambut, corak, hiasan, dan sebagainya). Trend merupakan gaya penampilan yang dianggap indah pada suatu masa digemari dan diikuti oleh banyak orang. Istilah fashion/mode secara konotasi memiliki arti berbusana dengan memperhatikan gaya atau dandanan yang

ap to date’ atau sesuai dengan ide-ide masa

kini. Fashion atau mode menjadi sarana bagi orang untuk menciptakan identitas diri seutuhnya (Bernard, 2011 : 13).

Televisi majalah, bahkan jejaring sosial, seperti internet merupakan teknologi informasi yang berperan penting untuk melihat perkembangan busana/pakaian yang menjadi aspek untuk menunjang penampilan seseorang. Masyarakat/mahasiswa yang melihat dan mencari busana/pakaian yang sedang trend saat ini dengan mudah dijumpai di lingkungan masyarakat dengan adanya media tersebut, memudahkan masyarakat untuk meniru model busana yang mengakibatkan banyak model busana yang bisa dimilikinya. Akan tetapi pada saat ini para perempuan dan laki-laki cara

berpakaian atau trend fashion mereka tidak sesuai dengan tempatnya, inilah yang ditiru oleh mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat. Bagi mereka mahasiswa menunjukan kepada orang lain untuk melihat dan meniru gaya berpakaian yang digunakan banyak orang dengan menciptakan gaya yang sesuai dengan perkembangan fashion sekarang.

Tindakan sosial yang dilakukan oleh mahasiswa mempunyai arti dan makna, dimana arti dan makna yang terkandung disini adalah ketikan mereka memakai pakaian melanggar ke kampus mereka menganggap mereka akan berfikiran bahwa mereka dianggap mengikuti perkembangan zaman yang ada dan terlihat mengikuti trend fhasion dan mode. Tindakan yang dilakukan disini termasuk juga dalam tindakan

Rasional instrumental dimana tindakan ini

dilakukan seseorang atas dasar pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang digunakan untuk mencapainya. Dimana mahasiswa disini melakukan tindakan tersebut atas dasar pilihan sadar yang mereka ikuti, contohnya saja pilihan sadar yang mereka lihat dari internet akan mempengaruhi mereka untuk mengikutinya apalagi ketersediaan alat yang untuk mencapainya mendukung.

2. Untuk Penampilan Menarik dan Keren.

Dalam berpenampilan mahasiswa mempunyai cara dan gaya masing-masing, tetapi sebagai calon pendidik seharusnya tidak berpenampilan yang berlebihan tetapi berpenampilan yang sederhana yang sewajarnya, akan tetapi tidak meninggalkan mode yang sedang berkembang. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan bahwa ada mahasiswa yang memakai pakaian ketat ke kampus celana jeans dan baju kaos tersebut, mereka dengan mudahnya menunjukan penampilan tersebut kepada mahasiswa lainnya, mereka tidak malu dan bahkan tidak takut dengan aturan kampus yang melarang mahasiswanya mamakai pakaian seperti yang mereka pakai tersebut.

Karena berdasarkan pengalaman mereka dengan memakai pakaian ketat seperti baju kaos ketat rok ketat dan celana jeans tersebut mereka mendapatkan pujian seperti dibilang cantik dan seksi, ada pula yang menganggap bahwa memakai pakaian

(9)

5

itu sesuai dengan trend dan sekarang oleh karena itu mereka terbiasa memakai pakaian seperti itu untuk pergi ke kampus karena belum ada sanksi yang membuat mereka jera memakai pakaian tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan mahasiswamemakai pakaian ketat celana jeans ke kampus mereka menganggap bahwa apa yang mereka pakai akan kelihatan lebih cantik, keren, untuk menarik perhatian orang/mahasiswa lainnya dan mereka pernah mendapatkan pujian dari teman mereka sendiri seperti dibilang cantik dan seksi, keren. Oleh karena itu mereka merasa lebih menarik dengan memakai pakaian ketat dan memakai celana jeans, dan baju kaos tersebut, karena dengan memakai pakaian tersebut dapat menarik perhatian dari orang yang melihatnya. Selain itu mereka mengetahui peraturan yang ada di Kampus STKIP PGRI Sumatera Barat bahwa tidak dibolehkan memakai pakaian ketat, baju kaos, celana jeans akan tetapi mereka tetap memakainya dan mereka juga mengetahui bahwa apabila mereka ketahuan memakai pakaian ketat baju kaosdan celana jeans tersebut akan disuruh pulang untuk mengganti pakaian yang sopan atau tidak boleh beraktifitas di lingkungan kampus selama memakai pakaian ketat, celana jeans tersebut.

Namun kenyataannya tetap ada mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat yang memakai pakaian ketat ke kampus meskipun sudah mengetahui sanksi yang akan mereka terima apabila mereka kedapatan memakai pakaian ketat dan memakai celana jeans tersebut akan disuruh pulang untuk mengganti pakaian rapi bersih dan sopan, akan tetapi mereka masih merasa nyaman dengan memakai pakaian ketat tersebut mereka merasa cantik, modis, keren dan menarik. Tanpa memperdulikan aturan yang ada dan telah yang diterapkan.

3. Nyaman dan Percaya Diri

Nyaman adalah segar, sehat, sedap, enak (KBBI, 2007). Kenyaman atau rasa nyaman adalah suatu keadaan yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman ( suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari).

Kenyamanan yang diperoleh mahasiswa yaitu keinginan batin yang tercapai, yang

merupakan kehendak yang mereka rencanakan ketika menggunakan sesuatu yang melekat pada tubuhnya. Ada banyak cara yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan ynag membuat mereka merasa nyaman, serta keinginan yang hendak dicapai itupun dilakukan dengan cara yang berbeda-beda pula. Dengan cara berpakain ketat, kaos oblong inilah cara mereka nyaman berpakaian baik di kampus maupun di luar kampus. Disaat mahasiswa memakai pakaian ang lebih bagus dan menarik dibandingkan orang lain, maka disaat itulah mereka merasa puas dan nyaman dengan apa yang telah mereka lakukan dan pergunakan. Dalam hasil wawancara peneliti dengan informan terdapat bahwa dari 8 orang 4 laki dan 4 lainnya adalah perempuan hampir menyatakan nyaman saat berpakaian tersebut.

A. Penerapan Sanksi Aturan Berpakaian Terhadap Mahasiswa Melanggar

Peraturan adalah sebuah perintah atau larangan yang sifatnya memaksa atau mengikat dan disertai sanksi bagi yang melanggarnya. Tujuannya agar yang melanggar aturan tersebut jera dan takut dengan sanksi yang diberikan, begitu juga dikampus setiap yang melanggar aturan dan tidak mentaati segala larangan yang ada di kampus pasti akan mendapatkan sanksi sesuai dengan apa yang dilanggarnya misalnya, masalah pakaian apabila ada yang kedapatan melanggar memakai baju kaos oblong, baju ketat, rok transparan, celana jeans, gelang, dan rambut panjang bagi mahasiswa, akan diberikan sanksi ringan seperti disuruh menggantinya pulang untuk pelanggaran memakai pakaian yang tidak diperbolehkan oleh lembaga kampus, selain itu dosen sebagai staf pengajar di kampus juga berhak dalam mengatur tata cara berpakaian mahasiswa saat ke kampus, dosen ada yang langsung bertindak tentang aturan yang di langgar oleh mahasiswanya baik dilokal maupun diluar lokal dosen berhak menegur atau memberikan sanksi untuk mahasiswa yang melanggar aturan yang tidak sesuai oleh kampus STKIP PGRI SUMBAR. Adapun sanksi bagi mahasiswa yang melanggar sebagai berikut:

(10)

6

Mahasiswa yang melanggar aturan dikampus akan mendapatkan sanksi dari kampus maupun dosen yang melihat. Mahasiswa yang melanggar aturan seperti menggunakan pakaian ketat, baju kaos yang ketat, dan baju transparan bagi laki-laki memamakai baju kaos oblong, celana jeans, rambut panjang, dan aksesoris gelang dll. Ini dikarenakan karena mereka sudah merasa percaya diri, nyaman, dan merasa mengikuti trend masa kini. Bagi mahasiswa yang menggunakan pakaian yang melanggar ini juga terpengaruh oleh perkembangan zaman yang membuat mereka harus mengikuti trend masa kini.

Mereka yang memakai pakaian melanggar selama dalam kelas, tidak hanya menjadi omongan teman-teman lainnya tetapi juga mendapat teguran dengan dosen yang mengajar di jam pelajaran tersebut. Selama proses belajar berlangsung jika ditemukan mahasiswa yang melanggar aturan brpakaian seperti, ditemukan ada yang berpakaian ketat bagi perempuan, dan bagi laki-laki yang memakai angting, gelang dan berambut panjang akan ditegur dan diberi sanksi langsung didalam kelas. Seperti, disuruh berdiri didalam kelas hingga pelajaran selesai bahkan ada yang diusir kelur keluar kelas. Kebanyakan mahasiwa yang diusir keluar kelas ini karena, dosen sudah marah melihat mereka karena sering melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh kampus, bahkan bagi dosen yang jengkel akan mengurangi nilai mahasiswa yang melanggar aturan. Ini bertujuan agar menciptakan efek jera kepada mahasiswa yang sering melanggar aturan.

2. Disuruh Ganti Pakaian

Sanksi yang kedua yang diterapkan terhadap mahasiswa yang melanggar norma berpakaian adalah disuruh mengganti pakaian, mengganti pakaian merupakan alternatif yang diberikan dosen agar mahasiswa tetap berada pada aturan berpakaian dan tidak meninggalkan proses perkuliahan. Tujuan dari pemberian sanksi ini agar mahasiswa yang melanggar aturan jera terhadap sanksi yang diberikan oleh dosen.

Bagi mahasiswa yang disuruh ganti pakaian ini, bertujuan agar mahasiswa dapat berpakaian sesuai yang telah diterapkan oleh

kampus. Mahasiswa peraturan yang mebawa almamater kampus dapat menjadi alternatif bagi mahasiswa yantag disuruh menganti pakaian pulang. Pakaian yang disuruh ganti yaitu seperti, kemaja yang longgar dan besar. Selain itu tujuannya juga supaya mahasiswa disuruh ganti pakaian pulang agar tetap bisa mengikuti proses perkuliah.

3. Tidak Dilayani Oleh Pihak Kampus

Penerapan sanksi berikutnya, mahasiswa yang melanggar aturan juga tidak akan dilayani oleh pihak kampus karena mahasiswa dianggap tidak mengikuti peraturan yang ada jadi pihak kampus juga akan ikut menerapkan peraturan tersebut dengan tidak melayani mahasiswa tersebut. dosen maupun istansi kampus tentang yang melanggar peraturan tetap mengikuti sanksi yang telah diberlakukan oleh pihak kampus STKIP PGRI SUMBAR. Jadi setiap yang melanggar peraturan dan siapapun yang terkait dengan pihak kampus berhak mengikuti sanksi yang telah diberlakukan, sebagai mana yang telah ditetapkan oleh pihak lembaga kampus mahasiswa yang melanggar aturan berpakaian yang tidak sopan dan rapi akan disuruh pulang dan menggantinya jika ingin masih mengikuti kegiatan perkuliahan. Tidak itu saja pihak instansi-instansi lainnya seperti BAAK dan BAUK tidak melayani mahasiswa yang memakai pakaian tidak sopan dan rapi.

KESIMPULAN

Sebagian dari mahasiswa masih ada yang terlihat memakai pakaian yang belum sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh pihak kampus STKIP PGRI Sumatera Barat, karena masih terlihat mahasiswa yang melanggar aturan dalam berpakaian saat ke kampus contohnya saja, masih ada mahasiswa yang memakai pakaian baju kaos oblong, baju ketat, rok ketat, rok transparan bagi mahasiswa perempuan, dan mahasiswa laki-laki melanggar seperti memakai baju kaos oblong, celana jeans, rambut panjang, dan memakai aksesoris gelang. Dalam observasi yang dilakukan masih ditemukan masih ditemukan mahasiswa yang melanggar, berbagai alasan yang ditemukan saat mahasiswa tersebut melanggar aturan aturan kampus yaitu dalam masalah berpakaian mereka melanggar aturan

(11)

7

tersebut karena dengan alasan yang pertama, mengikuti trent atau mode, karena mereka tidak mau di anggap ketinggalan zaman, kedua, untuk penampilan menarik dan keren, ketiga, nyaman dan percaya diri.

DAFTAR PUSTAKA Buku:

Abdilah, Pius. 2001. Kamus Mini Bahasa

Indonesia. Surabaya : Arkola

Damsar. 2015. Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Prenadamedia Group. Prayitno. 2007.

PeningkatanPotensiMahasiswa.Pad

ang : UNP Pers.

Setiadi, M. Elly dan Kolip Usman. 2011.

Pengantar sosiologi. Jakarta: Prenada Media Group.

Sihabudin, Ahmad. 2013.

KomunikasiAntarBudaya. Jakarta

:BumiAksara..

STKIP PGRI SUMBAR, 2012. Buku

Pedoman Akademik. Padang : jln.

Gunung Pangilun.

Tim Pustaka Phoenix. 2007. Kamus Besar

Bahasa Indonesia Edisi Terbaru.

Jakarta: PT Pustaka Phoenix.

Skripsi :

Afrida Nengki, 2009. “Pola Hidup Konsumtif dikalangan Mahasiswi (Studi Kasus Mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat Program Studi Sosiologi Angkatan 2012),

Rahmawati, Yosi. 2010. Fenomena Jilboobs dikalangan Mahasiswi STKIP PGRI Sumbar.

Sari (2014),” MotifMahasiswi Stkip Pgri

Padang Memakai Busana Manset Kekampus STKIP PGRI

SUMBAR”.

Sari, Rora Yumida. 2014. Motif Mahasiswa STKIP PGRI SUMBAR Padang memakai busana Manset Ke Kampus PGRI SUMBAR. Padang: Jurusan Sosiologi STKIP PGRI

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pupuk hayati dan pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap komponen hasil tanaman padi (jumlah malai per

Analisa ini dilakukan untuk mendapatkan data tambahan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja waktu dan mutu pengendalian pengawasan BPMIGAS atas kegiatan proyek

Berdasarkan simulasi model sistem dinamis tentang dampak pengembangan Pusat Primer Gedebage terhadap pembangunan ekonomi Kota Bandung dapat dilihat dari perkembangan

Selanjutnya setelah nama tokoh wayang tersebut diklik akan mengeluarkan pop up seperti yang ditunjukan Gambar 5b, pop up ini terdapat nama wayang, gambar wayang, serta info

Menimbang, bahwa mengenai pertimbangan hukum bersifat Yuridis Formal (tidak menyangkut pokok perkara) Pengadilan Tinggi menilai putusan dalam eksepsi Hakim Tingkat

Banyaknya Gedung, Sekolah, Guru dan Murid Taman Kanak-kanak Menurut Desa di Kec... Banyaknya Gedung, Sekolah, Guru dan Murid SDN Menurut Desa

Media pembelajaran sebagai faktor eksternal merupakan unsur yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Pemanfaatan media pembelajaran seharusnya merupakan bagian yang

100.000,- per hari, sedangkan rata-rata waktu beraktivtas di luar ruangan ialah lebih dari 10 jam, padahal lokasi ini mempunyai konsentrasi karbon monoksida ambien mencapai