• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor Regio Oksipital

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor Regio Oksipital"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor Regio Oksipital 1. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

1) Kulit Kepala

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit, connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan pericranium Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital.

2) Meningen

Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu :

a) Duramater

b) Selaput Arakhnoid c) Piamater

3) Otak

Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang dewasa sekitar 14 kg. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu;

(2)

Proensefalon (otak depan) terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan serebellum.

Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus. Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara.Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang.Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggungjawab dalam proses penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan.Pada medula oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan.

4) Cairan Cerebrospinalis

Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel lateral melalui foramen monro menuju ventrikel III, akuaduktus dari sylvius menuju ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan takanan intrakranial. Angka rata-rata pada kelompok populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per hari.

b. Fisiologi

Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan secebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam posisi terlentang sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4 – 10 mmHg. Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia.Prognosis yang buruk terjadi pada penderita dengan TIK lebih dari 20 mmHg, terutama bila menetap (3).Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus bertambah sementara TIK masih dalam keadaan normal.

(3)

Saat pengaliran CSS dan darah intravaskuler mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan meningkat. Sebuah konsep sederhana dapat menerangkan tentang dinamika TIK.Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus selalu konstan, konsep ini dikenal dengan Doktrin Monro-Kellie (3).Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16% dari cardiac output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup(8). Aliran darah otak (ADO) normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100 gram jaringan otak per menit. Pada anak, ADO bisa lebih besar tergantung pada usainya (3,12). ADO dapat menurun 50% dalam 6-12 jam pertama sejak cedera pada keadaan cedera otak berat dan koma. ADO akan meningkat dalam 2-3 hari berikutnya. 2. Definisi

Soft Tissue Tumor atau Soft Tissue Sarkoma adalah suatu kelompok tumor yang biasanya berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggota gerak, badan, atau retroperitonium (Toy, et al dalam Ulfah, 2015). Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ). STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti kanker (Price, 2006)

Jadi, SST merupakan benjolan atau pembengkakan yang abnormal berasal dari jaringan ikat disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma.

3. Etiologi

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan keganasan tulang yaitu genetik, radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis, dan infeksi. Faktor genetik dapat menyebabkan soft tissue tumor berdasarkan dari data penelitian, diduga mutasi genetik pada sel induk mesenkim dapat menimbulkan sarkoma. Selanjutnya radiasi, risiko terjadinya sarkoma pada klien Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9%. Jarak waktu antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun. Bahan kimia seperti Doxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan sarkoma. Trauma dapat menjadi

(4)

penyebab dilihat dari sekitar 30% kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma. Penyebab selanjutnya adalah limfedema kronis, limfedema kronis akibat operasi atau radiasi dapat menyebabkan limfangiosarkoma. Penyebab terakhir adalah infeksi. Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasite, yaitu filariasis (Muttaqin, 2008).

4. Patofisiologi

Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.

Tumors jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh.

Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu : a. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi. b. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.

c. Invasi lokal. d. Metastasis jauh. 5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf – saraf tepi.

Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.

(5)

Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Adapaun pemeriksaan penunjang tumor jaringan lunak diantaranya dengan foto rontgen, ultrasonografi, CT-Scan, dan MRI (Sjamsuhidajat, 2010).

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan pada tumor meliputi operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Operasi untuk menghancurkan atau mengangkat tumor. Radioterapi merupakan suatu cara untuk eradikasi tumor ganas yang radiosensitive dan juga sebagai penatalaksanaan awal sebelum tindakan operasi dilakukan. Kemoterapi merupakan penatalaksanaan tambahan pada tumor ganas tulang dan jaringan lunak, obat-obatan yang dipergunakan adalah metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, sisplatinum. Pemberian kemoterapi biasanya dilakukan pada pra/pasca operasi (Muttaqin, 2008).

8. Pengkajian Keperawatan

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien dengan soft tissue tumor yaitu adanya keluhan nyeri yang menunjukkan tanda ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya. Pemeriksaan lokasi tumor, besar, bentuk, batas dan sifat tumor. Adanya gangguan pergerakan sendi akibat adanya tumor, spasme otot dan kekakuan tulang belakang jika tumor terdapat pada tulang belakang. Pemeriksaan neurologis untuk menentukan adanya penekanan tumor pada saraf-saraf tertentu (Muttaqin. 2008).

9. Diagnosa Keperawatan Pre Op

a. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit Post Op

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi c. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi

(6)

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC 1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit Ditandai dengan: a. Gelisah b. Insomnia c. Resah d. Ketakutan e. Sedih

f. Fokus pada diri g. Kekhawatiran a. Anxiety control b. Coping Kriteria Hasil : a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas b. Mengidentifikasi, mengugkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas c. Vital sign dalam

batas normal d. Postur tubuh,

ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan a. Anxiety reduction (penurunan kecemasan) - Gunakan pendekatan yang menenangkan R/ meningkatkan bhsp - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur R/ agar pasien mengetahui tujuan dan prosedur tindakan - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut R/ mengurangi kecemasan pasien - Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis R/ membantu mengungangi tingkat kecemasan - Identifikasi tingkat kecemasan R/ mengetahui tingkat kecemasan pasien - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan R/membantu pasien agar lebih tenang - Dorong pasien

(7)

untuk

mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

R/ membantu pasien tenang dan nyaman - Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi R/ cemas berkurang, pasien merasa tenang - Berikan obat R/untuk mengurangi kecemasan 2. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan Batasan Karakteristik : a. Laporan secara verbal atau nonverbal b. Fakta dari observasi c. Posisi antalgik (menghindari nyeri) d. Gerakan melindungi e. Tingkah laku berhati-hati f. Muka topeng (nyeri) g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, a. Pain Level b. Pain control c. Comfort level Kriteria Hasil : a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan a. Pain Management - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi R/ mengetahui tindakan dan obat yang akan diberikan - Observasi reaksi

nonverbal dari ketidaknyamanan R/ mengetahui tingkat nyeri pasien - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien R/membantu pasien mengungkapkan perasaan nyerinya

(8)

menyeringai) h. Terfokus pada diri

sendiri i. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan lingkungan) j. Tingkah laku

distraksi, contoh jalan-jalan,

menemui orang lain dan atau aktivitas berulang-ulang k. Respon autonom (seperti berkeringat, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil l. Perubahan otonom dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku) m. Tingkah laku ekspresif (contoh gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah tanda nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang e. Tanda vital dalam

rentang normal

- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang

ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau

R/untuk memberikan intervensi yang tepat - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan R/membantu mengurangi nyeri pasien - Kurangi faktor presipitasi nyeri R/ mengurangi nyeri pasien

- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) R/ membantu mengurangi rasa nyeri pasien

- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi R/ memberikan intervensi yang tepat - Ajarkan tentang

teknik non farmakologi

R/mengurangi nyeri dengan cara

(9)

n. Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Faktor Yang

Berhubungan : Agen injury (biologi, kimia, fisik, psikologis) pengobatan non farmakologis - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri R/ nyeri dapat berkurang - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri R/ nyeri terkontrol - Tingkatkan istirahat R/ menguragi nyeri b.Analgesic Administration - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat R/ untuk memberikan

intervensi yang tepat - Cek instruksi dokter

tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi R/ benar dalam pemberian obat - Cek riwayat alergi

Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu

R/ menentukan obat yang tidak alergi untuk pasien - Tentukan pilihan

analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri

R/ memberikan obat yang sesuai dengan

(10)

keluhan

- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

R/ mengetahui kondisi pasien - Berikan analgesik

pada saat nyeri R/ membantu mengurangi nyeri 3. Kerusakan integritas

kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi Batasan karakteristik : a. Gangguan pada bagian tubuh b. Kerusakan lapisa kulit (dermis) c. Gangguan permukaan kulit (epidermis) Faktor yang berhubungan : Eksternal : a. Hipertermia atau hipotermia b.Substansi kimia c.Kelembaban udara d.Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint) e.Immobilitas fisik f. Radiasi Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes Wound Healing :primary and secondary intention Kriteria Hasil : a. Integritas kulit

yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) b. Tidak ada luka/lesi

pada kulit c. Perfusi jaringan baik d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang e. Mampu melindungi kulit

Pressure ulcer prevention a. Wound care - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar R/ menjaga integritas kulit pasien

- Jaga kulit agar tetap bersih dan kering

R/agar kulit tetap lembab

- Hindari kerutan pada tempat tidur R/ menjaga integritas kulit tetap baik

- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

R/ membantu agar pasien nyaman - Monitor kulit akan

adanya kemerahan R/ mengetahui kondisi integritas

(11)

g.Usia yang ekstrim h.Kelembaban kulit i. Obat-obatan Internal : a. Perubahan status metabolik b. Tulang menonjol c. Defisit imunologi Faktor yang berhubungan : a. Gangguan sirkulasi b. Iritasi kimia (ekskresi dan sekresi tubuh, medikasi) c. Defisit cairan,kerusakan mobilitas fisik, keterbatasan pengetahuan, faktor mekanik (tekanan, gesekan) kurangnya nutrisi, radiasi, faktor suhu (suhu yang ekstrim) dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

f. Tidak ada tanda-tanda infeksi g. Menunjukkan

terjadinya proses penyembuhan luka

kulit

- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan

R/ agar kulit tetap terjaga tidak terjadi luka baru

- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

R/ membantu pasien agar bisa mobilisasi - Monitor status

nutrisi pasien R/ mengawasi pasien agar tidak kekurangan nutrisi - Memandikan

pasien dengan sabun dan air hangat R/mempertahankan personal higyene pasien - Observasi luka :lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik, warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal. R/ menguragi tanda-tanda infeksi - Lakukan teknik perawatan luka dengan steril R/mencegah adanya infeksi

(12)

3. Resti infeksi

berhubungan dengan luka post operasi Faktor-faktor resiko : a. Prosedur Infasif b. Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen c. Trauma d. Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan e. Ruptur membran amnion f. Agen farmasi (imunosupresan) g. Malnutrisi h. Peningkatan paparan lingkungan patogen i. Imonusupresi j. Ketidakadekuatan imun buatan k. Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) l. Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, a. Immune Status b. Knowledge : Infection control c. Risk control Kriteria Hasil : a. Klien bebas dari

tanda dan gejala infeksi b. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaanny a, c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi d. Jumlah leukosit dalam batas normal e. Menunjukkan perilaku hidup sehat a. Infection Control (Kontrol infeksi) - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain R/mengurangi resiko infeksi - Pertahankan teknik isolasi R/ menurunkan resiko kontminasi silang - Batasi pengunjung bila perlu R/ menurunkan resiko infeksi - Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien R/ mencegah terjadinya kontaminasi silang - Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan R/ mencegah terpajan pada organisme infeksius - Cuci tangan setiap

sebelum dan sesudah tindakan keperawatan R/ menurunkan resiko infeksi - Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

(13)

penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik) m. Penyakit kronik R/ mempertahankan teknik steril - Tingkatkan intake nutrisi R/ membantu meningkatkan respon imun - Berikan terapi antibiotik bila perlu R/ mencegah terjadinya infeksi b. Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal R/mengidentifikasi keadaan umum pasien dan luka - Monitor hitung granulosit, WBC R/ mengidentfikasi adanya infeksi - Monitor kerentanan terhadap infeksi R/ menghindari resiko infeksi - Berikan perawatan

kulit pada area epidema

R/ meningkatkan kesembuhan

- Inspeksi kondisi luka / insisi bedah R/mengetahui tingkat kesembuhan pasien - Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

(14)

R/ membantu meningkatkan status pertahanan tubuh terhadap infeksi - Ajarkan cara menghindari infeksi R/ mempertahankan teknik aseptik - Laporkan kultur positif R/ mengetahui terjadinya infeksi pada luka

(15)

DAFTAR PUSTAKA

http://documentslide.com/documents/lp-stt-andri.html diakses pada 25 Jauari

2017 pukul 23:49 WIB

http://lomboksehat.blogspot.co.id/2012/03/anatomi-dan-fisiologi-kepala.html

diakses pada 25 Januari 2017 pukul 23:14 WIB

https://doktermaya.wordpress.com/2011/12/10/soft-tissu-tumor/ diakses pada 24

Januari 2017 pukul 22:39 WIB

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja

Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005). Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

Smeltzer. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Ulfah, H.R. (2012). Asuhan Keperawatan pada Tn. P dengan Tindakan Debridement dan Evakuasi Abses pada Soft Tissue Tumor Femur Dekstra dan Spondilitis TB di RS Ortopedi Dr. Soeharso Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan latar belakang diatas maka yang akan dikaji adalah penentuan nilai kontras optimal pada pemeriksaan teknik radiografi soft tissue menggunakan jaringan lunak

Massa tersendiri pada kelenjar saliva harus dipertimbangkan sebagai suatu kemungkinan keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik memberikan tanda-tanda  penting apakah suatu

Dari pemeriksaan fisik sering didapatkan tidak adanya tanda yang khas dari luar, terutama pada stadium dini/permulaan, tetapi bila tumor sudah menjalar ke kelenjar limfe leher,

Hal ini disebabkan karena tumor ini tumbuh di dalam jaringan yang mudah ditekan dan seringkali jauh dari alat-alat vital sehingga keluhan yang dikemukakan oleh

Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau. keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma

c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu defekasi, duduk, dan

Jika kanker telah menyebar ke area lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumors dan mengurangi rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak

INTRODUCTION Unique benign soft tissue tumor suspected pyogenic granuloma in a young female hard palate: a case report ABSTRACT http://jurnal.pdgi.or.id/index.php/jrdi/index