Office Address:
Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan (Belakang Pasaraya Manggarai)
Phone Number : 021 8317064 Pin BB 2A8E2925
WA 081380385694 Medan :
Jl. Setiabudi No. 65 G, Medan Phone Number : 061 8229229 Pin BB : 24BF7CD2
www.optimaprep.com
dr. Widya, dr. Eno, dr. Yolina
dr. Cemara, dr. Yusuf
•
Kultur darah umumnya ditemukan pada minggu pertama
•Kultur feses mulai ditemukan pada minggu kedua dan
ketiga
•
Virus RNA
(Picornavirus) ukuran
27 nm
•
Kebanyakan kasus
pada usia <5 tahun
asimtomatik atau
gejala nonspesifik
•
Gejala bersifat akut:
–
Demam, malaise, mual,
muntah, anoreksia,
gejala abdomen
–
Ikterus, nyeri abdomen
kanan atas
•
Pengobatan: suportif
•
Hepatoma merupakan keganasan hati
•Berbagai penyebab hepatoma adalah
–
Infeksi kronik hepatitis B
sirosis
hepatoma
–
Resistensi insulin
non alcoholic liver disease
(NAFLD)
sirosis
hepatoma
–
Konsumsi alkohol
alcohlic liver disease
sirosis
hepatoma
•
Gejala yang akan dialami pasien dengan
hepatoma adalah: ikterik, ascites, mudah
memar (gangguan koagulasi), penurunan
berat badan dan nyeri abdomen.
•
Tipe hepatoma paling umum adalah
hepatocellular carcinoma
•
Metode diagnostik yang dapat digunakan
meliputi: pemeriksaan kadar Alfa fetoprotein
(AFP). AFP merupakan penanda tumor yang
akan meningkat pada beberapa kasus seperti:
hepatocelluler carcinoma, germ cell tumor
dan kanker metasatasis hati. Selain itu
pemeriksaan CT-scan dengan kontras juga
pilihan metode diagnostik.
•
Pada pasien dengan
hipertensi dan memiliki
penyakit jantung
koroner, maka target
utama dari pengobatan
adalah kolesterol LDL.
•
Trigliserida memberikan
tambahan informasi
untuk pertimbangan
diagnosis dan pilihan
terapi
ESC/EAS Guidelines for the management of dyslipidaemias 2011
ESC/EAS Guidelines for the management of dyslipidaemias 2011
•
Hematemesis adalah muntah darah berwarna
kehitaman yang berasal dari perdarahan saluran
cerna bagian atas.
•
Melena adalah buang air besar berwarna
kehitaman ter akibat perdarahan saluran cerna
bagian atas.
•
Penyebab:
–
Varises (di Indonesia: 70-75%)
–
Non-varises:
• ulkus peptikum (OAINS, infeksi
H.pylori
, stres) • gastropati hipertensi portal• Sindrom Mallory-Weiss, esofagitis, tumor, dan
MAYOR Kemungkinan Penyebab HENTIKAN OBAT
Gatal & kemerahan Semua jenis OAT Antihistamin & evaluasi ketat
Tuli Streptomisin Stop streptomisin
Vertigo & nistagmus (n.VIII) Streptomisin Stop streptomisin
Ikterus Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT s.d.
ikterik menghilang, hepatoprotektor
Muntah & confusion Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT & uji fungsi hati
Gangguan penglihatan Etambutol Stop etambutol
Kelainan sistemik, syok & purpura
Minor Kemungkinan Penyebab Tata Laksana
Tidak nafsu makan, mual, sakit perut
Rifampisin OAT diminum malam
sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Aspirin/allopurinol
Kesemutan s.d. rasa terbakar di kaki
INH Vit B6 1 x 100 mg/hari
•
Cardiac troponins berperan petning dalam
mengakkan diagnosis dan stratifikasi risiko.
Khususnya marker berguna dalam
membedakan NSTEMI dan ubstable angina
•
Troponins merupakan pemeriksaan yang
lebih spesifik dan sensiti dibandingkan
marker lain seperti: creatine kinase (CK),
isoenzyme MB (CK-MB), dan myoglobin.
•Setelah cedera jantung, troponin dapat
meningkat dalam 2-4 jam dan bertahan
selama 7 hari
Daftar Pustaka: ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation
•
Kolelitiasis adalah
adanya batu pada
saluran kantung
empedu
•
Gejala:
–
Mual
–
Nyeri regio perut kanan
atas
–
Nyeri khususnya dipicu
makanan berlemak
–
Jika disertai infeksi
sekunder,d apat
menyebabkan gejala
demam, dan menggigil.
•
4F: female, fat, forty
Lokasi Nyeri Anamnesis Pemeriksaan Fisis Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Terapi Nyeri epigastrik Kembung Membaik dgn makan (ulkus duodenum), Memburuk dgn makan (ulkus gastrikum)
Tidak spesifik Urea breath test (+): H. pylori Endoskopi: eritema (gastritis akut) atropi (gastritis kronik) luka sd submukosa (ulkus) Dispepsia PPI: ome/lansoprazol H. pylori: klaritromisin+amoksi lin+PPI Nyeri epigastrik menjalar ke punggung
Gejala: mual & muntah, Demam Penyebab: alkohol (30%), batu empedu (35%)
Nyeri tekan & defans, perdarahan retroperitoneal (Cullen: periumbilikal, Gray Turner: pinggang), Hipotensi Peningkatan enzim
amylase & lipase di darah
Pankreatitis Resusitasi cairan Nutrisi enteral Analgesik
Nyeri kanan atas/ epigastrium Prodromal (demam, malaise, mual) → kuning. Ikterus, Hepatomegali Transaminase, Serologi HAV, HBSAg, Anti HBS
Hepatitis Akut Suportif
Nyeri kanan atas/ epigastrium
Risk: Female, Fat, Fourty, Hamil Prepitasi makanan berlemak, Mual, TIDAK Demam Nyeri tekan abdomen Berlangsung 30-180 menit USG: hiperekoik dgn acoustic window Kolelitiasis Kolesistektomi Asam ursodeoksikolat Nyeri epigastrik/ kanan atas menjalar ke bahu/ punggung
Mual/muntah, Demam
Murphy Sign USG: penebalan dinding kandung empedu (double rims)
Kolesistitis Resusitasi cairan AB: sefalosporin gen. 3 + metronidazol Kolesistektomi
•
Osteoporosis primer dibagi lagi lebih lanjut
menjadi:
–
Tipe I (pasca menopause)
Ini terjadi pada wanita pasca menopause. Dengan
begitu, dapat dikatakan bahwa osteoporosis terjadi
karena kekurangan estrogen (hormon utama pada
wanita) yang membantu mengatur pengangkutan
kalsium ke dalam tulang pada wanita.
–
Tipe II (Senile)
Terjadi pada pria dan wanita usia. Hilangnya massa
tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut.
Diakibatkan oleh kekurangan kalsium yang berhubungan
dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan
hancurnya tulang dan pembentukan tulang baru.
Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun
dan dua kali lebih sering menyerang wanita.
Vitamin D berperan penting dalam absorbsi
kalsium yang akhirnya berhubungan dengan
metabolisme kalsium tulang.
Pada kondisi kekurangan aktivasi vitamin D
seperti pada orang tua dan penyakit ginjal
kronik, maka akan terjadi pengeroposan
tulang sebagai akibat dari resorbsi tulang
untuk mengkompensasi kadar kalsium
7-dehydrocholesterol merupakan prekursor
vitamin D3 pada lapisan epidermis kulit.
Setelah mengalami reaksi elektrocyclic akibat
paparan terhadap UVB akan membentuk
cholecalciferol. Cholecalciferol akan
dihodroksilasi di hati untuk membentuk
calcifediol
langkah terakhir adalah
hidroksilasi oleh ginjal menjadi calcitriol
(bentuk aktif dari vitamin D3)
Tirotoksikosis:
manifestasi
peningkatan
hormon
tiroid
dalam
sirkulasi.
Hipertiroidisme:
tirotoksikosis
yang
disebabkan oleh kelenjar tiroid hiperaktif.
Trias:
Hipertirioidsme: pembesaran tiroid
hiperfungsional difus.
Optalmopati infiltratif menghasilkan
exophthalmos.
Dermopati infiltratif terlokalisasi disebut
Skor>19
hipertiroid
Skor<11
eutiroid
Antara
11-19
equivocal
↑TSH, ↓T4 Hipotiroid
↑TSH, T4 normal Hipotiroid subklinis, hipotiroid dalam perawatan.
↑TSH, ↑ T4 TSH secreting tumor, resistensi hormon tiroid
↓TSH, ↑T4 atau ↑T3 Hipertiroid
↓TSH, T4 & T3 normal Hipertiroid subklinis
↓TSH, ↓T4 dan ↓T3 Sick euthyriodism, gangguan pituitari
TSH normal, T4 abnormal Perubahan TBG, gangguan laboratorium,
amiodaron,tumor TSH pituitari.
Preferensi tes dengan fT4 dan fT3 dibanding T4 dan T3 total karena tidak
Abses paru merupakan nekrosis jaringan paru
dengan pembentukan kavitas dengan ukuran
umumnya diatas 2 cm.
Kavitas mengandung debris nekrotik dan
cairan akibat infeksi bakteri.
Berbagai penyebab abses paru adalah
pneumonia, emboli sptik, vasculitis.
Diagnosis dari abses paru:
◦
Gejala klinis
◦
Pemeriksaan lab (peningkatan LED, sputum,
aspirasi transbronkial)
◦
Pemeriksaan radiologis (xray: abses terlihat pada
sisi unilateral melibatkan lobus atas dan segmen
apikal dari lobus bawah)
•
P
enyakit infeksi zoonotik yang disebabkan
oleh Leptospira patogen
•
Faktor risiko:
–
Pekerjaan; berkontak secara langsung & tidak
langsung dengan urin atau jaringan binatang yang
infeksius
–
Bidang pertanian, konstruksi, pembersih selokan,
laboratorium, dokter hewan, pekerja tambang, dan
tentara
–
Aktivitas berenang, memancing,di dalam air
•
Keluhan demam yang tidak diketahui
sebabnya
•
Ruam kulit
•
Sakit kepala terutama bagian frontal
•Nyeri otot
•
Mata merah
•
Batuk, nyeri dada
•
Mual dan muntah
•
Kadang ikterik
•
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh nyamuk
Aedes
terutama
Ae.
aegypti
.
•
Virus dengue (DEN-V) terdiri atas 4 serotipe yaitu
DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Semua serotipe
tersebut terdapat di Indonesia
•
Gejala klinis infeksi dengue bervariasi mulai dari
yang paling ringan berupa
flu-like syndrome
hingga sindrom renjatan dengue (SRD) dan
kematian. Angka kesakitan dan kematian akibat
DBD di Indonesia masih tinggi. Kematian
terutama disebabkan renjatan hipovolemik akibat
kebocoran plasma dari intravaskular ke ruang
A. Demam Dengue (DF)
Probable
demam akut dengan 2 atau lebih tanda
berikut :
•Nyeri kepala
•Nyeri retroorbital
•Arthralgia
•Rash
•Manifestasi perdarahan
•Leukopenia, DAN
•IgM ELISA (+)
•
Confirmed
kasus yang telah terkonfirm dengan
B. Demam Berdarah Dengue (DHF)
Empat tanda berikut di bawah ini harus ada :
•
Demam, atau riwayat demam, biasanya bifasik.
•Kecenderungan perdarahan yang ditandai dengan
tes tornikuet (+), peteki/purpura/ekimosis,
perdarahan mukosa/GIT, hemateemesis/melena.
•
Trombositopenia ( < 100.000 sel/cc)
•Bukti adanya kebocoran plasma yang
bermanifestasi sebagai berikut:
–
Peningkatan hematokrit > 20%
–
Penurunan hematokrit > 20% setelah pemberian cairan
–
Adanya efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
•
DHF grade 1 : demam + gejala nonspesifik
konstitusional (anorexia, muntah, dll) + tes
tornikuet (+)
•
DHF grade 2 : sama seperti grade 1, ditambah
gejala perdarahan spontan mukokutan atau GIT
(melena, perdarahan gusi, petekie, dll)
•
DHF grade 3 (DSS) : ditandai oleh gejala
kegagalan hemodinanik seperti nadi lemah dan
cepat (>120x/mnt ), hipotensi (<120 mmHg),
dan akral dingin.
•
DHF grade 4 (DSS) : adanya shock dengan
Diagnosis dapat ditegakkan melalui tiga cara:
•
Keluhan klasik + pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥
200 mg/dL. Glukosa plasma sewaktu adalah hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan
waktu makan terakhir.
•
Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan
adanya keluhan klasik. Glukosa darah puasa artinya pasien
tidak mendapatkan tambahan kalori sedikitnya 8 jam
sebelum pemeriksaan.
•
Pemeriksaan glukosa 2 jam pada tes toleransi glukosa oral
(TTGO) dengan beban 75 gram glukosa ≥ 200 mg/dL .
Pemeriksaan ini lebih sensitif dan spesifik dibanding
dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun
pemeriksaan ini memiliki keterbatasan karena sulit untuk
dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat
Kreatinin merupakan marker penanda fungsi
ginjal yang telah umum digunakan. Kreatinin
merupakan hasil produksi hepar dari metilasi
glycoyamine.
Kreatinin dikeluarkan dari tubuh melalui filtrasi
glomerolus Ginjal, karena itu merupakan
penanda yang baik untuk penurunan fungsi
filtrasi glomerolus.
Jika terjadi penurunan filtrasi, maka akan terjadi
•
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir
dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada
permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa
darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah
12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan
darah dan lendir dalam tinja.
Gejala:
• Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
• Muntah-muntah.
• Anoreksia.
• Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
• Kadang-kadang disertai dengan gejala
menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit
kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
•
Sistitis: disuria, frekuensi, urgensi, nyeri
suprapubik, urin bau & kelabu.
•
Pyelonefritis: demam, menggigil, mual, muntah,
nyeri abdomen, diare, silinder leukosit.
•
Uretritis: disuria, frekuensi, pyuria.
Urinalisis sebaiknya menggunakan urin pagi hari
karena urin terakumulasi sepanjang malam
sehingga lebih banyak kelainan, seperti silinder
atau nitrit, yang dapat ditemukan untuk
•
Pielonefritis merupakan infeksi pada ginjal,
umumnya disebabkan karena penjalaran infeksi
ascending dari UTI dibawah.
•
Gejala yang dialami apsiena dalah demam, nyeri
pinggang, dan mual.
•
Pada pemeriksaan lab dapat dijumpai:
leukositosis, Pemeriksaan urin: bakteriuria,
hematuria, silinder, pyuria.
•
Terapi: Ciprofloksasin selama 7 hari atau
•
Pasien tanpa keadaan komorbid tertentu dapat
menggunakan diuretik golongan thiazide.
•
Diuretik thiazide dapat dipertimbangkan sebagai terapi lini
pertama pada sebagian besar kasus hipertensi.
•
ACE Inhibitor merupakan pengobatan yang rasional untuk
pasien dengan angina, risiko tinggi penyakit jantung
koroner, penyakit ginjal kronis dan diabetes.
•
ARB dengan indikasi yang sama seperti ACE-Inhibitor
merupakan pilihan yang populer dikarenakan minimnya
efek samping seperti batuk (ditemukan pada 10%
penyandang hipertensi yang mengkonsumsi ACE-I). ARB
juga terbukti mengurangi kejadian kardiovaskular pada
individu risiko tinggi.
1.
ACE-I (kaptopril, lisinopril): Bradikinin & substansi P
batuk
2.ARB (valsartan, losartan): Tidak menyebabkan batuk
Terapi
◦
Pemanasan
handuk hangat,
infrared
◦
Radiasi
pre-op/post-op
500- 1000 Rad
“lindungi implant”
◦
Indometasin
◦
Ibuprofen
◦
Diphosphonates
Pembentukan tulang
pada jaringan yang
secara normal tidak
menunjukkan sifat
ossifikasi
◦
Sendi bengkak, nyeri,
hangat
◦
Seringkali terjadi
pengurangan range of
movement
◦
Dapat terjadi sejak 2
minggu post op
◦
Dapat berlanjut menjadi
pembentukan tulang
ekstensif dalam 3 bulan
Ashton et al. Prevention of heterotopic bone formation in high risk patients post-total hip arthroplasty. Journal of Orthopaedic Surgery 2000, 8(2): 53–57
Femoral head
impaction
Fraktur siku
tersering pada
anak-anak
◦
Usia < 8 tahun
Mekanisme
◦
Extension (95%) vs
flexion
◦
Posisi menahan
dengan tangan
ekstensi
◦
Posisi menahan
dengan siku fleksi
Mild swelling to gross deformity
Arm held to side, immobile,
extension
S-shaped configuration
angulasi lengan atas
Gartland
◦
I - nondisplaced
◦
II - displaced with intact posterior cortex
◦
III - displaced fracture, no intact cortex
A: posteromedial rotation of distal fragment
B: posterolateral rotation
Gartland type I
Gartland type II
Infeksi pada
traktus biliaris
Trias Charcoat
◦
Demam
◦
Nyeri perut
kuadran kanan
atas
◦
Kuning/ikterik
• Pemeriksaan:
• USG Abdomen
• Endoscopic retrograde
cholangiopancreatography
(ERCP)
• Magnetic resonance
cholangiopancreatography
(MRCP)
• Percutaneous transhepatic
cholangiogram (PTCA)
• Pemeriksaan lab:
• Kadar Bilirubin
• Kadar enzim hati/tes fungsi hati
• Leukosit/White blood count
Disorder Clinical Feature
Pancreatitis Chronic Abdominal pain, normal or mildly elevated pancreatic
enzyme levels, malabsorbsion (steatorrhea), diabetes mellitus (CHRONIC)
sudden in onset abdominal pain radiates the back, worse in supine position,Profuse vomiting, fever(ACUTE)
Acute
cholesistis Acute right upper quadrant pain and tenderness, radiates to back or below the right shoulder blade,Fever and leukocytosis, Clay-colored stools, jaundice, Nausea and vomiting,Palpable gallbladder/fullness of the RUQ ,Murphy sign
Cholelithiasis Episodic abdominal pain (increases when consuming fat), pain resolves over 30 to 90 minutes.localizes the pain to the
epigastrium or right upper quadrant radiation to the right
scapular tip (Collins sign).Dyspepsia,Gallstones on
cholecystography or ultrasound scan,4F. Dx:USG, MRCP
Choledocholithiasis at least one gallstone in the common bile
duct Pancreatic
Tumor >50 years,abdominal pain, lower back pain,jaundice, Dark urine and clay-colored stools,Fatigue and weakness, Painless Jaundice, palpable gallbladder (ie, Courvoisier sign),Loss of
appetite and weight loss,Nausea and vomiting, Trousseau sign, in which blood clots form spontaneously in the portal blood vessels, the deep veins of the extremities, or the superficial veins anywhere on the body, Diabetes mellitus, Tumor marker CA 19-9
Signs of intraperitoneal injury
◦
Nyeri Abdominal, iritasi
peritoneum
◦
Distensi
karena
pneumoperitoneum, Pembesaran
gaster, atau terjadi ileus
◦
Ekimosis daerah pinggang
(gray-turner sign) atau
umbilikus(cullen's sign)
retroperitoneal hemorrhage
◦
Kontusio Abdominal – seat belts
sign
◦
Bising usus ↓
mengarahkan pada
trauma intraperitoneal
◦
RT: Darah atau emfisema
The type of injury will depend on whether the organ injured is
solid or hollow.
hollow organs include:
◦
stomach
◦
intestines
◦
gallbladder
◦
bladder
solid organs
include:
liver
spleen
kidneys
Ruptur organ berongga
Ruptur Organ Solid
Akan mengeluarkan
udara dan
cairan/sekret GIT yang
infeksius
Sangat mengiritasi
peritoneum
peritoniti
s
Menyebabkan
perdarahan internal
yang berat
Darah pada rongga
peritoneum
peritonitis
Terlihat gejala syok
akibat perdarahan hebat
◦
Gejala peritonitis dapat
tidak terlalu terlihat
Batu pada saluran kemih
Tanda:
◦
Nyeri pinggang
◦
Irritative voiding symptom
◦
mual
◦
Hematuria mikroskopik
Kristal urin dapat
ditemukan pada urinalisis:
kalsium oksalat, asam
urat, sistein
Diagnosis: IVP
Cervical lateral diagnostic 80%
Foto vertebra komplit AP-Lateral
90% diagnostic
CT spinal 98% diagnostic
22.5º logrolled view untuk melihat
facets
45º view melihat intervertebral
foramen & facets
Peg & lateral mass distance <2mm and symmetrical
Peg & arch of atlas distance <2mm in adults < 4mm in kids
Above C4 the width is <half of the VB width below C4 its
equal to one VB width
Pseudosubluxation of C2 on C3 is normal in young kids& it
disappears on extension
C1 and C2 interspinous space <10mm wide
Distance between occiput and atlas <5mm
To estimate scattered burns: patient's palm surface = 1% total body surface area
http://www.traumaburn.org/referring/fluid.shtml
Parkland formula = baxter
formula
•
Kebutuhan Cairan:
4 x 30 x 70 =
8400 ml
•
8 jam pertama
8400 ml / 2 =
4200ml
Tanda pasti kematian
◦
Rigor mortis
◦
Lebam mayat (livor mortis)
Lebih cepat terbentuk
◦
Pembusukan
◦
Cedera yang tidak memungkinkan survive
Dekapitasi
Terpotong anggota badan
Terbakar hingga tidak dapat dikenali
Once you begin CPR, continue until (STOP
acronym):
◦
S Patient
Starts
breathing and has a pulse
◦
T Patient is
Transferred
to another trained
responder
◦
O You are
Out
of strength
Kriptorkismus: testis tidak ada dalam
skrotum dan tidak dapat dimasukkan ke
skrotum
Ectopic: tidak melewati jalur turunnya testis
Retraktil: dapat dimanipulasi hingga masuk
ke dalam skrotum dan dapat menetap tanpa
tarikan
Gliding: dapat dimanipulasi hingga masuk
ke dalam skrotum namun bila dilepas akan
tertarik kembali
Ascended: sebelumnya telah ada dalam
skrotum lalu tertarik ke atas secara
spontan
Testis yang tidak
teraba muncul
sekitar 20-30%
pada pasien
kriptorkismus
Hanya 20-40% dari
testis yang tidak
teraba, saat
dioperasi
benar-benar tidak ada
Peningkatan tekanan
intrapleura
Kompresi paru ke sisi
kontralateral
Kompresi trakea,
jantung, aorta,
esophagus
Ventilation and
Cardiac Output
greatly compromised
Udara terkumpul
pada rongga pleura
tanpa ada tempat
untuk keluar
Hasil
paru-paru
kolaps dan menekan
mediastinum,
pembuluh darah
besar dan trakea
Each time we inhale,
the lung collapses further. There is no place for the air to
escape..
Heart is being compressed
The trachea is pushed to the good side
Hemoroid
structur vaskular
dalam anal canal
Gambaran
Histologis
◦
Epitel skuomosa
kolumnar simplex
dan eptel skuomosa
bertingkat dengan
pelebaran vena pada
lapisan lamina proria
dan submukosa
Symptoms • knee pain • pain in the back hip • difficulty moving the lower extremity • The leg is shortened and internally rotated with flexion and adduction at the hip Risk Factor • Accident • Improper seating adjustment • sudden break in the car netterimages.com soundnet.cs.princeton.edu
Simple management
maneuvers
◦
Suction
◦
Chin lift
◦
Jaw thrust
“Definitive airway:” Cuffed tube
in trachea
endotracheal tube
Pasien tidak sadar:
GCS <9
Obstruksi karena
◦
Lidah
◦
Aspirasi
◦
Benda asing
◦
Trauma Maksilofasial
◦
Trauma leher
Management:
◦
Careful endoscopic exam
◦
Careful and gentle intubation,
or
Modifikasi untuk pasien dengan kecurigaan trauma
medula spinalis:
1. Tongue/jaw lift
Faktor Risiko
Ulkus
Peptikum e.c NSAID
Gejala klasik:
◦
Nyeri seluruh lapang
perut yang timbul
mendadak
◦
Menjalar sampai ke bahu
◦
Tanda peritonitis
Peneriksaan Fisik
◦
Nyeri tekan seluruh
lapang perut
◦
rigid abdomen; with
rebound and percussion
tenderness, and
guarding (a characteristic
„drum-like‟ tender
abdomen
)
◦
Pekak hepar menghilang
Radiologic Findings
◦
Plain radiograph of
abdomen (AP)
Skapula dan humerus
merupakan tempat
perlekatan proksimal dari
otot-otot yang berfungsi
untuk fleksi dan ekstensi
sendi siku
Ulna & radius merupakan
tempat perlekatan distal dari
otot-otot ini
Fraktur pada regio kondilus
akan tergeser akan tarikan
otot
Phimosis
Prepusium tidak
dapat ditarik
kearah proksimal
Fisiologis pada
neonatus
Komplikasi
◦
Balanitis
◦
Postitis
◦
Balanopostitis
Treatment
◦
Dexamethasone 0.1%
(6 weeks) for
spontaneous
retraction
Paraphimosis
Prepusium tidak
dapat ditarik
kembali dan
terjepit di sulkus
koronarius
Gawat darurat bila
◦
Obstruksi vena
superfisial
edema dan nyeri
Nekrosis glans
penis
Treatment
◦
Manual reposition
Paraphimosis
leading to vascular
engorgement and edema of the distal glans.
This condition is a medical emergency when
identified acutely and requires prompt
effective treatment to prevent loss of the
distal glans penis
• Manipulation
• Ice packs
• Compression
• Osmotic agent
• Puncture technique
• Surgical reduction
followed by circumcision
• dorsal slit procedure
•
Vasodilatasi perifer
•
peningkatan permeabilitas
kapiler (edema)
•
Bronchospasm
•
Aritmia, tachycardia
Talkativeness
Slurred speech
Dizziness
Nausea
Depression
Euphoria
Excitement
Convulsions
Overdosis epinefrin
Sangat jarang
Fear, anxiety
Tenseness
Restlessness
Throbbing headache
Tremor
Perspiration
Weakness
Dizziness
Pallor
Respiratory difficulty
Palpitations
Femur bone
anatomy
◦
Terletak dekat
dengan pembukuh
darah besar (femoral
artery)
Pada fraktur femur
kehilangan darah
sampai 1,500 ml
per femur
Sumbatan saluran limfe
•
Akumulasi cairan limfe di jaringan sekitar
•Etiologi
• Pembedahan
• Radiasi
• Infeksi
• Trauma
•
Transportasi cairan limfe terganggu
• Saluran limfe rusak secara fisik karena operasi
• Kompresi saluran limfe karena perubahan saat radiasi dan operasi
• Obstruksi saluran limfe oleh tumor
Iodine is better tolerated by tissue than a
combination of octenidine/phenoxyethanol or
preparations that contain chlorhexidine, but less
well-tolerated than polihexanide and
taurolidine26-29 (Kramer et al 93, Kramer &
Adrian 96, Kramer et al 95, Kramer et al 98)
As an active component, iodine thus is the agent
of choice for topical management of infected
wounds or colonised acute trauma wounds
CONSENSUS PAPER ON WOUND ANTISEPSIS
It is a rapidly progressive, potentially fatal
condition characterized by widespread
necrosis of the muscles and subsequent
soft-tissue destruction
.
Merupakan akibat dari luka yang tidak diobati
dengan adekuat
Closteridium
species – spore forming,
Gram(+)
C. Perfringens
(mostly)
c.nov
yi
c.septicu
m
Anaerobic environment Distension of tissues Interfering Blood supply Ischemia/ gangrene Toxemia and death Spores germinate Carbohydrates Fermentation Gas production In tissues
PATHOGENESIS
Incubation period is 1-7 days vegetative cells multiply
Akumulasi dari cairan
dan udara bebas pada
rongga pleura
Menyebabkan tekanan
positif pada rongga
pekura
paru-paru
kolaps
Pemeriksaan Fisik
◦
Hipersonor pada lapang
paru atas
◦
Redup pada lapang paru
bawah
Karena trauma
Biasanya
darah
hematopneumothorax
/VENTRAL HERNIA
Tipe Hernia Definisi
Reponible Kantong hernia dapat dimasukkan kembali ke dalam
rongga peritoneum secara manual atau spontan
Irreponible Kantong hernia tidak dapat dimasukkan kembali ke
dalam rongga peritoneum
Incarserated Obstruksi dari pasase usus halus yang terdapat di dalam kantong hernia
Strangulated Obstruksi dari pasase usus dan Obstruksi vaskular dari
kantong herniatanda-tanda iskemik usus:
bengkak,nyeri,merah
• Indirek mengikuti kanalis inguinalis
• Karena adanya prosesus vaginalis persistent
• The processus vaginalis outpouching of peritoneum attached to the testicle that trails behind as it descends
retroperitoneally into the scrotum.
DirekTimbul karena adanya defek atau kelemahan pada fasia transversalis dari trigonum Hesselbach
http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/fractures/Supracondylar _fracture_of_the_humerus_Emergency_Department/
Merupakan pemeriksaan untuk menilai fundus
okuli terutama retina dan papil saraf optik
◦
Papil
Batas tegas, bulat lonjong, kabur
Warna pucat atau merah jambu, ekskavasi
◦
Pembuluh darah retina
Bentuk, jumlah, lurus atau berkelok, warna, titik persilangan,
spasme, rasio arteri dan vena
◦
Retina
Eksudat, perdarahan, sikatrik koroid atau ablasi Makula lutea
Swelling (inflamation) or infection of the
• Glaukoma adalah penyakit saraf mata yang berhubungan dengan peningkatan tekanan bola mata (TIO Normal : 10-24mmHg)
• Ditandai : meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang
• Jenis Glaukoma :
Primer yaitu timbul pada mata yang mempunyai bakat bawaan, biasanya bilateral dan
diturunkan.
Sekunder yang merupakan penyulit penyakit mata lainnya (ada penyebabnya) biasanya
Unilateral
• Mekanisme : Gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sitem drainase sudut kamera anterior (sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (sudut tertutup)
• Pemeriksaan :
Tonometri : mengukur tekanan Intraokuler (TIO)
Penilaian diskus optikus : pembesaran cekungan diskus optikus dan pemucatan diskus Lapang pandang
Gonioskopi : menilai sudut kamera anterior → sudut terbuka atau sudut tertutup
• Pengobatan : menurunkan TIO → obat-obatan, terapi bedah atau laser
Vaughn DG, Oftalmologi Umum, ed.14
Causes Etiology Clinical
Acute
Glaucoma Pupilllary block Acute onset of ocular pain, nausea, headache, vomitting, blurred vision, haloes (+), palpable
increased of IOP(>21 mm Hg), conjunctival injection, corneal epithelial edema, mid-dilated nonreactive pupil, elderly, suffer from hyperopia, and have no history of glaucoma
Open-angle (chronic) glaucoma
Unknown History of eye pain or redness, Multicolored halos, Headache, IOP steadily increase, Gonioscopy Open anterior chamber angles, Progressive visual field loss Congenital
glaucoma abnormal eye development, congenital infection
present at birth, epiphora, photophobia, and blepharospasm, buphtalmus (>12 mm)
Secondary
glaucoma Drugs (corticosteroids)
Eye diseases
(uveitis, cataract)
Systemic diseases Trauma
Sign and symptoms like the primary one. Loss of vision
Absolute
glaucoma end stage of all types of glaucoma, no vision, absence of pupillary light reflex and pupillary response, stony appearance. Severe eye pain. The treatment → destructive procedure like
cyclocryoapplication, cyclophotocoagulation,injection of 100% alcohol
Buta warna merah dan hijau
laki-laki
Adalah lepasnya
lapisan dalam dari
retina dari lapisan
epitelium pigment
(choroid)
Gejala dan tanda
◦
Photopsia
sensasi
meliat kilat
◦
Gangguan lapang
pandang
◦
Adanya sensasi seperti
tirai menutup
•
Penurunan TIO
beta blocker, alpha 2-adrenergik agonis,
carbonic anhydrase
Tekanan IO diturunkan dengan :
◦
Pilokarpin 2 % tiap menit selama 5 menit
tiap 1 jam
selama satu hari
◦
Asetazolamid 500 mg IV
tablet 250 mg/4 jam
Nyeri dikurangi dengan
xilokain 2%
retrobulbar
Pembedahan hanya untuk glaukoma sudut
• Blood in the front (anterior) chamber of the eye a reddish
tinge, or a small pool of blood at the bottom of the iris or in the cornea.
• May partially or completely block vision.
• The most common causes of hyphema are intraocular surgery,
blunt trauma, and lacerating trauma
• The main goals of treatment are to decrease the risk of
rebleeding within the eye, corneal blood staining, and atrophy of the optic nerve.
• Treatment :elevating the head at night, wearing an patch and
shield, and controlling any increase in intraocular pressure. Surgery if non-resolving hyphema or high IOP
• Complication: rebleeding, peripheral anterior synechiea, atrophy
optic nerve, glaucoma (months or years after due to angle closure)
• Merupakan trauma yang mengenai
bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut
• Keadaan kedaruratan oftalmologi
karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat
bahkan sampai kehilangan penglihatan
• Etiologi : 2 macam bahan yaitu yang
bersifat asam (pH < 7) dan yang bersifat basa (pH > 7,6)
• Pemeriksaan Penunjang :
Kertas Lakmus : cek pH berkala
Slit lamp : cek bag. Anterior mata dan
lokasi luka
Tonometri
Funduskopi direk dan indirek
• Klasifikasi :
Derajat 1: kornea jernih dan tidak
ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)
Derajat 2: kornea berkabut
dengan gambaran iris yang masih terlihat dan terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)
Derajat 3: epitel kornea hilang
total, stroma berkabut dengan gambaran iris tidak jelas dan sudah terdapat 1/2 iskemik limbus (prognosis kurang)
Derajat 4: kornea opak dan sudah
terdapat iskemik lebih dari 1/2 limbus (prognosis sangat buruk)
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf
Tatalaksana Emergensi :
Irigasi : utk
meminimalkan durasi
kontak mata dengan
bahan kimia dan
menormalkan pH mata;
dgn larutan normal saline
(atau setara)
Double eversi kelopak
mata : utk memindahkan
material
Debridemen : pada epitel
kornea yang nekrotik
Tatalaksana
Medikamentosa :
Steroid : mengurangi
inflamasi dan infiltrasi
neutrofil
Siklopegik :
mengistirahatkan iris,
mencegah iritis (atropine
atau scopolamin)
dilatasi pupil
Antibiotik : mencegah
infeksi oleh kuman
oportunis
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf; Ilmu Penyakit Mata, Sidarta Ilyas
• Removing the offending agent
– Immediate copious irrigation
• With a sterile balanced buffered
solution normal saline solution or ringer's lactate solution
• Until the ph (acidity) of the eye returns to normal
– Pain relief Topical anesthetic
• Promoting ocular
surface(epithelial)healing
– artificial tears
– Ascorbate collagen remodeling
– Placement of a therapeutic bandage
contact lens until the epithelium has regenerated
• Controlling inflammation
– Inflammatory inhibits
reepithelialization and increases the risk of corneal ulceration and
perforation
– Topical steroids
– Ascorbate (500 mg PO qid)
• Preventing infection
– Prophylactic topical antibiotics
• Controlling IOP
– In initial therapy and during the later recovery phase, if IOP is high (>30 mm Hg)
• Control pain
– Cycloplegic agentsciliary spasm
– Oral pain medication
The Goals Of
Management :
EPIDEMIOLOGY
• Adult chlamydial conjunctivitis is a
sexually transmitted disease (STD)
• All ages but particularly young
adults
• More women than men affected C.
trachomatis serotypes D-K Histopathology: basophilic
intracytoplasmic epithelial inclusion bodies (on Giemsa staining)
SIGNS
• Preauricular lymphadenopathy • Mucopurulent discharge
• Conjunctival injection • Chemosis
• Follicular reaction (especially
bulbar or plica semilunaris follicles)
• Superior micropannus
• Fine or coarse epithelial or
subepithelial corneal infiltrates
SYMPTOMS
• Unilateral or bilateral involvement
• Purulent discharge, crusting of
lashes, swollen lids, or lids "glued together"
• Patient may also complain of:
◦ red eyes ◦ irritation ◦ tearing ◦ photophobia ◦ blurred vision TREATMENT
Options include one of the following:
• Azithromycin 1000mg single dose
• Doxycycline 100mg BID for 7 days
• Tetracycline 100mg QID x 7 days
(avoid in pregnant women and in children)
• Erythromycin 500 mg QID x 7 days
Patient and sexual contacts should be evaluated and treated for other STDs.
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva
atau selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak dan bola mata
Gejala khusus pada konjungtivitis adalah
sekret
hasil produksi sel goblet
• Uveitis
– acute, sterile anterior segment inflammation
– develop symptoms within 12 to 24 hours of the surgery
– Red eye and painfull
– Slit lamp → increased cell and flare, hypopyon formation, diffuse
corneal edema
• Swelling of the macula (cystoid macular edema)
– between 2 and 12 weeks after cataract surgery
– vision becomes blurry after a period of clear vision
– Risk Factor:age-related macular degeneration, diabetic
retinopathy
• Retinal detachment
– Fluid seeps through a tear in the retina
– shadow in field of vision, floaters or flashing lights
• Endophthalmitis
– Painful eyeball, Lid oedema, chemosis, conjunctival injection
– very poor vision
– sensitivity to light
CT scan merupakan pemeriksaan “gold standar”
untuk penegakkan diagnosis stroke
-
Stroke hemorargik
Ct- scan merupakan pemeriksaan yang dapat
dipercaya untuk menegakkan diagnosis perdarahan
akut (terutama dalam seminggu pertama serangan
stroke)
-
Stroke iskemik
dalam satu jam pertama serangan stroke iskemik,
hanya <50% infark yang dapat terlihat
perlu
Stadium Hiperakut
(<12 jam serangan)
◦
Normal 50-60%
◦
Arteri hiperdense
(
dense MCA sign)
◦
Obstruksi pada
nukleus lentiformis
◦
Insular ribbon sign
Acute : 12 – 24 jam
serangan
◦
Low density basal
ganglia
◦
Sulcal effacement
1 – 3 hari setelah
serangan
◦
Peningkatan massa
◦
Transformasi
hemorargik
DIAGNOSIS ME TB
ME TB bersifat subakut
Gejala prodormal :
◦ Demam sub akut, malaise, nyeri kepala, pusing, muntah dan perubahan personaliti (muncul beberapa minggu sebelumnya)
Setelah prodormal selesai,
pasien akan menderita nyeri
kepala hebat, perubahan
kesadaran, stroke,
hidrosefalus, dan neuropati
kranial
Kejang jarang terjadi pada
orang dewasa
bila ada
kemungkinan meningitis
bakterial atau virus atau
tuberkuloma serebri
Kejang sering muncul pada
pasien anak (hampir 50%
kasus)
Penegakkan diagnosis
berdasar pada manifestasi
klinis dan pemeriksaan CSF
Pada pemeriksaan CSF
didapatkan :
◦ Pleositosis dengan predominan limfosit ◦ Total WBC 100 and 500 cells/μL.◦ Pada fase awal, sel darah putih dapat rendah dengan predominan neutrofil
◦ Protein meningkat antara 100 dan 500 mg/dL,
◦ Glukosa rendah kurang dari 45mg/dL atau rasio CSF: plasma <0.5
Marx GE, Chan ED. Tuberculous Meningitis : Diagnosis and Treatment Review. Hindawi Publishing Corporation Tuberculosis Research and Treatment Volume 2011, Article ID 798764, 9 pages
Neurologic exam
A. Deep tendon reflexes
(knee jerk – L4, ankle jerk – S1)
B. Straight-leg raise C. Dorsiflexion of ankle
during straight-leg raise test increases sciatic
tension and pain
D. Plantar flexion at ankle during straight-leg raise relieves sciatic tension and pain
E. Ankle clonus
F. Consider rectal exam (for tone) and check for
perianal sensation (cauda equina syndrome
Stimulus auditif sistem
audiktif area auditif
primer di girus Hiscl (di kedua lobus temporalis)
area auditif primer di
hemisfer yg dominan
area asosiasi auditif
(Wernicke area)
informasi diteruskan ke daerah enkoding motorik (area Broca)
Afasia adalah gangguan berbahasa baik dalam memproduksi dan/atau memahami bahasa
Tujuh komponen Wernicke-Geshwind Model
Afasia Global
Melibatkan seluruh daerah bahasa di fisura Sylvii, pasien sama sekali tidak berbicara, atau sepatah kata atau frasa yang diulang ulang, artikulasi buruk, tidak bermakna
Afasia Broca (Lesi Frontal)
Pasien tidak bicara atau sedikit bicara, memerlukan banyak usaha untuk berbicara, miskin gramtik, menyisipkan, mengimbuh huruf atau bunyi yg salah
Afasia Wenicke (Sensorik) – Lesi Temporoparietal
Bicara terlalu banyak, kalimat yang diucapkan tidak mempunyai arti Afasia Transkortikal
Stroke (WHO MONICA 1986)
Gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma ataupun infeksi.
Tanda dan Gejala Stroke (De Freitas et al 2009)
Hemidefisit motorik Hemidefisit sensorik Penurunan kesadaran
Kelumpuhan nervus fasialis (VII) dan
hipoglosus (XII) sentral
Gangguan fungsi luhur seperti kesulitan
berbahasa (afasia) dan gangguan fungsi intelektual (demensia)
Buta separuh lapang pandang
(hemianopsia)
Defisit batang otak
• Jarang muncul sebelum usia 40 tahun, resiko meningkat dengan
bertambahnya usia dan mengenai 1-% pasien berumur di atas 65 tahun
•Faktor resiko parkinson :
• genetik
• terpapar pestisida
• kopi dan rokok menurunkan resiko terjadinya parkinson
Kerusakan pada neuron penghasil dopamine di Substansia Nigra Jalur nigrostriatal : Dopamine ↓ di korpus striatum Produksi Dopamine ↓ Rigiditas, Bradykinesia, Tremor, Gangguan berjalan
Guillain-Barré syndrome (GBS) is a group of autoimmune syndromes consisting of
•
Paresis nervus VII
perifer idiopatik
ditemukan pertama
kali oleh Sir Charles
Bell ( 1774-1842)
•
Etiologi
–
Inflamasi pada nervus
fascialis di ganglion
geniculatum
menyebabkan
kompresi dan akhirnya
terjadi iskemia dan
demyelinisasi
–
Penyebab inflamasi
belum dapat
diidentifikasi, dicurigai
disebabkan oleh
infeksi HSV-1
Penonjolan diskus intervertabralis dengan protusi
dan nukleus kedalam kanalis spinalis
mengakibatkan penekanan pada radiks atau cauda
equina.
1.Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu
atau dua ekstremitas.
2.Nyeri tulang belakang
3.Kelemahan satu atau lebih ekstremitas
4.Kehilangan control dari anus dan atau kandung
kemih sebagian atau lengkap.
5. nyeri diperberat akibat peningkatan tekanan
cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat,
mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau
spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.
Korteks
serebri -Lobus oksipital -Lobus temporal -Lobus parietal -Lobus frontal
-Menerima dan memproses informasi visual
- Penghidu, pendegaran, keseimbangan, emosi dan motivasi , bahasa
- area asosiasi sensorik dan kemampuan visuospasial -Konsentrasi, kontrol emosi, area motorik, tempat
koordinasi semua sinyal dari bagian otak, proses
pemecahan masalah yang kompleks, kepribadian Sistem
limbik Hipokampus Amygdala
Pembentukan memori baru Mengatur emosi yang terkait dengan self perservation Central
core -Medulla oblongata (medulla) -Pons -Cerebellu m -Hipotalam us
-Mengatur respirasi, nadi dan tekanan darah
-Mengatur siklus bangun dan tidur
-Mengatur refleks, keseimbangan dan
mengkoordinasikan gerakan -Emosi dan motivasi, reaksi terhadap stres
Perasaan mual dan pusing yang terjadi akibat
gerakan saat menaiki mobil, roller coaster
atau menaiki perahu
Terkait dengan sistem keseimbangan yaitu :
◦
Telinga dalam
◦
Mata
◦
Reseptor di kulit
◦
Reseptor di sendi dan otot
Adalah kesimpulan menyeluruh yang
mendeskripsikan hasil observasi dan
kesan dari pasien selama wawancara
Status mental pasien dapat berubah
dengan waktu
Status mental =
deskripsi: penampilan
}
pembicaraan }
perilaku }
pikiran } pasien
selama
wawancara
I. Deskripsi umum
1.Penampilan
2.Perilaku dan
aktivitas
psikomotor
3.Sikap terhadap
pemeriksa
II. Mood dan afek
1.
Mood
2.
Afek
3.
Keserasian afek
III. Ciri pembicaraan
IV. Persepsi
V. Isi pikiran dan arah
pikiran (
mental
trends )
1.
Proses / bentuk
pikiran
2.
Isi pikiran
VI. Kesadaran dan
kognisi
VII. Pengendalian
impuls
VIII. Daya nilai dan
tilikan
IX. Taraf dapat
dipercaya
Mood = suasana perasaan
emosi yang meresap dan terus menerus
yang mewarnai persepsi seseorang akan
dunia.
Deskripsi mood
Euthym
: normal
Hypothym : murung-putus asa-depresif
Hyperthym :
elasi-ekspansif-euforik-manik
Empty
: kosong-hambar
Irritable
: mudah tersinggung
Alexithymia : sulit mengungkapkan
Afek :
Ekspresi emosi sesaat, dapat diamati dari
ekspresi wajah, gerak tubuh, irama suara.
Deskripsi Afek :
serasi / tidak serasi
luas
terbatas
tumpul
datar
labil/tegang/cemas
Bicara dapat digambarkan didalam
kualitasnya, kecepatan produksi suara dan
kualitasnya.
Penampilan: secara fisik, pakaian, cara
berjalan, rapi/ tidak, terurus/tidak
Dalam arti sempit adalah pemahaman pasien terhadap penyakitnya Derajat tilikan:
1. Penyangkalan penyakit sama sekali
2. Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan
bantuan tetapi dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya.
3. Sadar bahwa mereka adalah sakit tapi melemparkan kesalahan pada
orang lain, pada faktor eksternal atau faktor organik
4. Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
penyebab sakitnya
5. Tilikan intelektual: menerima bahwa pasien sakit dan bahwa gejala
disebabkan gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri tetapi TIDAK menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman di masa depan
6. Tilikan emosional sesungguhnya: Tilikan yang sehat, yakni sadar
sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motifasi untuk mencapai perbaikan
Kompulsif desakan atau paksaan untuk melakukan sesuatu yang akan meringankan rasa tidak nyaman akibat obsesi. Jika dilakukan tindakan kompulsif
Isi pikir Isi pikiran dimaksudkan pada apa yang sesungguhnya
dipikirkan seseorang: gagasan, keyakinan, preokupasi, obsesi.
arus pikir: cara dimana seseorang menyatukan gagasan dan asosiasi, yaitu bentuk dimana seseorang berpikir. Proses pikiran mungkin logis dan koheren atau sama sekali tidak logis dan bahkan tidak dapat dimengerti (termasuk neologisme, asosiasi longgar, flight of ideas, tangensial, sirkumtansial)
Flight of ideas gagasan yang bertubi-tubi melompat dari satu topik ke topik lain
Obsesif gagasan, bayangan pikiran atau impuls yang timbul
dalam pikiran individu secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama
Akatisis syndrome characterized by unpleasant sensations of inner restlessness that manifests itself with an inability to sit still or remain motionless. (a subjective disorder characterized by a desire to be in constant motion resulting in an inability to sit still and a compulsion to move.)
Rigiditas Stiffness or inflexibility.
Bradikinesia extreme slowness of movements and reflexes
Distonia akut sustained muscle contractions cause twisting and repetitive movements or abnormal postures
(characterized by intermittent spasmodic or sustained involuntary contractions of muscles in the face, neck, trunk, pelvis). Frequently a result of antiemetics
metoclopramide, typical antipsychotic eg. Chlorpromazine
Tardive
dyskinesia an involuntary movement disorder characterized by repetitive purposeless movements which typically involve the buccolingual masticatory areas but which can include choreoathetoid limb movement.
DSM-IV-TR divides primary sleep disorders
into:
◦
Dyssomnias: disorders of quantity or timing of
sleep
Insomnia
Hypersomnia
◦
Parasomnias: abnormal behaviors during sleep or
the transition between sleep and wakefulness.
Sleep walking , night terror, nightmare
Insomnia is difficulty initiating or maintaining
sleep. It is the most common sleep complaint and
may be transient or persistent.
Primary insomnia is commonly treated with
benzodiazepines.