• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI DYNAMIC GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MAKASSAR. Disusun dan diusulkan oleh YUNI KARTIKA FAJRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI DYNAMIC GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MAKASSAR. Disusun dan diusulkan oleh YUNI KARTIKA FAJRI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

TERBUKA HIJAU DI KOTA MAKASSAR

Disusun dan diusulkan oleh

YUNI KARTIKA FAJRI

Nomor Stambuk : 105640215915

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan oleh

YUNI KARTIKA FAJRI

Nomor Stambuk : 105640215915

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

Nama Mahasiswa : Yuni Kartika Fajri

Nomor Stambuk : 105640215915

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah di tulis/dipublikasikan oleh orang lain atau plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang berlaku.

Makassar, 16 Agustus 2019 Yang menyatakan

(6)

Skripsi ini membahas tentang Dynamic Governance dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Makassar. Lokasi penelitian ini bertempat di jalan Sultan Hasanuddin, kecamatan Ujung Pandang, kota Makassar.Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yakni memberikan gambaran secara objektif terkait bagaimana keadaan sebenarnya objek yang diteliti, dan tipe penelitian yang digunakan adalah tipe fenomenologi. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder dengan jumlah Informan sebanyak 9 orang.Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Reduksi data, penyajian data, dan Penarikan kesimpulan. Pengabsahan data yang digunakan adalah Triangulasi sumber, Triangulasi teknik dan Triangulasi waktu.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Thinking ahead (berpikir kedepan) dalam Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) mengharuskan setiap kota memiliki lahan terbuka hijau seperti taman perkotaan dan hutan kota minimal 30%. Peran pemerintah dalam meningkatkan kualitas RTH masih dalam tahap proses, karena masih adanya kendala pada bagian lahan akan tetapi pemerintah berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kenyamanan masyarakat di taman macan sehingga kebersihan sudah mulai terjaga dan dapat dinikmati untuk bersantai dan olahraga. Thinking again (Berpikir lagi) yang dilakukan pemerintah kota masih kesulitan dalam memenuhi target RTH dimana kota Makassar masih dibawah 10 % dari 30 % persyaratan yang ada. Dapat diketahui bahwa RTH ditaman macan sangat baik ketika berada dalam pengawasan Dinas Lingkungan Hidup karena pengawasannya rutin dan pihak terkait turun langsung untuk mengontrol dan mengawasi perkembangan Ruang Terbuka Hijau di Taman Macan. Thinking across (berpikir lintas batas) yang dilakukan oleh pemerintah bahwa evaluasi yang perlu diperkuat adalah komitmen bersama untuk menambah luas lahan agar mencapai 30% luas lahan terbuka hijau kota selain itu perlunya peningkatan peran pemerintah, swasta dan masyarakat yang sinergis untuk mengoptimal Lahan Terbuka Hijau Kota Makassar. Perlunya sosialisasi pada publik megenai pentingnya menjaga keseimbangan dan keberlangsungan lingkungan kota dengan melakukan inventarisasi wilayah-wilayah yang termasuk sebagai Ruang Terbuka Hijau terutama di taman Macan.

(7)

Tiada kata indah yang patut di ucapkan seorang hamba kepada Sang Pencipta atas segala cinta kasih-Nya yang tak terhingga dan nikmat-Nya yang tak berujung sehingga kita mampu melewati hari-hari yang penuh makna, dan memberi kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dynamic Governance dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di kota Makassar” Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar ini.

Penulisan skripsi ini guna bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan dari program studi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Saya menyadari bahwa untuk menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini tidaklah mudah, namun saya meyadari begitu banyak pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Abdul Mahsyar, M.Si, selaku pembimbing I dan Bapak Adnan Ma’ruf, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Selanjutnya pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama kepada:

(8)

2. Ibu Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE, MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Segenap Dosen serta staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Pihak Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar dan Dinas Penataan Ruang kota Makasar yang telah membantu saya dalam penelitian ini.

6. Sahabat dari SMA penulis hingga sekarang Indah, Musthika, Ratnasari, Nurhidayah, Sri, Fauzi, Radifan, Risal, Irvan, Andi Adhe, Riswandi dan Danang yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

7. Sahabat seperjuangan yang selalu menemani dari awal semester Indri, Marwah, Arniati, Dhinda, Arboo, Chandra, Fahmul, Afdal.

8. Saudara dari awal masuk kampus sampai sekarang IP.C sekaligus teman kelas dari semister 1 sampai semester 8.

9. Teman-teman angkatan 2015 “EXECUTIVE”.

10. Sahabat seperjuangan suka dan duka penulis skripsi yaitu Dwi Salamatussahdiah jayadi dan Putri Rezkia Salam

(9)

tidak berarti apa-apa tanpa adanya pengorbanan dan dorongan semangat yang sangat luar biasa dari beliau yang selalu suka rela melakukan segala hal, memberikan doa yang tulus, motivasi, nasehat serta bimbingan dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang. Terima kasih juga untuk saudara sedarah penulis yang selalu menyayangi dan memberi semangat untuk terus melanjutkan pendidikan setinggi mungkin. Terakhir, ucapan terima kasih yang tidak dapat diungkapkan kepada Achmad Fajrin Hasbi A.Md yang telah menemani dan mendukung setiap langkah penulis. Teriring doa semoga Allah SWT menjadikan pengorbanan dan kebaikan itu sebagai cahaya penerang di dunia maupun di akhirat kelak.

Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca guna menambah Khasanah Ilmu Pengetahuan terutama yang berkaitan dengan Ilmu Pemerintahan.

Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Makassar, 21 Juli 2019 Penulis

(10)

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii

ABSTRAK………... ... iv

KATA PENGANTAR………... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Good Governance ... 10

B. Konsep Dynamic Governance ... 15

C. Konsep Pemerintahan Daerah ... 18

D. Konsep Ruang Terbuka Hijau ... 19

E. Kerangka Pikir ... 33

F. Fokus Penelitian ... 34

G. Deskripsi Fokus Penelitian... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan LokasiPenelitian ... 37

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 37

C. Sumber Data... 38

D. Informan Penelitian ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Teknik Analisis Data... 41

(11)

C. Dynamic governance dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar………...………... 58 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………. 70 B. Saran……… 71 DAFTAR PUSTAKA………...………... 73

(12)

A. Latar Belakang

Negara dengan birokrasi pemerintahan dituntut merubah pola pelayanan diri birokratis eletis menjadi birokratis populis. Dimana sektor swasta sebagai pengelola sumber daya dan birokrasi pemerintah pun harus memberikan konstribusi dalam usaha pengelolaan sumber daya yang ada. Penerapan cita good governance pada akhirnya mensyaratkan keterlibatan organisasi masyarakat sebagai kekuatan penyeimbang Negara (M.Tahir, 2017)

Kota sebagai pusat dari segala usaha dan aktifitas manusia, merupakan tempat yang selalu menjadi tujuan dan daya tarik untuk dikunjungi oleh masyarakat. Ketertarikan ini membuat Kota menjadi tempat yang tak pernah berhenti untuk membangun sarana dan prasarana demi mendukung kenyamanan hidup di perkotaan. Adapun sarana dan prasarana yang dibangun dalam meningkatkan kenyamanan masyarakat yaitu ruang terbuka hijau yang mana dibangun hutan Kota berfungsi sebagai tempat rekreasi dimana penduduk dapat melaksanakan kegiatan berbentuk rekreasi, berupa kegiatan rekreasi aktif seperti lapangan olahraga, dan rekreasi pasif seperti taman.

Dinamika perkembangan kehidupan masyarakat yang semakin maju, dan bertambah besarnya beban pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan. Hal tersebut merupakan suatu konsekuensi bahwa munculnya pemikiran perspektif new

(13)

public management tersebut karena melihat adalanya fenomena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam mengelola public asset yang dimiliki (Mahsyar,2015)

Dynamic governance telah menarik perhatian karena dianggap hal yang serius dan merupakan sesuatu hal yang perlu dipertimbangkan, dianalisa dan membuahkan hasil yaitu kerangka berpikir. Neo dan Chen mendiskusikan dan mengkonseptualisasikan tiga kemampuan suatu pemerintahan yaitu: think ahead, think again dan think across (Gafar, 2016) . Konsep dasar dynamic governance adalah mengkombinasikan antara budaya dengan kapabilitas yang menghasilkan perubahan. Budaya menunjukkan keyakinan dan nilai-nilai kelompok tertentu yang dibagi atau dimiliki bersama, sehingga dapat dianggap sebagai akumulasi pelajaran bersama (Kusuma, 2016).

Kota Makassar pada sekarang ini telah memiliki beberapa ruang terbuka hijau yang diantaranya termasuk hutan Kota yang telah di kelola oleh pemerintah yang telah difungsikan dengan baik. Dengan melakukan pengelolaan ruang terbuka hijau secara baik dan benar diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi kita, diantaranya dapat memperindah Kota, menyejukkan udara Kota, mengurangi kebisingan, menyerap dan meresap polusi, sebagai sarana rekreasi, penelitian dan habitat bagi aneka ragam mahluk hidup, dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Dengan manfaat yang kita rasakan tersebut, maka pembangunan, penataan dan pengembangan ruang terbuka hijau harus dapat dilaksanakan secara baik dan terpadu. Saat ini setiap daerah telah memiliki otonomi daerah, dengan demikian Pemerintah

(14)

agar menjadi tempat yang sehat dan produktif. Sehingga Kota tidak hanya maju secara ekonomi, tapi juga maju secara ekologi. Pemerintah Daerah harus melakukan pengelolaan ruang terbuka hijau dengan memperhatikan etika dan estetika lingkungan sehingga ruang terbuka hijau ini dapat berfungsi secara maksimal terutama pada wilayah Kota Makassar. Pemerintah dalam hal ini berperan penting dalam pengelolaan ruang terbuka hijau.

Ruang Terbuka Hijau sebenarnya salah satu kebutuhan yang tidak dapat diabaikan dan merupakan salah satu elemen kota dan kehadirannya dalam suatu kota didasarkan pada ketentuan dan standar-standar tertentu. Upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana ini pada wilayah perkotaan menjadi kebutuhan dan akibat terbatasnya sumber daya lahan maka akan terjadi konversi lahan hijau untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Perubahan penggunaan lahan ini akan meyebabkan degradasi kualitas lingkungan. Selain itu, perkembangan ini akan mengakibatkan pula keberadaan ruang terbuka hijau kota sebagai salah satu komponen ekosistem kota menjadi kurang diperhatikan walaupun keberadaan ruang terbuka hijau kota diharapkan dapat menanggulangi masalah lingkungan di perkotaan (Zoer’aini dalam Rijal, 2017). Salah satu akibat langsungnya adalah berkurangnya keragaman vegetasi yang juga berpengaruh pada kondisi lingkungan yang semakin buruk. Kondisi lingkungan yang semakin buruk ini, dapat mempengaruhi pola tingkah laku dan kondisi kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, sehingga ruang terbuka hijau yang ada harus

(15)

diperhatikan dan diperluas serta diintensifkan fungsinya (Mangunsong dan Sihite dalam Rijal, 2017).

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Hijau Kawasan Perkotaan pada bab 1 pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Cerminan perkembangan pembangunan kota dapat terlihat pada pemandangan fisik kota yang mempunyai kecenderungan meminimalkan ruang terbuka hijau dan menghilangkan visualisasi alamnya. Lahan-lahan perkotaan banyak yang dialih fungsikan menjadi permukiman, pertokoan, tempat industri dan lain-lain. Keadaan yang kurang harmonis antara manusia dengan lingkungan mengakibatkan lingkungan perkotaan hanya maju secara ekonomi namun mundur secara ekologi. Terganggunya kestabilan ekosistem perkotaan juga akan berdampak pada penurunan air tanah, intrusi alir laut, banjir/genangan, penurunan permukaan tanah, abrasi pantai, pencemaran air seperti air minum berbau dan mengandung logam berat, pencemaran udara seperti meningkatnya kadar CO, menipisnya lapisan ozon, pencemaran

(16)

itu terjadi polusi suara atau bunyi berupa tingginya tingkat kebisingan. Ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Makassar dianalisis dengan menggunakan Pendekatan Ekologis yang berdasarkan pada kemampuan tanaman dalam menyerap CO2. Setiap luasan 1 ha mempunyai kemampuan dalam menyerap CO2 yang dihasilkan oleh manusia sebanyak 2000 orang atau dengan kata lain bahwa setiap orang memerlukan 5 m2 ruang terbuka hijau.

Kota Makassar adalah salah satu kota terbesar di Indonesia, yang tergolong metropolis dengan jumlah penduduk yang mencapai 1,5 juta penduduk (BPS, 2013) dan luas wilayah sebesar 175,77 km2. Kota Makassar menjadi salah satu kota yang perkembangannya cukup pesat dalam dekade terakhir ini. Pembangunan sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang Iebih ditentukan oleh sarana dan prasarana yang ada. Tetapi pada kenyataanya ketersediaan RTH di daerah perkotaan semakin sedikit, berbanding terbalik dengan pembangunan yang semakin pesat. Sejumlah areal di perkotaan, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, ruang publik, telah tersingkir akibat pembangunan gedung-gedung yang cenderung berpola “kontainer” (container development) yakni bangunan yang secara sekaligus dapat menampung berbagai aktivitas sosial ekonomi, seperti Mall, Perkantoran, Hotel, dll.

Berdasarkan Undang-undang No. 26 tahun 2007 pasal 29 ayat 1 tentang penataan ruang menyebutkan bahwa 30% wilayah kota harus berupa RTH yang terdiri dari 20% publik dan 10% privat. RTH publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat

(17)

secara umum. Akan tetapi berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup dikota Makassar baru mencapai 13% atau sama dengan 2.422 Hektar (Dinas Lingkungan Hidup, 2019). Keterbatasan lahan, dana dan mahalnya harga tanah serta kurangnya pengawasan dari pemerintah yang mengelola merupakan alasan utama keengganan pemerintah daerah memasukkan target RTH 30% kedalam RTRW kota. Karena setiap wilayah harus memiliki 30% RTH maka 70% digunakan untuk infrastruktur dan bangunan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman ulang bersama mengenai target RTH 30%. Setiap kota dapat menggabungkan RTH public dan privat untuk mencapai target 30% dari total luas wilayah. Adapun wilayah RTH dikota Makassar diantaranya Taman Maccini Sombala, Taman Macan, dan Taman Pakui Sayang. Luas kota Makassar yaitu 199,3 km². Kota Makassar masih butuh sekira 2.810 hektar RTH, untuk dapat mencapai target yang ditetapkan oleh Kementerian. yang mengharuskan penerapan RTH 30 persen dari total luas daerah, atau sekitar 5.232 hektar.

Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan dijelaskan bahwa luas RTH kota minimum tersebut merupakan ukuran minimum untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikrolat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih, serta dapat meningkatkan nilai estetika kota. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi aspek-aspek sosial, ekonomi, dan budaya dari masyarakat sekitar.

(18)

Selain itu, kebutuhan akan Ruang Terbuka Hijau pada suatu wilayah juga dapat ditentukan melalui indikator seperti jumlah penduduk, kebutuhan oksigen dan kebutuhan air bersih. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat.

Kota Makassar merupakan salah satu kota yang ada di Indonesia memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi karena terdapat daerah wisata yang beragam dan sering dikunjungi wisatawan. Kota ini memiliki Ruang Terbuka Hijau yang hampir ditemui disetiap sudut kota tetapi mulai terlihat kurang daerah Ruang Terbuka Hijaunya karena mulai banyak pembangunan proyek besar seperti hotel dan pusat pembelanjaan seperti mall. Meski mulai banyak gedung yang biasa termasuk merusak lingkungan dan mengurangi oksigen bagi makhluk hidup sehingga diperlukan daerah yang hijau dan terbuka. Ruang Terbuka Hijau dapat dilakukan dengan menambah berbagai macam tumbuhan dan tanaman atau vegetasi yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi yang ada.

Berdasarkan pada uraian permasalahan di atas peneliti tertarik untuk mengkaji secara mendalam tentang kondisi delamatis tersebut dengan mengangkat judul “Dynamic Governance dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar”

B. Rumusan Masalah

Ruang Terbuka Hijau di Makassar terancam oleh banyaknya pembangunan hotel, wisma dan mall yang tanpa melakukan perencanaan tata kelola yang baik.

(19)

Lahan-lahan yang seharusnya digunakan untuk Ruang Terbuka Hijau malah digunakan untuk membangun hotel dan mall. Jika keadaan ini terus terjadi maka Kota Makassar akan kehilangan Ruang Terbuka Hijau. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk memetakan perubahan Ruang Terbuka Hijau untuk Kota Makassar. Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka dapat melatarbelakangi penelitian ini:

1. Apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksanaan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Thinking ahead (berpikir kedepan) ?

2. Apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksanaan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Thinking again (berpikir lagi) ?

3. Apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksanaan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Thinking across (berpikir lintas batas) ?

C. Tujuan Penelitiann

Sehubungan dengan rumusan masalah penelitian ini, maka dapat ditetapkan tujuan penulis, yaitu:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Thinking ahead (berpikir kedepan)

2. Untuk mengetahui pelaksanaan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Thinking again (berpikir lagi)

3. Untuk mengetahui pelaksanaan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Thinking across (berpikir lintas batas)

(20)

1. Secara teoritis

Bermanfaat untuk mengembangkan aplikasi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi dalam pemetaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan baik kepada Pemerintah maupun masyarakat luas, mengenai pentingnya Dynamic Governance.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap program pelaksanaan ruang terbuka hijau di Makassar

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Good Governance

Menurut World Bank, Good governance ialah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaraan terhadap kemungkinan salah satu alokasi atau investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administrative, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan political framework bagi tumbuhan aktivitas usaha. Sedangkan menurut UNDP Good Governance menunjukkan suatu proses yang memposisikan rakyat dapat mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya tidak sekedar hanya dipergunakan untuk pembangunan. Tetapi juga untuk menciptakan kohesi, integritas serta untuk kesejahteraan rakyatnya (Teguh dalam M.Tahir, 2017:4)

Secara umum, governance adalah proses pembuatan keputusan dan proses bagaimana keputusan diimplementasikan diberbagai tingkat pemerintahan. Dalam good governance tidak lagi hanya pemerintah tetapi juga citizen, masyarakat terutama sektor usaha/swasta yang berperan dalam governance. Jadi ada penyelenggara pemerintah, penyelewengan swasta, dan organisasi masyarakat. Hal ini karena perubahan paradigma pembangunan dengan peninjauan ulang peran pemerintah dalam pembangunan, yang semula bertindak sebagai regulator dan pelaku pasar, menjadi bagaimana menciptakan iklim yang kondusif dan melakukan investigasi prasarana yang mendukung dunia usaha. Sudah barang

(22)

tentu, ini bisa dilakukan apabila masyarakat dan sektor swasta sendiri sudah semakin mampu/berdaya. Justru sekarang adalah usaha pembangunan melalui koordinasi/sinergi (keselarasan kerja/interaksi) antara pemerintah masyarakat swasta. Mungkin dapat dilihat sebagai bentuk pemerintah memberdayakan masyarakat, terutama sektor usaha agar menjadi partner pemerintah (dalam Sentosa, 2001).

Menurut Wahab (Tangkilisan, 2005 : 34), menyebut good governance adalah suatu konsep dalam penyelengaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administrative, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhanya aktivitas kewiraswastaan. Selanjutnya, menurut Ismanto (2005) good governance secara istilah merujuk pada kultur dan struktur pemerintahan yang menjalankan kekuasaan di dalam suatu negara, tidak hanya menyangkut lembaga eksekutif, namun seluruh Negara yang menyangkut penyelenggaraan kehidupan bernegara.

Dinamika perjalanan praktik pemerintahan yang senantiasa berhadapan dengan lingkungan dan harapan masyarakat yang juga menjadi pendorong berubahnya paradigma pemerintah menjadi konseptual. Tuntuttan terhadap perbaikan kinerja pemerintah membuat pemerintah mencari praktek yang tepat yang dapat memenuhi harapan masyarakat. Hal ini juga secara akademik melahirkan kajian-kajian tentang konsepsi implementasi pemerintaha yang dapat memenuhi harapan masyarakat dan tuntutan lingkungan strategis tersebut. Konsep

(23)

yang aktual dalam konsep ini adalah konsep good governance. Menurut Sadjijono (2007 : 203) good governance mengandung arti: “Kegiatan suatu lembaga pemerintah yang dijalankan berdasarkan kepentingan rakyat dan normayang berlaku untuk mewujudkan cita-citanegara”. Sedangkan menurut IAN & BPKP (2005 : 5) yang dimaksud dengan good governance adalah: “Bagaimana pemerintahberinteraksi dengan masyarakat danmengelola sumber-sumber daya dalampembangunan”. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000, merumuskan arti good governance sebagai berikut: “Kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivias, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat”.

Konsep good governance sebenarnya sudah lama dilaksanakan oleh semua pihak yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat. Namun demikian, masih banyak yang rancu memahami konsep governance. Secara sederhana, banyak pihak menerjemahkan governance sebagai tata pemerintahan. Tata pemerintahan di sini bukan hanya dalam pengertian struktur dan manajemen lembaga yang disebut eksekutif, karena pemerintah (government) hanyalah salah satu dari tiga aktor besar yang membentuk lembaga yang disebut governance. Dua aktor lain adalah private sector (sektor swasta) dan civil society (masyarakat madani). Karenanya, memahami governance adalah memahami bagaimana integrasi peran antara pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan civil society dalam suatu aturan main yang disepakati bersama.

(24)

Good Governance sering disebut dalam berbagai kesempatan dan dimaknai secara berlainan, bahkan menjadi konsep yang populer dalam banyak debat akademik dan politik Kontemporer. Satu sisi ada yang memaknai Good Governance sebagai kinerja suatu lembaga pemerintahan, perusahaan atau organisasi kemasyarakatan. Istilah ini merujuk pada arti asli Governing yang berarti mengarahkan atau mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik dalam suatu negeri. Karena itu Good Governance dapat diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian. Dengan demikian ranah Good Governance tidak terbatas pada negara melalui birokrasi pemerintahan, tetapi juga pada ranah masyarakat sipil yang direpresentasikan oleh organisasi non pemerintah seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan juga sektor swasta singkatnya, tuntutan terhadap tata kelola pemerintahan yang baik tidak selayaknya ditujukan hanya kepada penyelenggara negara atau pemerintahan, melainkan juga pada masyarakat di luar pemerintahan yang secara bersemangat menuntut penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Nawawi, 2016)

Dari uraian tersebut, maka unsur utama yang dilibatkan dalam penyelenggaraan kepemerintahan dalam menurut UNDP terdiri atas 3 macam, yaitu the state (Negara/pemerintahan), the private sector (swasta), civil society organization (oraganisasi masyarakat). Hubungan antara ketiga unsur utama dalam penyelenggaraan governance tentunya saling mempengaruhi,

(25)

membutuhkan, atau bahkan saling ketergantungan dalam upaya mewujudkan kepemerintahan yang baik (Widodo dalam M.Tahir, 2017 : 4).

Menurut United Nation Development Pogram (UNDP), mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip-prinsip yang dikembangkan dala pemerintahan yang baik (good governance) adalah sebagai brikut : (1) Partisipasi : setiap orang atau setiap warga Negara baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing. Partisipasinya yang luas ini perlu dibangun dalam suatu tatanan kebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk berpatsipasi secara konstruktif. (2) Aturan Hukum (Rule of Law) : Kerangka aturan hukum dan perundang-undangan haruslah berkeadilan ditegakkan dan dipatuhi secara utuh (impartially), terutama tentang aturan hukum tentang hak asasi manusia. (3) Transparansi : transparansi harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi berbagai proses, kelembagaan harus dapat diakses secara bebas oleh mereka yang membutuhkanya, dan informasi harus dapat disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi.

Untuk mengetahui gagasan dan praktek good governance, maka inti good governance adalah seni pemerintah yang berpihak pada rule of law dengan elemen transparansi, akuntabilitas, fairness, dan responsibility Elemen-elemen tersebut menyadarkan kita bahwa good governance adalah seperangkat tindakan

(26)

yang memberikan pagar yang lebih jelas dari proses pemerintahan dengan fungsi dan wewewangnya.

Dari beberapa pemaparan mengenai good governance diatas terdapat beberapa unsur penting didalamnya dan saling berkesinambungan. Unsur-unsur dalam pemerintahan terdapat tiga macam unsur yaitu : (1) Negara/Pemerintah : konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh dari itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan masyarakat madani. (2) Sektor swasta : pelaku sektor swasta mencangkup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti : industri pengolahan perdangan, perbankan dan koperasi termasuk kegiatan sektor informal. (3) Masyarakat madani : kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraaan pada dasarnya berada diantara atau ditengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi.

B. Konsep Dynamic Governance

Dynamic Governance merupakan system tata kelola pemerintahan yang diterapkan oleh pemerintah Negara Singapura yang mampu membawa mereka pada system pemeritahan dan pelayanan public yang prima.

Konsep Dynamic Governance akan lebih bermanfaat apabila kebijakan pemerintah turut berinovasi. Rajan (2017) mengungkapkan, tata kelola organisasi yang dinamis lebih kepada perubahan sistem intitusional lembaga pemerintah dengan gerakan reformasi birokrasi, perubahan kebijakan pemerintah, dan devolusi (desentralisasi) strategis (kasus negara India).

(27)

Konsep dari Dynamic Governance sebagai kemampuan pemerintah untuk terus menyesuaikan kebijakan dan program terhadap masyarakat, sehingga kepentingan jangka panjang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan (Porter,2007:8).

Konsep teori Dynamic Governance mencerminkan upaya pemimpin yang dengan sengaja untuk membentuk masa depan mereka. Adapun konsep dasar Dynamic Governance adalah mengkombinasikan budaya dengan kapabilitas sehingga dapat menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik

Oleh karena itu dalam konsep Dynamic Governance, pemimpin harus berpikir secara cerdas dan taktis dengan mengartikulasikan ide-idenya. Pertama, think ahead (berpikir kedepan) kemampuan menganalisa kondisi di masa depan yang penuh dengan ketidakpastian dari lingkungan eksternal dengan melihat peluang-peluang baru dan potensi ancaman yang ada. Kemampuan ini membuat sebuah institusi dapat memprediksikan perkembangan di masa depan. Hal ini akan berdampak pada pencapaian tujuan dari institusi pemerintah untuk mengatur negaranya. Kedua, think again (berpikir lagi) kemampuan mengevaluasi dan mengidentifikasi perubahan kebijakan yang telah ditetapkan agar memperoleh hasil dan kualitas yang lebih baik. Sehingga intitusi dapat mengemukakan permasalahan dan isu yang dihadapi, dan melihat bagaimana cara untuk meningkatkan performa institusi tersebut. Hal ini membutuhkan efesiensi dan efektifitas kebijakan yang telah dibuat dan juga ketepatan dalam penjapaian tujuan dan penetapan strategi. Ketiga, think across (berpikir lintas batas) kemampuan melintasi batas-batas tradisional untuk “berpikir diluar batas”, juga untuk “belajar

(28)

dari orang lain” apabila terdapat ide-ide bagus yang dapat diadopsi dan diadaptasi sebagai inovasi baru dalam pembuatan kebijakan. Itu seperti meng-copy aturan dan kegiatan/ praktek yang telah berhasil diterapkan di suatu tempat. Hal ini mengizinkan transfer pengetahuan antar negara dengan mengadopsi program dari suatu negara dan disematkan kedalam institusi lokal dan lingkungan kebijakan.

Konsep Dynamic Governance yang dikenal saat ini merupakan satu kemampuan pemerintah untuk terus menyesuaikan kebijakan dan program publik, serta pola mengubah cara kebijakan publik tersebut dirumuskan dan dilaksanakan, sehingga berdampak pada kepentingan jangka panjang dicapai. Kondisi kedinamisan dalam pemerintahan sangat penting bagi pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan terutama pada lingkungan yang mengalami ketidakpastian dan perubahan yang cepat dimana masyarakat yang semakin menuntut kecanggihan, lebih berpendidikan, dan lebih terdampak globalisasi

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa satu konsep Dynamic Governance merupakan kombinasi antara budaya dengan kapabilitas yang menghasilkan perubahan dimana diadasarkan pada Budaya yang menunjukkan keyakinan dan nilai-nilai kelompok tertentu yang dibagi atau dimiliki bersama, sehingga dapat dianggap sebagai akumulasi pelajaran bersama dari masyarakat tertentu berdasarkan sejarah pengalaman bersama yang berwujud menjadi satu tataran nilai kehidupan.

Peraturan dan struktur pemerintahan adalah pilihan yang dibuat oleh masyarakat dan mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan dari para

(29)

pemimpinnya, hal ini lah yang menempatkan bahwa dasar kepercayaan (Trust) menjadi tujuan dan harapan tertinggi dari pemerintah yang didapat dari masyarakatnya

C. Konsep Pemerintahan Daerah

Pengertian pemerintah daerah di Indonesia mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring dengan berlakunya dasar hukum penyelenggaraan pemerintah daerah sebab seperti diketahui bahwa penyelenggara hukum pemerintahan daerah di Indonesia sudah berganti-ganti sesuai dengan perkembangan dan perjalanan pemerintahan itu sendri sejak kemerdekaan.

Pengertian pemerintah daerah menurut Undang-undang No.22 Tahun 1994 tentang pemerintah daerah adalah penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas Desentralisasi. Sedangkan pengertian Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah otonom sebgai Badan Eksekutif Daerah.

Desentralisasi menurut Hoogerwarf, merupakan pengakuan atau penterahan wewenang oleh badan-badan publik yang lebi tinggi kepada badan-badan publik yang lebih rendah kedudukannnya untuk secara mandiri dan berdasarkan kepentingan sendiri mengambil keputusan dibidang pengaturan (regelandaad) dan dibidang pemerintahan (bestuurdaad) (Assiddhiqie dalam Abdullah, 2016).

Menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah, bahwa pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan primsip Negara

(30)

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan primsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah daerah adalah kepala daerah sebgai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. D. Konsep Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun tdak langsung dalam kurun aktu tidak tertentu. Ruang terbuka berfungsi sebagai ventilasi kota, seperti jalan, trotoar, ruang terbuka hijau dan sebagainya. Ruang terbuka dapat diartikan sebagai ruang interaksi seperti kebun binatang dan taman rekreasi. Dilihat dari sifatnya ruang terbuka dapat dibedakan menjadi: 1). Ruang terbuka Privat memiliki batas waktu tertentu mengaksesnya dan kpemilikannya bersifat pribadi, seperti halaman rumah tinggal. 2). Ruang terbuka semi privat, kepemilikannya pribadi, namun dapat diakses langsung oleh masyarakat sperti Senayan dan Ancol. 3). Ruang terbuka umum, kepemilikannya oleh pemerintah dan dapat diakses lansung oleh masyarakat tanpa batas waktu (M.Tahir, 2017)

(31)

Ruang terbuka hijau dapat dikategorikan sebagai ruang dimana tanaman tumbuh dan bermanfaat, dan jenis tanaman yang ditanam di RTH yaitu tanaman pohon, tanaman perdu, tanaman semak, tanaman merambat dan tanaman herba. Ruang terbuka memiliki kekuatan untuk membentuk karakter kota dan menjaga kualitas lingkungannya. Lanskap kota merupakan lanskap buatan manusia sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Simonds dan Starke, 2006).

Smart Green Land, merupakan inovasi konsep RTH bagaimana membuat RTH memiliki fungsi sebagai paru-paru kota dan sebagai tempat yang nyaman melalui penyediaan fasilitas penunjang dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan. Daerah sisi jalan adalah daerah yang berfungsi untuk keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan, lahan untuk pengembangan jalan, kawasan penyangga, jalur hijau, tempat pembangunan fasilitas pelayanan, dan perlindungan terhadap bentukan alam (Carpenter, 1975). Keterbatasan lahan hijau menuntut peraturan daerah tersendiri yang mengatur kebijakan seperti pergantian tembok pembatas antar gedung bertingkat yang masif dengan pepohonan dan taman berfungsi peneduh sehingga dapat menyatu dengan trotoar yang berada di tepian badan jalan (Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2006).

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik yang secara alamiah atau sengaja ditanam. Menurut Undang-undang Penataan Ruang No.26 Tahun 2007 pasal 29 menyebutkan bahwa ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan

(32)

untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau publik antara lain adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai. Sedangkan yang termauk ruang hijau terbuka privat antara lain, kebun atau halaman rumah/gedung masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.

Ruang Terbuka Hijau, Mengembangkan kawasan hijau binaan kawasan pusat kota di targetkan 5% (lima persen) dari kawasan pusat kota: Melestarikan taman-taman dikawasan pusat penukiman seperti halnya Taman-taman-taman Kota serta meningkatkan RTH kawasan Olahraga terpadu (Perda Kota Makassar No 6 Tahun 2006 ). Dengan seiringnya waktu dan perkembangan zaman yang semakin pesat dan laju pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat serta meningkatnya kebutuhan soaial, baik dari segi pergaulan kehidupan dan kebutuhan yang akhirnya mengeserkan ataupun mengalih fungsikan lahan-lahan kawasan hijauh terpadu di kawasan perkotaan, sehingga kawasan hijau teralih fungsikan, Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas wilayah. Hampir disemua kota besar di Indonesia, Ruang terbuka hijau saat ini baru mencapai 10% dari luas Kota. Padahal ruang terbuka hijau diperlukan untuk kesehatan, arena bermain, olah raga dan komunikasi publik. Pembinaan ruang terbuka hijau harus mengikuti struktur Nasional atau Daerah dengan standar-standar yang ada. (Hamrun dan prianto)

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan pada bab 1 pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat sebagai RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan

(33)

perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung maanfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai lahan perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan ekonomi (M.Tahir, 2017:5)

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk kota merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pemukiman dan kebutuhan sarana/prasaran perkotaan. Ketersediaan lahan untuk pemukiman di perkotaan yang semakin sempit sedangkan jumlah penduduk semakin meningkat dengan cepat menyebabkan kota kota terbesar Indonesia terdapat banyak kawasan pemukiman padat. Makassar merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tingi dan lahan yang meningkat.

Kota Makassar merupakan salah satu kota yang ada di Indonesia memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi karena terdapat daerah wisata yang beragam dan sering dikunjungi wisatawan. Kota ini memiliki Ruang Terbuka Hijau yang hampir ditemui disetiap sudut kota tetapi mulai terlihat kurang daerah Ruang Terbuka Hijaunya karena mulai banyak pembangunan proyek besar seperti hotel dan pusat pembelanjaan seperti mall. Meski mulai banyak gedung yang biasa termasuk merusak lingkungan dan mengurangi oksigen bagi makhluk hidup sehingga diperlukan daerah yang hijau dan terbuka. Ruang Terbuka Hijau dapat dilakukan dengan menambah berbagai macam tumbuhan dan tanaman atau vegetasi yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi yang ada.

(34)

Kota Makassar dengan kondisi pertumbuhan penduduk dan permintaan lahan yang tinggi menyebabkan kehadiran ruang terbuka publik semakin berkurang, padahal ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang penting bagi keberlangsungan pertumbuhan kota ditinjau dari sudut sosiologisnya. Keberadaaan kawasan perumahan yang memberikan kontribusi besar pada pencitraan visual Kota Makassar dewasa ini juga mengalami degradasi dalam hal pengelolaan Ruang Terbuka Hijau dan ruang-ruang public lainnya.

Menurut Irwan (2005), menguraikan bahwa kehadiran tumbuhan atau vegetasi sangat diperlukan diperkotaan mengingat tumbuhan hijau akan menjaring CO2 dan melepas O2 kembali keudara melalui proses fotosintesis tumbuhan yang terjadi apabila ada sinar matahari dan dibantu oleh enzim, yaitu suatu proses dimana zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil diubah menjadi zat organik, karbohidrat serta O2. Setiap tahun tumbuh-tumbuhan di bumi ini mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton CO2 dan 25.000 juta ton hydrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton oksigen keatmosfir, serta menghasilkan 450.000 juta ton zat-zat organik. Setiap jam 1 ha daun-daun hijau menyerap 8 kg CO2 yang ekuivalen dengan CO2 yang diembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama.

Analisis perencanaan ruang untuk pengembangan ruang terbuka hijau di Kota Makassar dilakukan dengan mempertimbangkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar dengan mengedepankan lima konsep kota dalam visi Kota Makassar yaitu Kota Maritim, Niaga, Pendidikan, Budaya dan Jasa dimana tersebar dalam 13 kawasan terpadu dan 7 kawasan khusus.

(35)

1. Kawasan Terpadu Makassar Kawasan Terpadu terbagi dalam beberapa wilayah yaitu :

a. Kawasan Pusat Kota

Adalah kawasan yang tumbuh sebagai pusat kota dengan percampuran berbagai kegiatan, memiliki fungsi strategis dalam peruntukannya seperti kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan budaya serta kegiatan pelayanan kota. Kawasan pusat kota berada pada bagian tengah barat dan selatan kota mencakup wilayah Kecamatan Wajo, Bontoala, Ujung Pandang, Mariso, Makassar, Ujung Tanah, dan Tamalate. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk taman kota, halaman kantor, jalur dan hijau.

b. Kawasan Permukiman Terpadu

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pemusatan dan pengembangan permukiman atau tempat tinggal/hunian beserta prasarana dan sarana lingkungannya yang terstruktur secara terpadu. Kawasan Permukiman Terpadu berada pada bagian tengah pusat dan timur kota, mencakup wilayah Kecamatan Manggala, Panakukang, Rappocini dan Tamalate. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe permukiman, rekreasi, dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk taman kota, halaman rumah, jalur hijau, dan kebun.

(36)

c. Kawasan Pelabuhan Terpadu

Adalah kawasan yang diarahkan sebagai kawasan yang memberi dukungan kuat dalam satu sistem ruang yang bersinergi terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap berkaitan dengan aktivitas kepelabuhanan dan segala persyaratannya. Kawasan Pelabuhan Terpadu berada pada bagian tengah barat dan utara kota, mencakup wilayah Kecamatan Ujung Tanah dan Wajo. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk taman kota dan jalur hijau.

d. Kawasan Bandara Terpadu

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan yang memberi dukungan kuat dalam satu sistem ruang yang bersinergi terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap berkaitan dengan aktivitas bandara dan segala persyaratannya. Kawasan Bandara Terpadu berada pada bagian tengah timur kota, mencakup wilayah Kecamatan Biringkanaya dan Tamalanrea. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk taman kota, halaman, kebun, dan jalur hijau.

(37)

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan kemaritiman yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Kawasan Maritim Terpadu, yang berada pada bagian utara kota, mencakup wilayah Kecamatan Tamalanrea. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk taman kota dan jalur hijau. f. Kawasan Industri Terpadu

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan industri yang dilengkapi dengan kegiatankegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Kawasan Industri Terpadu berada pada bagian tengah timur kota, mencakup wilayah Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanaya. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe industry dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan kota, kebun, halaman kantor, taman kota dan jalur hijau.

g. Kawasan Pergudangan Terpadu

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan pergudangan yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling

(38)

bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Kawasan Pergudangan Terpadu, yang berada pada bagian utara kota, mencakup wilayah Kecamatan Tamalanrea, Biringkanaya dan Tallo. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe industri. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk taman kota dan jalur hijau.

h. Kawasan Pendidikan Tinggi Terpadu

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan pendidikan tinggi yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Kawasan Pendidikan Tinggi Terpadu, yang berada pada bagian tengah timur kota, mencakup wilayah Kecamatan Panakukang, Tamalanrea dan Tallo. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan kota, taman kota, halaman, dan jalur hijau.

i. Kawasan Penelitian Terpadu

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan penelitian yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Kawasan Penelitian Terpadu, yang berada pada bagian tengah timur kota, mencakup wilayah Kecamatan

(39)

Tallo. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan kota, halaman, kebun, taman kota, kuburan, dan jalur hijau.

j. Kawasan Budaya Terpadu

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan budaya yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Kawasan Budaya Terpadu, yang berada pada bagian selatan kota, mencakup wilayah Kecamatan Tamalate. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentukterbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan kota, taman kota dan jalur hijau.

k. Kawasan Olahraga Terpadu

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan olahraga yang dilengkapi dengan kegiatankegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Kawasan Olahraga Terpadu, yang berada pada bagian selatan kota, mencakup wilayah Kecamatan Tamalate. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk taman kota, halaman, dan jalur hijau.

(40)

l. Kawasan Bisnis dan Pariwisata Terpadu

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan bisnis dan pariwisata yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Kawasan Bisnis dan Pariwisata Terpadu berada pada bagian tengah barat kota, mencakup wilayah Kecamatan Tamalate. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe industri, rekreasi, dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan kota, taman kota, dan jalur hijau.

m. Kawasan Bisnis dan Global Terpadu

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan bisnis global yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Kawasan Bisnis Global Terpadu berada pada bagian tengah barat kota, mencakup wilayah Kecamatan Mariso. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe industri dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk taman kota dan jalur hijau. 2. Kawasan Khusus Makassar

(41)

Kawasan khusus menjadi satu bagian strategis yang cukup penting dalam perencanaan dan penataan ruang Kota Makassar. Dalam wilayah Makassar terdapat kurang lebih 7 kawasan khusus yang direncanakan untuk dikembangkan dan dikendalikan sebagai kawasan yang bisa memberi manfaat besar bila dapat dikendalikan secara baik dan terencana. Kawasan Khusus Kota Makassar :

a. Kawasan Khusus Pariwisata Maritim Makassar

Adalah kawasan yang diarahkan sebagai kawasan yang memberi dukungan kuat dalam satu sistem ruang yang bersinergi terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap berkaitan dengan aktivitas pariwisata maritim dengan segala persyaratannya. Kawasan khusus pariwisata maritim berada pada kawasan kepulauan spermonde Makassar. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk taman kota dan taman pinggir pantai.

b. Kawasan Khusus Pengembangan Koridor Sungai Tallo

Adalah kawasan yang diarahkan untuk dikendalikan dengan arah dan bentuk pemanfaatannya yang saling bersinergi dengan arahan rencana pengembangaan Koridor Sungai Tallo sebagai satu kesatuan sistem ruang yang solid. Secara spasial kawasan khusus pengembangan Koridor Sungai Tallo mencakup seluruh bagian wilayah dari daerah Aliran Sungai Tallo beserta daerah sekitarnya. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat

(42)

dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan, taman, dan jalur hijau pinggir sungai.

c. Kawasan Khusus Pengembangan Koridor Sungai Jeneberang

Adalah kawasan yang diarahkan untuk dikendalikan dengan arah dan bentuk pemanfaatannya yang saling bersinergi dengan arahan rencana pengembangaan Koridor Sungai Jeneberang sebagai satu kesatuan sistem ruang yang solid. Secara spasial kawasan khusus pengembangan Koridor Sungai Jeneberang mencakup seluruh bagian wilayah dari daerah Aliran Sungai Jeneberang beserta lingkungan sekitarnya. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan, taman, dan jalur hijau pinggir sungai.

d. Kawasan Khusus Pengendalian dan Pengembangan Pantai Makassar Adalah kawasan yang diarahkan sebagai kawasan yang memberi dukungan kuat dalam satu sistem ruang yang bersinergi terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap berkaitan dengan aktivitas pengendalian dan pengembangan pantai Makassar dengan segala persyaratannya. Secara spasial kawasan khusus pengendalian dan pengembangan pantai Makassar mencakup wilayah pantai sepanjang kurang lebih 35 km. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentuk ruang terbuka

(43)

hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan, taman, dan jalur hijau pinggir sungai.

e. Kawasan Khusus Konservasi Warisan Budaya

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan Konservasi Warisan Budaya yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Secara spasial kawasan khusus konservasi warisan budaya tersebar dalam wilayah Kota Makassar. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe rekreasi dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan kota, taman kota, halaman, kuburan, dan jalur hijau.

f. Kawasan Khusus Pusat Energi dan Bahan Bakar

Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan pusat kegiatan energi dan bahan bakar yang dilengkapi dengan kegiatankegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Secara spasial kawasan khusus pusat energi dan bahan bakar berada pada Muara Sungai Tallo. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe industri dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan, taman, dan jalur hijau muara sungai.

(44)

g. Kawasan Khusus Tempat Pembuangan dan Pemrosesan Sampah Terpadu Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan Pusat kegiatan pembuangan dan pemrosesan sampah yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Secara spasial kawasan khusus tempat pembuangan dan pemrosesan sampah terpadu berada pada wilayah Kecamatan Manggala. Tipe ruang terbuka hijau yang dapat dikembangkan pada wilayah ini yakni tipe industri dan konservasi. Bentuk ruang terbuka hijau yang sebaiknya dikembangkan ialah bentuk hutan kota dan taman.

E. Kerangka Pikir

Ruang terbuka hijau merupakan bagian dari penataan ruang kota dengan tujuan menjaga kelestarian lahan sebagai kawasan resapan air, menciptakan keseimbangan antara lingkungan alam dan meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan. Pembangunan RTH direncanakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang telah ditetapkan. Akan tetapi, dalam perkembangannya permintaan akan pemanfaatan lahan kota yang terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk pembangunan fasilitas perkotaan. Pada perjalanannya kondisi tersebut merugikan keberadaan RTH. Sejumlah areal RTH publik kawasan perkotaan mulai dialihkan oleh pembangunan fasilitas-fasilitas lain sehingga terjadi alih fungsi lahan hijau di kawasan perkotaan. Perkembangan wilayah yang cepat secara tidak langsung akan berimbas pada perubahan luasan RTH publik

(45)

akibat kebutuhan ruang terbangun yang semakin tinggi. Tidak konsistennya pemanfaatan ruang yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat yakni dalam bentuk konversi lahan yang tidak sesuai dengan RTRW menjadi salah satu penyebab perubahan luasan RTH publik yang ada di Kota Makassar.

Bagan kerangka pikir

Gambar: Kerangka Pikir F. Fokus Penelitian

Fokuss penelitian tentang Dynamic Governance dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau menggunakan pendekatan Thinking ahead (berpikir kedepan) Thinking again (berpikir lagi), Thinking across (berpikir lintas batas)

Dynamic Governance dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau

Efektifitas Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Thinking ahead

(berpikir kedepan)

Thinking again (berpikir lagi)

Thinking across (berpikir lintas batas)

(46)

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas telah diuraikan penulis, kemudian akan dideskripsikan seperti berikut:

1. Berpikir ke depan (think ahead) adalah kemampuan untuk mengidentifikasi perkembangan lingkungan di masa depan, memahami implikasinya, dan mengidentifikasi strategi yang diperlukan untuk memanfaatkan peluangpeluang baru dan mencegah potensi ancaman. Maksud berpikir ke depan adalah untuk mendorong lembaga dalam menilai risiko strategi dan kebijakan saat ini, merefresh tujuan, dan konsep inisiatif kebijakan baru untuk mempersiapkan masa depan.

2. Berpikir lagi (think again) adalah kemampuan untuk menghadapi realitas saat ini berkaitan dengan strategi, kebijakan dan program yang sudah ada, dan kemudian mendesain ulang dari hasil umpan balik untuk mencapai kualitas yang lebih baik. Berpikir lagi dilakukan dengan cara membandingkan kinerja kebijakan dan program yang telah berjalan dengan maksud dan hasil yang diinginkan.

3. Lintas batas (think across) adalah kemampuan untuk melintasi batas-batas tradisional untuk belajar dari pengalaman orang lain yang kemudian hasilnya dapat diadopsi atau diadaptasi sesuai dengan kebutuhan.

Pembangunan ruang terbuka hijau harus berorientasi pada pembangunan jangka panjang. Karena ssatu wilayah tidak dapat berdiri sendiri tanpa kawasan yang berada disekitarnya sebagai pendukung. Yang sering menjadi permasalahan

(47)

adalah bagaimana suatu kota bisa mengelola tidak hanya pada kawasannya saja, tetapi juga ikut mengelola kawasan pendukung sekitar.

(48)

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu dalam penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan setelah seminar proposal yaitu pada tanggal 01 juni 2019- 01 agustus 2019 atau setelah adanya perizinan yang dikeluarkan oleh pihak fakultas. Lokasi penelitian bertempat di taman Macan Jl.Sultan Hasanuddin, kecamatan Ujung Pandang, kota Makassar tentang Dynamic Governance dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di kota Makassar. Adapun alasan memilih obyek lokasi penelitian tersebut adalah karena menjadi lokasi penelitian tentang Dynamic Governance dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di kota Makassar.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, penelitian untuk menjawab sebuah permasalahan secara mendalam dalam konteks dan situasi yang bersangkutan dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif di lapangan. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai fakta yang terjadi di lapangan. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan pengamatan terhadap narasumber, berinteraksi dengan mereka dan berupaya dalam

(49)

memahami bahasa dan tafsiran mereka. Untuk peneliti harus terjun dalam lapangan dalam waktu yang cukup lama.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah fenomenologi yang dimaksudkan untuk memberikan gambran secara jelas mengenai masalah yang diteliti berdasarkan pengalaman yang telah dialami informan. Masalah yang akan diteliti terkait Dynamic Governance dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dijaring dari sumber data primer dan sekunder sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data utama yang digunakan untuk menjaring berbagai datan dan informan yang terkait dengan fokus yang dikaji. Hal ini dilakukan melalui metode wawancara dan observasi.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperlukan untuk melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan. Data sekunder terutama diperoleh melalui dokumentasi.

(50)

D. Informan Penelitian

Adapun teknik bantuan informan dalam penelitian ini berdasarkan purposive sampling atau sengaja memilih orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi yang akurat sesuai maksud penelitian yaitu tentang, Dynamic Governance dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar, di Dinas Pengelolaan Lingkungan hidup dan keindahan, Dinas tata ruang dan bangunan dan beberapa anggota masyarakat untuk mendapatkan data-data atau informasi tambahan yang terkait dengan masalah penelitian.

Adapun yang akan dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah: Table 1. Informan Penelitian

NO NAMA INISIAL JABATAN KETERANGAN

1. Novi Narilla, SP, M.Si NN Kasi pengendalian & Kemitraan RTH DLHD kota Makassar 1 orang 2. Nur Aulia, ST NA Staf Dinas Penataan Ruang Kota Makassar 1 orang

3. Fitiana Nur FN Staff DLH

kota Makassar 1 orang

4. Ahmad AD Staff DLH kota

(51)

5. Muhammad Guntur MG Kasi Kebersihan dan pertamanan kec. Ujung Pandang 1 orang 6. Yogietje Muruk YM Staff Kelurahan Baru 1 orang 7. Bachtiar BR Petugas Kebersihan Taman Macan 1 orang 8. Akbar AR Petugas Kebersihan Taman Macan 1 orang 9. Samsul Bahri SB masyarakat 1 orang Total Informan 9 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Teknik Observasi

Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap masalah masalah yang terkait dengan Ruang Terbuka HIjau di kota Makassar. Kegiatan pengamatan terhadap objek penelitian ini untuk memperoleh keterangan keterangan data yang lebih akurat dan untuk mengetahui relevansi antara jawaban responden dan kenyataan yang terjadi dilapangan dalam hal Dynamic Governance dalam Pengelolaan Ruang Terbuka HIjau di kota Makassar

(52)

2. Wawancara

Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengadakan tanya jawab secara lisan dan mendalam terhadap beberapa informan yang diambil sebagai sampel baik dari pemerintah, maupun masyarakat yang dianggap mampu memberikan informasi yang akurat terkait Ruang Terbuka Hijau di kota makassar.

3. Dokumentasi

Teknik ini merupakan pengumpulan data melalui dokumen-dokumen atau buku-buku atauhasil-hasilpenelitian yang relevandenganTata Kelola Pedagang Kaki Limata Di Kota Makassar sehingga menunjang kerelevenan data. Metode dokumentasi digunakan untuk mengungkap serta melengkapi informasi yang erat kaitannya dengan pokok dari permasalahan.

F. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini dikemukakan oleh Miles danhurman dalamaswad (2018 : 33) memiliki tiga langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reducation)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok dan memfokuskan pada hal yang penting. Reduksi data juga berarti komponen pertama dalam analisis data yang memperpendek, mempertegas dan membuang hal yang dirasa tidak penting ataupun tidak berkaitan dengan fokus penelitian sehinggah penarikan kesimpulan dapat dilakukan.

(53)

2. Penyajian Data(Data Display)

Penyajian data adalah bentuk rakitan data dalam uraian singkat. Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu bersifat naratif. Hal ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi secara lebih mudah.

3. Penarikan kesimpulan(conclusion Drawing)

Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti ada dilapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya belum jelas menjadi jelas. G. Keabsahan Data

Sugiyono dalam aswad (2018:34) uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data, uji transferability, uji depanability dan uji confirmability. Keabsahan data pada penelitian ini di periksa menggunakan uji kredibilitas data yang dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan dengan berbagai cara, berbagai sumber, dan berbagi waktu. Dengan demikian terdapat tiga triangulasi dalam keabsahan data yaitu triangulasi sumber, triangulasi waktu, triangulasi teknik

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain keabsahan data telah diperoleh sebelumnya.

(54)

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari satu sumber dengna menggunakan bermacam-macam cara atau teknik tertentu untuk diuji keakuratan dan ketidak akuratannya.

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu yaitu triangulasi waktu berkenan dengan aktu pengambilan data yang berbeda agar data yang diperoleh lebih akurat dan kredibel dari setiap hasil wawancara yang telah dilakukan pada informan. pengalaman kita. Fenomenologi tidak hanya sekedar fenomena, akan tetapi pengalaman dari sudut pandang orang pertama atau yang mengalaminya secara langsung.

Gambar

Foto dengan Kasi Pengendalian dan Kemitraan RTH DLHD Kota Makassar
Foto dengan petugas kebersihan Taman Macan
Foto dengan pengunjung taman macan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengacu pada keterangan- keterangan tersebut maka dapatlah disimpulkan bahwa perintah Yesus yang terakhir, sebelum Dia terangkat ke surga adalah perintah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pertimbangan hukum hakim dalam putusan pengadilan hubungan Industrial Nomor 021/PHI.G/2012/PN.Mks, telah sesuai dan

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pakis Kota Surabaya pada bulan Juni 2010 dengan 46 responden, yang bertujuan untuk mempelajari faktor yang berhubungan dengan kualitas

Namun begitu, kajian ini lebih berminat kepada cadangan yang menyatakan bahawa korelasi antara darjah terkurang harga dengan tahap kecairan saham TAA di pasaran sekunder adalah

Daya ricih luar ufuk pada paras pertengahan tingkat untuk setiap tingkat.. Daya ricih pada pertengahan tiang di atas dan di bawah paras

Untuk mencari jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam proses produksi pembuatan  beton tiang pancang bulat ( spunt piles) dapat dilakukan dengan membagi waktu proses  produksi

Prasasti mempunyai sifat resmi sebagai suatu keputusan atau perintah yang diturunkan oleh seorang raja atau penguasa, sehingga dalam penulisannya ada aturan- aturan penulisan

1. Kepala Dinas Ketahanan Panganmempunyai tugas pokok membantu Gubernur melalui koordinasi Sekretaris Daerah dalam menyelenggarakan perumusan, penetapan, pengoordinasian, dan