BAB 2
TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Perilaku Konsumen
1. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen tidak dapat dikembangkan dan dipertahankan melalui strategi pemasaran. Dengan kata lain keberhasilan suatu bisnis tergantung pada kualitas pemasaran dan pelayanan yang digunakan dalam usahanya untuk mempengaruhi konsumen, sehingga tujuan dari perusahaan dapat tercapai.
Menurut Sumarwan (2014:10) mendefinisikan perilaku konsumen yaitu perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.
Menurut Dharmmesta dan Handoko (2011:10) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk di dalam proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat di simpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong kegiatan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan kegiatan
mengevaluasi termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Sumarwan, 2014:12)
2. Faktor -faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Kotler dan Armstrong (2010:161-175) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen:
a. Faktor-Faktor Kebudayaan 1) Budaya
Budaya adalah faktor pemicu penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari.
2) Sub Budaya
Sub budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu kelompok kebangsaan, kelompok keagamaan, kelompok ras dan wilayah geografis.
3) Kelas sosial
Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap kelompok cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama.
b. Faktor-faktor Sosial 1) Kelompok Refrensi
Kelompok refrensi adalah kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
2) Keluarga
Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku membeli.
3) Peranan dan Status
Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan dalam pengertian peranan dan status. Setiap peranan membawa satu status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakatnya.
c. Faktor-Faktor Pribadi 1) Usia dan tahap daur hidup
Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan berubah-ubah dalam sela,ma hidupnya. Demikian halnya dengan selera seseorang berhubungan dengan usianya.
2) Pekerjaan
Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan dapat mem produksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok pekerjaan tertentu.
3) Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang dapat berpengaruh terhadap pemilihan produk
4) Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang turut menentukan perilaku pembelian.
5) Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan setiap orang. Sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri.
d. Faktor-Faktor Psikologis 1) Motivasi
Motivasi adalah kebutuhan yang cukup kuat dan mendesek untuk mengarah seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan ini.
2) Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan. Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya.
3) Belajar
Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia diperoleh dengan mempelajarinya.
4) Kepercayaan dan Sikap
Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap selanjutnya mempengaruhi tingkah laku.
2.1.2 Produk
1. Pengertian Produk
Menurut Kotler dan Amstrong (2012:236) mendefinisikan produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.
2. Tingkatan Produk
Tingkatan sebuah produk, menurut Kotler dan Armstrong (2010:250) bahwa ada tiga tingkatan di dalamnya :
a. Tingkat Dasar/ Inti Produk (Core Customer Value)
Manfaat inti, bagian untuk mencari tahu apa yang benar- benar dibutuhkan oleh konsumen. Pemasar harus mendefinisikan inti ketika merancang produk. (Kotler dan Armstrong, 2010).
b. Aktual Produk (Actual Product)
Para perencana produk harus mengubah manfaat inti menjadi produk aktual. Mereka harus mengembangkan fitur produk, desain, tingkat kualitas, nama merek, dan kemasan. (Kotler dan Armstrong, 2010)
c. Tambahan Produk (Augmented Product)
Perencanaan produk harus membangun produk tambahan di sekitar manfaat inti dan produk aktual dengan menawarkan pelayanan dan manfaat tambahan bagi konsumen. (Kotler dan Armstrong, 2010).
3. Klasifikasi Produk
Klasifikasi produk menurut Kotler dan Keller (2012:239), dulu pemasaran mengklasifikasikan produk berdasarkan ketahanan/durability, keberwujudan, dan kegunaan (konsumen dan industri).
a. Atribut Produk
Perpindahan merek dapat muncul karena atribut dari produk. Atribut produk akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengguna. Sumarwan (2014:140) mengungkapkan seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan
kepada karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Atribut suatu produk dibedakan ke dalam atribut fisik dan abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk, misalnya ukuran dari handphone. Atribut Abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen.
Menurut Kotler dan Armstrong (2010:254) atribut produk merupakan karakteristik dari produk yang menghasilkan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.
Menurut Kotler dan Armstrong (2010:260) beberapa atribut yang menyertai dan melengkapi produk (karakteristik atribut produk) adalah :
1) Merek (brand)
Merek (brand) adalah nama, istilah tanda, simbol, atau rancangan, kombinasi dari semua yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing. Pemberian merek merupakan masalah pokok dalam strategi produk. Pemberian merek itu mahal dan memakan waktu, serta dapat membuat produk itu berhasil atau gagal. Nama merek yang baik dapat menambah keberhasilan yang besar pada produk.
2) Pengemasan (packing)
Pengemasan (packing) adalah kegiatan merancang dan membuat wadah atau pembungkus suatu produk.
3) Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Untuk meningkatkan kualitas produk perusahaan dapat menerapkan program Total Quality Manajemen (TQM). Selain mengurangi kerusakan produk, tujuan pokok kualitas total adalah untuk meningkatkan nilai pelanggan.
b. Kualitas Produk
Pengertian kualitas produk menurut Kotler dan Armstrong (2012:283) adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya, kemampuan tersebut meliputi daya tahan, kehandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan.
Kualitas mempunyai arti sangat penting dalam keputusan pembelian konsumen. Apabila kualitas produk yang dihasilkan baik maka konsumen cenderung melakukan pembelian ulang sedangkan bila kualitas produk tidak sesuai dengan yang diharapkan maka konsumen akan mengalihkan pembeliannya pada produk sejenis lainnya. Sering kali dibenak konsumen sudah terpikir bahwa produk perusahaan tertentu jauh lebih berkualitas daripada produk pesaing dan konsumen akan membeli produk yang mereka yakini lebih berkualitas. Meskipun konsumen mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kualitas produk, tetapi setidaknya konsumen akan memilih produk yang dapat memuaskan kebutuhannya.
Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (20011:86) kualitas memiliki delapan dimensi pengukuran yang terdiri dari kinerja (performance), keragaman produk (features), keandalan (reliability), kesesuaian (conformance), ketahanan atau daya tahan (durability), kemampuan pelayanan (servicebility), estetika (aesthetis), kualitas yang dipersepsikan (perveiced quality).
1) Kinerja (Performance)
Merujuk pada karakter produk inti yang meliputi merek, atribut yang dapat diukur dan aspek-aspek kinerja individu.
2) Keragaman Produk (features)
Diukur secara subjektif oleh masing -masing individu 3) Keandalan (Realibility)
Harus handal dalam pemeliharaan dan penggantian produk jika barang mengalami kerusakan.
4) Kesesuaian (Conformance)
Diukur dari tingkat akurasi dan waktu penyelesaian termasuk juga perhitungan kesalahan yang terjadi.
5) Ketahanan atau daya tahan (durability)
Ketahanan suatu produk meliputi segi teknis maupun ekonomis. 6) Kemampuan pelayanan (Servicebility)
Kemampuan pelayanan suatu produk menghasilkan suatu kesimpulan akan kualitas produk yang dinilai secara subjektif oleh konsumen.
7) Estetika (aesthetis)
Pengukuran yang paling subjektif, estetika dilihat dari bagaimana suatu produk terdengar oleh konsumen, bagaimana penampilan luar suatu produk, rasa maupun bau.
8) Kualitas yang dipersepsikan (Perveiced quality)
Konsumen tidak selalu memiliki informasi yang lengkap mengenai atribut produk. Namun umumnya konsumen memiliki informasi tidak langsung melalui merek, nama dan Negara produsen.
2.1.3 Price / Harga
1. Pengertian Harga
Menurut Kotler dan Armstrong (2010:26) harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan sebuah produk yang dibutuhkan atau diinginkan konsumen.
Menurut Swastha (2010:147) harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapat sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.
1. Tujuan Penentapan Harga
Tujuan Penetapan harga menurut Situmorang (2011:163), yaitu : a. Tujuan berorientasi pada laba
Tujuan ini mengandung makna bahwa perusahaan akan mengabaikan harga para pesaing.
b. Tujuan berorientasi pada volume
Tujuan ini dilandaskan pada strategi mengalahkan pesaing. Pada tujuan ini perusahaan akan melihat harga standart yang dipakai oleh kompetitor kemudian menetapkan harga diatas atau dibawahnya.
c. Tujuan berorientasi pada citra (image)
Dalam tujuan ini, perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan jalan melakukan diferensiasi produk atau melayani pasar khusus. Biasanya perusahaan memiliki value tinggi akan menerapkan premium pricing.
d. Tujuan stabilisasi harga
Tujuan ini dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga perusahaan dan harga pemimpin industri.
3. Metode Penetapan Harga
Menurut Kotler dan Armstrong (2010:27-28) dalam penetapan harga meliputi 5 tahap yaitu:
a. Mark Up Pricing
Harga jual yang ditentukan berdasarkan presentasi keuntungan yang diharapkan ditambahkan dengan keseluruhan biaya produksi sebagai keuntungan atau laba.
b. Target Return Pricing
Perusahaan menentukan tingkat harga yang akan menghasilkan pengembalian dengan target yang sudah ditentukan.
c. Perceived Value Pricing
Harga ditentukan berdasarkan penilaian konsumen terhadap produk, bila konsumen menilai produk tinggi maka harga yang ditetapkan juga tinggi. d. Going Rate Pricing
Harga jual yang ditetapkan pesaing mengikuti harga yang ada di pasar. e. Sealed Bid Pricing
Harga ditentukan berdasarkan dugaan perusahaan tentang berapa besar harga yang akan ditetapkan pesaing, bukan biaya dan permintaannya sendiri yang digunakan ketika perusahaan ingin memenangkan produk.
Terdapat tujuh metode penerapan harga yang termasuk metode penerapan harga berbasis permintaan menurut Kotler dan Armstrong (2010: 30-31) yaitu : a. Skimming Pricing
Strategi ini diterapkan dengan jalan menetapkan harga tinggi bagi suatu produk baru selama tahap perkenalan. Kemudian menurunkan harga pada saat persaingan mulai ketat.
b. Penetration Pricing
Perusahaan berusaha memperkenalkan suatu produk dengan harga rendah dengan harapan memperoleh volume penjualan yang besar dalam waktu yang relatif singkat.
c. Prestige Pricing
Harga dapat digunakan oleh pelanggan sebagai ukuran kualitas suatu barang atau jasa. Dengan demikan, bila harga diturunkan sampai tingkat tertentu, maka tingkat permintaan tersebut juga turun.
d. Price Lining
Digunakan apabila perusahaan menjual produk lebih dari satu jenis produk berbeda.
e. Odd-Even Pricing
Penetapan harga ganjil digunakan untuk mempengaruhi pemikiran konsumen f. Demand-Backward Pricing
Perusahaan memperkirakan suatu tingkat harga yang bersedia dibayar konsumen untuk produk-produk yang relatif mahal.
g. Bundle Pricing
Strategi pemasaran yang menggunakan harga paket untuk dua atau lebih produk
2.1.4 Keterlibatan Konsumen
1. Pengertian Keterlibatan Konsumen
Sumarwan (2014:83) keterlibatan konsumen (consumer involvement) adalah pribadi yang dirasakan penting dan atau minat konsumen terhadap perolehan, konsumsi, dan disposisi barang, jasa, atau ide. Dengan semakin meningkatnya keterlibatan, konsumen memiliki motivasi yang lebih besar untuk memperhatikan, memahami, dan mengelaborasi informasi tentang pembelian.
Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat keterlibatan konsumen Mowen dan Minor (2010 :83).
a. Karakteristik produk: umumnya keterlibatan konsumen meningkat apabila produk atau jasa yang dipertimbangkan lebih mahal, diterima secara sosial, dan memiliki risiko pembelian.
b. Situasi: konteks dimana pembelian dilakukan mempengaruhi keterlibatan c. Komunikasi: komunikasi juga dapat meningkatkan keterlibatan seiring naiknya
emosi konsumen
d. Kepribadian konsumen: kepribadian konsumen mempengaruhi keterlibatan dalam hal mengapa konsumen yang berbeda dapat memiliki reaksi yang berlainan terhadap produk, situasi, dan komunikasi yang sama.
Menurut Suprapti (2010:106) konsumen dikatakan memiliki keterlibatan tinggi terhadap suatu produk apabila suatu produk itu memenuhi kondisi berikut: a. Produk itu penting bagi konsumen.
b. Produk itu memiliki daya tarik profesional.
c. Produk itu diminati konsumen secara terus menerus.
d. Produk itu memiliki resiko signifikan. Resiko yang dimaksudkan disini meliputi resiko finansial, resiko teknologi, resiko sosial atau resiko fisik. e. Produk itu berkaitan dengan norma kelompok.
Menurut Suprapti (2010:264) pada dasarnya tiap keputusan yang diambil konsumen adalah untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Masalah yang di maksudkan terkait dengan suatu produk untuk memenuhi kebutuhannya. Proses pengambilan keputusan konsumen, membutuhkan informasi dan melakukan upaya-upaya tertentu untuk memperoleh informasi itu.
2. Jenis -Jenis Keterlibatan Konsumen
Menurut Mowen dan Minor (2010:84) dalam Huda dan Albushairi 2013 ada 3 jenis keterlibatan konsumen yaitu :
a. Keterlibatan situasional (situsional involvement) terjadi selama periode waktu yang pendek dan diasosiasikan dengan situasi yang spesifik, seperti kebutuhan untuk mengganti sebuah produk yang telah rusak.
b. Keterlibatan abadi (enduring involvement) terjadi ketika konsumen me nunjukan minat yang tinggi dan konsisten terhadap sebuah produk dan seringkali menghabiskan waktunya untuk memikirkan produk tersebut.
c. Tanggapan keterlibatan (involvement respons) yaitu kompleksitas pemrosesan informasi dan tingkat pengambilan keputusan oleh konsumen.
Menurut Mowen dan Minor (2010:125) mengungkapkan bahwa keterlibatan memiliki multidimensi. Setiap faktor-faktor berikut dimaksudkan untuk me ningkatkan keterlibatan konsumen terhadap pembelian :
a. Pentingnya ekspresi diri (self-expresive importance): produk-produk yang membantu orang untuk mengekspresikan konsep diri mereka kepada orang lain.
b. Pentingnya hedonisme (hedonic importance): produk-produk yang dapat menyenangkan, menarik, mengembirakan, memepesona, dan menggairahkan. c. Relavansi praktis (practical relavanse): produk-produk yang mendasar atau
bermanafaat untuk alasan yang berfaedah.
d. Risiko pembelian (purchase risk): produk-produk yang menciptakan ke tidakpastian karena pilihan yang buruk akan menjadi sangat menggangu pembeli.
2.1.5 Perpindahan Merek
1. Pengertian Perpindahan Merek (Brand Switching)
Perpindahan merek (brand switching) menurut Manuadi (2011:186) adalah perilaku beralih yang dilakukan konsumen karena beberapa alasan tertentu, atau diartikan juga sebagai kerentanan konsumen untuk berpindah ke produk lain. Penilaian konsumen terhadap produk dapat timbul dari berbagai variabel, seperti pengalaman konsumen dengan produk sebelumnya dan pengetahuan konsumen tentang produk. Pengalaman konsumen dalam memakai produk dapat memunculkan komitmen terhadap merek produk tersebut. Pencarian merek lain dapat dilakukan konsumen dengan mendapatkan informasi melalui media cetak, media audio ataupun melalui interpersonal, dimana tujuan akhirnya adalah perilaku untuk berpindah.
Tingkat brand switching ini juga menunjukan sejauh mana sebuah merek memiliki pelanggan yang loyal. Semakin tinggi tingkat Brand Switching, maka semakin tidak loyal tingkat pelanggan kita. Untuk itu berarti semakin beresiko juga merek yang kita kelola karena bisa dengan mudah dan cepat kehilangan pelanggan, Sumarni dan Soeprihanto (2010:56).
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Brand Switching
Menurut Kosidah dan Nuraeni (2014:200), munculnya perilaku brand switching dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Iklan
Setiap bentuk komunikasi non personal mengenai suatu organisasi, produk, servis atau ide yang dibayar oleh sponsor yang diketahui.
b. Kebutuhan mencari Variasi (variety seeking)
Suatu hal yang dimiliki oleh konsumen. Mengidentifikasi pelanggan yang suka mencari variasi merupakan salah satu hal yang penting bagi perusahaan karena perilaku perpindahan merek (brand switching) dapat muncul karena adanya kebutuhan mencari variasi (variety seeking)
c. Harga
Harga suatu merek yang terlalu mahal dengan karakteristik yang ditawarkan sama dengan merek pesaing dapat menyebabkan konsumen berpindah merek, konsumen akan loyal pada merek yang berkualitas dengan harga yang wajar. d. Tingkat Keterlibatan
Keterlibatan Konsumen merupakan suatu hal yang tidak akan lepas saat konsumen melakukan serangkaian proses pembelian. Selain pada saat tingkat keterlibatan konsumen yang tinggi, pada saat keterlibatan konsumen rendah pun konsumen tetap dapat membuat keputusan pembelian.
e. Kepuasan
Dalam suatu pembelian, konsumen tidak hanya berhenti sampai proses konsumsi, konsumen akan mengevaluasi produk yang telah dikonsumsinya tersebut. Konsumen akan memiliki perasaan puas atau tidak puas terhadap proses konsumsinya. Pelanggan akan merasa merasa puas apabila produk yang mereka beli sesuai yang diharapkan. Sebaliknya, apabila konsumen merasa ketidakpuasan berarti produk yang dibeli tidak sesuai yang diharapkan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini relevan dengan penelitian -penelitian terdahulu, ringkasan penelitian terdahulu disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 1
Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian Teknik Analasis Data Hasil Penelitian Kosidah dan Nuraeni (2014) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Brand Switching pada Kartu Prabayar XL (Studi pada konsumen Pandumedia Reload Service Singosari-Malang) Variabel independen: Iklan, variety seeking ,harga, tingkat keterlibatan,kepuasan Variabel dependen: keputusan perpindahan merek Analisis Responden Hasil menunjukkan variabel iklan, variety seeking, harga, tingkat keterlibatan dan kepuasan terhadap keputusan perpindahan merek (brand switching) diterima. Pranita (2013) Pengaruh Kinerja Produk, Tingkat Kepuasan, dan Tingkat Keterlibatan pada Perilaku Perpindahan Merek kartu seluler Variabel Independen: Kinerja Produk, Tingkat Kepuasan, dan Tingkat Keterlibatan Variabel Dependen: Perilaku Perpindahan Merek Analisis Jalur (Path Analysis) Hasil menunjukkan kinerja produk berpengaruh terhadap tingkat kepuasan. Tingkat kepuasan tidak dapat memediasi pengaruh kinerja produk terhadap perilaku perpindahan merek.
Anandhitya (2011) Pengaruh Atribut Produk, Harga, Kebutuhan Mencari Variasi dan Ketidakpuasan Konsumen terhadap Keputusan Perpindahan Merek dari Samsung Galaxy Series di Kota Malang Variabel independen: Atribut Produk, Harga, Kebutuhan Mencari Variasi,Ketidakpuasan Konsumen Variabel dependen: Keputusan Perpindahan Merek Analisis Regresi Berganda Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut produk dan harga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek, sedangkan kebutuhan mencari variasi dan ketidakpuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ke putusan perpindahan merek.
2.3 Rerangka Pemikiran Hu Gambar 1 Rerangka Pemikiran Hubungan Terhadap Perpindahan Merek Blackberry ke Samsung di Stiesia
Studi teori Studi empirik
Produk:
Kotler dan Armstrong (2012),Kotler dan Armstrong (2010),Sumarwan (2014), Harga: Kotler dan Armstrong(2010), Swastha(2010) Keterlibatan Konsumen: Sumarwan(2014),Mow en dan Minor (2010),Suprapti(2010). Perpindahan Merek: Manuadi(2011), Kosidah dan Nuerani(2014)
Kosidah dan Nuraeni(2014) “Variabel iklan, Variabel seeking, harga, tingkat keterlibatan dan kepuasan terhadap keputusan perpindahan merek(brand
switching) diterima.
Pranita(2013) “ Kinerja produk berpengaruh terhadap tingkat kepuasan. Tingkat kepuasan tidak dapat memediasi pengaruh kinerja produk terhadap perilaku perpindahan merek. Anandhitya(2011) “ Atribut produk dan harga
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek,
sedangkan kebutuhan mencari variasi dan
ketidakpuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek Keterlibatan Konsumen Harga Atribut Produk Perpindahan Merek
H1: Atribut Produk berpengaruh signifikan terhadap perpindahan merek Blackberry ke Samsung.
H2: Harga berpengaruh signifikan terhadap perpindahan merek Blackberry ke Samsung.
H3: Keterlibatan Konsumen berpengaruh signifikan terhadap perpindahan merek Blackberry ke Samsung.
2.4 Model Konseptual
Gambar 2 Model Konseptual
2.5 Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1: Atribut Produk berpengaruh signifikan terhadap perpindahan merek Blackberry ke Samsung.
H2: Harga berpengaruh signifikan terhadap perpindahan merek Blackberry ke Samsung.
H3: Keterlibatan Konsumen berpengaruh signifikan terhadap perpindahan merek Blackberry ke Samsung.
H4: Atribut Produk yang berpengaruh dominan terhadap perpindahan merek. Perpindahan Merek (PM) Keterlibatan Konsumen (KK) Harga (H) Atribut Produk (AP)