• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Perilaku Prososial dengan Mahasisw

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Identifikasi Perilaku Prososial dengan Mahasisw"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Identifikasi Perilaku Prososial Mahasiswa

Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin

(Studi Kasus: Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Angkatan 2016 Institut Pertanian Bogor)

Diusulkan oleh:

Riqa Arifah Zulkifli I34150022 Allia Nur Rahma I34150032 M Arismal Rezki I34150039 Muhammad Al Ansori I34150041 Agustina Suryani Nababan I34150043

TeddiAsfarilla I34150046 Laras Salsabila I34150058

Hanifah I34150080 Nubzatsania I34150082 Qori Nurfazayanti I34150084

Dosen:

Dr. Nurmala K. Panjaitan, MS. DEA Dr. Ratri Virianita S.Sos, M.Si

Asisten Praktikum: Galuh Adriana, S.Kpm, M.Si

Arie Firdha, S.Kpm

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYRAKAT

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pesatnya perkembangan globalisasi telah memaksa dunia untuk melakukan perubahan. Perubahan tersebut dapat memberikan dampak bagi manusia, baik dampak positif maupun dampak negatif. Salah satu dampak negatif dari globalisasi adalah manusia menjadi individualistis, lebih mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan orang lain (Renata dan Parmitasari 2016). Hal tersebut terlihat dari menurunnya tingkat saling tolong-menolong sesama manusia. Sekalipun terjadi tolong-menolong, biasanya hal itu didasari dengan mempertimbangkan untung-rugi. Selain menurunnya tingkat tolong menolong, juga terjadi pengabaian terhadap nilai-nilai budaya seperti menjungjung tinggi kebersamaan, gotong royong dan empati. Fenomena di atas merupakan bukti konkrit bahwa telah menurunnya perilaku prososial.

Perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu manfaat langsung kepada orang yang melakukan tindakan menolong tersebut, dan bahkan mungkin memberikan resiko bagi orang yang menolong (Baron,dkk 2006). Menurut Sarwono dan Meinarno (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial, yaitu: pengaruh faktor situasional (bystander, daya tarik, atribusi terhadap korban, ada model, desakan waktu, dan sifat kebutuhan korban) dan pengaruh faktor dalam diri (suasana hati, sifat, jenis kelamin, tempat tinggal, dan pola asuh). Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada faktor jenis kelamin.

Fenomena perilaku prososial dapat terjadi pada berbagai lapisan masyarakat, termasuk mahasiswa. Mahasiswa adalah status untuk seseorang yang sedang menempuh pendidikan pada tingkat perguruan tinggi. Mahasiswa terbagi menjadi dua kelompok berdasarkan jenis kelamin, yaitu mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. Berdasarkan penelitian Renata dan Parmitasari (2016), terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan, yaitu perilaku prososial perempuan lebih tinggi daripada perilaku prososial mahasiswa laki-laki. Begitu juga dengan hasil penelitian Zahn-Waxler dan Smith (dalam Davies 1999 dalam Renata dan Parmitasari 2016) mengatakan bahwa beberapa penelitian menunjukkan anak perempuan lebih banyak menunjukkan perilaku prososial dan empati terhadap orang lain dibandingkan dengan anak laki-laki. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji benar atau tidaknya bahwa terdapat perbedaan perilaku prososial antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan, dengan subjek penelitian yaitu mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Angkatan 2016 Institut Pertanian Bogor.

Rumusan Masalah

(4)

Tujuan Penulisan

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah adalah untuk mengidentifikasi tingkat perilaku prososial pada mahasiswa dan mengidentifikasi perbedaan perilaku prososial antara mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan.

Metode Penulisan

Penelitian ini merupakan penelitian data kuantitatif yang didukung data kualitatif. Penelitian menggunakan pertanyaan likert yang terstruktur dan sistematis untuk mencari informasi. Penelitian dilakukan melalui wawancara mendalam kepada sample, yaitu mahasiswa departemen sains komunikasi dan pengembangan masyarakat angkatan 2016. Kemudian seluruh jawaban yang diperoleh dicatat, diolah menggunakan software microsoft excel, dan dianalisis. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui penelitian langsung di lapangan dengan melakukan observasi (pengamatan), dan mewawancarai sample. Wawancara ini dilakukan melalui teknik pendekatan kualitatif yang dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi penelitian. Data sekunder diperoleh dari studi literatur untuk memperkaya informasi yang diperoleh.

Penelitian dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi mempertimbangkan mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang berasal dari berbagai daerah dimana mempunyai karakter berbeda adalah sample yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian dilaksanakan selama dua hari yaitu dari tanggal 06 sampai 07 Juni 2017. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal, turun lapang untuk pengambilan data kuantitatif, penyusunan makalah, dan lokakarya.

Teknik Analisis Data

Data kuesioner dianalisis secara deskriptif kuantitatif untuk melihat perilaku prososial mahasiswa berdasarkan jenis kelamin pada lembar jawab skala perilaku prososial mahasiswa membubuhkan tanda centang pada salah satu dari empat alternatif jawaban yang ada. Kalimat pernyataan yang digunakan adalah pernyataan positif sehingga skornya sama. Pilihan jawaban selalu skornya 4, sering skornya 3, kadang-kadang skornya 2, dan tidak pernah skornya 1.

Penentuan kriteria kecendrungan dari tiap-tiap aspek didasarkan pada norma ketentuan. Adapaun langkah-langkah menentukan kriteria menurut Saifuddin (2016) dalam Khasanah (2016) sebagai berikut:

(5)

Luas jarak sebaran = rentang maksimum - rentang minimum c. Menghitung standar deviasi dengan rumus:

σ = luas jarak sebaran/ 5

d. Menghitung mean teoretik dengan rumus: μ = Σ butir pernyataan x mean

Pada penelitian ini mengadaptasi penentuan kriteria berdasarkan pendapat Saifudin Azwar. Adapun langkah perhitungannya sebagai berikut:

a. Menentukan rentang maksimum dan minimum. Rentang maksimum = 10 x 4 = 40

Rentang minimum = 10 x 1 = 10 b. Menghitung luas jarak sebaran.

Luas jarak sebaran = 40 – 10 = 30 c. Menghitung standar deviasi :

σ = 30 5 = 6

d. Menghitung mean teoretik :

μ = Total skor yang ada

Skor maksimal x 100 = 512

800 x 100 = 64

Selanjutnya hasil perhitungan tersebut diinterpretasikan dalam 3 kriteria sebagai berikut:

Perhitungan Kriteria Skor Perilaku Prososial

Rentang Skor Kuantitatif Kriteria

( 64 + 9 ) ≤ x Tinggi

( 64 9 ) ≤ x < ( 64 + 9 ) Sedang x < ( 64 9 ) Rendah

Kriteria Skor Perilaku Prososial

Rentang Skor Kuantitatif Kriteria

( 73 ) ≤ x Tinggi

( 55 ) ≤ x < ( 73 ) Sedang

x < ( 55 ) Rendah

Kegunaan Penulisan

(6)

memberi informasi yang bermanfaat mengenai motivasi seseorang dalam melakukan prososial.

Tinjauan Pustaka

Watson (1984: 272) dalam Asih G dan Pratiwi M (2010) menyatakan perilaku prososial adalah suatu tindakan yang memiliki konsekuensi positif bagi orang lain, tindakan menolong sepenuhnya yang dimotivasi oleh kepentingan sendiri tanpa mengharapkan sesuatu untuk dirinya.Sementara itu, menurut Baron & Byrne (2005) perilaku prososial adalah suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan mungkin bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong.Perilaku prososial didasari dukungan nilai dan norma yang dianut individu. Tokoh lainnya juga memberikan definisi bahwa perilaku sosial merupakan tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan pribadi tanpa mengharapkan sesuatu untuk diri si penolong itu sendiri. (Sears, dkk, 1994 dalam Renata S dan Parmitasari D, 2016). Perilaku prososial ini pada umumnya diperoleh melalui proses belajar, yakni penguatan dan peniruan.

Perilaku prososial dapat memberikan pengaruh bagaimana individu melakukan interaksi sosial. Seseorang dikatakan berperilaku prososial jika individu tersebut menolong individu lain tanpa memperdulikan motif-motif si penolong, timbul karena adanya penderitaan yang dialami olehorang lain yang meliputi saling membantu, saling menghibur, persahabatan, penyelamatan, pengorbanan, kemurahan hati, dan saling membagi.Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah suatu tindakan yang mendorong seseoranguntuk berinteraksi, bekerjasama, dan menolong orang lain tanpa mengharapkansesuatu untuk dirinya sendiri.

(7)

kesukarelaan diri sendiri. Contoh perilaku menyumbang ialah menghadiahkan atau memberikan suatu sumbangan kepada orang lain, biasanya berupa amal. Menurut Indra (2017), kerjasama ialah salah satu bentuk interaksi sosial yang memiliki sifat asosiatif (proses sosial yang menciptakan kesatuan) atau terjadi karena ada pandangan yang sama dalam suatu kelompok masyarakat baik antar perorangan ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan berdasarkan teori Mussen dalam Sari (2015) kerjasama dalam konteks perilaku prososial identik dengan istilah cooperating,yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan. Cooperating biasanya saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong dan menenangkan.

Menurut (Eisenberg dan Mussen 1989 Dalam Rahman 2013) menyatakan bahwa perilaku menolong(Helping) adalah membantu orang lain secara fisik untuk mengurangi beban yang sedang dilakukan. Sedangkan Clarke (dalam Rahman 2013) mendefinisikan perilaku menolong sebagai sebuah bagian dari perilaku prososial yang dipandang sebagai segala tindakan yang ditujukan untuk memberikan keuntungan pada satu atau banyak orang. Perilaku menolong sudah diajarkan kepada individu sejak dini, dari hal-hal yang sangat sederhana sampai hal yang dapat menarik empati seseorang. Seseorang yang melakukan tindakan menolong di lingkungan sekitarnya akan merasa sangat berarti di lingkungannya dan konsep dirinya akan kearah positif atau naik. Tapi, jika seseorang itu merasa apa yang ia berikan terhadap lingkungannya tidak berarti bagi lingkungannya, maka konsep dirinya akan cenderung kearah negatif atau turun. Interaksi perilaku menolong yang dilakukan antara individu satu dengan individu lainnya dapat memberikan individu suatu pengalaman yang dapat merubah penilaian terhadap diri mereka. Jika ada fenomena yang realita di hadapannya maka sesorang tersebu memperoleh gambaran cerita yang akan diceritakan ke orang lain apbila fenomena tersebut sama atau sesuai realita maka orang tersebut jujur berbagi ceita tersebut. Dengan kata lain seseorang dikatakan jujur, bila ucapannya sejalan dengan perbuatannya. Menurut Mussen dalam tinne (2012:7) : Jujur adalah kesediaan seseorang untuk bertindak dan berkata apa adanya, tidak membohongi orang lain dan tidak melakukan kecurangan terhadap orang lain tersebut.

PEMBAHASAN

Tingkat perilaku prososial mahasiswa

(8)

menyumbang didapatkan bahwa rata-rata persentase masing-masing sebesar 51,25 % dan 49,375 %. Kedua aspek ini tergolong dalam kategori rendah. Gambaran perilaku sosial mahasiswa secara umum berdasarkan aspek-aspek perilaku prososial dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Gambaran perilaku prososial mahasiswa SKPM 2016

Aspek N Persentase (%) Rata-Rata Persentase(%) Laki-Laki Perempuan

Berbagi 20 71,25 81,25 76,25

Kerjasama 20 62,5 67,5 65

Menolong 20 78,75 77,5 78,125

Kejujuran 20 53,75 48,75 51,25

Menyumban

g 20 48,75 50 49,375

Rata-Rata 63,125

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata gambaran perilaku prososisal mahasiswa dari kelima aspek yang ada adalah sebesar 63,125 %. Rata-rata tersebut tergolong dalam kriteria sedang. Perilaku prososisal mahasiswa tersebut masih dalam kategori sedang karena pada dasarnya mahasiswa masih memikirkan kepentingan dirinya sendiri terlebih dahulu, jiwa individualis dan kompetitif. Rasa pengungkapan diri yang kurang terhadap sesama mahasiswa lain terjadi dimungkinkan karena kurangnya rasa kepercayaan terhadap orang lain.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Renata dan Parmitasari (2016) yang menyatakan bahwa sebagian mahasiswa memang memiliki perilaku prososial yang tinggi, namun tidak sedikit juga mahasiswa yang menunjukkan perilaku prososial yang rendah. Mahasiswa lebih memfokuskan perhatian pada diri sendiri terlebih dahulu dibandingkan teman-temannya. Mereka cenderung sulit memberikan pertolongan dengan berbagai macam alasan, meskipun dalam kenyataannya mampu membantu teman-teman yang membutuhkan pertolongan. Perlu diketahui bahwa perilaku prososial dipengaruhi oleh berbagai macam faktor eksternal dan internal, diantaranya fakor jenis kelamin dan tipe kepribadian mahasiswa.

Perbedaan perilaku prososial antara mahasiswa laki-laki dan perempuan

(9)

Berbagi Kerjasama Menolong Kejujuran Menyumbang

Gambar 1. Histogram perbandingan perilaku prososial mahasiswa laki-laki dan perempuan

Berdasarkan histogram di atas, perilaku prososial mahasiswa perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki. Hal ini terlihat dari persentase yang diperoleh mahasiswa perempuan. Perempuan memiliki persentase lebih tinggi dalam tiga dari lima aspek, yaitu berbagi, kerjasama dan menyumbang, sedangkan mahasiswa laki-laki hanya memiliki persentase lebih tinggi dalam dua aspek, yaitu kerjasama dan kejujuran. Menurut Renata dan Parmitasari (2016) perempuan memiliki naluri seorang ibu yang membuat perilaku prososialnya lebih menonjol daripada laki-laki khususnya dalam hal memberikan bantuan, menyayangi dan berbagi. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa presentase mahasiswa perempuan dalam aspek berbagi lebih besar (81,25%) dibandingkan presentase mahasiswa laki-laki (71,25%). Laki-laki lebih menonjol perilaku prososialnya dalam hal pemberian bantuan yang sifatnya lebih menantang, agresifitas dan kompetisi dan keaktifan adrenalin.

(10)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Einsberg dan Mussen (1989) dalam Amini dan Saripah (2016) menyatakan bahwa anak perempuan terlihat lebih menunjukkan perilaku prososialnya daripada anak laki-laki, namun tidak terlalu signifikan. Stereotip gender yang beredar di masyarakat adalah bahwa anak perempuan lebih altruistik sehingga anak perempuan cenderung lebih menunjukkan perilaku prososialnya dibandingkan anak laki-laki. Perempuan dipandang lebih menunjukkan perilaku prososialnya melalui perasaan-perasaan dan bentuk perhatian kepada orang lain, sedangkan laki-laki lebih menunjukkan perilaku prososialnya dalam bentuk nyata menolong secara langsung. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan persentase mahasiswa laki-laki (78,75% ) dalam aspek menolong lebih besar dibandingkan persentase mahasiswa perempuan (77,5%).

Dalam hal kejujuran, anak laki cenderung lebih terbuka karena laki-laki memiliki spontanitas dan rasionalitas, sedangkan perempuan lebih memiliki banyak pertimbangan dalam melakukan segala sesuatu dan lebih tertutup untuk menjaga perasaan orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian yang menunjukkan tingkat presentase dalam aspek kejujuran laki-laki lebih tinggi (53,75%) dibandingkan anak perempuan (48,75%).

(11)

Daftar Pustaka

Asih G dan Pratiwi M. 2010. Perilaku prososial ditinjau dari empati dan

kematangan emosi. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus. [internet] [06 Juni 2017]. 1(Desember. . 1): 33-42. Dapat dunduh dari: https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwiX48Pz_6fU AhXJKY8KHShrCzcQFgguMAA&url=http%3A%2F

%2Feprints.umk.ac.id

%2F268%2F1%2F33__42.PDF&usg=AFQjCNHC3r1mqNcv1htUF-4nCMTdxgOGEQ&sig2=q4cbfP6Qxwjqd-YwUG-PQA&cad=rja

Baron, R.A. & Byrne, D. (2005). PsikologiSosial; Jilid 2, Edisi ke-10. Jakarta [ID]: Penerbit Erlangga.

Renata S dan Parmitasari D. 2016. Perilaku prososial pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin dan tipe kepribadian . Jurnal Unika. [internet][06 Juni 2017]. Dapat diunduh dari: https://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0ahUKEwiX48Pz_6fU AhXJKY8KHShrCzcQFgg3MAE&url=http%3A%2F

%2Fjournal.unika.ac.id%2Findex.php%2Fpsi%2Farticle%2Fdownload %2F590%2F450&usg=AFQjCNGDjl6ddP6yTIF_G86HeVCwEjVvsg&sig2 =bSy-xMx-d4dYFo-tcZrsSg&cad=rja

Eisenberg and Mussen. 1989. The Roots of Prosocial Behavior in Children. New York [US]: Cambridge University Press.

Rahman, A. A. (2013). Psikologi sosial : integrasi pengetahuan wahyu dan pengetahuan empirik. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

Indra. 2017. Pengertian kerjasama menurut ahli, bentuk-bentuk dan manfaat kerjasama terlengkap. [Internet].[06 Juni 2017]. Dapat diunduh di:

http://www.pelajaran.co.id/2017/27/pengertian-kerjasama-menurut-ahlibentuk-bentuk-dan-manfaat-kerjasama-terlengkap.html

Sari DN. 2015. Perilaku prososial mahasiswa ditinjau dari value. [tesis].

[Internet]. [06 Juni 2017]. Dapat diunduh

di:http://digilib.uinsby.ac.id/3338/5/Bab%202.pdf

Sarwono SW dan Meinarno EA. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta (ID): Salemba Humanika.

Tinne Rostiana Dewi. 2012. Prilaku Prosisial Ditelaah Berdasarkan Gender di SMP Miftahul

(12)

Kuesioner Identifikasi Perilaku Prososial Mahasiswa Berdasarkan Perbedaan Jenis Kelamin

Nama :

NIM :

Jenis Kelamin :

Petunjuk :

1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan member tanda (√) pada kolom lembar jawaban sesuai dengan pendapat sendiri

Keterangan :

SL : Selalu KK : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

2. Semua jawabana benar, tidak ada yang salah. Oleh karena itu jawablah sesuai dengan pendapat sendiri tanpa harus sama dengan yang lain.

Gambar

Gambar 1. Histogram perbandingan perilaku prososial mahasiswa laki-lakidan perempuan

Referensi

Dokumen terkait

Ia juga boleh ditakrifkan sebagai satu sistem politik yang memberi peluang kepada rakyat membentuk dan mengawal pemerintahan negara (Hairol Anuar 2012). Dalam hal

Adalah sebuah fakta bahwa jumlah perempuan di dunia ini lebih banyak dari

(BOS) based on instruction and technical in aspects of application, distribution, and stakeholders engagement in planning, forming, and reporting of BOS in SMA Negeri 37

Kelompok Kerja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau mengumumkan pemenang seleksi sederhana untuk Pekerjaan Pengawasan Rehabilitasi /

Saudara dianjurkan untuk membawa Berkas Dokumen Asli yang berkenaan dengan data isian sebagaimana yang telah saudara sampaikan pada Dokumen Penawaran Admnistrasi,

Menurut Syed Ahmad Hussein (1996) terdapat beberapa rumusan dan hipotisis utama yang timbul dari kajian-kajian ini yang dijadikan panduan am kepada mereka yang berminat untuk

Setiap blok penyimpanan di gudang ini hanya menampung satu jenis produk dan satu tanggal kadaluarsa, sehingga penempatan barang harus di blok yang kosong dan tidak

berlangsung sejak pagi. Kira-kira pukul 07.00 WIB, ada beberapa orang sesepuh yang menyembelih dan mengolah kambing dan ayam. Mereka menyembelih seekor kambing atau