• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XV/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XV/2017"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XV/2017

“Persyaratan Usia Untuk Dapat Menjadi Perangkat Desa”

I. PEMOHON

Sukirno, S.Si.

II. OBJEK PERMOHONAN

Pengujian materiil Pasal 50 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU 6/2014).

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:

1. Pasal 7B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yang mengatur mengenai kewajiban Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/ atau Wakil Presiden menurut UUD;

2. Pasal 24 ayat (1) dan (2) UUD 1945 yang mengatur mengenai kekuasaan kehakiman di Indonesia, yaitu Mahkamah Konstitusi sebagai salah satu lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman;

3. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah melakukan pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945;

4. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) menyatakan bahwa:

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”;

(2)

5. Pasal 29 ayat (1) huruf a UU Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman berbunyi:

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;”

6. Bahwa objek permohonan adalah pengujian materiil Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selajutnya disebut UU 6/2014), oleh karena itu Mahkamah berwenang untuk melakukan pengujian Undang-Undang a quo.

IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING)

1. Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK:

“Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan

konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu: (a) perorangan WNI, (b) kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan RI yang diatur dalam undang-undang, (c) badan hukum publik dan privat, atau (d) lembaga Negara.”;

2. Berdasarkan Putusan MK Nomor 006/PUU-III/2005 dan Nomor 010/PUU/III/2005 menyatakan bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional harus memenuhi 5 (lima) syarat yaitu:

a. adanya hak konstitusional para Pemohon yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

b. hak konstitusional para Pemohon tersebut dianggap oleh para Pemohon telah dirugikan oleh suatu Undang-Undang yang diuji.

c. kerugian konstitusional para Pemohon yang dimaksud bersifat spesifik atau khusus dan aktual atau setidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi.

d. adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan untuk diuji.

e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi.

3. Bahwa Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia yang merasa dirugikan akibat berlakunya Pasal 50 ayat (1) huruf b UU 6/2014 yang membatasi usia warga Desa yang dapat diangkat menjadi perangkat desa yaitu berusia 20 tahun sampai dengan 42 tahun, sedangkan saat ini usia

(3)

Pemohon berdasarkan Akta Kelahiran Pemohon dan KTP adalah 42 tahun 10 bulan.

V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN

 Pengujian materiil UU 6/2014 yaitu:

1. Pasal 50 ayat (1) huruf b:

“Perangkat Desa sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 48, diangkat dari warga Desa yang memenuhi persyaratan:

a. ...;

b. berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun.;”

B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945. 1. Pasal 27 ayat (2):

“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.”

2. Pasal 28C ayat (2):

“Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.”

3. Pasal 28D ayat (1):

“Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”

4. Pasal 28 D ayat (2):

“Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.”

5. Pasal 28D ayat (3):

“Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.”

6. Pasal 28H ayat (2):

“Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.”

(4)

7. Pasal 28I ayat (2):

“Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa apun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.”

VI. ALASAN PERMOHONAN

1. Bahwa menurut Pemohon, Pasal 50 ayat (1) huruf b UU 6/2014 tidak mencerminkan marwah Sila ke-5 karena pasal a quo tersebut mengekang, dan memberi pembatasan, serta tidak memberi kesempatan yang sama kepada Pemohon yang masih dalam usia produkstif dan berniat ingin berkarya menjadi perangkat desa;

2. Bahwa Pemohon mendalilkan, berdasarkan pengelompokan usia produktif yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), definisi kelompok usia produktif sebagai kelompok yang mampu menghasilkan produk atau jasa adalah yang berada dalam rentang usia 15 tahun sampai dengan 64 tahun; 3. Bahwa menurut Pemohon, Pemohon memahami pertimbangan perspektif

batas kecakapan/ kemampuan fisik dan psikis yang dibuthkan untuk mejadi perangkat desa sudah seharusnya dipersyaratkan mengingat pekerjaan sebagai perangkat desa diharuskan dapat menjamin kualitas layanan kepada warga negara dan/ atau penduduk, namun batas usia yang dimaksud seharusnya dimaknai sebagai batasan kondisi seseorang yang memasuki usia yang kurang atau tidak cakap lagi dalam memberikan pelayanan sehingga harus berhenti dari pekerjaan atau profesinya;

4. Bahwa penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa merupakan kegiatan yang berfungsi serta bertugas melakukan pelayanan publik serta administratif yang didasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu, dan kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat administrasi seperti yang dimaksud pada Pasal 1 angka 9 dan 10 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU 5/2014) yang mana dalam UU 5/2014 diatur batas usia pejabat administasi berusia sampai dengan 58 tahun;

5. Bahwa menurut Pemohon, batasan usia maksimal seseorang untuk

(5)

pembentuk undang-undang melakukan harmonisasi dengan batas usia profesi penyelenggara administrasi pemerintahan lainnya;

6. Bahwa menurut Pemohon, secara filosofis, tidak ada alasan untuk membeda-bedakan batasan usia maksimal penyelenggara administrasi pemerintahan yang satu dengan yang lainnya, atau yang di bawah dengan yang di atasnya, justru sebaliknya, Pemerintah (dalam hal ini Pembuat Undang-Undang) harus membuka berbagai kemungkinan bagi warganegaranya untuk dapat bekerja, termasuk bekerja dalam urusan pembantuan penyelenggaraan administratif Pemerintahan Desa; secara sosiologis, realitas menunjukkan bahwa Pemerintah belum mampu menyediakan lapangan kerja dengan mendasarkan pada sistem pengelompokkan usia bagi warganegaranya, terlebih pada situasi bonus demografi saat ini hingga 20-30 tahun ke depan; dan secara juridis, pembatasan usia maksimal seseorang untuk mencalonkan/ mendaftarkan diri menjadi penyelenggara suatu profesi tertentu, dilakukan haruslah wajar dan masuk akal (reasonable and rational) sedemikian rupa, tanpa menghilangkan kewajiban konstitusional Pemerintah untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak asasi warganegaranya, karena pembatasan usia maksimal seseorang untuk mencalonkan/mendaftarkan diri menjadi Perangkat Desa oleh Pembentuk Undang-Undang, telah membedakan batasan usia maksimal penyelenggara administrasi pemerintahan yang satu dengan yang lainnya, atau yang dibawah dengan yang di atasnya, bahkan dengan pencalonan/pendaftaran Kepala Desa sendiri yang tidak diatur pembatasan usianya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf e UU 6/2014.

VII. PETITUM

1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

2. Frasa “sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun” Pasal 50 ayat (1) huruf b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

(6)

3. Frasa “sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun” Pasal 50 ayat (1) huruf b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat;

4. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya.

Apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Referensi

Dokumen terkait

 Oleh karena request antara layer AJAX dan server berupa bagian kecil dari informasi (tidak komplit satu halaman) maka sering digunakan untuk interaksi dengan database

Setiap entitas pasti mempunyai elemen yang disebut atribut yang berfungsi untuk mendes-kripsikan karakteristik dari entitas tersebut.. dari atribut mempunyai sesuatu yang

Pelopor Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah Liga Bangsa-Bangsa, sebuah organisasi yang dikandung dalam situasi yang sama selama Perang Dunia pertama, dan didirikan

Kotoran kambing dapat digunakan sebagai bahan organik pada pembuatan pupuk kandang karena kandungan unsur haranya relatif tinggi dimana kotoran kambing bercampur dengan air

Hasil Penelitian ini menunjukkan: (1) analisis terhadap kelima undang-undang yang diteliti dengan pengakomodasian cita hukum, menunjukkan bahwa: (a) semangat pembaharuan

Dalam proses penelitian ini peneliti berperan langsung, bertindak sekaligus sebagai instrument dalam pengumpulan data, karena penelitian ini dilakukan dengan fokus

Dari banyak penelitian yang ada seperti penelitian rukmono budi utomo dalam penelitiannya berjudul Model Regresi Persentase Keuntungan Perusahaan Manufaktur Ditinjau