• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memliki daya produktivitas tinggi,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KEPUSTAKAAN. hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memliki daya produktivitas tinggi,"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Ayam Broiler

Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an, walaupun galur murninya sudah diketahui pada tahun 1960-an ketika peternak mulai memeliharanya. Sebelumya ayam yang dipotong adalah ayam petelur seperti ayam white leghorn jengger tunggal. Tidak heran bila pada saat itu banyak orang yang antipati terhadap daging ayam ras sebab ada perbedaan yang sangat mencolok antara daging ayam ras broiler dan ayam ras petelur, terutama pada struktur pelemakan didalam serat-serat dagingnya (Rasyaf, 1993).

Klasifikasi ayam broiler menurut Suprijatna (2005) adalah sebagai berikut: Kindom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Subkelas : Neornithes Ordo : Galliformes Famili : Phasianidae Genus : Gallus

Spesies : Gallus domesticus

Antipati masyarakat yang saat itu sudah terbiasa dengan ayam kampung terus berkembang hingga pemasaran ayam broiler semakin sulit. Pada akhir periode 1980-an itulah pemegang kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging ayam untuk menggantikan konsumsi daging ruminansia yang saat itu semakin sulit keberadaannya. Kondisi pun membalik kini banyak peternakan ayam broiler

(2)

bangkit. Dari sinilah ayam broiler komersial atau ayam broiler final stock mulai dikenal dan secara perlahan mulai diterima orang (Rasyaf, 1993).

Ayam pedaging merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, masa panen pendek dan menghasilkan daging berserat lunak, timbunan daging baik, dada lebih besar, dan kulit licin (North dan Bell, 1990).

Menurut Kusnadi (2006), ayam pedaging termasuk hewan homeothermis dengan suhu nyaman 24oC yang akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relatif konstan antara lain melalui peningkatan frekuensi pernafasan dan jumlah konsumsi air minum serta penurunan konsumsi pakan.

2.2 Transportasi

Aradom (2013) mengatakan bahwa transportasi memegang peranan penting dalam usaha peternakan untuk memudahkan produsen atau sentra ternak yang letaknya berjauhan dengan konsumen. Suryadi, dkk. (2011) menyatakan transportasi merupakan kegiatan yang asing bagi ternak sehingga menjadi stresor utama dalam kegiatan pemindahan ternak dan akan memberi efek negatif pada ternak seperti ternak menjadi stress.

Ternak dikatakan stress apabila terdapat tanda-tanda stress, seperti suhu tubuh yang tinggi, detak jantung meningkat, dan kandungan glukosa dalam darah meingkat. Stress yang dialami ternak dampaknya bermacam-macam seperti ternak cenderung diam, terjadi penurunan bobot badan, atau sampai terjadi kematian pada ternak. Ternak yang mengalami keadaan tersebut sangat merugikan pengusaha RPA, maka dari itu perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan yang diharapkan akan bisa mengurangi efek negatif dari kegiatan tersebut (Suryadi, 2011).

(3)

Penyusutan bobot badan ternak karena transportasi pada umumnya disebabkan hilangnya pakan dalam saluran pencernaan yang dikeluarkan dalam bentuk feses tanpa ada pakan yang dikonsumsi, serta dalam bentuk urine (Suryadi, 2011). Peningkatan temperatur tubuh ternak selama penanganan dan pengangkutan pada umumnya 1°C (Trunkfield dkk., 1991).

Obernier, dkk. (2006) menyatakan bahwa transportasi memiliki hubungan dengan stres meskipun tidak selalu mengakibatkan kondisi stres, namun tetap mengakibatkan adanya perubahan status fisiologis setelah transportasi sampai masa rekondisi. Semakin lama transportasi akan mengakibatkan keadaan fisiologis ternak semakin menurun.

2.3 Stres Transportasi

Stres merupakan respon fisiologis, biokimia, tingkah laku ternak terhadap faktor fisik, kimia dan biologis (Frandson dkk., 2009). Borell (2001) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang dihasilkan dari satu atau lebih stresor yang berasal baik dari eksternal atau internal.

Kisaran suhu udara lingkungan yang nyaman bagi ayam untuk hidup berkisar antara 18-22oC. Tingginya suhu udara lingkungan merupakan salah satu masalah dalam pencapaian performa ayam pedaging yang optimal. Ayam pedaging akan mengalami stres pada suhu udara yang tinggi, yang akan mempengaruhi penurunan konsumsi pakan sehingga terjadi penurunan bobot tubuh (Nova, 2008). Ayam akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relatif konstan antara lain melalui peningkatan pernafasan dan konsumsi air minum serta penurunan konsumsi pakan sehingga akan terjadi penurunan dalam pertumbuhan dan produksi / produktivitas. Pada daerah tropis, penguapan air dari tubuh ayam

(4)

merupakan aktivitas yang sangat penting melalui pernafasan dan kotorannya (Pattiselano dan Randa, 2005).

Kusnadi dan Rahim (2009) menyatakan bahwa ayam broiler yang menghadapi suhu tinggi akan terjadi penimbunan panas dalam tubuhnya, untuk mengurangi suhu yang tinggi maka ternak berusaha mengeluarkan panasnya, hal tersebut membutuhkan energi yang tinggi sehingga mampu menurunkan bobot badan ayam broiler.

Wijayanti (2011) menyatakan, tingginya suhu lingkungan di daerah tropis pada siang hari mampu mencapai 34ºC dan dapat mengakibatkan terjadinya penimbunan panas dalam tubuh, sehingga ternak mengalami cekaman panas. Ayam broiler termasuk hewan homeothermis dengan suhu nyaman 24ºC, akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relatif konstan antara lain melalui peningkatan frekuensi pernafasan.

2.4 Usus besar

Saluran pencernaan pada broiler dimulai dari mulut, tenggorokan, kemudian lambung, usus halus dan usus besar yang dilalui oleh makanan yang dikonsumsi, termasuk bakteri, baik yang bermanfaat maupun yang berpotensi mengganggu kesehatan ternak. Usus pada ternak unggas ibarat sebuah tabung reaksi yang berisi beragam bakteri dan berbagai nutrisi yang disuplai melalui makanan yang dikonsumsi (Sari dkk, 2013).

Usus besar terdiri atas seka yang merupakan suatu kantung buntu dan kolon yang terdiri dari bagian yang naik, mendatar dan turun (Gillespie, 2004). Seka merupakan saluran pencernaan yang terletak pada persimpangan antara usus halus dan usus besar yang terdiri dari dua kantung buntu dan berfungsi untuk membantu

(5)

penyerapan air serta mencerna karbohidrat dan protein dengan bantuan bakteri yang ada dalam seka (North dan Bell, 1990).

Usus besar tidak mensekresikan enzim, namun didalamnya terjadi proses penyerapan air untuk meningkatkan kadar air di dalam sel tubuh dan menjaga keseimbangan air ayam broiler karena usus besar merupakan tempat penyerapan kembali air dari usus halus. Usus besar juga menyalurkan sisa makanan dari usus halus ke kloaka untuk dibuang (Bell dan Weaver, 2002).

Rataan persentase bobot usus besar ayam broiler yang diperoleh pada penelitian berkisar antara 0,17-0,18% dari bobot potong. Peneliti lain menunjukkan rataan persentase bobot usus besar ayam broiler berkisar 0,14-0,31% (Tambunan, 2007), 0,18% (Awad dkk., 2009) dan 0,16-0,18% (Nurhalimah, 2010) dari bobot potong.

2.5 Antioksidan

Antioksidan atau senyawa penangkap radikal bebas merupakan zat yang dapat menetralkan radikal bebas, atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan (Prakash, 2001).

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donor) atau reduktan. Senyawa antioksidan memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif (Winarsi, 2007). Fungsi antioksidan adalah menetralisasi radikal bebas, sehingga tubuh terlindungi dari penyakit degeneratif (Tapan, 2005).

(6)

2.6 Radikal bebas

Paparan sinar matahari berlebih, asap kendaraan bermotor, obat-obat tertentu, racun dan polusi udara merupakan beberapa sumber pembentuk senyawa radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Elektron-elektron yang tidak berpasangan ini menyebabkan radikal bebas menjadi senyawa yang sangat reaktif terhadap sel-sel tubuh dengan cara mengikat elektron molekul sel (Wijaya, 1996).

Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya atau kehilangan elektron, sehingga apabila dua radikal bebas bertemu, mereka bisa memakai bersama elektron tidak berpasangan membentuk ikatan kovalen. Molekul biologi pada dasarnya tidak ada yang bersifat radikal. Apabila molekul non radikal bertemu dengan radikal bebas, maka akan terbentuk suatu molekul radikal yang baru (Halliwell, 2007).

Radikal bebas bersifat tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul di sekitarnya, sehingga radikal bebas bersifat toksik terhadap molekul biologi/sel. Radikal bebas dapat mengganggu produksi DNA, lapisan lipid pada dinding sel, mempengaruhi pembuluh darah, produksi prostaglandin, dan protein lain seperti enzim yang terdapat dalam tubuh (Droge, 2002).

2.7 Probiotik

Probiotik adalah pakan tambahan dalam bentuk mikroba hidup yang menguntungkan, melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan (Fuller, 1997). Jin dkk. (1996) melaporkan bahwa penambahan probiotik dalam ransum ayam pedaging mampu meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mortalitas rendah.

(7)

Mekanisme kerja probiotik dijelaskan oleh Soeharsono (1999) yang menyatakan bahwa probiotik merupakan mikroba hidup yang a-patogen, yang mekanisme kerjanya mendesak mikroba non-indigenous keluar dari ekosistem saluran pencernaan, dan menggantikan lokasi mikroba pathogen di dalam saluran pencernaan. Karena probiotik berasal dari mikroba indigenous, maka proses translokasi yang terjadi berjalan secara alamiah di dalam ekosistem usus. Mikroba patogen non-indegenous merupakan benda asing, oleh karena itu didesak keluar dari saluran pencernaan. Mekanisme probiotik ini dalam usus adalah dengan mempertahankan keseimbangan, mengeliminasi mikroba yang tidak diharapkan atau bakteri pathogen dari induk semang.

Penambahan probiotik ke dalam air minum juga berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem mikroflora dalam saluran pencernaan dan menyediakan enzim yang mampu mencerna serat kasar, protein, lemak dan mendetoksikasi zat racun atau metabolit (Soeharsono, 1999).

Beberapa mikroba yang mempunyai potensi sebagai probiotik antara lain adalah Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus fermentum, Lactobacillus plantarum, Lactobacillus salivarius, Lactobacillus reuteri, Lactobacillus delbrueckti, Lactobacillus lactis, Lactobacillus cellobiosus, Lactobacillus brevis, Aspergillus oryzae, Bifidobacterium longum, Bifidobacterium pseudologum, Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium suis, Bifidobacterium thermophilum, Bacillus subtilis, Enterococcus faecum, Saccharomyces cerevisiae, Streptococcus faecium dan Streptococcus intermedius (Kompiang, 2009).

Lactobacillus acidophilus menghasilkan dua komponen Bacteriocin yaitu

Bacteriocin lactacin B dan Acidolin. Bacteriocin lactacin B dan Acidolin yang bekerja menghambat berkembangnya mikroorganisme patogen (McNaught dan

(8)

MacFie, 2000). L. acidophils menghambat pertumbuhan Salmonella thypimurium (Antono dkk., 2012).

L. plantarum merupakan salah satu dari jenis BAL dengan tipe fermentasi homofermentatif, umumnya lebih tahan terhadap keadaan asam, sehingga bakteri ini menjadi lebih banyak terdapat pada tahapan terakhir dari fermentasi tipe asam laktat. L. plantarum merupakan probiotik yang dapat menghambat kontaminasi dari mikrooganisme patogen karena kemampuannya untuk menghasilkan asam laktat dan menurunkan pH substrat (Suriawiria, 1986).

Yeast merupakan salah satu mikroorganisme yang termasuk dalam golongan fungi yang dibedakan bentuknya dari kapang (mould) karena berbentuk uniseluler. Reproduksi vegetative pada yeast dengan cara pertunasan. Yeast sebagai sel tunggal tumbuh dan berkembang biak lebih cepat dibandingkan dengan mould

yang tumbuh dengan pembentukan filamen. Selain itu sangat mudah dibedakan atas mikroorganisme lainnya seperti bakteri, karena yeast mempunyai ukuran sel lebih besar dan morfologi berbeda (Fardiaz, 1992).

Pourabedin dan Zhao (2015) menyatakan bahwa dinding sel yeast diketahui dapat menjadi probiotik dengan efisiensi untuk menstimulasi sistem imun dan memperbaiki mikroflora dalam saluran pencernaan. Spesies yeast lain yang bermanfaat juga terdapat dalam khamir seperti Cryptococcus humicolus dan

Trichosporon sp (Ellis dkk., 2007).

Menurut Budiansyah (2004) mekanisme kerja dari probiotik ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Melekat atau menempel dan berkolonisasi dalam saluran pencernaan. Kemampuan probiotik untuk bertahan hidup dalam saluran pencernaan dan menempel pada sel-sel usus merupakan tahap pertama untuk kolonisasi dan

(9)

selanjutnya memodifikasi sistem kekebalan hewan inang. Kemampuan menempel yang kuat pada sel-sel usus ini akan menyebabkan mikroba probiotik berkembang dengan baik dan mikroba patogen tereduksi dari sel–sel usus inang sehingga pertumbuhan dari mikroba patogen dapat terhambat.

2) Kompetisi untuk memperoleh makanan dan memproduksi zat anti mikroba. Mikroba probiotik menghambat organisme patogen dengan cara berkompetisi untuk mendapatkan sejumlah substrat bahan makanan untuk difermentasi. Substrat makanan tersebut diperlukan agar mikroba probiotik dapat berkembang dengan baik. Substrat bahan makanan yang mendukung perkembangan mikroba probiotik dalam saluran pencernaan disebut “prebiotik”). Prebiotik ini adalah terdiri dari bahan–bahan makanan yang pada umumnya banyak mengandung serat.

Mikroba probiotik menghasilkan senyawa atau zat–zat yang diperlukan untuk membantu proses pencernaan substrat bahan makanan tertentu dalam saluran pencernaan yaitu enzim. Mikroba probiotik penghasil asam laktat dari spesies Lactobacillus, menghasilkan enzim selulase yang membantu proses pencernaan. Enzim ini mampu memecah serat kasar yang merupakan komponen yang sulit dicerna dalam saluran pencernaan unggas. Pakan ternak unggas umumnya mengandung serat kasar tinggi. Penggunaan probiotik menghasilkan enzim selulase mampu memanfaatkan makanan berserat kasar tinggi dalam proses pencernaan sehingga serat kasar dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan jaringan dan peningkatan berat badan ternak unggas.

3) Stimulasi mukosa dan peningkatkan sistem kekebalan hewan inang.

Kemampuan mikroba probiotik mengeluarkan toksin yang mereduksi atau menghambat perkembangan mikroba patogen dalam saluran pencernaan,

(10)

merupakan suatu kondisi yang dapat meningkatkan kekebalan hewan inang. Toksin–toksin yang dihasilkan tersebut merupakan antibiotika bagi mikroba– mikroba patogen, sehingga penyakit yang ditimbulkan oleh mikroba patogen tersebut berkurang atau dapat hilang atau sembuh dengan sendirinya.

Yu dan Van (2002) menyatakan asam laktat pada yoghurt mengandung α-hydroxyacids (AHA) yang berfungsi sebagai antioksidan. Aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh asam laktat (CH3CHOHCOOH) yang diproduksi oleh bakteri probiotik berperan sebagai donor atom hidrogen bagi molekul atau atom yang memiliki elektron tidak berpasangan pada orbit terluarnya (radikal bebas). Esti dkk., (2011) menyatakan selain dari asam laktat adanya peningkatan aktivitas antioksidan disebabkan oleh adanya aktivitas bakteri probiotik yang akan menghasilkan senyawa yang berperan sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan metabolit sekunder dari metabolisme bakteri. Bakteri probiotik akan mulai membentuk metabolit sekunder ketika memasuki fase stasioner.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

pembangunan di Kelurahan Malawili dapat dlihat dari adanya upaya pengawalan yang intensif dari pihak aparat pemerintahan kelurahan beserta jajarannya yang

Industri batik merupakan salah satu penghasil limbah cair tertinggi yang berasal dari proses pewarnaan atau pencelupan. Pada penelitian ini limbah batik artifisial

Kecerdasan buatan menggunakan metode fuzzy sugeno yang digunakan untuk menentukan apakah player berhak lolos ke level selanjutnya atau tidak. Variabel-variabel yang

Penelitian ini mengambil judul " Seni Tari Islami: Kontribusi Pengembangan Karakter Estetika Religius Relevansinya Dengan Nilai- Nilai Pendidikan Di Madrasah

Paa anak*anak tiak terk%ntr%l an tiak mengetahui akibat ari a#a !ang ilakukan Paa anak*anak tiak terk%ntr%l an tiak mengetahui akibat ari a#a !ang

Hasil re-eksentrisitas dan perhitungan daya dukung tersebut dituangkan dalam shop drawing redesain titik pancang sebagai panduan pelaksanaan di lapangan seperti yang

(5) Telaah atau analisa sosial menyajikan premis-premis nilai (entah disadari atau tidak). Premis nilai itu perlulah diungkapkan untuk bias didiskusikan sehingga

Intensitas Pengurasan tangki septik yang dilakukan yaitu 46% tidak pernah melakukan pengurasan, 4% melakukan pengurasan lebih dari 6 tahun, 15% melakukan pengurasan 4-6 tahun,