• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

103

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap PT. Pertamina (Persero) untuk mengetahui tingkat kesesuaian Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara yang berlaku sejak tanggal 1 Agustus 2011 dan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006.

Tujuan dari penelitian ini selain untuk menilai tingkat kesesuaian Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara dan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006 adalah untuk mengetahui gambaran umum dan kondisi penerapan Good Corporate Governance di PT. Pertamina (Persero) agar dapat mengevaluasi penerapan tata kelola perusahaan PT. Pertamina (Persero) berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sehingga dapat mengidentifikasi kekurangan ataupun kendala yang dialami PT. Pertamina (Persero) dalam penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

4.1 Analisis Koefisien Jaccard (Jaccard’s Coefficient)

Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kesesuaian pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara dan Pedoman Umum Good Corporate Governance. Dalam rangka mengevaluasi penerapan tata kelola perusahaan PT. Pertamina (Persero) terdapat indikator analisis evaluasi yang terdiri dari 50 (lima puluh) indikator dengan 230 (dua ratus dua puluh delapan) parameter yang merupakan penjabaran dan unsur-unsur dari indikator pengujian yang terkait.

(2)

Table 4. 1 Daftar 50 Item Indikator Evaluasi GCG

No. Indikator

1 Kewajiban BUMN 2 GCG Manual

3 Hak Pemegang Saham / Pemilik Modal 4 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 5 Laporan Tahunan

6 Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 7 Rapat Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 8 Penilaian Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 9 Informasi untuk Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 10 Organ Pendukung Dewan Komisaris / Dewan Pengawas 11 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

12 Rencana Jangka Panjang (RJP)

13 Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan

14 Penyelenggaraan Daftar-Daftar dan Dokumen oleh Direksi 15 Rapat Direksi

16 Manajemen Risiko (Risk Management)

17 Sistem Pengendalian Intern (Internal Control System) 18 Pengawasan Intern

19 Fungsi Sekretaris Perusahaan 20 Tata Kelola Teknologi Informasi 21 Auditor Eksternal

22 Informasi

23 Keselamatan dan Kesempatan Kerja serta Pelestarian Lingkungan 24 Hubungan dengan Pemangku Kepentingan

25 Etika Berusaha, Anti Korupsi dan Donasi 26 Program Pengenaan BUMN

27 Pengukuran terhadap Penerapan GCG 28 Peranan Negara

29 Peranan Dunia Usaha 30 Peranan Masyarakat 31 Transparansi

32 Akuntabilitas 33 Responsibilitas 34 Independensi

35 Kewajaran dan Kesetaraan 36 Nilai-Nilai Perusahaan 37 Etika Bisnis

38 Pedoman Perilaku 39 Benturan Kepentingan

40 Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi 41 Kepatuhan terhadap Peraturan

42 Kerahasiaan Informasi

43 Pelaporan atas Pelanggaran dan Perlindungan bagi Pelapor 44 Komite Audit

(3)

No. Indikator 46 Komite Kebijakan Risiko

47 Komite Kebijakan Corporate Governance 48 Karyawan

49 Mitra Bisnis

50 Masyarakat serta Pengguna Produk dan Jasa

(Sumber: Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum Good Corporate Governance KNKG tahun 2006)

Dari review dokumen-dokumen yang terdaftar pada Lampiran 1 mengenai Dokumen dalam Evaluasi GCG dan hasil wawancara yang dilakukan maka dibuat sebuah pengkodean untuk masing-masing parameter dengan kode sebagai berikut:

a : Parameter terdapat dalam standar pelaksanaan GCG PT. Pertamina (Persero) dan dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomer: PER-01/MBU/2011 serta Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh KNKG pada tahun 2006.

b : Parameter tidak terdapat dalam standar pelaksanaan GCG PT. Pertamina (Persero) tetapi terdapat dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomer: PER-01/MBU/2011 serta Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh KNKG pada tahun 2006.

c : Parameter terdapat dalam standar pelaksanaan GCG PT. Pertamina (Persero) namun tidak terdapat dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomer: PER-01/MBU/2011 serta Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh KNKG pada tahun 2006.

Maka hasil pengkodean evaluasi GCG PT. Pertamina (Persero) berdasarkan hasil review dokumen dan wawancara dapat dilihat pada tabel 4.3.

Pada indikator nomor 39 butir 4 dan nomor 42 butir 3 tidak dimasukan ke dalam perhitungan koefisien Jaccard mengingat karakteristik PT. Pertamina (Persero) yang tidak sesuai untuk parameter evaluasi tersebut. Maka total parameter evaluasi yang akan dihitung dalam perhitungan koefisien Jaccard sebanyak 228 parameter evaluasi.

(4)

Hasil pengkodean pada setiap parameter evaluasi yang didasarkan pada hasil review dokumen dan wawancara dengan Sekretaris Perusahaan PT. Pertamina (Persero) maka dihitung dengan koefisien Jaccard (Jaccard’s coefficients) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

Sij : Tingkat kesesuaian antara standar penerapan GCG PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun 2006.

a : Parameter terdapat dalam standar penerapan GCG PT. Pertamina (Persero) dan dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun 2006.

b : Parameter tidak terdapat dalam standar penerapan GCG PT. Pertamina (Persero) tetapi terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun 2006.

c : Parameter terdapat dalam standar penerapan GCG PT. Pertamina (Persero) tetapi tidak terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun 2006.

i : Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG KNKG tahun 2006.

j : Standar penerapan GCG pada PT. Pertamina (Persero).

Selanjutnya, hasil pengkodean tersebut dilakukan pembobotan atas kode yang diperoleh. Setiap kode yang diperoleh dari setiap parameter evaluasi memperoleh bobot 1. Pembobotan yang dilakukan dalam penelitian akan ditunjukkan dalam tabel 4.2.

(5)

Table 4. 2 Perhitungan Jaccard’s Coefficients atas 50 item Indikator Evaluasi GCG

No. Indikator a b c Jumlah

Indikator

1 Kewajiban BUMN 3 3

2 GCG Manual 7 7

3 Hak Pemegang Saham / Pemilik Modal

4 4

4 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

12 12

5 Laporan Tahunan 3 4 7

6 Dewan Komisaris / Dewan Pengawas

11 1 12

7 Rapat Dewan Komisaris / Dewan Pengawas

6 1 7

8 Penilian Dewan Komisaris / Dewan Pengawas

3 3

9 Informasi untuk Dewan Komisaris / Dewan Pengawas

1 1

10 Organ Pendukung Dewan Komisaris / Dewan Pengawas

3 3

11 Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

4 4

12 Rencana Jangka Panjang (RJP) 6 6

13 Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan

5 5

14 Penyelenggaraan Daftar-Daftar dan Dokumen oleh Direksi

4 4

15 Rapat Direksi 6 1 7

16 Manajemen Risiko (Risk Management)

4 4

17 Sistem Pengendalian Intern (Internal Control System)

2 2

18 Pengawasan Intern 11 11

19 Fungsi Sekretaris Perusahaan 7 7

20 Tata Kelola Teknologi Informasi 3 3

21 Auditor Eksternal 6 6

22 Informasi 3 3

23 Keselamatan dan Kesempatan Kerja serta Pelestarian Lingkungan

6 6

24 Hubungan dengan Pemangku Kepentingan

4 1 5

25 Etika Berusaha, Anti Korupsi dan Donasi

5 5

(6)

No. Indikator a b c Jumlah Indikator 27 Pengukuran terhadap Penerapan

GCG

11 1 1 13

28 Peranan Negara 7 7

29 Peranan Dunia Usaha 5 5

30 Peranan Masyarakat 3 3

31 Transparansi 2 2 4

32 Akuntabilitas 5 5

33 Responsibilitas 2 2

34 Independensi 2 2

35 Kewajaran dan Kesetaraan 3 3

36 Nilai-Nilai Perusahaan 2 2

37 Etika Bisnis 3 3

38 Pedoman Perilaku 1 1

39 Benturan Kepentingan 4 4

40 Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi

2 2 4

41 Kepatuhan terhadap Peraturan 3 3

42 Kerahasiaan Informasi 2 2

43 Pelaporan atas Pelanggaran dan Perlindungan bagi Pelapor

2 2

44 Komite Audit 1 1

45 Komite Nominasi dan Remunerasi 2 1 3

46 Komite Kebijakan Risiko 1 1

47 Komite Kebijakan Corporate Governance

1 1

48 Karyawan 8 8

49 Mitra Bisnis 2 2

50 Masyarakat serta Pengguna Produk dan Jasa

3 3

(Sumber: Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum Good Corporate Governance KNKG tahun 2006)

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien Jaccard, PT. Pertamina (Persero) memperoleh nilai sebesar 93,42% dengan perhitungan sebagai berikut:

(7)

Menurut perhitungan yang dilakukan dapat diketahui jumlah parameter standar penerapan Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero) yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 dan Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh KNKG pada tahun 2006 sebanyak 213 dari 228 parameter yang ditetapkan sebagai evaluasi penerapan tata kelola perusahaan yang baik yang dilaksanakan oleh PT. Pertamina (Persero). Maka hasil perhitungan koefisien Jaccard, tingkat kesesuaian standar penerapan GCG pada PT. Pertamina (Persero) dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara serta Pedoman Umum Good Corporate Governance yang ditetapkan oleh KNKG pada tahun 2006. Standar penerapan GCG yang telah dilakukan oleh PT. Pertamina (Persero) telah 93,42% sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara dan Pedoman Umum Good Corporate Governance yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006, namun masih ada beberapa hal yang perlu perbaiki dalam standar penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada PT. Pertamina (Persero).

4.2 Evaluasi Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero)

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada PT. Pertamina (Persero). Berdasarkan gambaran penerapan prinsip-prinsip GCG telah temukan kekurangan atau kelemahan PT. Pertamina (Persero) dalam penerapan prinsip-prinsip tersebut sehingga dapat memberikan rekomendasi atau saran perbaikan atas kekurangan atau kelemahan tersebut. Dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara telah ditetapkan 5 prinsip dalam Good Corporate Governance yakni Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Keadilan dan Kesetaraan. Selain itu, penerapan GCG pada PT. Pertamina (Persero) juga dievaluasi dengan mengukur tingkat

(8)

kesesuaiannya dengan Pedoman Umum GCG yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2006.

PT. Pertamina (Persero) telah menerapkan pengelolaan perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sejak tahun 2009 dan dalam rangka menambah nilai perusahaan maka PT. Pertamina (Persero) mengelola perusahaannya berlandaskan 5 prinsip yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara yaitu Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, Keadilan dan Kesetaraan. Komite Nasional Kebijakan Governance juga menetapkan asas GCG yaitu Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, Kewajaran dan Kesetaraan. Maka berikut ini merupakan gambaran penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam PT. Pertamina (Persero).

4.2.1 Transparansi (Transparency)

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara mendefinisikan transparansi (transparency) sebagai keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Sedangkan definisi transparansi bagi Komite Nasional Kebijakan Governance yang dituliskan dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance yaitu menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.

PT. Pertamina (Persero) bersifat terbuka dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan mengutamakan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai Perusahaan. Dalam proses pengambilan keputusan, manajemen terikat dengan mekanisme sebagaimana diatur dalam Board Manual (Panduan Dewan), dan dalam mengungkapkan informasi material PT. Pertamina (Persero) menyampaikannya melalui Corporate Secretary.

(9)

PT. Pertamina (Persero) menerapkan prinsip transparansi dengan mengangkat Komite Audit dan Internal Audit (SPI) serta Akuntan Publik. Prinsip ini menunjukkan keterbukaan informasi dan kinerja perusahaan yang hendak disampaikan kepada stakeholders.

a. Komite Audit

Komite Audit PT. Pertamina (Persero) telah mulai dibentuk pada akhir tahun 2003. Pada tahun 2011, tugas-tugas Komite Audit mengacu Peraturan Menteri BUMN No. PER-05/MBU/2006 tentang Komite Audit bagi BUMN serta Piagam Komite Audit. Sedangkan pada tahun 2012, tugas-tugas Komite Audit mengacu Peraturan Menteri BUMN No. PER-12/MBU/2012 tentang Organ Pendukung Dewan Komisaris/Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara serta Piagam Komite Audit. Salah satu tugas Komite Audit meliputi membantu Komisaris untuk memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal auditor dan internal auditor, menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh Satuan Pengawasan Intern maupun auditor eksternal, memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen serta pelaksanaannya dan sebagainya.

Hal ini terbukti pada tahun 2011 bahwa Komite Audit melaksanakan tugasnya tersebut dengan melakukan monitoring pencapaian RKAP tahun 2011 secara berkala, dan melakukan penelaahan Laporan Keuangan Perusahaan baik laporan Keuangan non Audit maupun Laporan Keuangan hasil Audit Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam upaya mendorong Peningkatan Pengendalian Manajemen, maka Komite memberikan masukan untuk meningkatkan perbaikan terhadap sistem informasi, implementasi ERP, peningkatan kinerja dan peran SPI sebagai assurance and consulting serta pengelolalan Whistle Blowing System (WBS).

Pada tahun 2012 Komite Audit menujukkan kinerjanya dengan mengevaluasi efektifitas fungsi satuan pengawasan intern (SPI) melalui review atas laporan kegiatan SPI dan Laporan Hasil Audit SPI dan menyampaikan saran serta pendapat kepada Direksi dan Kepala SPI (Chief Audit Executive) melalui Dewan Komisaris dalam rangka upaya penguatan dan peningkatan peran SPI. Dalam upaya mendorong peningkatan

(10)

pengendalian manajemen, Komite Audit memonitor dan memberikan masukan atas implementasi IFRS. Komite Audit juga memberikan saran-saran dan masukan untuk perbaikan manajemen aset terutama bagi pengelolaan aset non operasi serta melakukan review atas usulan-usulan pendayagunaan aset.

Selama tahun 2011 Komite Audit mengadakan/menghadiri rapat internal (rapat Dewan Komisaris, internal Komite Audit, fungsi terkait dan gabungan Komite) dan eksternal sebanyak 177. Sedangkan selama tahun 2012 Komite Audit mengadakan/menghadiri rapat (rapat Dewan Komisaris, internal Komite Audit, fungsi terkait dan gabungan Komite) dan eksternal sebanyak 117 kali.

b. Satuan Pengawasan Intern

PT. Pertamina (Persero) memberikan kesempatan bagi Komite Audit untuk mengawasi audit yang dilaksanakan oleh auditor internal dan auditor eksternal. Tujuan dilaksanakannya audit tersebut yaitu untuk menunjukkan akuntabilitas serta kepatuhan perusahaan terhadap peraturan sesuai dengan prinsip korporasi yang sehat atau Tata Kelola Perusahaan yang Baik. PT. Pertamina (Persero) membentuk suatu Satuan Pengawasan Intern yang bertujuan untuk menjalankan fungsinya sebagai audit internal perusahaan. Audit Internal mempunyai fungsi untuk memberikan pandangan secara independen mengenai kondisi pengendalian intern, pengelolaan risiko dan proses tata kelola perusahaan yang dilaksanakan oleh perusahaan beserta unit-unit usahanya dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, serta memberikan masukan atau rekomendasi perbaikan melalui kegiatan assurance dan consulting.

Fungsi audit internal PT. Pertamina (Persero) dilaksanakan oleh Internal Audit yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Bab VI pasal 67, 68, dan 69. Internal Audit dipimpin oleh seorang Chief Audit Executive (CAE) yang diangkat dan diberhentikan oleh President Director & CEO dengan mempertimbangkan masukan dari Dewan Komisaris dan bertanggung jawab langsung kepada President Director & CEO. Berikut ini adalah struktur organisasi yang menunjukkan posisi CAE dalam perusahaan.

(11)

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Satuan Pengawasan Intern PT. Pertamina (Persero)

(12)

Piagam Audit Internal (Internal Audit Charter) merupakan bentuk dukungan nyata dan komitmen Direktur Utama Pertamina, termasuk Dewan Komisaris yang dalam hal ini diwakili oleh Komisaris Independen yang merangkap sebagai Komite Audit, serta adanya penerimaan (acceptance) dari fungsi lain yang diaudit (Auditee). Tujuan dari Piagam Audit Internal adalah untuk memberikan nilai tambah bagi perusahaan melalui kegiatan pengawasan yang independen dan obyektif berupa kegiatan assurance dan consulting sesuai standar internasional serta membantu perusahaan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien melalui evaluasi dan perbaikan efektivitas pengendalian internal, manajemen risiko dan proses tata kelola perusahaan. Pada tahun 2011 Audit Internal telah melakukan evaluasi dan revisi terhadap Piagam Audit Internal untuk memperbarui piagam tersebut sesuai dengan standar audit internal terkini dan perkembangan perusahaan. Piagam Audit Internal tersebut telah ditandatangani oleh Direktur Utama, Komite Audit dan CAE pada tanggal 12 Desember 2011.

PT. Pertamina (Persero) juga memiliki Pedoman Pengelolaan Fungsi Internal Audit yang bertujuan untuk memberikan panduan dalam pengelolaan Fungsi Internal Audit dan pelaksanaan pengawasan di lingkungan PT. Pertamina (Persero) yang dilakukan oleh Internal Audit. Ketentuan-ketentuan dalam pedoman tersebut disusun sesuai dengan International Standards for the Professional Practice of Internal Auditing (IPPF) dan kebijakan lainnya yang relevan dan berlaku di PT. Pertamina (Persero).

Dalam menjalankan tugasnya, Audit Internal memiliki kewenangan diantaranya untuk menentukan kegiatan pengawasan pada semua area, kegiatan operasional dan bisnis perusahaan, menentukan kegiatan koordinasi dan pengawasan atas anak perusahaan dan afiliasi sesuai dengan piagam hubungan korporasi antara perusahaan dengan anak perusahaan, menentukan kegiatan investigasi terhadap masalah yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan, memiliki akses tidak terbatas atas semua data, dokumen, fungsi, kegiatan, pekerja, serta sumber daya perusahaan lainnya. Tanggung jawab Audit Internal diantaranya adalah mengelola kegiatan pengawasan melalui kegiatan assurance dan consulting yang mencakup pengujian dan evaluasi pengendalian internal, penerapan manajemen risiko dan tata kelola di seluruh unit-unit kerja di perusahaan, melaksanakan kegiatan consulting atas dasar

(13)

permintaan manajemen dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan tanpa mengambil alih tanggung jawab manajemen, melakukan koordinasi pengawasan dengan Audit Internal anak perusahaan dan afiliasi perusahaan, melakukan koordinasi kegiatan pengawasan dengan eksternal audit.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa SPI yang berfungsi sebagai auditor internal terkait dengan Komite Audit yang mengawasi kinerja SPI agar melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam tahun 2011 dan 2012, evaluasi terhadap pengendalian intern secara bertahap dilakukan terhadap beberapa aktifitas bisnis, diantaranya IT Aplication Control, beberapa aktifitas bisnis marketing & trading serta aktifitas refinery. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan, secara umum Audit Internal telah memberikan rekomendasi perbaikan pengendalian intern kepada manajemen untuk area-area yang masih memerlukan perbaikan. Hasil evaluasi tersebut digunakan oleh Direksi dan manajemen sebagai dasar untuk memperbaiki sistem pengendalian intern dalam aktifitas operasional perusahaan.

c. Akuntan Perseroan

Setiap tahun Laporan Keuangan (Annual Report) PT. Pertamina (Persero) dilakukan audit oleh Auditor Independen dengan tujuan memperoleh pendapat atas kewajaran Laporan Keuangan yang disajikan oleh Manajemen PT. Pertamina (Persero). Berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, Pertamina pada tahun 2003 berubah status menjadi Perusahaan Persero dengan nama PT Pertamina (Persero) oleh karena itu sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas telah menyatakan bahwa sebagai Perseroan, neraca dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan bagi Perseroan yang wajib diaudit.

Dalam Laporan Tahunan (Annual Report) tahun 2011 dan 2012 diketahui bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudireja, Wibisana & Rekan (member firm of PriceWaterhouse Coopers) ditunjuk sebagai Akuntan Publik Laporan Keuangan Pertamina Tahun Buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 31 Desember 2012. Penunjukan Kantor Akuntan Publik ini dilakukan oleh Direksi dan Dewan Komisaris atas hasil rekomendasi dari Komite Audit. Sedangkan Akuntan/Partner dalam

(14)

pelaksanaan audit adalah Dwi Wahyu Daryoto. Audit eksternal dilaksanakan dengan tujuan tertentu, diantaranya audit atas subsidi BBM yang dilaksanakan oleh BPK-RI dan general audit atas laporan keuangan Perseroan yang dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) setiap tahun. KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan (anggota dari jaringan global PricewaterhouseCoopers di Indonesia) menyatakan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan paragraf penjelas mengenai penerapan standar akuntansi baru efektif 1 Januari 2012.

d. Rapat Dewan Komisaris dan Rapat Direksi

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara telah mengatur bahwa Dewan Komisaris dan Direksi wajib melaksanakan rapat baik internal maupun gabungan yang harus diadakan secara berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam setiap bulan dan dalam rapat wajib dibuatkan risalah rapat yang memuat pendapat-pendapat yang berkembang dalam rapat serta menetapkan tata tertib dalam melaksanakan rapat.

Hasil review dokumen dalam Annual Report PT. Pertamina (Persero) pada tahun 2011, dapat diketahui bahwa selama tahun berjalan Dewan Komisaris PT. Pertamina (Persero) telah mengadakan rapat internal sebanyak 96 kali, 20 kali Rapat Gabungan dengan Direksi, 4 kali Rapat Pra-RUPS, dan 4 kali Rapat Umum Pemegang Saham. Pada tahun 2012, Dewan Komisaris telah melaksanakan Rapat Dewan Komisaris sebanyak 87 kali, 14 kali Rapat Gabungan dengan Direksi, 2 kali Pra-RUPS, dan 4 kali Rapat Umum Pemegang Saham.

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam rapat internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya mencapai 70,98%:

Table 4. 3 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris tahun 2011

Anggota Dewan Komisaris Hadir Tidak Hadir dengan Surat Kuasa Tidak Hadir tanpa Surat Kuasa Sugiharto 85 11 0 Umar Said 87 2 7

(15)

Anggota Dewan Komisaris Hadir Tidak Hadir dengan Surat Kuasa Tidak Hadir tanpa Surat Kuasa Evita Herawati Legowo 28 64 4 Anny Ratnawati 53 41 2 Triharyo Indrawan Soesilo 92 2 2 Nurdin Zainal 79 13 4 Luluk Sumiarso 53 36 7

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam rapat internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya mencapai 54,45%:

Table 4. 4 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris tahun 2012

Anggota Dewan Komisaris Hadir Tidak Hadir dengan Surat Kuasa Tidak Hadir tanpa Surat Kuasa Sugiharto 78 9 0 Evita Herawati Legowo 15 70 2 Anny Ratnawati 47 38 2 Nurdin Zainal 77 9 1 Luluk Sumiarso 78 9 0 Harry Susetyo Nugroho 51 16 3 Umar Said 16 0 1 Triharyo Indrawan Soesilo 17 0 0

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam rapat gabungan bersama Direksi yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya mencapai 72,86%:

(16)

Table 4. 5 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris – Direksi tahun 2011 Anggota Dewan Komisaris Hadir Tidak Hadir dengan Surat Kuasa Tidak Hadir tanpa Surat Kuasa Sugiharto 18 2 0 Umar Said 17 0 3 Evita Herawati Legowo 11 9 0 Anny Ratnawati 10 8 2 Triharyo Indrawan Soesilo 18 1 1 Nurdin Zainal 14 4 2 Luluk Sumiarso 14 2 4

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam rapat gabungan bersama Direksi yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya mencapai 59,82%:

Table 4. 6 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris – Direksi tahun 2012 Anggota Dewan Komisaris Hadir Tidak Hadir dengan Surat Kuasa Tidak Hadir tanpa Surat Kuasa Sugiharto 14 0 0 Evita Herawati Legowo 8 6 0 Anny Ratnawati 6 8 0 Nurdin Zainal 11 3 0 Luluk Sumiarso 11 3 0 Harry Susetyo Nugroho 13 1 0 Umar Said 2 0 0 Triharyo Indrawan Soesilo 2 0 0

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam Pra RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya mencapai 46,43%:

(17)

Table 4. 7 Kehadiran Komisaris pada Pra RUPS tahun 2011 Anggota Dewan Komisaris Hadir Tidak Hadir dengan Surat Kuasa Tidak Hadir tanpa Surat Kuasa Sugiharto 4 0 0 Umar Said 4 0 0 Evita Herawati Legowo 0 4 0 Anny Ratnawati 0 4 0 Triharyo Indrawan Soesilo 4 0 0 Nurdin Zainal 0 3 1 Luluk Sumiarso 1 1 2

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam Pra RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya mencapai 66,67%:

Table 4. 8 Kehadiran Komisaris pada Pra RUPS tahun 2012

Anggota Dewan Komisaris Hadir Tidak Hadir dengan Surat Kuasa Tidak Hadir tanpa Surat Kuasa Sugiharto 2 0 0 Evita Herawati Legowo 1 1 0 Anny Ratnawati 1 1 0 Nurdin Zainal 2 0 0 Luluk Sumiarso 2 0 0 Harry Susetyo Nugroho 0 2 0

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya mencapai 85,71%:

(18)

Table 4. 9 Kehadiran Komisaris pada RUPS tahun 2011 Anggota Dewan Komisaris Hadir Tidak Hadir dengan Surat Kuasa Tidak Hadir tanpa Surat Kuasa Sugiharto 4 0 0 Umar Said 4 0 0 Evita Herawati Legowo 2 2 0 Anny Ratnawati 3 1 0 Triharyo Indrawan Soesilo 4 0 0 Nurdin Zainal 3 1 0 Luluk Sumiarso 4 0 0

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Komisaris dalam RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya mencapai 83,33%:

Table 4. 10 Kehadiran Komisaris pada RUPS tahun 2012

Anggota Dewan Komisaris Hadir Tidak Hadir dengan Surat Kuasa Tidak Hadir tanpa Surat Kuasa Sugiharto 4 0 0 Evita Herawati Legowo 3 1 0 Anny Ratnawati 3 1 0 Nurdin Zainal 4 0 0 Luluk Sumiarso 4 0 0 Harry Susetyo Nugroho 2 2 0

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Dalam Anggaran Dasar PT. Pertamina (Persero) pada pasal 16 ayat 3 menyatakan bahwa dalam setiap rapat Dewan Komisaris baik rapat internal, rapat gabungan maupun rapat dengan komite harus dibuat risalah rapat yang berisi hal-hal yang dibicarakan, termasuk pernyataan ketidaksetujuan/dissenting opinion peserta rapat (jika ada) dan hal-hal yang diputuskan.

Dari hasil wawacara, dapat diketahui bahwa dalam Risalah Rapat Dewan Komisaris/Dewan Pengawas tidak memuat alasan ketidakhadiran Dewan

(19)

Komisaris/Dewan Pengawas dalam Rapat namun harus menyertakan Surat Kuasa apabila Dewan Komisaris/Dewan Pengawas berhalangan hadir dalam Rapat.

Hasil review dokumen dalam Annual Report PT. Pertamina (Persero) pada tahun 2011, diketahui bahwa Dewan Direksi telah melaksanakan Rapat Dewan Direksi sebanyak 41 kali, 20 kali Rapat Gabungan dengan Dewan Komisaris, 4 kali Rapat Pra-RUPS, dan 4 kali Rapat Umum Pemegang Saham. Selama tahun 2012, Dewan Direksi telah melaksanakan Rapat Dewan Direksi sebanyak 54 kali, 14 kali Rapat Gabungan dengan Dewan Komisaris, 2 kali Pra-RUPS, dan 4 kali RUPS.

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam rapat internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya mencapai 85,37%:

Table 4. 11 Kehadiran Direksi pada Rapat Direksi tahun 2011

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir

Direktur Utama 32 9 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko 37 4 Direktur Hulu 34 7 Direktur Pengolahan 35 6 Direktur Pemasaran dan Niaga 33 8 Direktur Umum 36 5 Direktur Sumber Daya Manusia 36 5 Direktur Keuangan 37 4

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam rapat internal yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya mencapai 81,89%:

Table 4. 12 Kehadiran Direksi pada Rapat Direksi tahun 2012

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir

Direktur Utama 45 9

(20)

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Direktur Hulu 48 6 Direktur Pengolahan 49 5 Direktur Pemasaran dan Niaga 46 8 Direktur Gas 23 5 Direktur Umum 48 6 Direktur Sumber Daya Manusia 48 6 Direktur Keuangan 45 9

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam rapat gabungan bersama Dewan Komisaris yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya mencapai 83,13%:

Table 4. 13 Kehadiran Direksi pada Rapat Direksi – Dewan Komisaris tahun 2011

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir

Direktur Utama 16 4 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko 16 4 Direktur Hulu 15 5 Direktur Pengolahan 16 4 Direktur Pemasaran dan Niaga 17 3 Direktur Umum 15 5 Direktur Sumber Daya Manusia 20 - Direktur Keuangan 18 2

(21)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam rapat gabungan bersama Dewan Komisaris yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya mencapai 85,71%:

Table 4. 14 Kehadiran Direksi pada Rapat Direksi – Dewan Komisaris tahun 2012

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir

Direktur Utama 10 4 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko 13 1 Direktur Hulu 14 0 Direktur Pengolahan 13 1 Direktur Pemasaran dan Niaga 13 1 Direktur Gas 9 2 Direktur Umum 11 3 Direktur Sumber Daya Manusia 12 2 Direktur Keuangan 13 1

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam Pra RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya mencapai 93,75%:

Table 4. 15 Kehadiran Direksi pada Pra RUPS tahun 2011

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir

Direktur Utama 4 0 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko 4 0 Direktur Hulu 4 0 Direktur Pengolahan 2 2 Direktur Pemasaran dan Niaga 4 0

(22)

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Umum 4 0 Direktur Sumber Daya Manusia 4 0 Direktur Keuangan 4 0

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam Pra RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya mencapai 94,44%:

Table 4. 16 Kehadiran Direksi pada Pra RUPS tahun 2012

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir

Direktur Utama 1 1 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko 2 0 Direktur Hulu 2 0 Direktur Pengolahan 2 0 Direktur Pemasaran dan Niaga 2 0 Direktur Gas 2 0 Direktur Umum 2 0 Direktur Sumber Daya Manusia 2 0 Direktur Keuangan 2 0

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2011 dengan tingkat kehadirannya mencapai 100%:

Table 4. 17 Kehadiran Direksi pada RUPS tahun 2011

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir

Direktur Utama 4 0 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko 4 0

(23)

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir Direktur Hulu 4 0 Direktur Pengolahan 4 0 Direktur Pemasaran dan Niaga 4 0 Direktur Umum 4 0 Direktur Sumber Daya Manusia 4 0 Direktur Keuangan 4 0

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2011)

Berikut ada penjelasan rincian mengenai kehadiran Dewan Direksi dalam RUPS yang telah dilaksanakan selama tahun 2012 dengan tingkat kehadirannya mencapai 86,11%:

Table 4. 18 Kehadiran Direksi pada RUPS tahun 2012

Anggota Direksi Hadir Tidak Hadir

Direktur Utama 4 0 Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko 4 0 Direktur Hulu 3 1 Direktur Pengolahan 3 1 Direktur Pemasaran dan Niaga 4 0 Direktur Gas 4 0 Direktur Umum 3 1 Direktur Sumber Daya Manusia 3 1 Direktur Keuangan 3 1

(Sumber: Annual Report PT. Pertamina (Persero) tahun 2012)

Dalam Anggaran Dasar PT. Pertamina (Persero) pasal 12 ayat 3 menyatakan bahwa dalam setiap Rapat Direksi harus dibuat Risalah Rapat yang ditandatangani oleh Ketua Rapat Direksi dan seluruh anggota Direksi yang hadir yang berisi hal-hal yang dibicarakan (termasuk pernyataan ketidaksetujuan/dissenting opinion anggota Direksi jika ada) dan hal-hal yang diputuskan. Satu salinan Risalah Rapat Direksi agar disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk diketahui.

(24)

Dari hasil wawacara, dapat diketahui bahwa dalam Risalah Rapat Direksi tidak memuat alasan ketidakhadiran Direksi dalam Rapat namun harus menyertakan Surat Kuasa apabila Direksi berhalangan hadir dalam Rapat.

e. Keterbukaan atas Informasi PT. Pertamina (Persero)

Dalam mengelola perusahaan diharuskan kepada manajemen untuk melakukannya secara transparan berdasarkan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik yaitu transparansi atau keterbukaan. Informasi yang harus disajikan secara transparan antara lain informasi mengenai keuangan perusahaan, analisis dan diskusi manajemen, penerapan prinsip Good Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan, program tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan, data perusahaan lainnya yang bersifat materiil. Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di tanah air kita ini maka PT. Pertamina (Persero) diwajibkan untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip yang terkait dengan tata kelola perusahaan yang baik terutama dalam keterbukaan atas informasi perusahaan yang disajikan dan dapat dengan mudah diakses oleh publik dan stakeholders.

Menurut Pedoman Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance, informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan. PT. Pertamina (Persero) tidak memuat seluruh informasi tersebut seperti hal-hal terkait kompensasi pengurus terutama mengenai fasilitas dan tunjangan bagi Dewan Komisaris dan Direksi yang tidak dijelaskan secara rinci, tetapi tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor: PER-04/MBU/2009 tentang Pedoman Penetapan Pengahasilan Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara yang dijadikan acuan bagi PT. Pertamina (Persero) dalam penetapan penghasilan bagi Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan. Selain itu, hal mengenai kepemilikan saham oleh beberapa pihak tidak berlaku pada PT. Pertamina (Persero) mengingat bahwa kepemilikan saham perusahaan seluruhnya milik Pemerintah.

(25)

Undang-Undang Nomor: 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik menyatakan bahwa Keterbukaan Informasi Publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan Negara dan Badan Publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. PT. Pertamina (Persero) mengeluarkan Pedoman Pengelolaan Layanan Informasi Publik yang diadopsi dari Undang-Undang Nomor: 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Komisi Informasi No. 1 tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik yang menjadi acuan pelaksanaan layanan informasi publik kepada stakeholders PT. Pertamina (Persero) baik di Kantor Pusat (Korporat) maupun Unit-Unit Operasi Perusahaan secara lebih efektif, menyeluruh dan terpadu guna mencapai tujuan Perusahaan.

1. Akses Informasi

PT. Pertamina (Persero) menggunakan beberapa media yang dapat digunakan dalam menyajikan informasi dan data perusahaan melalui website PT. Pertamina (Persero), portal BUMN, media cetak dan media elektronik.

a. Website

PT. Pertamina (Persero) telah memiliki website resmi yang tersedia bagi publik dengan alamat www.pertamina.com. Dari website resmi PT. Pertamina (Persero) publik dan stakeholders dapat mengakses berbagai data dan informasi perusahaan yang berkaitan dengan PT. Pertamina (Persero) antara lain profil perusahaan, bisnis PT. Pertamina (Persero), jaringan kantor, kegiatan Corporate Social Responsibility, Laporan Tahunan, Laporan Keuangan, serta data dan informasi perusahaan lainnya.

b. Portal BUMN

Informasi dan data PT. Pertamina (Persero) dapat diakses melalui portal BUMN dengan alamat www.bumn.go.id/pertamina. Kementerian BUMN Republik Indonesia yang mengelola Portal BUMN yang beranggotakan 137 anggota termasuk PT. Pertamina (Persero). Informasi yang disediakan tidak jauh berbeda antara informasi yang disajikan dalam website resmi PT. Pertamina (Persero) dengan yang disajikan dalam Portal BUMN.

(26)

c. Media Elektronik

Ada dua media elektronik yang dapat digunakan sebagai sarana penyebaran data dan informasi PT. Pertamina (Persero), yaitu TV dan Radio. Perusahaan memiliki Pertamina TV yang ditayangkan di lingkungan internal perusahaan.

d. Media Cetak

Ada beberapa media cetak yang digunakan PT. Pertamina dalam menyebarkan data dan informasi perusahaan, yaitu majalah Energia yang merupakan majalah internal perusahaan yang memuat berita perusahaan dan disebarluaskan kepada stakeholders. Selain itu, penyebaran data dan informasi perusahaan dapat dilakukan melalui barang cetakan yang berupa Laporan Tahunan, profil perusahaan dan data serta informasi perusahaan lainnya.

2. Diseminasi Informasi dan Data Perusahaan

PT. Pertamina (Persero) melakukan kegiatan dalam diseminasi data dan informasi perusahaan melalui konferensi pers, talkshow, dan Rapat Dengar Pendapat (RDP). Data dan informasi yang disampaikan dalam kegiatan tersebut tidak jauh dari perkembangan perusahaan. Pada tahun 2011 PT. Pertamina (Persero) telah mengadakan konferensi pers sebanyak 31 kali. Selama tahun 2012 telah diadakan konferensi pers hampir setiap bulan yang diawali dari bulan Maret sampai Desember dengan total pelaksanaan sebanyak 25 kali. Pada tahun 2012, PT. Pertamina bekerja sama dengan Radio Sindo untuk melangsungkan program OPERGIGI atau Obrolan Pertamina Pagi Pagi yang ditayangkan setiap hari Jumat jam 7 pagi. Kegiatan terakhir dalam diseminasi data dan informasi perusahaan dilakukan dengan mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan DPR-RI pada tahun 2011 sebanyak 8 kali yang diadakan dengan Komisi VII DPR-RI. Selama tahun 2012 PT. Pertamina (Persero) mengadakan Rapat Dengar Pendapat dengan DPR-RI sebanyak 10 kali. f. Laporan Tahunan (Annual Report)

PT. Pertamina (Persero) menyajikan Laporan Tahunan (Annual Report) yang berisi mengenai profil perusahaan, laporan analisis dan diskusi manajemen, laporan penerapan tata kelola perusahaan (GCG), laporan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), informasi keuangan perusahaan

(27)

yang sudah diaudit, serta informasi perusahaan lainnya yang bersifat materiil yang berhubungan dengan perkembangan kegiatan usaha Persero.

PT. Pertamina (Persero) telah menyajikan Laporan Tahunan yang telah memenuhi syarat kriteria Annual Report dan Undang-Undang Nomor: 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Informasi perusahaan telah disajikan dan mudah diakses oleh publik dan stakeholders melalui website resmi perusahaan serta. Perusahaan menyajikan Laporan Tahun untuk setiap tahunnya dan dipublikasikan setiap satu tahun sekali dalam bentuk buku Laporan Tahunan atau Annual Report. PT. Pertamina (Persero) tidak memuat seluruh informasi terkait kompensasi pengurus terutama mengenai fasilitas dan tunjangan bagi Dewan Komisaris dan Direksi yang tidak dijelaskan secara rinci, tetapi penetapan kompensasi mengacu pada Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor: PER-04/MBU/2009 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara.

4.2.2 Akuntabilitas (Accountability)

Definisi akuntabilitas (accountability) menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerpan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Komite Nasional Kebijakan Governance mendefinisikan akuntabilitas dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance pada tahun 2006 bahwa perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Dalam menjalankan kegiatan perusahaan, PT. Pertamina (Persero) memiliki sistem pengelolaan perusahaan yang mendukung terciptanya kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban Organ Perseroan sehingga pengelolaan Perseroan terlaksana secara efektif. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menegakkan prinsip akuntabilitas antara lain pelaporan Direksi kepada Dewan

(28)

Komisaris mengenai rencana anggaran tahunan, penyampaian laporan keuangan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan, pembentukan Audit Internal dan penunjukkan Auditor Eksternal, serta pemberlakuan Etika Usaha dan Tata Perilaku (Code of Conduct), Pedoman Konflik Kepentingan serta Pedoman Penerimaan Hadiah/Cinderamata dan Hiburan (Gratifikasi).

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance akan terlaksana secara efektif jika terdapat pengawasan terhadap keseimbangan antar Organ Perseroan seperti Pemegang Saham, Dewan Komisaris, Direksi dan Auditor.

a. Organ Perusahaan

Dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dinyatakan pada Bab 1 Pasal 1 ayat 2 bahwa Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris.

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Dalam PT. Pertamina (Persero), RUPS merupakan Organ Perusahaan yang memegang kekuasaan dan wewenang tertinggi yang tidak di serahkan kepada Direksi maupun Dewan Komisaris. Kewenangan RUPS antara lain mengangkat dan memberhentikan anggota Dewan Komisaris dan Direksi, menyetujui perubahan Anggaran dasar, menyetujui Laporan Tahunan dan menetapkan bentuk dan jumlah remunerasi anggota Dewan Komisaris dan Direksi.

2. Dewan Komisaris

Dalam PT. Pertamina (Persero), Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurus, jalannya pengurusan pada umumnya baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan yang dilakukan oleh Direksi serta memberikan nasihat pada Direksi termasuk terhadap pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Perseroan, Rencana Kerja dan Anggaran Perseroan serta ketentuan Anggaran Dasar dan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan tujuan Perseroan. Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Dewan Komisaris juga memiliki fungsi untuk melakukan pemantauan terhadap efektivitas praktek Good Corporate Governance yang diterapkan Perusahaan.

(29)

Dewan Komisaris berkewajiban untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan, Anggaran Dasar dan keputusan RUPS. Tugas utama yang harus dilaksanakan oleh Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan terhadap kebijakan Direksi dalam pengurusan Perusahaan termasuk pelaksanaan rencana jangka panjang Perusahaan, rencana kerja dan anggaran Perusahaan serta ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan keputusan RUPS dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu, Dewan Komisaris memiliki kewajiban dalam memantau efektivitas prakter Good Corporate Governance antara lain dengan mengadakan pertemuan berkala antara Dewan Komisaris dengan Direksi untuk membahas implementasi Good Corporate Governance.

PT. Pertamina (Persero) memberikan kewenangan kepada Dewan Komisaris untuk mengangkat dan memberhentikan Sekretaris Dewan Komisaris, jika dianggap perlu. Fungsi pengangkatan Sekretaris Dewan Komisaris yaitu membantu Dewan Komisaris dalam pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dalam bentuk dukungan administratif dan kesekretariatan. Selain itu, kewenangan yang diberikan kepada Dewan Komisaris adalah pembentukan organ pendukung yang berfungsi untuk membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan kegiatan tugas dan fungsinya. Komite penunjang Dewan Komisaris antara lain (1) Komite Audit, dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris untuk memastikan efektivitas sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal auditor dan internal auditor dengan menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh Satuan Pengawasan Intern maupun auditor eksternal serta memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen dan pelaksanaannya. (2) Komite Pemantau Manajemen Risiko, dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris dalam rangka melakukan pengawasan terhadap kebijakan Direksi dalam pengurusan Perseroan serta memberi nasehat kepada Direksi termasuk pelaksanaan RJPP, RKAP berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar, Keputusan RUPS dan peraturan perundangan yang berlaku, terutama dalam hal investasi dan risiko usaha. (3) Komite Nominasi dan Remunerasi, dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris, sesuai dengan peraturan perundangan yang

(30)

berlaku, sebagai upaya membantu tugas Komisaris dalam melakukan pembinaan dan pengawasan berkenaan dengan permasalahan remunerasi dan nominasi di Perusahaan.

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara telah mengatur mengenai komposisi Dewan Komisaris, sekurang-kurangnya 20% dari Anggota Dewan Komisaris harus berasal dari kalangan di luar Perusahaan atau independen. Selama tahun 2011 dan 2012, PT. Pertamina (Persero) telah menetapkan paling tidak 2 atau 3 Anggota Dewan Komisaris yang menjabat sebagai Komisaris Independen. Mantan anggota Direksi BUMN dapat menjadi anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas pada BUMN yang bersangkutan, setelah tidak menjabat sebagai anggota Direksi BUMN yang bersangkutan sekurang-kurangnya 5 tahun.

3. Dewan Direksi

PT. Pertamina (Persero) telah menetapkan struktur organisasi dan tata kerja yang berguna untuk pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing Direksi dalam menjalankan pengurusan Perseroan demi kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Ruang lingkup tugas dan tanggung jawab Anggota Direksi sebagai berikut:

(1) Direktur Utama

Tugas dan wewenang Direktur Utama adalah sebagai Chief Executive Officer yang memberikan arahan dan mengendalikan kebijakan visi, misi, dan strategi Perseroan. Direktur utama bertugas unntuk memimpin para anggota Direksi dalam melaksanakan keputusan Direksi.Direktur Utama berkonsentrasi kepada koordinasi pemecahan masalah eksternal Perseroan, kebijakan perencanaan-pengendalian-pencapaian sasaran jangka panjang Perseroan, kebijakan hukum, kebijakan audit, pembentukan budaya perusahaan, peningkatan citra, dan tata kelola Perseroan (GCG). Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Utama adalah Integrated Supply Chain (ISC), Gas, Corporate Secretary, Legal Counsel, dan Internal Audit.

(31)

(2) Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko

Tugas dan wewenang Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko adalah memimpin dan mengendalikan pembuatan perencanaan strategis (Rencana Jangka Panjang Perusahaan), menyelaraskan perencanaan korporat dengan strategi kelompok bisnis, pembuatan rencana kerja, mengevaluasi usulan investasi, pengembangan usaha kelompok bisnis (Hulu, Pengolahan, dan Pemasaran & Niaga), Subsidiary & Joint Venture, dan mengelola manajemen risiko. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko adalah Corporate Strategic Growth dan Upstream Business Development.

(3) Direktur Hulu

Tugas dan wewenang Direktur Hulu adalah mengelola dan mengoptimalkan upaya-upaya peningkatan sumber daya dan cadangan minyak dan gas bumi, produksi minyak dan gas bumi, penyimpanan minyak mentah, pengembangan usaha minyak serta kegiatan usaha terkait termasuk kegiatan usaha panas bumi dan energi alternatif lainnya yang terkait minyak dan gas, baik yang dilakukan melalui kegiatan operasional sendiri, anak perusahaan, maupun melalui kerja sama kemitraan sesuai strategi yang ditetapkan oleh Direksi. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Hulu adalah Upstream Strategic Planning and Subsidiary Management.

(4) Direktur Pengolahan

Tugas dan wewenang Direktur Pengolahan adalah mengelola dan mengoptimalkan upaya-upaya pengolahan minyak mentah dan gas menjadi produk BBM dan non BBM, penyimpanan minyak mentah dan produk migas,pengembangan usaha pengolahan minyak dan gas bumi serta kegiatan usaha terkait, baik yang dilakukan melalui kegiatan operasional sendiri maupun melalui kerja sama kemitraan sesuai strategi yang ditetapkan oleh Direksi. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Pengolahan adalah Refining Operation dan Business Development.

(32)

(5) Direktur Pemasaran dan Niaga

Tugas dan wewenang Direktur Pemasaran dan Niaga adalah mengelola dan mengoptimalkan upaya–upaya Pemasaran, Niaga, penyimpanan dan distribusi produk BBM dan non BBM, pengadaan transportasi, pengembangan usaha Pemasaran dan Niaga, serta kegiatan usaha terkait, termasuk pengelolaan bidang Perkapalan, baik yang dilakukan melalui kegiatan operasional sendiri maupun melalui kerja sama kemitraan. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Pengolahan adalah Fuel Marketing and Distribution, Petroleum Product Marketing and Trading dan Shipping.

(6) Direktur Gas

Tugas dan wewenang Direktur Gas adalah Mengelola dan mengoptimalkan upaya-upaya pengembangan, pengelolaan, pengolahan (pencairan dan regasifikasi), pemasaran, transportasi dan niaga, serta kegiatan usaha terkait bisnis gas (conventional dan unconventional), power, dan EBT di sepanjang rantai bisnis baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan, Anak Perusahaan maupun melalui kerjasama kemitraan sesuai strategi yang ditetapkan. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Gas adalah Gas and Power.

(7) Direktur Umum

Tugas dan wewenang Direktur Umum adalah memimpin pengelolaan dan pengembangan kebijakan-kebijakan di bidang pengelolaan Corporate Shared Services, HSSE (Health, Safety, Security & Environment), Manajemen Mutu, Manajemen Aset, dan Strategic Sourcing sesuai strategi yang ditetapkan. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Umum adalah Corporate Shared Services.

(8) Direktur Sumber Daya Manusia

Tugas dan wewenang Direktur Sumber Daya Manusia adalah memimpin pengelolaan dan pengembangan kebijakan-kebijakan SDM dan organisasi, pembelajaran, pengembangan kepemimpinan, dan pembentukan budaya sesuai strategi Perusahaan. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Sumber Daya Manusia adalah Human Resource Development.

(33)

(9) Direktur Keuangan

Tugas dan wewenang Direktur Keuangan adalah memimpin dan mengendalikan pembuatan kebijakan, pengelolaan dan pelaporan keuangan secara korporat yang mencakup kegiatan fungsi Kontroler, Perbendaharaan, Pendanaan, Tax, Keuangan Kelompok Usaha dan Unit Usaha guna meningkatkan kinerja dan peringkat keuangan Perseroan. Unit Kerja yang termasuk dalam Direktorat Keuangan adalah Financing and Business Support dan Controller.

b. Sekretaris Perusahaan

Sekretaris Perusahaan mempunyai fungsi dan tanggung jawab dalam penyusunan kebijakan, perencanaan dan pengendalian komunikasi korporat, hubungan investor, kesekretariatan Direksi, menjalankan program Corporate Social Responsibility Korporasi, menjalankan Good Corporate Governance, pengelolaan informasi perusahaan dan mengontrol dokumen keluar dari Perusahaan. Mengendalikan pengelolaan strategi komunikasi untuk membangun citra korporat dengan cara bertindak selaku wakil perusahaan dan pejabat penghubung antara perusahaan dengan seluruh stakeholders dalam mengkomunikasikan kegiatan perusahaan secara akurat dan tepat waktu.

c. Komite Audit

Komite Audit membantu Komisaris dalam mengawasi pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang baik sesuai dengan asas-asas GCG. Dalam melaksanakan tugasnya Komite Audit bersifat mandiri, serta bertanggung jawab langsung kepada Komisaris. Komite Audit memastikan bahwa Laporan keuangan serta informasi lainnya yang diberikan oleh perusahaan kepada pihak terkait dan publik, telah disajikan secara transparan, handal, dapat dipercaya dan tepat waktu. Selain itu, Komite Audit harus memastikan bahwa perusahaan telah memiliki pengendalian intern memadai yang dapat melindungi kekayaan miliknya serta memastikan perusahaan bekerja secara efektif dan efisien serta mematuhi peraturan perundangan yang berlaku.

Komite Audit berfungsi membantu Komisaris dalam melaksanakan tugas pengawasan dan memberi nasihat kepada Direksi/ Manajemen perusahaan antara lain dengan melakukan penilaian perencanaan dan pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern maupun Auditor Ekstern sehingga dapat dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar. Komite

(34)

Audit dapat memberikan rekomendasi penyempurnaan sistem pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya. Komite Audit berkewajiban untuk memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap segala informasi yang dikeluarkan oleh Perusahaan serta melakukan indentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris serta tugas-tugas Dewan Komisaris lainnya.

d. Komite Pemantau Manajemen Risiko

Komite Pemantau Manajemen Risiko dibentuk berdasarkan Surat Wakil Menteri BUMN No.S-07/MBU.Wk/2012 dan Surat Keputusan Dewan Komisaris No.02/KPTS/K/DK/2012 dan No.12/KPTS/K/DK/2012. Fungsi dan tugas diatur dalam Piagam Komite Pemantau Manajemen Risiko. Komite Pemantau Manajemen Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam rangka melakukan pengawasan terhadap kebijakan Direksi dalam pengurusan Perseroan serta memberi nasehat kepada Direksi termasuk pelaksanaan RJPP, RKAP berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar, Keputusan RUPS dan peraturan perundangan yang berlaku, terutama dalam hal investasi dan risiko usaha.

Komite Pemantau Manajemen Risiko, atas perintah/ijin/mewakili Dewan Komisaris, berwenang untuk mengakses secara penuh, bebas dan tidak terbatas atas informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas. Fungsi Komite Pemantau Manajemen Risiko adalah sebagai perangkat Dewan Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan Hulu, kegiatan Hilir, serta kegiatan Investasi Perusahaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pencapaian hasil usaha Perusahaan. Selain itu, fungsinya sebagai penyedia rujukan dan informasi tentang kegiatan Hulu, kegiatan Hilir, dan kegiatan Investasi Perusahaan kepada Dewan Komisaris.

e. Komite Nominasi dan Remunerasi

Komite Nominasi dan Remunerasi dibentuk berdasarkan Surat Wakil Menteri BUMN No.S-07/MBU.Wk/2012 dan Surat Keputusan Dewan Komisaris No.02/KPTS/K/DK/2012 dan No.12/KPTS/K/DK/2012. Fungsi dan tugas diatur dalam Piagam Komite Nominasi dan Remunerasi. Komite Remunerasi dan Nominasi bertugas membantu Dewan Komisaris, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, sebagai upaya membantu tugas Komisaris dalam melakukan pembinaan dan pengawasan berkenaan dengan permasalahan remunerasi dan nominasi di Perusahaan.

(35)

Komite Nominasi dan Remunerasi bertanggung jawab secara profesional kepada Dewan Komisaris berkenaan dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya. Dalam bidang nominasi, Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas untuk memberikan telaahan dan saran strategis mengenai kriteria seleksi, sistem penilaian dan prosedur nominal Direksi Perusahaan dan apabila diperlukan Komite Nominasi dan Remunerasi dapat memberikan telaahan dan saran tentang pelaksanaan fit & proper test atas calon Direksi Perusahaan yang dilaksanakan oleh Dewan Komisaris. Sedangkan dalam bidang remunerasi, Komite Nominasi dan Remunerasi memiliki kewajiban untuk memberikan telaahan, saran strategis dan rekomendasi tentang usulan penetapan serta pemantauan tentang sistem remunerasi Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan untuk memastikan sistem tersebut berdaya saing dengan pasar. Hubungan antara tugas Komite Nominasi dan Remunerasi dalam pelaksanaan Good Corporate Governance yaitu Komite Nominasi dan Remunerasi memiliki tugas untuk memberikan telaahan dan saran strategis serta melakukan pemantauan tentang implementasi GCG di Perusahaan antara lain atas pelaksanaan assesment GCG secara berkala oleh penilai independen, pelaksanaan whistle blower dan hal-hal terkait kepatuhan Perusahaan terhadap ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Dari hasil wawancara, telah menjelaskan bahwa Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris mempersiapkan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan mengusulkan besaran remunerasinya. Umunya Komite Nominasi dan Remunerasi hanya mencalonkan Direksi pada Anak Perusahaan, tetapi untuk mencalonkan Dewan Komisaris dan Direksi PT. Pertamina (Persero) merupakan wewenang dari RUPS dalam penetapannya.

f. Sistem Pengendalian Intern

PT. Pertamina (Persero) memiliki Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan baik di Kantor Pusat (Korporat) maupun Unit-Unit Operasi Perusahaan secara lebih efektif, menyeluruh dan terpadu guna mencapai tujuan Perusahaan. Sistem Pengendalian Intern berjalan dengan mengacu pada Pedoman No. A-001/J00000/2009-S0 tentang Pedoman Satuan Pengawasan Intern yang memuat unsur-unsur Internal Control yang mengacu pada Internal Control Framework yang didefinisikan oleh The Committee of Sponsoring Organization (COSO), yang terdiri dari: (1) Lingkungan Pengendalian, mencakup sikap manajemen di semua tingkatan terhadap operasi secara umum dan konsep

(36)

pengendalian secara khusus yang dapat menentukan kondisi lingkungan perusahaan dan mempengaruhi kesadaran pegawai. (2) Penilaian Risiko, mencakup identifikasi dan analisa risiko perusahaan yang relevan dengan pencapaian tujuan, memberikan dasar bagi penentuan pengelolaan risiko. (3) Aktivitas Pengendalian, mencakup sistem dan prosedur yang memberikann keyakinan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. (4) Informasi dan Komunikasi, mencakup proses yang dilakukan untuk menjamin terciptanya suatu proses pengelolaan dan penyampaian informasi secara tepat guna dan tepat waktu sehingga seluruh jajaran manajemen dapat mengambil keputusan dalam rangka mencapai sasaran dan tujuan organisasi. (5) Monitoring, mencakup suatu proses untuk memastikan kehandalan sistem dan pengendalian intern secara berkesinambungan yang meliputi ongoing monitoring, evaluasi terpisah (separate evaluation), dan pelaporan terhadap defisiensi.

Manajemen bertanggung jawab dan konsisten untuk membangun dan melaksanakan Sistem Pengendalian Intern secara memadai, sehingga dapat memberikan keyakinan atas penyajian laporan keuangan dan laporan kegiatan. Monitoring Sistem Pengendalian Intern perusahaan dilaksanakan oleh Enterprise Risk Management (ERM), sedangkan evaluasinya dilaksanakan oleh Internal Audit. Dari hasil evaluasi atas pengendalian intern pada pelaksanaan audit atas laporan keuangan tahun 2011, 2010 dan tahun sebelumnya diketahui adanya beberapa kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pertamina yang memerlukan perbaikan dan pengembangan secara berkesinambungan. Mengingat besarnya volume, nilai dan kompleksitas transaksi serta permasalahan dalam perseroan, maka diperlukan dukungan sistem pengendalian intern yang baik, efisien dan efektif. Untuk langkah awal maka program implementasi ICoFR (Internal Control over Financial Reporting) harus dapat berjalan dengan baik dan didukung oleh semua Direktorat terkait. Program tersebut mendorong terbangunnya pengendalian intern di Pertamina, khususnya terkait dengan pelaporan keuangan yang konvergen dengan standar IFRS (International Financial Reporting Standards). PT. Pertamina (Persero) berencana untuk mengimplementasikan program ICoFR yang direncanakan dapat diselesaikan pada tahun 2013.

4.2.3 Pertanggungjawaban (Responsibility)

Pengertian pertanggungjawaban (responsibility) menurut Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan

(37)

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Bagi Komite Nasional Kebijakan Governance pengertian pertanggungjawaban yang dituliskan dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance tahun 2006 adalah perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

Dalam menjalankan kegiatan perusahaan, PT. Pertamina (Persero) memiliki sistem pengelolaan perusahaan yang menitikberatkan pada kejelasan tugas dan tanggung jawab setiap personel, sehingga masing-masing insan PT. Pertamina (Persero) dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan efektif. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menegakkan prinsip responsibilitas antara lain pembuatan laporan LP2P, laporan penerimaan cinderamata atau gratifikasi, laporan conflict of interest. Setiap pekerja juga berkewajiban untuk patuh dan taat terhadap aturan internal maupun aturan perundangan. Perusahaan juga memperhatikan reward dan consequences atas tiap insan PT. Pertamina dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

a. Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan

Semangat terbarukan PT. Pertamina (Persero) tercermin dalam penerapan tata kelola korporasi perusahaan sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dilaksanakan sesuai prinsip Good Corporate Governance (GCG). Salah satu tujuan implementasi GCG di PT. Pertamina (Persero) adalah mendorong agar perusahaan dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan senantiasa dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap

stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan. Insan Pertamina

dalam pengelolaan perusahaan harus mematuhi hukum, peraturan dan undang-undang, Anggaran Dasar dan Pedoman Good Corporate Governance serta kebijakan-kebijakan Perseroan yang telah ditetapkan.

Komitmen terhadap penegakan GCG juga ditandai dengan inisiatif penyempurnaan Surat Perintah Direksi yang menunjuk Sekretaris Perusahaan sebagai Chief Compliance Officer (CCO) sebagai pejabat tertinggi yang bertanggung jawab atas program kepatuhan perusahaan, berfungsi sebagai badan independen dan

Gambar

Table 4. 1 Daftar 50 Item Indikator Evaluasi GCG
Table 4. 2 Perhitungan Jaccard’s Coefficients atas 50 item Indikator Evaluasi  GCG
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi Satuan Pengawasan Intern PT. Pertamina  (Persero)
Table 4. 4 Kehadiran Komisaris pada Rapat Dewan Komisaris tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

10.500.000.000,- (sepuluh milyar lima ratus juta rupiah) yang pembagiannya akan diatur dalam Rapat Dewan Komisaris dan pelimpahan wewenang kepada Dewan Komisaris untuk

Penurunan bobot basah embrio somatik pada umur kultur 4 minggu sudah mulai nampak pada penambahan sukrosa 171 mM pada media multiplikasi embrio somatik dan

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan dan laporan auditor independen.. Pemilihan sampel pada penelitian

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara status H.pylori CagA dengan derajat inflamasi kronik, derajat infiltrasi neutrofil dan derajat atrofi.. Tidak

Dalam komposisi ini akan di kolaborasikan instrumen yang berbeda asal, yaitu Arumba yang berasal dari Indonesia, kuartet gesek, dan instrumen tiup yang merupakan alat

[r]

Sequence Diagram Input Data Calon Penerima .... Sequence Diagram

Menurut Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI, 2016) melalui Fatwa DSN Majelis Ulama Indonesia No: 108/DSN-MUI/X/2016 tentang pedoman penyelenggaraan pariwisata berdasarkan prinsip