• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

 NTP Sumatera Barat bulan Februari 2016 tercatat sebesar 98,57 atau naik sebesar 1,09 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 97,50 (Januari 2016). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,67 persen dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,42 persen.

 Pada bulan Februari 2016 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 98,85 untuk subsektor tanaman pangan (NTPP), 93,86 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 97,23 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 102,91 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 107,34 untuk subsektor perikanan (NTN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 103,70 dan 108,24.

 Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Februari 2016 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,61 persen yang disebabkan terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan (1,48 persen), kelompok perumahan (0,01 persen), kelompok sandang (0,06 persen), kelompok kesehatan (0,04 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,27 persen). Sedangkan kelompok lainnya mengalami inflasi, yakni kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,27 persen), dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga (0,12 persen).

No. 16/3/13/Th XIX, 1 Maret 2016

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

,

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP SUMATERA BARAT FEBRUARI 2016 SEBESAR 98,57 ATAU NAIK 1,09 PERSEN

A. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of

trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di 11 kabupaten di Sumatera Barat pada bulan Februari 2016, NTP Sumatera Barat mengalami peningkatan sebesar 1,09 persen dibanding bulan Januari 2016, yaitu dari 97,50 menjadi 98,57. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,67 persen, dan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian mengalami penurunan sebesar 0,42 persen.

(2)
(3)

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP Februari 2016 pada empat subsektor mengalami peningkatan, subsektor tanaman pangan (1,92 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,84 persen), subsektor peternakan (0,11 persen), dan subsektor perikanan (0,79 persen). Sedangkan NTP pada subsektor hortikultura mengalami penurunan sebesar 0,46 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Februari 2016 terjadi peningkatan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,67 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 117,93 menjadi 118,72. Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh meningkatnya nilai It pada tiga subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (1,48 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,24 persen), dan subsektor perikanan sebesar (0,60 persen). Sedangkan It pada subsektor hortikultura dan subsektor peternakan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,83 persen dan 0,09 persen.

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Februari 2016 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,42 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 120,95 menjadi 120,45. Menurunnya nilai Ib disebabkan oleh turunnya nilai Ib pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,43 persen), subsektor hortikultura (0,37 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,58 persen),

(4)

Grafik 1

NTP Sumatera Barat Bulan Februari 2015 – Februari 2016 (2012=100)

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan Februari 2016 mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,92 persen dari 96,99 menjadi 98,85. Hal ini dikarenakan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebasar 1,48 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,43 persen.

Meningkatnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,48 persen disebabkan oleh meningkatnya indeks subkelompok padi sebesar 1,04 persen, dan subkelompok palawija sebesar 3,01 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan sebesar 0,43 persen diakibatkan oleh turunnya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,65 persen, sedangkan indeks harga subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,24 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan Februari 2016 mengalami penurunan sebesar 0,46 persen dari 94,29 menjadi 93,86. Hal ini dikarenakan penurunan indeks harga yang diterima petani (0,83 persen) lebih lebih besar dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani (0,37 persen).

Menurunnya nilai It sebesar 0,83 persen disebabkan menurunnya nilai indeks subkelompok sayur-sayuran sebesar 0,86 persen, dan subkelompok buah-buahan sebesar 0,81 persen. Sedang nilai indeks pada subkelompok tanaman obat mengalami peningkatan sebesar 0,82 persen. Penurunan Ib sebesar 0,37 persen disebabkan turunnya indeks harga subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,44 persen, sedangkan indeks subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) tidak mengalami perubahan.

(5)

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

NTPR pada bulan Februari 2016 mengalami peningkatan sebesar 1,84 persen, yaitu dari 95,48 menjadi 97,23. Meningkatnya nilai NTPR ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 1,24 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,58 persen.

Menurunnya nilai Ib sebesar 0,58 persen diakibatkan menurunnya indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,68 persen, dan indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,02 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

NTPT pada Februari 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,11 persen, yaitu dari 102,80 menjadi 102,91. Kenaikan NTP ini terjadi diakibatkan oleh penurunan pada indeks harga yang diterima petani (0,09 persen) lebih kecil dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani (0,20 persen).

Penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,09 persen terjadi karena penurunan harga pada subkelompok ternak besar sebesar 0,69 persen. Sedangkan harga pada subkelompok lainnya mengalami kenaikan yakni, subkelompok ternak kecil (0,84 persen), subkelompok unggas (1,03 persen) dan subsektor hasil ternak (1,16 persen). Penurunan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,20 persen diakibatkan oleh penurunan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,67 persen, sedangkan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami peningkatan sebesar 0,29 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTN)

Pada bulan Februari 2016, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTN) mengalami kenaikan sebesar 0,79 persen, yaitu dari 106,50 menjadi 107,34. Kondisi ini diakibatkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,19 persen.

Peningkatan nilai It sebesar 0,60 persen merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga pada subsektor tangkap sebesar 1,59 persen dan indeks harga pada subsektor budidaya sebesar 0,37 persen. Penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0.19 persen diakibatkan penurunan pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,39 persen sedangkan indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen.

4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Februari 2016 terjadi deflasi di daerah perdesaan sebesar 0,61 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Terjadinya deflasi di daerah perdesaan merupakan kontribusi dari penurunan indeks harga pada kelompok bahan makanan (1,48 persen), kelompok perumahan (0,01 persen), kelompok sandang (0,06 persen), kelompok kesehatan (0,04 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,27 persen). Sedangkan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau dan kelompok pendidikan rekreasi, olahraga mengalami kenaikan indeks masing-masing sebesar

(6)

Tabel 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Januari 2016 - Februari 2016

(2012=100)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Konsumsi Rumah Tangga 124,66 123,90 -0,61 0,01 5,31

Bahan Makanan 136,34 134,33 -1,48 -0,33 6,24

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan

Tembakau 117,56 117,88 0,27 1,03 5,61

Perumahan 117,43 117,41 -0,01 0,61 4,18

Sandang 114,37 114,31 -0,06 0,49 5,77

Kesehatan 115,08 115,04 -0,04 0,70 3,66

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 111,27 111,40 0,12 0,37 2,84

Transportasi dan Komunikasi 118,30 117,98 -0,27 -2,00 3,17

Rincian Pengeluaran IHK Perdesaan Januari 2016 IHK Perdesaan Februari 2016 Inflasi Perdesaan Februari 2016 *) Laju Inflasi Pedesaan Tahun Kalender **) Inflasi Pedesaan Tahun ke Tahun ***)

*) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Februari 2016 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Februari 2016 terhadap Bulan Januari 2016 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Februari 2016 terhadap Bulan Februari 2015

Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan Februari 2016 sebesar 0,01 persen, dan inflasi

pedesaan tahun ke tahun (year on year) sebesar 3,73 persen.

Grafik 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Februari 2015 – Februari 2016

(7)

 Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama Februari 2016, didominasi didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 100 persen .  Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan yaitu

sebesar Rp 6.670,- per kg yang terjadi di Kabupaten Solok. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Ir 64, yaitu senilai Rp 4.400,00- per kg, terjadi di Kabupaten Pasaman.

 Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan Januari 2016 rata-rata harga gabah kualitas GKP di

tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 4,89 persen dari Rp 5.276,67,- per kg (Januari 2016) menjadi Rp 5.534,91,- per kg ( Februari 2016), dan di tingkat penggilingan naik 4,81 persen dari Rp 5.377,82,- per kg (Januari 2016) menjadi Rp 5.636,60,- per kg (Februari 2016). Sementara itu, rata – rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.

B.

PER

KEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH FEBRUARI 2016

HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 4,89 %

Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan Februari 2016 dibanding bulan Januari 2016 untuk kualitas GKP mengalami kenaikan sebesar 4,89 persen dari Rp 5.276,67 per kg (Januari 2016) menjadi Rp 5.534,91 per kg (Februari 2016). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP naik sebesar 4,81 persen dari Rp 5.377,82,- per kg (Januari 2016) menjadi Rp 5.636,60,- per kg (Februari 2016).

Tabel 3

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Februari 2016

Kelompok Kualitas

Jumlah Observasi

Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tkt Penggilingan

(Rp/Kg)

HHarga Pembelian P Pemerintah ( (Rp/Kg)

Selisih harga kol (5&6) terhadap kol (7)

Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/kg) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) GKG 0 (0,00%) -- -- -- -- 4.600,00,- -- -- GKP 99 (100%) 4400,00- 6670,00,- 5.534,91- 5.636,60,- 3.700,00,- (Petani) 1834,91 49,69 3.750,00,- (Penggilingan) 1886,60 50.31 KualitasRendah 0 (0 %) -- -- -- -- -- -- -- Total 99 (100,00) -- -- -- -- -- -- --

Harga gabah kualitas GKP terendah pada Januari 2016 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten Pasaman, yaitu sebesar Rp 4.400,- per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga di

(8)

Kabupaten Solok, yaitu sebesar Rp 6.670,00,-per kg . Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Padang Pariaman yaitu sebesar Rp 6.800,- per kg.

Tabel 4

Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Desember 2015 s/d Februari 2016

No. Kabupaten

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Des’15 Jan’16 Feb’16 Bulan Feb 2016 % Perubahan

thd.Jan 2016 Des.’15 Jan.’16 Feb’16

% Perubahan Bulan Feb 2016 thd.Jan 2015 (1) (2) (4) (5) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Pes, Selatan 5 369, 53 5 464, 20 5 522, 21 1,06 5.308,42 5.374,56 5.419,56 0,84 2 Solok 5 628,13 5 465,38 5 831,37 6,70 5.539,80 5.362,69 5.723,82 6,73 3 Tanah Datar 5.912,19 5.702,45 5.561,31 -2,48 5.863,01 5.613,80 5.472,25 -2,52 4 Pdg, Prmn. 5.551,93 5.543,80 6.018,76 8,57 5.334,58 5.444,26 5.912,23 8,60 5 Agam 5.362,50 5.372,36 5.800,41 7,97 5.290,00 5.280,28 5.707,82 8,10 6 50 Kota 5.336,67 5.303,13 5.769,26 8,79 5.170,00 5.193,09 5.674,87 9,28 7 Pasaman 5.592,95 4.793,43 4.952,87 3,33 5.511,52 4.668,04 4.833,84 3,55 Sumbar 5.536,27 5.377,82 5.636,60 4,81 5.431,05 5.276,67 5.534,91 4,89 Grafik 3

Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Dan HPP Sumatera Barat Feb 2014 – Feb 2016

4698.85 4656.8 4649.5 4579.2 4609.1 4584.4 4681.0 4981.4 4966.1 5127.0 5795.8 5538.7 4994.9 4890.8 4631.1 4553.5 4413.4 4360.2 4450.3 4643.3 4711.3 5199.3 5536.3 5377.8 5636.6 1800 2300 2800 3300 3800 4300 4800 5300 5800 Fe b-14 Ma r-1 4 Ap r-14 Ma y-14 Jun-1 4 Jul -1 4 Aug -1 4 Se p-14 okt -1 4 Nov -1 4 De c-14 Ja n-15 Fe b-15 Ma r-1 5 Ap r-15 Ma y-15 Jun-1 5 Jul -1 5 Aug -1 5 Se p-15 O ct -1 5 Nov -1 5 De c-15 Ja n-16 Fe b-16 Rat a-rat a Har ga ( Rp /K g) Bulan

Rata rata Harga Gabah di tingkat Penggilingan HPP Di tingkat Penggilingan

Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 17 Maret 2015, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.700,00,- per kg di tingkat petani dan Rp 3.750,00,- per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar Rp4.600,00,- per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan September 2015 tidak ditemukan kasus harga gabah yang berada di bawah HPP.

(9)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Azwir, S.Si

Kepala Bidang Statistik Distribusi

JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135

Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id

Email : sumbar@bps.go.id

Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Barat

Referensi

Dokumen terkait

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Sedangkan pada uji kemiripan, pada penelitian ini menggunkan metode chi square distance, yang merupakan pengembangan dari chi-square test yang biasa digunakan menghitung

Pada perancangan alat ini, terdapat dua tahap yaitu perancangan hardware yang berisi rancangan mekanik dan rancangan rangkaian yang dibutuhkan, dan rancangan software

Hanum dan Rangga membuat kisah perjalanan yang mempunyai ciri berbeda dari beberapa buku catatan perjalanan. Cerita ini mengandung unsur konflik yang menjadi pembangun

Karena dengan menggunakan layar sentuh maka mahasiswa dapat lebih mudah mengetahui segala informasi untuk sistem akademik dan pengumuman untuk setiap fakultas

Masyarakat Desa Meduri memilih pekerjaan sebagai pencari bonggol jati selain ada tawaran mereka juga pengrajin bonggol jati memiliki tingkat pendidikan yang

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada sebuah bengkel pembuat teralis di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap dengan cara wawancara, dari