STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
i
HALAMAN JUDUL
GAMBARAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA IBU HAMIL TM III TAHUN 2013-2014DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES
KULON PROGO
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Stikes Jenderal AchmadYani Yogyakarta
DisusunOleh : DEWI LESTARI
NPM: 1112116
PROGRAM STUDI KEBIDANAN (D-3)
STIKES JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2015
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vii
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Gambaran Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo”.
Karya Tulis Ilmiah ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes. selaku Ketua Stikes Jen. A. Yani Yogyakarta 2. Reni Merta Kusuma, M.Keb. selaku ketua prodi (D-3) Kebidanan Stikes Jen. A.
Yani Yogyakarta
3. Muhamat Nofiyanto, M. Kep selaku Ketua LPPM yang memberikan izin untuk pelaksanaan penyusunan Karya Tulis Ilmiah
4. Dwi Yulinda, M.Keb.selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
5. Atik Badi’ah, S.Pd., S.Kp., M.Kes. selaku penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji Karya Tulis Ilmiah ini
6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, arahan, doa dan kasih sayang pada penulis
7. Teman-teman mahasiswi angkatan 2012 Program Studi (D-3) Kebidanan Stikes Jen. A. Yani Yogyakarta atas bantuan dan kerjasamanya
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar harapan penulis semoga Proposal ini berguna bagi semua.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
viii DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ... i LEMBAR PERSETUJUAN ... iiLEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi INTISARI ... xii ABSTRACT ... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 4 E. Keaslian Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TinjauanTeori ... 6
1. Kehamilan ... 6
2. Preeklampsia dalam Kehamilan ... 11
B. Kerangka Teori ... 33
C. Kerangka Konsep ... 33
D. Pertanyaan Penelitian ... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 34
B. Lokasi dan Waktu... 34
C. Populasi dan Sampel ... 35
D. Variabel Penelitian ... 37
E. Derfinisi Operasional ... 38
F. Alatdan Metode Pengumpuan Data ... 39
G. Analisa Data ... 43
H. Etika Penelitian ... 44
I. Pelaksanaan Penelitian ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48 B. Pembahasan ... 57 C. Keterbatasan Penelitian ... 66 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ix
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 1.1Keaslian Penelitian………...………. 5 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian………....………….. 38 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia………....…... 50 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia
berdasarkan pendidikan ………...………….. 51 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia
berdasarkan usia ………...………... 52 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia
berdasarkan gravida ………...……… 53 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia
berdasarkan protein urin ………...…………. 54 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia
berdasarkan pekerjaan ………...………...…. 55 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
x
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 2.1 Kerangka Teori………... 33 Gambar 2.2 Kerangka Konsep………..…………... 33
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Tabulasi menggunakan Microsoft Excel Lampiran 2. Hasil Tabulasi menggunakan SPSS
Lampiran 3. Lembar Konsultasi Lampiran 4. Jadwal Penyusunan KTI
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ditujukan ke Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Lampiran 6. Surat Keterangan / ijin atau surat tembusan dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
Lampiran 7. Surat Keterangan / ijin atau surat tembusan dari Kantor Pelayanan Terpadu Kulon Progo
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian dari RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xii
GAMBARAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA IBU HAMIL TM III TAHUN 2013-2014DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WATES
KULON PROGO
Dewi Lestari1, Dwi Yulinda,M.Keb.2
INTISARI
Latar Belakang: Preeklampsia merupakan masalah kesehatan pada ibu hamil
yang memerlukan perhatian khusus karena dapat menyebabkan kematian ibu hamil dan perinatal yang tinggi. Faktor risiko terjadinya preeclampsia yaitu umumnya terjadi pada primigravida, kehamilan di usia remaja, kehamilan pada wanita usia di atas 40 tahun, tekanan darah kronis sebelum kehamilan, riwayat preeklampsia, obesitas, kehamilan ganda, DM, kelainan ginjal, dan lupus atau rematoid arthritis. Pre Eklampsia Berat (PEB) di DIY tahun 2013 sebanyak 23 % (3 kasus). Kasus preeclampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo sebanyak 264 kasus dari total ibu hamil 8445.
Tujuan: Mengetahui gambaran kejadian preeclampsia pada ibu hamil TM III
tahun 2013-2014di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo.
Metode: Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode retrospective study.
Sampel 73 kasus dari populasi 264, diambil menggunakan purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi eksklusi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari rekam medik dengan instrument cheklist.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 73 kasus
preeklampsia dari tahun 2013-2014 mengalami peningkatan, dengan kejadian preeklampsia terbanyak yaitu PEB sebanyak 54 kasus (74,0%), mayoritas SLTA yaitu 43 orang(58,9%), mayoritas usia 20-35 tahunya itu 46 orang (63%), mayoritas multi gravida yaitu 48 orang(65,8%), mayoritas protein urin ≥+2yaitu 55 orang(75,3%), mayoritas tidak bekerja yaitu 29 orang (39,7%), mayoritas tidak ada riwayat preeklampsia yaitu 38 orang (52,1%).
Kesimpulan: Kasus preeklampsia dari tahun 2013-2014 lebih banyak terjadi
pada kasus PEB, SLTA, usia 20-35 tahun, multigravida, protein urin ≥+2, tidak bekerja, dan tidak ada riwayat preeklampsia.
Kata Kunci: Preeklampsia, Ibu hamil
1 Mahasiswa DIII Kebidanan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
EVENT DESCRIPTION OF PREECLAMPSIA ON THIRD-TRIMESTER PREGNANCY OF WOMEN IN 2013-2014 AT WATES KULON PROGO
DISTRICT HOSPITAL
Dewi Lestari1,Dwi Yulinda,M.Keb.2
ABSTRACT
Background: Preeclampsia is a health problem during pregnancy which
requires special attention because it can cause high maternal and prenatal death. There are some risk factors as to why preeclampsia happens; primigravida, young pregnancy, pregnancy over the age of 40, chronic blood pressure before pregnancy, preeclampsia case history, obesity, double pregnancy, diabetes mellitus, kidney disease, lupus, or rheumatoid arthritis. The percentage of late- onset preeclampsia in DIY in 2013 was 23 % (3 case). The number of preeclampsia case at Wates Kulon Progo District Hospital is 264 cases out of the total 8445 pregnant women.
Purpose: Reveal the event description of preeclampsia towards third-trimester
pregnant women in 2013-2014 at Wates Kulon Progo District Hospital.
Method: Quantitative descriptive research study with retro spectivemethod.
Sample of73 cases from 264 populations, take nusing purposive sampling based on inclusion criteria of exclusion. This study uses secondary data from medical records with a checklist instrument.
Results: The results show edthatof the73 cases of preeclampsia from year
2013 to 2014 has increased, with the highestinci dence of preeclampsia is the PEB as many as 54cases (74.0%), the majority of high school with 43 people (58.9%), the majority aged 20-35 years that46 people (63%), the majority multi gravid which 48 people (65.8%), the majority of urinary protein≥+2: 55 people(75.3%), the majority does not work that 29 people (39.7%), the majority no history of preeclampsia are 38 people (52.1%).
Conclusion: Preeclampsia cases from year 2013-2014 occurred more
frequently in late-onset preeclampsia, senior high school, age 20-35, multi gravida, urine protein ≥+2, jobless women, and women with no preeclampsia case history.
Keywords: preeclampsia, pregnant women
1
A student of Diploma III Midwifery Study Program of A.Yani Yogyakarta School of Health
2
A counseling lecturer of Diploma III Midwifery Study Program of A.Yani YogyakartaSchool of Health
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangKehamilan merupakan suatu hal yang fisiologi walaupun dapat menjadi patologi dan mengancam keselamatan ibu hamil sehingga dapat mengakibatkan tingginya mortalitas dan morbiditas terhadap ibu dan janinnya (Bobak, 2004).
Preeklampsia dan eklampsia merupakan masalah kesehatan pada ibu hamil yang memerlukan perhatian khusus karena dapat menyebabkan kematian ibu hamil dan perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang. Sampai saat ini preeklampsia dan eklampsia masih merupakan ”the disease of theories” (Manuaba, 2010).
Beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia yaitu gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim. Faktor risiko terjadinya preeklampsia yaitu umumnya terjadi pada primigravida, kehamilan di usia remaja, kehamilan pada wanita usia di atas 40 tahun, tekanan darah kronis sebelum kehamilan, riwayat preeklampsia, obesitas, kehamilan ganda, DM, kelainan ginjal, dan lupus atau rematoid arthritis (Rukiyah & Yulianti, 2010).
Preeklampsia dapat mengakibatkan kematian ibu, prematuritas, Intra Uterin Growth Retardation (IUGR) dan kelahiran mati karena pada preeklampsia dan
eklampsia akan terjadi perkapuran di plasenta yang menyebabkan makanan dan oksigen yang masuk kejanin berkurang (Benson, 2009).
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2012 meningkat yaitu sebesar 359/100.000 kelahiran hidup dari
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
288/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, penyebab kematian ibu di Indonesia adalah pendarahan 28 %, eklampsia 24 %, infeksi 11 %, partus lama 5 %, abortus 5 , dan lainnya 27 % (SDKI, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO), salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan janin adalah preeklampsia (PE), angka kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju angka kejadian preeklampsia berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%, sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan preeklampsia dan eklampsia di negara berkembang (Amelda, 2008).
Angka kematian ibu di DIY mengalami peningkatan yaitu tahun 2012 sebesar 52,2/100.000 Kelahiran Hidup, tahun 2013 meningkat menjadi 96,83/100.000 Kelahiran Hidup. Berdasarkan hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab kematian ibu pada tahun 2013 sebanyak 13 kasus adalah Pre Eklampsia Berat (PEB) sebanyak 23 % (3 kasus), pendarahan sebesar 46 % (6 kasus), dan 8 % akibat infeksi (1 kasus), keracunan sebanyak 8 % (1 kasus) dan lainnya 15 % (2 kasus) (Dinkes DIY, 2014).
Berdasarkan data dari RSUD Wates Kulon Progo tahun 2013-2014 mendapatkan hasil bahwa terdapat 264 kasus preeklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo dari total ibu hamil 8445.
Berdasarkan uraian di atas tingginya kejadian preeklampsia yang menyebabkan kematian ibu di Rumah Sakit, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Gambaran Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo”.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Gambaran Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya Gambaran Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo. 2. Tujuan Khusus
a. Digambarkannya ibu hamil TM III penderita preeklampsia berdasarkan pendidikan.
b. Digambarkannya ibu hamil TM III penderita preeklampsia berdasarkan usia. c. Digambarkannya ibu hamil TM III penderita preeklampsia berdasarkan
gravida.
d. Digambarkannya hasil protein urin ibu hamil TM III penderita preeklampsia.
e. Digambarkannya ibu hamil TM III penderita preeklampsia berdasarkan pekerjaan.
f. Digambarkannya ibu hamil TM III penderita preeklampsia berdasarkan riwayat preeklampsia.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan bermanfaat sebagai informasi dalam mengetahui dan mencegah tingkat kejadian preeklampsia pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran dan informasi bagi mahasiswa.
b. Bagi Tenaga Kesehatan Bidan di ruang poli kandungan, ruang kenanga, dan ruang bersalin RSUD Wates Kulon Progo
Dapat memberikan informasi atau menjadi acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan tentang preeklampsia pada ibu hamil.
c. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian yang telah dilakukan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai Gambaran Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo, belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Namun terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan judul penelitian ini, diantaranya adalah :
Nama & Judul Metode Penelitian
Hasil Perbedaan dan Persamaan Kurniawati B, (2012) Gambaran Faktor Resiko Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil di RSUD Wonosari Tahun 2012 Desain Penelitian adalah deskriptif dengan metode cross sectional.
Kejadian preeklampsia lebih banyak terjadi pada umur <20 dan >35 tahun sebesar 56,3%, pada paritas 1 dan >3 sebesar 61,7% dan tidak ada riwayat preeklampsia sebesar 68,3% serta pada kehamilan tunggal 73,7%. Perbedaan metode, lokasi, waktu, populasi, sampel, dan variabel penelitian. Persamaan desain. Ilaina F.N, (2013) Gambaran Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Berdasarkan Gravida Tahun 2013 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Desain Penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan metode retrospective study. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 161 responden yang mengalami preeklampsia tertinggi pada ibu primigravida sebanyak 87 responden (53,04), multigravida sebanyak 67 responden (41,62%) dan grandemultigravida sebanyak 7 responden (4,34%). Perbedaan lokasi, waktu, populasi, dan sampel penelitian. Persamaan desain, metode, teknik sampling, dan variabel penelitian. Asih Y, (2006) Hubungan Antara Preeklampsia Pada Primigravida Dengan Berat Badan Lahir Rendah Di RSUD Cilacap Periode Januari-Desember 2005 Desain Penelitian adalah analitik. Dengan metode cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan kriteria inklusi eksklusi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan umur rata-rata responden 20-35 tahun yang merupakan usia reproduksi sehat untuk kehamilan dan persalinan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi (1997) di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung sebanyak 76,3% dan Siregar (1997) di Rumah sakit Pirngadi sebanyak 82% yang hasilnya menunjukkan bahwa kejadian preeklampsia banyak terjadi pada primigravida muda. Perbedaan desain, metode, lokasi, waktu, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, dan variabel penelitian. Persamaan tidak ada persamaan penelitian.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
1. Gambaran umum lokasi penelitian
RSUD Wates pertama kali didirikan tahun 1972, berlokasi di Jl. S. Parman. Sesuai dengan tuntutan masyarakat, RSUD Wates berupaya mengembangkan diri dengan cara pindah lokasi baru di Dusun Beji Kecamatan Wates Jl. Tentara Pelajar Km 1 No. 5 Wates Kulon Progo. Pengembangan dan kepindahannya diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI dr. Suwardjono Suryaningrat pada tanggal 26 Februari 1979 dengan status tipe D (Keputusan Menkes RI No. 31/1979). Maka secara resmi tanggal tersebut di jadikan Hari Bhakti Pelayanan Kesehatan RSUD Wates Kulon Progo.
Upaya untuk meningkatkan kemandirian pengelolaan RSUD Wates terus di lakukan, salah satunya dengan mempersiapkan diri menjadi Unit Swadana melalui tahap uji coba selama 3 tahun, dan akhirnya ditetapkan melalui SK Bupati No. 343/2001. Tanggal 15 juni 2010 RSUD Wates mengalami perubahan status dari RSUD Tipe C menjadi RSUD tipe B non pendidikan yang di resmikan, berdasarkan atas SK Menkes no. 720/Menkes/SK/VI/2010.
Sarana dan prasarana ruang meliputi Instalasi pelayanan rawat jalan, instalasi pelayanan gawat darurat (IGD 24 jam), instalasi pelayanan khusus (ICU), instalasi rawat inap, instalasi bedah sentral, ruang bersalin (VK), instalasi patologi klinik, instalasi radiologi, instalasi rehabilitasi medik, instalasi farmasi, gizi, instalasi Hemodialisa (HD), instalasi pemulasaran jenazah dan instalasi rekam medik.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
35
Upaya RSUD Wates untuk menurunkan AKI dengan melakukan pengelolaan pada ibu hamil preeklampsia. Hal ini dikarenakan preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia. Pengelolaan preeklampsia di RSUD Wates Kulon Progo didasarkan pada pemeriksaan secara menyeluruh, stabilisasi, monitoring kontinyu dan terminasi kehamilan pada saat yang tepat bagi ibu maupun janin, mencakup pengontrolan tekanan darah dan kejang bila ada. Pelayanan untuk pasien preeklampsia dilakukan dengan prosedur dilakukan rawat inap untuk pasien preeklampsia berat dan diberikan injeksi MgSO4, sedangkan untuk pasien preeklampsia ringan
direkomendasikan untuk rawat jalan dan tidak diberikan injeksi MgSO4. Pasien
dengan preeklampsia diutamakan persalinan vaginal kecuali jika ada indikasi obstetric untuk SC.
Penelitian ini merupakan penelitian sekunder dengan mengambil data di bagian rekam medik RSUD Wates Kulon Progo. Rekam medik terdiri dari 45 karyawan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
36
2. Analisa hasil penelitian
a. Karakteristik responden berdasarkan kejadian preeklampsia Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 di RSUD Wates Kulon Progo.
Jenis Preeklampsia Tahun 2013 Tahun 2014 Total
f % f % F %
PER 10 27,8 9 24,3 19 52,1
PEB 26 72,2 28 75,7 54 147,9
Total 36 100,0 37 100,0 73 200
Berdasarkan tabel 4.1 Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 di RSUD Wates Kulon Progo, dapat dilihat bahwa dari 73 kasus preeklampsia, kejadian PE yang paling banyak yaitu PEB sebanyak 54 (74,0%). Tahun 2013 dari 36 kasus preeklampsia terbanyak adalah PEB 26 (72,2%, sedangkan tahun 2014 dari 37 kasus preeklampsia terbanyak adalah PEB 28 (75,7%). Kejadian PEB di RSUD Wates Kulon Progo mengalami peningkatan yaitu dari 26 orang (72,2%) pada tahun 2013 menjadi 28 orang (75,7%) pada tahun 2014.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
37
b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 berdasarkan pendidikan di RSUD Wates Kulon Progo.
Pendidikan Tahun 2013 Tahun 2014 Total
f % f % f % TS 2 5,6 2 5,4 4 11 SD 5 13,9 1 2,7 6 14,9 SLTP 9 25,0 7 18,9 16 32 SLTA 18 50,0 25 67,6 43 75 PT 2 5,6 2 5,4 4 7,6 Total 36 100,0 37 100,0 73 200
Berdasarkan tabel 4.2 Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 berdasarkan pendidikan di RSUD Wates Kulon Progo, dari 73 kasus preeklampsia, tingkat pendidikan penderita preeklampsia paling banyak yaitu SLTA sebanyak 43 (58,9%). Tahun 2013 dari 36 kasus preeklampsia, terbanyak adalah tingkat pendidikan SLTA 18 (50,0%), sedangkan tahun 2014 dari 37 kasus preeklampsia, terbanyak adalah tingkat SLTA 25 (67,6%). Karakteristik tingkat pendidikan SLTA di RSUD Wates Kulon Progo mengalami peningkatan yaitu dari 18 (50,0%) pada tahun 2013 menjadi 25 (67,7%) pada tahun 2014.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
38
c. Karakteristik responden berdasarkan usia Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 berdasarkan usia di RSUD Wates Kulon Progo.
Usia Tahun 2013 Tahun 2014 Total
f % F % f %
<20 Tahun 0 0 1 2,7 1 2,7
20-35 Tahun 22 61,1 24 64,9 46 126 >35 Tahun 14 38,9 12 32,4 26 71,3
Total 36 100,0 37 100,0 73 200
Berdasarkan tabel 4.3 Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 berdasarkan usia di RSUD Wates Kulon Progo, dapat dilihat bahwa dari 73 kasus preeklampsia, usia yang mengalami preeklampsia paling banyak yaitu 20-35 tahun sebanyak 46 (63%). Tahun 2013 dari 36 kasus preeklampsia terbanyak adalah usia 20-35 tahun 22 (61,1%), sedangkan tahun 2014 dari 37 kasus preeklampsia terbanyak adalah usia 20-35 tahun 24 (64,9%). Karakteristik usia 20-20-35 tahun di RSUD Wates Kulon Progo mengalami peningkatan yaitu dari 22 (61,1%) pada tahun 2013 menjadi 24 (64,9%) pada tahun 2014.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
39
d. Karakteristik responden berdasarkan gravida Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 berdasarkan gravida di RSUD Wates Kulon Progo.
Gravida Tahun 2013 Tahun 2014 Total
f % f % f %
Primigravida 9 25,0 13 35,1 22 60,1 Multigravida 25 69,4 23 62,2 48 131,6 Grandemultigravida 2 5,6 1 2,7 3 8,3
Total 36 100,0 37 100,0 73 200
Berdasarkan tabel 4.4 Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 berdasarkan gravida di RSUD Wates Kulon Progo, dapat dilihat bahwa dari 73 kasus preeklampsia, gravida yang mengalami preeklampsia paling banyak yaitu multigravida sebanyak 48 (65,8%). Tahun 2013 dari 36 kasus preeklampsia terbanyak adalah Multigravida 25 (69,4%), sedangkan tahun 2014 dari 37 kasus preeklampsia terbanyak adalah Multigravida 23 (62,2%). Karakteristik multigravida di RSUD Wates Kulon Progo mengalami penurunan yaitu dari 25 (69,4%) pada tahun 2013 menjadi 23 (62,2%) pada tahun 2014.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
40
e. Karakteristik responden berdasarkan protein urin Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 berdasarkan protein urin di RSUD Wates Kulon Progo.
Protein Urin
Tahun 2013 Tahun 2014 Total
f % f % f %
<+2 9 25,0 9 24,3 18 49,3 ≥+2 27 75,0 28 75,7 55 150,7 Total 36 100,0 37 100,0 73 200
Berdasarkan tabel 4.5 Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 berdasarkan protein urin di RSUD Wates Kulon Progo, dapat dilihat bahwa dari 73 kasus preeklampsia, protein urin yang paling banyak yaitu ≥+2 sebanyak 55 (75,3%). Tahun 2013 dari 36 kasus preeklampsia terbanyak adalah protein urin ≥+2 27 (75,0%), sedangkan tahun 2014 dari 37 kasus preeklampsia terbanyak adalah protein urin ≥+2 sebanyak 28 (75,7%). Karakteristik protein urin ≥+2 di RSUD Wates Kulon Progo mengalami peningkatan yaitu dari 27 (75,0%) pada tahun 2013 menjadi 28 (75,7%) pada tahun 2014.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
41
f. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 berdasarkan pekerjaan di RSUD Wates Kulon Progo.
Pekerjaan Tahun 2013 Tahun 2014 Total
f % f % f % Buruh 3 8,3 1 2,7 4 11 Wiraswasta 5 13,9 20 54,1 25 68 PNS 1 2,8 1 2,7 2 5,5 Petani 8 22,2 5 13,5 13 35,7 Tidak bekerja 19 52,8 10 27,0 29 79,8 Total 36 100,0 37 100,0 73 200
Berdasarkan tabel 4.6 Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 berdasarkan pekerjaan di RSUD Wates Kulon Progo, dapat dilihat bahwa dari 73 kasus preeklampsia, tingkat pekerjaan yang paling banyak yaitu penderita yang tidak bekerja sebanyak 29 (39,7%). Tahun 2013 dari 36 kasus preeklampsia terbanyak adalah penderita yang tidak bekerja 19 (52,8%), sedangkan tahun 2014 dari 37 kasus preeklampsia terbanyak adalah pekerjaan Wiraswasta sebanyak 20 (54,1%). Karakteristik tidak bekerja di RSUD Wates Kulon Progo mengalami penurunan yaitu dari 19 (52,8%) pada tahun 2013 menjadi 10 (27,0%) pada tahun 2014.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
42
g. Karakteristik responden berdasarkan riwayat preeklampsia Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 berdasarkan riwayat preeklampsia di RSUD Wates Kulon Progo.
Riwayat Preeklampsia
Tahun 2013 Tahun 2014 Total
f % f % f %
Ada 19 52,8 16 43,2 35 96
Tidak ada 17 47,2 21 56,8 38 104 Total 36 100,0 37 100,0 73 200
Berdasarkan tabel 4.7 Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 berdasarkan riwayat preeklampsia di RSUD Wates Kulon Progo, dapat dilihat bahwa dari 73 kasus preeklampsia, riwayat preeklampsia yang paling banyak yaitu tidak ada riwayat preeklampsia sebanyak 38 (52,1%). Tahun 2013 dari 36 kasus preeklampsia terbanyak adalah ada riwayat preeklampsia 19 (52,8%), sedangkan tahun 2014 dari 37 kasus preeklampsia terbanyak adalah tidak ada riwayat preeklampsia sebanyak 21 (56,8%). Karakteristik tidak ada riwayat preeklampsia di RSUD Wates Kulon Progo mengalami peningkatan yaitu dari 19 (52,8%) pada tahun 2013 menjadi 21 (56,8%) pada tahun 2014.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
43
B. Pembahasan
g. Persentase ibu hamil TM III penderita preeklampsia berdasarkan kejadian preeklampsia.
Dari 73 pasien yang mengalami preeklampsia pada ibu hamil dari tahun 2013-2014 di RSUD Wates Kulon Progo bahwa telah diketahui kasus preeklampsia yang paling banyak yaitu PEB. Hal ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Djannah (2010) tentang Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007–2009, dapat dilihat bahwa dari total persalinan 3036 terdapat 118 (3,9%) kasus preeklampsia yaitu PEB sebanyak 83,9%, sedangkan PER sebanyak 16,1%.
Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita di atas 40 tahun. Faktor risiko yang lain adalah: riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami preeklampsia sebelumnya, riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid arthritis (Djannah, 2010).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
44
h. Persentase ibu hamil TM III penderita preeklampsia berdasarkan pendidikan. Dari 73 pasien yang mengalami preeklampsia pada ibu hamil dari tahun 2013-2014 di RSUD Wates Kulon Progo bahwa telah diketahui tingkat pendidikan terbanyak penderita preeklampsia yaitu SLTA. Hal ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Djannah (2010) tentang Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007–2009, dari 118 penderita preeklampsia, sebagian besar mempunyai pendidikan SLTA dengan jumlah 47 orang (39,8%).
Pendidikan adalah upaya yang memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat(Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan ibu yang tinggi didapat seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi serta adanya emansipasi wanita di Indonesia untuk mendapatkan kesamaan hak dan kewajiban di segala bidang terutama pendidikan (Djannah, 2010).
Pendidikan seseorang berhubungan dengan kesempatan dalam menyerap informasi mengenai pencegahan dan faktor-faktor risiko preeklampsia. Tetapi pendidikan ini akan dipengaruhi oleh seberapa besar motivasi, atau dukungan lingkungan seseorang untuk menerapkan pencegahan dan faktor risiko preeklampsia/eklampsia (Djannah, 2010).
Pada penelitian ini sesuai dengan teori, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mempengaruhi pengetahuan atau pola pikir seseorang, berdasarkan karakteritik pendidikan lebih didominasi oleh pendidikan SLTA, hal ini disebabkan karena pola pikir penderita preeklampsia
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
45
yang berpendidikan SLTA tentang kesehatan lebih sedikit, sehingga membuat mereka tidak rutin melakukan pemeriksaan antenatal, namun pendidikan yang dimiliki oleh seseorang belum menjamin seseorang akan menderita atau tidak menderita penyakit tersebut.
i. Persentase ibu hamil TM III penderita preeklampsia berdasarkan usia.
Dari 73 pasien yang mengalami preeklampsia pada ibu hamil dari tahun 2013-2014 di RSUD Wates Kulon Progo bahwa telah diketahui usia penderita preeklampsia yang paling banyak yaitu berusia 20-35 tahun. Hal ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ilaina (2013) tentang Kejadian Preeklampsia Berdasarkan Gravida Tahun 2013 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta, dapat dilihat bahwa dari 161 responden, penderita preeklampsia yang paling banyak yaitu berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 101 responden (62,7%). Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulkarnain (2012) tentang Hubungan Antara Primigravida dengan Preeklampsia di RSUD haji Makassar 2012 yang menyebutkan usia terbanyak menderita preeklampsia adalah usia 20-35 tahun yaitu sebanyak 52 responden (64,2%).
Menurut teori preeklampsia lebih sering didapatkan pada masa awal dan akhir usia reproduktif yaitu usia remaja atau di atas 35 tahun. Ibu hamil <20 tahun mudah mengalami kenaikan tekanan darah dan lebih cepat menimbulkan kejang, sedangkan usia >35 tahun juga merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia. Karena bertambahnya usia juga lebih rentan untuk terjadinya peningkatan insiden hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
46
besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan. Jadi wanita yang berada pada awal atau akhir usia reproduktif lebih rentan menderita preeklampsia/eklampsia (Djannah, 2010).
Pada penelitian ini tidak sesuai dengan teori, karena berdasarkan kelompok usia ibu, justru lebih didominasi pada kelompok usia ibu 20–35 tahun, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden termasuk dalam usia reproduksi sehat. Menurut Winkjosastro (2009) umur kehamilan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu usia reproduksi muda (<20 tahun), usia reproduksi sehat (20-35 tahun), dan usia reproduksi tua (>35 tahun).
Usia terlalu muda dan terlalu tua merupakan faktor resiko terjadinya preeklampsia berat, dan hal ini akan meningkatkan kejadian preeklampsia. Usia yang muda belum siap secara psikis karena adanya faktor imunologis, sedangkan pada usia lanjut terdapat adanya hubungan dengan hipertensi essensial. Dimana usia ini juga berhubungan dengan teori iskemia plasenta, bahwa trofoblas diserap ke dalam sirkulasi, lalu sensitivitas terhadap angiotensin II, rennin, aldosteron meningkat, lalu terjadi spasme pembbuluh darah, dan tahanan terhadap garam dan air (Dly, 2011).
Ibu hamil yang masih muda mengalami ketidakaturan tekanan darah dan cenderung tidak memperhatikan kehamilannya, ditambah psikis yang belum siap, sehingga akan meningkatkan tekanan darah dan terjadi hipertensi. Pada usia 35 tahun juga beresiko lebih tinggi dalam kehamilan, maupun persalinan, untuk itu perlu dilakukan konseling, dan pemeriksaan antenatal care yang teratur (Utama, 2008).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
47
j. Persentase ibu hamil TM III penderita preeklampsia berdasarkan gravida. Dari 73 pasien yang mengalami preeklampsia pada ibu hamil dari tahun 2013-2014 di RSUD Wates Kulon Progo bahwa telah diketahui tingkat gravida penderita preeklampsia yang paling banyak yaitu Multigravida. Manuaba (2010) mengatakan bahwa seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami preeklampsia. Prawirohardjo (2009) mengatakan bahwa pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi dibandingkan dengan multigravida terutama primigravida muda. Manuaba (2010) juga mengatakan kira-kira 85 % preeklampsia terjadi pada kehamilan pertama.
Pada penelitian ini tidak sesuai dengan teori, karena berdasarkan karakteristik gravida lebih didominasi oleh multigravida. Namun dari penelitian Dly (2011) tentang Kejadian Dan Karakteristik pasien Preeklampsia Berat di RSMH Januari 2009-2010, didapatkan hasil preeklampsia berat paling banyak terjadi pada ibu dengan multigravida yaitu 69 (69,7%), dan penelitian Utama (2008) tentang Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Preeklampsia Berat di RSD Raden Mattaher Jambi Tahun 2007, didapatkan hasil bahwa dari 85 ibu yang mengalami preeklampsia berat terjadi pada multigravida dan berdasarkan uji chi square dinyatakan tidak terdapat hubungan bermakna antara status gravida dengan kejadian preeklampsia. Preeklampsia bisa terjadi pada multiparitas berusia lebih tua (>35 tahun) (Bobak, 2005). Jadi, tidak semua primigravida mengalami preeklmapsia, karena dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi lainnya (Utama, 2008).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
48
k. Persentase ibu hamil TM III penderita preeklampsia berdasarkan protein urin. Dari 73 pasien yang mengalami preeklampsia pada ibu hamil dari tahun 2013-2014 di RSUD Wates Kulon Progo bahwa telah diketahui protein urin penderita preeklampsia yang paling banyak yaitu ≥+2. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa tanda seseorang terkena PER yaitu protein uria 0,3 gr atau lebih dengan kualitatif plus 1-2 pada urine kateter atau urine aliran tengah, sedangkan pada seseorang yang terkena PEB yaitu proteinuria ≥ 3 gr/liter dengan kualitatif ≥+2 (Yulaikhah, 2008).
l. Persentase hamil TM III penderita preeklampsia berdasarkan pekerjaan.
Dari 73 pasien yang mengalami preeklampsia pada ibu hamil dari tahun 2013-2014 di RSUD Wates Kulon Progo bahwa telah diketahui tingkat pekerjaan terbanyak penderita preeklampsia yaitu Tidak bekerja. Hal ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Djannah (2010) tentang Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007–2009, dapat dilihat bahwa dari 118 responden, berdasarkan jenis pekerjaan didominasi oleh kelompok penderita yang tidak bekerja dengan jumlah 75 orang (63,5%).
Pada kelompok ibu yang tidak bekerja dengan tingkat pendapatan yang rendah akan menyebabkan frekuensi ANC berkurang di samping itu dengan pendapatan yang rendah akan menyebabkan kualitas gizi juga rendah, pada kelompok buruh/petani biasanya juga dari kalangan pendidikan rendah kurang sehingga pengetahuan untuk ANC maupun gizi juga berkurang. Sosial ekonomi rendah menyebabkan kemampuan daya beli berkurang sehingga
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
49
asupan gizi juga berkurang terutama protein. Akibatnya kejadian atau masalah-masalah dalam kehamilan seperti preeklampsia, molahidatidosa, partus prematurus, keguguran dan lain-lain semakin meningkat. Akibat sosial ekonomi yang rendah tidak hanya menimbulkan seperti yang dinyatakan di atas, juga menyebabkan penurunan kualitas fisik dan penurunan kemampuan melakukan akses ke fasilitas pelayanan umum termasuk pelayanan kesehatan (Djannah, 2010).
Aktifitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan peredaran darah, begitu juga bila terjadi pada seorang ibu hamil, dimana peredaran darah dalam tubuh dapat terjadi perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akibat adanya tekanan dari pembesaran rahim. Semakin bertambahnya usia kehamilan akan berdampak pada konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah dalam rangka memenuhi proses kehamilan, oleh karenya pekerjaan boleh tetap dilakukan, asalkan tidak terlalu berat dan melelahkan seperti pegawai kantor, administrasi perusahaan, atau mengajar. Semuanya untuk kelancaran peredaran darah dalam tubuh sehingga mempunyai harapan akan terhindar dari preeklampsia berat (Notoatmodjo, 2007).
Pada penelitian ini sesuai dengan teori, berdasarkan karakteristik pekerjaan lebih didominasi oleh penderita yang tidak bekerja, hal ini disebabkan karena penderita yang tidak memiliki pekerjaan atau ibu rumah tangga, lebih banyak menghabiskan kegiatan di rumah sehingga dapat menyebabkan stres karena kurangnya aktivitas yang dilakukan dan hanya
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
50
melakukan pekerjaan rumah saja, serta kurang memperhatikan asupan makanan misalnya terlalu sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam, padahal makanan yang mengandung garam dapat memicu terjadinya preeklampsia pada ibu hamil, tetapi ibu-ibu yang menghabiskan kegiatan di luar rumah juga tidak menutup kemungkinan akan terkena preeklampsia, karena stres dengan pekerjaan yang mereka lakukan.
m. Persentase ibu hamil TM III penderita preeklampsia berdasarkan riwayat preeklampsia.
Dari 73 pasien yang mengalami preeklampsia pada ibu hamil dari tahun 2013-2014 di RSUD Wates Kulon Progo bahwa telah diketahui berdasarkan riwayat preeklampsia lebih didominasi oleh kelompok penderita yang tidak memiliki riwayat preeklampsia. Hal ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Djannah (2010) tentang Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007–2009, dapat dilihat bahwa dari 118 responden, berdasarkan riwayat preeklampsia lebih didominasi oleh kelompok penderita yang tidak memiliki riwayat preeklampsia dengan jumlah 99 orang (83,9%). Hipertensi dan diabetes mellitus merupakan faktor penyebab terjadinya preeklampsia/eklampsia. (Djannah, 2010).
Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa proses penyakit-penyakit pembuluh darah kolagen, penyakit pembuluh darah, penyakit ginjal, ibu yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi, dan ibu yang pernah mengalami preeklampsia berat (Bobak, 2005). Perbedaan ini terjadi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
51
mungkin karena ibu tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan sebelumnya (screening penyakit) yang menyebabkan sang ibu tidak tahu penyakit yang dialaminya atau kecenderungan masyarakat indonesia yang akan datang ke pelayanan kesehatan jika telah mengalami tanda dan gejala penyakit, selain itu relatif penyakit akan timbul pada usia tua, maka ketika petugas kesehatan bertanya dan mencatat dalam status pasien, sang ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit apapun (Bobak, 2005).
Menurut Utama (2008), riwayat penyakit hanya memiliki 2.786 kali untuk menyebabkan kejadian preeklampsia berat. Maka dari itu, sebaiknya petugas kesehatan memulai wawancara secara detail untuk mengklarifikasi, memperluas, atau melengkapi formulir. Riwayat kesehatan dapat ditanyakan kembali khususnya jika terdapat DM, penyakit ginjal, hipertensi, juga riwayat keluarga perlu sekali untuk digali, untuk mengetahui adanya riwayat preeklampsia atau penyakit hipertensi, DM, dan penyakit kronis lainnya sebagai pencetus preeklampsia berat (Rozikhan, 2007).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
52
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian mengenai Gambaran Kejadian Preeklampsia pada Ibu Hamil TM III Tahun 2013-2014 di Rumah Sakit Umum Daerah Wates Kulon Progo mempunyai keterbatasan penelitian yaitu dalam pengumpulan data, dalam penelitian ini menggunakan data sekunder tanpa disertai wawancara langsung dengan responden sehingga aspek yang bisa diungkapkan hanya tercantum dalam rekam medis dan tidak dapat mengungkapkan lebih dalam lagi, dan juga karena adanya data rekam medik yang tidak lengkap, rusak dan tidak dapat terbaca, selain itu juga dalam penelitian ini kurang mengkaji lebih dalam tentang faktor resiko yang mempengaruhi preeklampsia lainnya seperti riwayat kehamilan ganda, riwayat preeklampsia keluarga, riwayat DM.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
53 BAB V PENUTUP A. KesimpulanBerdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan di atas maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Angka kejadian preeklampsia di RSUD Wates Kulon Progo tahun 2013-2014 terbanyak adalahPEB yaitu 54 (74,0%). Kejadian PEB di RSUD Wates Kulon Progo mengalami peningkatan yaitu dari 26 orang (72,2%) pada tahun 2013 menjadi 28 orang (75,7%) pada tahun 2014.
2. Kejadian preeklampsia berdasarkan pendidikan di RSUD Wates Kulon Progo tahun 2013-2014 terbanyak adalah pada tingkat pendidikan SLTA yaitu 43 (58,9%). Karakteristik tingkat pendidikan SLTA di RSUD Wates Kulon Progo mengalami peningkatan yaitu dari 18 (50,0%) pada tahun 2013 menjadi 25 (67,7%) pada tahun 2014.
3. Kejadian preeklampsia berdasarkan usia di RSUD Wates Kulon Progo tahun 2013-2014 terbanyak adalah pada usia 20-35 tahun yaitu 46 (63%). Karakteristik usia 20-35 tahun di RSUD Wates Kulon Progo mengalami peningkatan yaitu dari 22 (61,1%) pada tahun 2013 menjadi 24 (64,9%) pada tahun 2014.
4. Kejadian preeklampsia berdasarkan gravida di RSUD Wates Kulon Progo tahun 2013-2014 terbanyak adalah pada multigravida yaitu 48 (65,8%). Karakteristik multigravida di RSUD Wates Kulon Progo mengalami penurunan yaitu dari 25 (69,4%) pada tahun 2013 menjadi 23 (62,2%) pada tahun 2014.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
54
5. Kejadian preeklampsia berdasarkan protein urin di RSUD Wates Kulon Progo tahun 2013-2014 terbanyak adalah pada ≥+2 yaitu 55 (75,3%). Karakteristik protein urin ≥+2 di RSUD Wates Kulon Progo mengalami peningkatan yaitu dari 27 (75,0%) pada tahun 2013 menjadi 28 (75,7%) pada tahun 2014.
6. Kejadian preeklampsia berdasarkan pekerjaan tertinggi di RSUD Wates Kulon Progo tahun 2013-2014 terbanyakadalah pada penderita yang tidak bekerja yaitu 29 (39,7%). Karakteristik tidak bekerja di RSUD Wates Kulon Progo mengalami penurunan yaitu dari 19 (52,8%) pada tahun 2013 menjadi 10 (27,0%) pada tahun 2014.
7. Kejadian preeklampsia berdasarkan riwayat preeklampsia tertinggi di RSUD Wates Kulon Progo tahun 2013-2014 terbanyakadalah pada tidak ada riwayat preeklampsia yaitu sebanyak 38 (52,1%). Karakteristik tidak ada riwayat preeklampsia di RSUD Wates Kulon Progo mengalami peningkatan yaitu dari 19 (52,8%) pada tahun 2013 menjadi 21 (56,8%) pada tahun 2014.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
55
B. Saran
Dari kesimpulan diatas beberapa saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah:
1. Bagi mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Diharapkan dapat menambah bahan bacaan bagi mahasiswa kebidanan dan keperawatan tentangkejadian preeklampsia pada ibu hamil.
2. Bagi Tenaga Kesehatan Bidan di ruang poli kandungan, ruang kenanga, dan ruang bersalinRSUD Wates Kulon Progo
Diharapakan agar lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, misalnya mengadakan program-program khusus bagi ibu hamil preeklampsia misalnya mengadakan pemeriksaan tekanan darah dan pemeriksaan protein urin secara rutin.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk peneliti selanjutnya dan mengkaji lebih dalam tentang faktor resiko yang mempengaruhi preeklampsia lainnya seperti riwayat kehamilan ganda, riwayat preeklampsia keluarga, riwayat DM, dan menggunakan data primer sehingga lebih menguatkan dalam menggambarkan kejadian preeklampsia.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
56
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta: RinekaCipta
Ariani, A.P. (2014). Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan Dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Asih Y, Saryono, Kurniati P. (2006). Hubungan Antara Preeklampsia Pada Primigravida Dengan Berat Badan Lahir Rendah Di RSUD Cilacap Periode Januari-Desember 2005. Jurnal Keperawatan Soedirman. 2. (1): 92 Benson, dkk. (2009). Buku saku Obstetri & Ginekologi Edisi 9. Jakarta: EGC Bobak, dkk. (2005). Buku Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Boyle, J.B.M. (2011). Patofisiologi dalam Kebidanan. Jakarta: EGC
Dahlan, M.S. (2009). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Sagungs eto
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta . (2014). Profil Kesehatan DIY Tahun 2014. Yogyakarta
Djannah, S.N, Arianti I.S. (2010). Gambaran Epidemiologi Kejadian Preeklampsia/Eklampsia Di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007-2009. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 13. (4): 378-385
Dly, I.N.M. (2011). Angka Kejadian dan Karakteristik Pasien Preeklampsia Berat Berulang di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSMH Palembang Periode Januari 2009-September 2010. Tesis. Universitas Sriwijaya: Fakultas Kedokteran
Karyati, S, Astuti, D. (2015). Hubungan Indek Massa Tubuh Ibu Hamil Dengan Preeklampsia Di Ruang AN Nisa RS PKU Muhammadiyah Gubug. JIKK. 6. (1): 12-19
Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanandan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Ilaina, F.N., (2013). Gambaran Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Berdasarkan Gravida Tahun 2013 Di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D-3 Kebidanan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
57
Kawuryan, S.T. (2004). Pengaruh Kadar Trombosit, Hematokrit, Hemoglobin Darah dan Protein Urin Pada Ibu Preeklampsia / Eklampsia Terhadap Nilai Apgar Bayi Yang Dilahirkan. 80 Jurnal Kedokteran Brawijaya. XX. (2) Kurniawati, B. (2012). Gambaran Faktor Resiko Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di RSUD Wonosari Tahun 2012. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D-3 Kebidanan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Manuaba, dkk (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: Kedokteran EGC
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika Mochtar. (2008). Sinopsis Obstetri.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC Notoatmodjo, S. (2007).Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
_____________. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan Ed.4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Rozikhan. (2007). Faktor-faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat Di Rumah Sakit Dr. H. Soewondo Kendal. Tesis.Program Pasca Sarjana Keperawatan Universitas Diponegoro
Rukiyah A.Y, Yulianti L. (2010). Asuhan Kebidanan 4 Patologi Ed. Revisi. Jakarta: TIM
Sabarguna, Boy S. (2008). Analisis pada Penelitian Kualitatif Ed. Revisi. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Sugiyono.(2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Tiran, D. (2006). Kamus Saku Bidan. Jakarta: EGC
Utama, S.Y. (2008). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia Berat Pada Ibu Hamil di RSD Raden Mattaher Jambi Tahun 2007. Jambi: Universitas Batanghari Jambi. 8. (2)
Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2.Jakarta: EGC
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
58
Vivian N.L.D, Sunarsih T. (2011). Asuhan kehamilan untuk kebidanan .Jakarta: Salemba Medika
Waugh, S.E.R.J. (2011). Patologi Pada Kehamilan: Manajemen & Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Wiknjosastro. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro hardjo
Wuryandari, A.G, SST., MPH. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsia Di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012
Yulaikhah, L. (2008). Kehamilan: Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Zulkarnain, G. (2012). Hubungan Antara Primigravida dengan Preeklampsia di RSKD ibu dan anak Pertiwi Makassar, RSKD Siti Fatimah Makassar, RSUD haji Makassar 2012. Tesis. Universitas Muhammadiyah Makassar: Fakultas Kedokteran