• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODEPENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODEPENELITIAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

23 3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaboratif, artinya penulis berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru IPA yang mengajar kelas IV SDN 2 Beran Blora. Guru dan peneliti mendiskusikan permasalahan penelitian dan menentukan rencana tindakan. Penelitian juga dilakukan secara partisipatif, artinya penulis dengan dibantu rekan seangkatan secara langsung terlibat dalam penelitian.

3.2 Latar Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Beran Blora. Mata pelajaran yang akan diujikan adalah mata pelajaran IPA. Subjek penelitian dalam peneltian tindakan kelas ini adalah siswa SDN 2 Beran Blora yang berjumlah 22 siswa. Siswa Kelas IV SDN 2 Beran Blora kurang aktif dalam mengikuti mata pelajaran IPA karena pembelajaran IPA lebih sering dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan metode ceramah dan jarang berinteraksi langsung dengan obyek yang sebenarnya dapat dihadirkan atau diamati secara langsung. Hal inilah yang menyebabkan siswa sulit memahami mengenai apa yang dipelajari karena siswa tidak dapat melihat secara langsung obyek yang dipelajari, sehingga hasil belajar IPA menjadi rendah, bahkan ada beberapa siswa yang nilainya masih dibawah dari KKM.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Beran Blora semester II Tahun ajaran 2015/2016, yang jumlah siswanya sebanyak 22 siswa.

(2)

3.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Discovery Learning.

Menurut Budiningsih (2005) metode discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Beran Blora. Keaktifan adalah mengaktifkan siswa secara fisik, namun dalam hal tersebut tidak hanya fisiknya saja tetapi juga merujuk pada kemampuan berpikir siswa, mental dan emosional peserta didik dalam proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada setiap individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar.

3.4 Rencana Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dimana peneliti berkolaborasi dan berkerjasama dengan guru kelas IV SDN 2 Beran Blora. Dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart (Arikunto, Suhardjono, Supardi: 2007). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklusnya meliputi beberapa tahapan yang meliputi perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflection) dalam suatu spiral yang saling terkait. Adapun model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart dapat terlihat pada gambar berikut ini :

(3)

Gambar 2. Skema Prosedur Penelitian

3.4.1 Siklus I 1) Perencanaan

a. Menyusun RPP mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

b. Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa benda-benda dan alat-alat yang akan diamati siswa.

c. Menyiapkan sumber observasi untuk mengamati keaktifan dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran.

d. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis (pilihan ganda) dan lembar kerja siswa.

2) Pelaksanaan

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

b. Guru menjelaskan cara kerja untuk mengamati benda-benda yang berhubungan dengan materi pelajaran yang dibahas pada hari itu.

Pelaksanaan dan Pengamatan Refleksi perencanaan Refleksi perencanaan Siklus I Siklus II Pelaksanaan dan Pengamatan

(4)

c. Siswa mengamati sendiri dan menemukan sendiri tentang benda yang mereka amati dengan teman diskusi sesuai dengan penjelasan yang telah dilakukan oleh guru.

d. Setelah selesai mengamati benda tersebut siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan yang telah mereka temukan.

e. Guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran. 3) Observasi

a. Melakukan pengamatan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode pembelajaran discovery learningpada kelas IV SDN 2 Beran Blora

b. Melakukan pengumpulan data siswa atas keaktifan dan hasil belajar yang siswa peroleh setelah menggunakan metode pembelajaran

discovery learning pada kelas IV SDN 2 Beran Blora. 4) Refleksi

a. Menelaah dan mengoreksi pelaksanaan pembelajaran Siklus I.

b. Mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan apa saja yang terjadi pada pelaksanaan Siklus I.

c. Mengevaluasi proses keaktifan dan hasil belajar pada Siklus I. d. Memperbaiki kelemahan untuk Siklus II.

3.4.2 Siklus II 1) Perencanaan

Data yang telah diperoleh dari siklus I diidentivikasi dan hasil dari observasi pada siklus I dijadikan pedoman agar pada siklus II lebih baik. a. Menyusun RPP kembali pada pelajaran IPA.

b. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada proses pembelajaran. c. Menyiapkan lembar observasi.

d. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis (pilihan ganda) dan lembar kerja siswa.

2) Pelaksanaan

a. Siswa menemukan sendiri hal-hal yang belum mereka ketahui sebelumnya dengan bimbingan guru dan diskusi kelompok.

(5)

b. Dalam diskusi kelompok siswa dibimbing untuk menemukan sendiri hal-hal yang belum mereka ketahui dengan bantuan alat-alat yang berhubungan dengan materi.

c. Siswa diberi kesempatan untuk mebacakan hasil yang telah mereka temukan di depan kelas secara bergantian sesuai dengan kelompok masing-masing.

d. Mengecek jawaban dari penelitian yang telah siswa lakukan. e. Guru dan siswa menyimpulkan materi.

3) Observasi

a. Melakukan pengamatan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan metode pembelajaran discovery learning.

b. Melakukan pengamatan terhadap keterampilan guru dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan metode pembelajaran

discovery learning.

c. Melakukan penilaian keaktifan dan hasil pembelajaran IPA dengan menggunakan metode pembelajaran discovery learning.

4) Refleksi

a. Mengkaji dan menelaah pelaksanaan pembelajaran IPA.

b. Melakukan penilaian proses keaktifan dan hasil pembelajaran IPA. c. Menemukan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran IPA, agar

peneliti ke depannya bisa lebih baik lagi. 3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Data dalam penelitian berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa lembar observasi keaktifan siswa dan lembar observasi guru menggunakan metode Discovery Learning, data kuantitatif berupa tes hasil belajar siswa.

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV setelah melakukan pembelajaran Discovery Learning adalah dengan teknik tes dan observasi.

(6)

a. Teknik Tes

Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pengetahuan peserta didik teknik yang paling tepat digunakan adalah teknis tes. Tes awal pada kondisi sebelum diberikan tindakan yang dilakukan oleh guru adalah instrumen yang tepat sebagai cara pengumpulan data, karena melalui hasil tes awal ini maka akan dapat dilihat sejauh mana perkembangan peserta didik dalam segi kognitif. Selanjutnya setelah hasil tersebut diketahui, maka penulis dapat memulai memberikan perlakuan yang sesuai setelah melakukan observasi sebelumnya. Perlakuan yang diberikan harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik serta diselaraskan dengan model pembelajaran yang digunakan guna menunjang proses pembelajaran.

b. Dokumentasi

Pada instrumen ini, diberlakukan upaya untuk mencari sumber sebanyak-banyaknya yang difungsikan sebagai penunjang dari penelitian. Dokumentasi digunakan sebagai alat ukur dalam perkembangan penelitian selanjutnya. Bermula dari bagaimana keadaan peserta didik, situasi belajar, sarana dan prasarananya sampai keadaan lingkungan di sekitar sekolah tersebut. Dokumnetasi dalam penelitian ini berupa foto-foto jalannya proses penerapan metode discovery learning pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 2 Beran Blora siklus I dan siklus II.

c. Observasi

Observasi dilakukan untuk menilai jalannya pembelajaran sehingga hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyimpulkan hasil pembelajaran tersebut (Arikunto, 2010: 272).Sugiyono (2010: 203) juga berpendapat bahwa observasi dilakukan guna memberikan penilaian yang berkenaan dengan tingkah laku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam, namun Sugiyono menambahkan observasi ini dapat dilakukan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur kegiatan belajar mengajar yang dilakukan baik oleh guru maupun siswa, selain itu juga dilakukan observasi terhadap keaktifan siswa. Adapun penilaian yang

(7)

diberikan dalam observasi yang akan digunakan yakni dengan skala Likert. Sugiyono (2010: 134) memaparkan bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang terhadap keadaan tertentu. Keadaan ini dapat diartikan dengan proses pembelajaran, jadi penilaian yang diberikan berfokus pada aspek dalam pembelajaran.

Aspek dalam pembelajaran ini dijabarkan ke dalam pengamatan yang dilakukan terhadap siswa untuk menggambarkan keseuaian model pembelajaran dengan karakteristik siswa dan guru untuk menggambarkan model pembelajaran dapat digunakan dengan mudah sehingga dapat membantu untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Sugiyono (2010: 134-135) juga menambahkan dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian instrumen tersebut dijadikan titik tolak dalam menyusun item-item instrumen. Item-item-item tersebut dapat berupa pernyataan ataupun pertanyaan. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka tiap butir jawaban dapat diberi skor, misalnya:

Kriteria: 1) Sangat Baik 2) Baik 3) Cukup 4) Kurang Skor: 4 3 2 1 3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi guru, lembar observasi siswa, lembar keaktifan siswa dan lembar tes hasil belajar siklus I dan II. Lembar observasi guru, lembar observasi siswa, lembar keaktifan siswa dan lembar tes hasil belajar siklus I dan II disusun berdasarkan indikator kisi-kisi observasi yang sesuai dengan sintaks metode, keaktifan, dan prosedur penyusunan butir soal. a. Lembar Soal Tes Evaluasi

Soal tes yang diberikan adalah soal tes tertulis berbentuk pilihan ganda.Soal tes tertulis digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan

(8)

dalam pembelajaran. Tes ini diberikan setelah proses belajar mengajar pada setiap pertemuan tiap siklus. Pembuatan lembar tes hasil belajar menggunakan prosedur penyusunan butir soal. Menurut Sudjana (2011:149) langkah-langkah penyusunan instrumen tes tertulis yaitu: (a) memperhatikan persyaratan penyusunan tes tertulis, baik dari aspek materi/isi/konsep, konstruksi maupun bahas, (b) mengacu pada indikator pencapaian, (c) memilih bentuk butir yang sesuai dengan indikator, dalam penelitian ini memilih bentuk pilihan ganda, (d) membuat kunci jawaban dan pedoman penskoran. Untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa, dengan menilai hasil tes evaluasi siswa dengan teknik berikut:

Nilai hasil belajar = 𝑠𝑘𝑜𝑟

𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100

Setelah menghitung nilai hasil belajar atau tes evaluasi, langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata kelas dan persentase ketuntasan belajarnya sebagai berikut:

Nilai rata-rata kelas = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

(9)

Tabel 3. 1

Kisi-Kisi Soal Siklus I Sumber Energi Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Jumlah Soal

8. Memahami berbagai bentuk energy dan penggunaan nya dalam kehidupan sehari-hari 8.1 Mendeskripsik an energi panas dan bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya  Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

 Mendeskripsikan energi panas yang

terdapat di lingkungan sekitar  Mendeskripsikan berbagai macam sumber energi panas  Mendeskripsikan perpindahan panas beserta contohnya dalam kehidupan sehari-hari 1, 3, 4, 7, 8 2, 6, 9, 11, 15, 17, 27, 30 5, 10, 12, 14, 21, 22 13, 16, 18, 19, 20, 23, 24,25, 28, 29 Tabel 3. 2

Kisi-Kisi Soal Siklus II Energi Bunyi

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Jumlah

Soal 8. Memahami berbagai bentuk energy dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari . 8.1Mendeskripsikan energi panas dan

bunyi yang

terdapat dilingkungan sekitar serta sifat-sifatnya  Mengidentifi kasi energi bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar.  Mengidenti-fikasi perambatan bunyi 1, 3, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 22, 24, 30 2, 4, 8, 10, 13, 14, 19, 20 21, 23, 25, 26, 27 28, 29

(10)

b.Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran

Lembar observasi ini terdiri dari dua macam yaitu lembar observasi siswa dan lembar observasi guru. Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur atau menilai proses belajar, yaitu tingkah laku siswa pada saat pembelajaran dan tingkah laku guru pada waktu mengajar. Pengisian lembar observasi ini dilakukan dengan cara memberikan tanda cek (√) pada kolom jawaban lembar observasi guru dan pada lembar observasi siswa. Untuk skala penilaian dan kriteria yang digunakan pada lembar observasi aktivitas guru dalam penelitian ini mengacu pada skala Likert sebagai berikut:

Skor 4: guru melaksanakan pembelajaran dengan „Sangat Baik”. Skor 3: guru melaksanakan pembelajaran dengan “Baik”. Skor 2: guru melaksanakan pembelajaran dengan “Cukup”. Skor 1: guru melaksanakan pembelajaran dengan “Kurang”. Teknik dalam perhitungan yang akan digunakan yaitu :

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = × N 𝑥 100

Keterangan : ∑ x = Jumlah keseluruhan skor yang diperoleh N = Jumlah keseluruhan skor maksimal

(Sumber: Djamarah, 2005:331)

Adapun kategori penggolongan rentang nilai akhir sebagai berikut: 80 ke atas : baik sekali

66 – 79 : baik 56 – 65 : cukup 46 – 55 : kurang 45 ke bawah : gagal

(Sugiyono, 2008: 35)

Adapun lembar observasi dapat dilihat pada kisi-kisi lembar observasi berikut:

(11)

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Lembar Observasi Kinerja Guru

No. Aspek yang dinilai

1. 2.

3.

Kegiatan Pra Pembelajaran Kegiatan Inti Pembelajaran

A. Penjelasan materi pelajaran B. Pendekatan / strategi pembelajaran

C. Pemanfaatan sumber belajar / media pembelajaran D. Penilaian proses dan hasil belajar

E. Penggunaan bahasa Penutup

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa

No. Aspek yang dinilai

1. 2.

3.

Kegiatan Pra Pembelajaran Kegiatan Inti Pembelajaran

A. Memahami materi pelajaran B. Pendekatan / strategi pembelajaran

C. Pemanfaatan sumber belajar / media pembelajaran D. Penilaian proses dan hasil belajar

E. Penggunaan bahasa Penutup

c. Lembar Observasi Keaktifan

Menggunakan metode observasi dengan cara yang paling efektif adalah dengan melengkapi dengan format atau blanko pengamat sebagai instrumen. Lembar observasi dalam penelitian ini adalah lembar observasi keaktifan belajar untuk mengukur peningkatan keaktifan belajar pada saat dilaksanakan tindakan, lembar observasi digunakan pada tiap pertemuan dan setiap individu dinilai keaktifan belajarnya.

Lembar observasi keaktifan belajar disusun setelah membuat kisi-kisi keaktifan siswa. Kisi-kisi-kisi dan lembar observasi keaktifan belajar berdasarkan indikator keaktifan belajar yang dikemukakan Asmani (2011:78) yaitu pengalaman, interaksi, komunikasi dan refleksi. Berdasarkan indikator tersebut maka dijabarkan ke dalam beberapa item pernyataan. Data observasi keaktifan belajar dinilai dengan kategori penskoran dengan mengacu pada skala Likert sebagai berikut.

(12)

Skor 1 = Jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori kurang.

Skor 2 = Jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori cukup.

Skor 3 = Jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori baik.

Skor 4= Jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori sangat baik

Untuk mengetahui keaktifan belajar setiap siswa dalam pembelajaran IPA diperoleh melalui:

Nilai keaktifan siswa = 𝑆𝑘𝑜𝑟𝑘𝑒𝑎�㘵𝑡𝑖𝑓𝑎𝑛𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎𝑎𝑛

Kategori keaktifan belajar dimodifikasi berdasarkan langkah Usman dan Akbar (2006:71) sebagai berikut.

Skor 1 – 1,9 = keaktifan rendah Skor 2 – 2,9 = keaktifan sedang Skor 3 = keaktifan tinggi

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Observasi Keaktifan Belajar Siswa

No Indikator Deskripsi Nomor

pernyataan 1. Interaksi Belajar akan terjadi dan meningkat

kualitasnya bila terjadi dalam suatu interaksi dengan orang lain, misalnya berdiskusi, saling bertanya dan mempertanyakan dan/saling menjelaskan.

1, 2, 3

2. Komunika

si

Pengungkapan pikiran dan perasaan, baik lisan maupun tulis, merupakan kebutuhan setiap manusia dalam rangka

mengungkapkan dirinya untuk mencapai kepuasan.

1, 2, 3

3. Refleksi Bila seseorang mengungkapkan gagasannya

kepada orang lain dan mendapat tanggapan, maka orang itu akan merenungkan kembali (refleksi) gagasannya tersebut kemudian melakukan perbaikan sehingga memiliki gagasan yang lebih mantap lagi.

(13)

d.Dokumentasi

Metode dukumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan lapangan, transkip, buku surat notulen rapat, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:206). Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi foto-foto dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran Siklus I dan Siklus II sebagai bukti bahwa peneliti sudah melakukan penelitian. Dari data tersebut akan dapat diketahui proses-proses yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning.

3.6 Indikator Kinerja

Dengan melihat latar belakang permasalahan dan untuk meningkatkan keaktifan serta hasil belajar, maka indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan keaktifan belajar adalah pengalaman, komunikasi, interaksi dan refleksi. Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah peningkatan hasil belajar siswa baik secara individu maupun klasikal serta ketuntasan belajar. Siswa dinyatakan tuntas ditunjukkan dengan perolehan nilai formatif 70 atau lebih (sesuai KKM).

Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya peningkatan pembelajaran yang diperoleh dari kesepakatan antara guru kelas dan peneliti adalah sebagai berikut :

a) Hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila 85% dari 22 siswa telah berhasil mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 70.

b) Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 75% siswa mencapai kategori keaktifan tinggi, dimana kategori keaktifan siswa: Skor 1 – 1,9 = keaktifan rendah

Skor2 – 2,9 = keaktifansedang Skor 3 = keaktifan tinggi

(14)

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan analisis uji ketuntasan dan analisis deskriptif komparatif. Analisis uji ketuntasan adalah analisis membandingkan skor yang diperoleh dengan KKM. Analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes sebelum perbaikan dengan nilai tes antar siklus. Data kuantitatif yaitu berbentuk angka-angka dan deskriptif kualitatif yaitu berupa kata-kata atau penjelasan. Kemudian hasilnya dianalisis dengan deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai sebelum tindakan, Siklus I dan nilai Siklus II. Kemudian membuat kesimpulan berdasarkan hasil deskripsi data.

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.8.1 Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument Suatu tes atau instrument yang valid adalah instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Taraf validitas empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien validitas (Sugiyono, 2010). Validitas instrumen tes dapat dihitung menggunakan bantuan Software SPSS 16.0 for windows yaitu dengan cara Analyze – Correlate – Bevariate kemudian untuk melihat hasilnya apakah item soal valid atau tidak, dapat dilihat pada output hasil penghitungan, apabila nilai koefisien kurang dari nilai koefisien pada tabel r product moment maka item soal tersebut tidak valid dan tidak dapat digunakan. Setelah dilakukan uji validitas butir soal siklus I, dari 30 butir soal, diketahui bahwa ada 27 butir soal yang dinyatakan valid dan 7 butir soal yang dinyatakan tidak valid. Adapun soal yang valid ditunujukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.6 Hasil Uji validitas Soal Evaluasi Siklus I

No. Soal Jumlah Item Keterangan

4, 11, 15, 18, 19 23, 30 7 Tidak Valid

1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29

23 Valid

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah soal yang tidak valid sebanyak 7 soal sedangkan 23 soal lainnya dinyatakan valid. Selanjutnya, untuk soal evaluasi

(15)

siklus I dipilih sebanyak 20 soal dari soal-soal yang sudah dinyatakan valid. Hasil pengujiannya dilampirkan pada halaman lampiran penulisan ini.

Soal evaluasi siklus II diperoleh jumlah soal yang valid setelah dilakukan uji validitas. Hasil uji validitas pada siklus II ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.7 Hasil Uji validitas Soal Evaluasi Siklus II

No. Soal Jumlah Item Keterangan

2, 3, 8, 22, 29 5 Tidak Valid

1, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25,26, 27, 28, 30

25 Valid

Tabel 3.7 menunjukkan jumlah soal yang valid dan tidak valid. Pada tabel tersebut, dapat diketahui ada 5 soal yang tidak valid dan 25 soal yang valid. Selanjutnya untuk soal evaluasi siklus II dipilih 20 soal dari soal yang sudah valid. Adapun hasil uji validitas dilampirkan pada halaman lampiran.

3.8.2 Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Uji reabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk menguji instrumen soal yang nantinya akan digunakan dalam tes evaluasi setelah pembelajaran dilaksanakan. Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuranya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien reliabilitas ( rtt ). Untuk menentukan tingkat

reliabilitas dengan rtt = α yaitu menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3. 8 Koefisien Reliabilitas

No Koefisien Reliabilitas Kategori

1  ≤ 0, 7 Reliabilitas Rendah

2 0,7 <  < 0,8 Reliabilitas Sedang

3 0,8 < α ≤ 0,9 Reliabilitas bagus

4 α > 0,9 Reliabilitas memuaskan

Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai alpha > 0,7. Reliabilitas suatu instrumen dapat dihitung menggunakan bantuan Software SPSS 16.0 yaitu dengan cara Analyze – Scale – Reliability Analysis atau kemudian untuk melihat hasilnya apakah instrument reliabel atau tidak, dapat dilihat pada output hasil

(16)

penghitungan, apabila nilai alpha () kurang dari 0,7 maka instrumen tersebut tidak reliabel. Adapun hasil reliabilitas pada soal evaluasi siklus I dan II ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3. 9

Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus I Reliability Statistics Cronbach‟s Alpha N of Items .868 22 Tabel 3.10

Hasil Reliabilitas Instrumen Siklus II Reliability Statistics

Cronbach‟s Alpha

N of Items

.894 25

Tabel katogeri koefisien reliabilitas di atas menjelaskan bahwa reliabilitas instrumen pada siklus I dan II berada pada kategori reliabilitas bagus. Hal ini dilihat dengan hasil alpha yaitu 0.868, sedangkan pada siklus II alpha sebesar 0,894. Hasil tersebut menunjukkan bahwa soal evaluasi yang akan digunakan sudah reliabel.

3.9 Tingkat Kesukaran Soal

Uji tingkat kesukaran soal adalah untuk mengetahui seberapa besar derajat kesukaran suatu soal, jika tingkat kesukaran soal seimbang maka dapat dikatakan soal tersebut baik (Arifin, 2014: 266). Arikunto (2013) juga menambahan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu susah dan tidak terlalu sukar. Pedoman dalam menentukan indeks kesukaran suatu soal dijelaskan oleh Arikunto (2013) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

(17)

Hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen soal siklus I dapat dilihat dalam tabel 3.11.

Tabel 3.11

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Siklus I

No Soal Indeks Kesukaran Kriteria

1 0.53 Sedang 2 0.53 Sedang 3 0.47 Sedang 5 0.66 Sedang 6 0.63 Sedang 7 0.75 Mudah 8 0.59 Sedang 10 0.66 Sedang 14 0.69 Sedang 15 0.63 Sedang 16 0.72 Mudah 17 0.63 Sedang 18 0.66 Sedang 19 0.69 Sedang 20 0.66 Sedang 21 0.53 Sedang 22 0.50 Sedang 23 0.63 Sedang 25 0.66 Sedang 28 0.72 Mudah 29 0.63 Sedang 30 0.63 Sedang

Data Tabel 3.11 hasil uji tingkat kesukaran soal siklus I, dapat diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 22 terdapat 3 soal dengan kategori mudah, 19 soal dengan kategori sedang dan 0 (tidak ada) soal dengan kategori sukar. Hasil perhitungan tingkat kesukaran instrumen soal siklus II dapat dilihat dalam tabel 3.12.

(18)

Tabel 3.12

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Siklus II

Data Tabel 3.12 hasil uji tingkat kesukaran soal siklus II, dapat diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran soal pilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak 25 terdapat 6 soal dengan kategori mudah, 19 soal dengan kategori sedang dan 0 (tidak ada) soal dengan kategori sukar.

No Soal Indeks Kesukaran Kriteria

1 0.67 Sedang 3 0.68 Sedang 5 0.63 Sedang 6 0.67 Sedang 7 0.63 Sedang 8 0.71 Mudah 10 0.63 Sedang 11 0.69 Sedang 12 0.66 Sedang 13 0.71 Mudah 14 0.66 Sedang 15 0.53 Sedang 16 0.71 Mudah 17 0.63 Sedang 18 0.69 Sedang 20 0.66 Sedang 21 0.71 Mudah 22 0.69 Sedang 23 0.71 Mudah 25 0.66 Sedang 26 0.59 Sedang 27 0.75 Mudah 28 0.66 Sedang 29 0.75 Mudah 30 0.66 Sedang

Gambar

Gambar 2. Skema Prosedur Penelitian  3.4.1 Siklus I
Tabel 3.6 Hasil Uji validitas Soal Evaluasi Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Selasa, 17 September 2013 latihan dimulai pada pukul 16.00 WIB dikarenakan hari hujan dan kebanyaan atlet datang terlambat, sebelumnya atlet melakukan fitness terlebih

Sulphasalazine dalam dos 3-6 g/hari telah menunjukkan kesan yang baik pada penyakit Crohn aktif; buktinya lebih kukuh pada penyakit di bahagian kolon berbanding de- ngan penyakit

Meneruskan surat dan i Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek/ BRIN Nomor: B /608/E3.3/RA.03/2020 tanggal 21 Juli

Model pola asuh di dalam keluarga secara umum dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki di dalam kesehariannya. Kasus Ade Sara, Dampak Salah

Eurycoma longifolia dapat digunakan sebagai pengobatan alter- natif untuk mencegah dan mengobati osteoporosis pria tanpa menyebabkan efek samping yang terkait dengan

Kelarutan karbamazepin dalam air yang rendah mengakibatkan disolusi merupakan tahap penentu kecepatan bioavailabilitas pada penggunaan secara oral dan tidak tersedia

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas atau kelompok yang secara kultural terpisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan daya tahan jantung paru dengan kondisi psikologis pada mahasiswa program studi Penjaskes FKIP Unila angkatan