NEWS HEADLINES
JAKARTA COMPOSITE INDEX CHART
Peluang IHSG untuk melaju pada teritori positif di pekan ini cukup terbuka, pasalnya dari beberapa indkator teknikal mengkonfirmasikan positif. Hal tersebut tercermin dari indikator MACD dan Stochastics yang mensinyalkan trend IHSG positif. Selain itu, lagging indikator yang terlihat dari MA5 dan MA20 mengkonfirmasikan positif bagi IHSG
JAKARTA INDICES STATISTICS
CLOSE CHANGE VOLUME (Mn) VALUE (Rp Bn)
IHSG 4499.507 -67.045 3,439.84 4,188.67
LQ-45 767.99 -15.839 947.66 2782.28
MARKET REVIEW
MARKET VIEW
Pada perdagangan hari Senin (09/11), IHSG ditutup melemah 67.05 poin (1,47%) ke level 4.449,51 dari level 4.566,55, yang mana dibayangi oleh peluang kenaikan suku bunga acuan AS yang semakin besar ditengah membaiknya data lapangan kerja pada bulan Oktober 2015. Secara sektoral, pelemahan pada IHSG dipimpin oleh industri dasar dan property, yang mana masing-masing melemah sebesar 3,23% dan 2,77%. Akan tetapi, pada pasar regular, penjualan bersih asing sudah mulai terbatas pada level –Rp75,9 milyar. Dari domestik, pelemahan pada IHSG dipicu oleh proyeksi defisit anggaran yang diperkirakan dapat melebar hingga level 2,59% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Alasannya, pemerintah melihat peluang shortfall yang besar pada sisi penerimaan negara, dimana selisih antara realisasi dan target penerimaan pajak diperkirakan melebar hingga Rp180 triliun. Selain itu, IHSG juga sedang dibayangi oleh isu reshuffle cabinet yang mulai menghangat kembali, yang mana menteri bidang ekonomi Jokowi-JK masih masuk dalam sorotan. Dari global, indeks dollar AS, yang mana mengukur nilai tukar AS terhadap sejumlah mata uang dunai, mencapai posisi tertingginya dalam 7 bulan terakhir. Jika data ekonomi AS terus mencatatkan perbaikan yang konsisten, diperkirakan tren penguatan mata uang AS masih akan terus berlanjut. Apalagi, data PDB kuartal III-2015 Indonesia juga dibawah ekspetasi pasar, walaupun menguat jika dibandingkan posisi kuartal II-2015. Dari regional, indeks Nikkei 225 ditutup menguat 377,14 poin (1,96%) dari 19.265,60 ke 19.642,74, yang mana didorong oleh saham eksportir ditengah pelemahan nilai tukar Yen. Sejalan dengan bursa Jepang, indeks Shanghai Composite ditutup menguat 57,10 poin (1,59%) ke level 3.647,14, yang mana merupakan kenaikan tertinggi sejak 20 Agustus 2015. Penguatan pada bursa Tiongkok didukung oleh kinerja positif saham-saham unggulan di bursa Tiongkok, yang mana terdorong oleh rencana regulator sekuritas Tiongkok yang akan melanjutkan aktivitas penawaran saham perdanan (IPO), setelah sempat terhenti sekitar 4 bulan. Padahal, data ekspor Tiongkok tercatat menurun 6.9% YoY, serta aktivitas impor juga melemah 18.8% YoY. Besaran surplus pun masih dibawah estimasi konsensus yang mengharapkan kenaikan hingga US$64.75 milyar. Jika dilihat dari tren sejak 2010, ekspor dan impor terus mengalami penurunan. Adapun, bursa Eropa tentatif bergerak melemah di awal perdagangan.
Presiden Federal Reserve bagian San Francisco, John Williams, berpendapat bahwa saat ini Amerika Serikat (AS) sudah mendekati tingkat pekerjaan penuh dan inflasi nampaknya akan naik menuju level target, seharusnya the Fed mulai menaikkan tingkat suku bunga secara bertahap. Menurutnya, cukup masuk akal untuk mencabut kebijakan akomodasi yang membantu perekonomian hingga saat ini secara bertahap. William merupakan penjabat the Fed yang mendukung kenaikan suku bunga di bulan Desember. Williams, menambahkan bahwa akan ada banyak data ekonomi yang dirilis hingga bulan Desember Sementara itu, data dari pertumbuhan pekerjaan di AS meningkat pada bulan Oktober, yang menekan tingkat pengangguran ke level terendah dalam tujuh tahun dan menjaga Federal Reserve di jalur menuju kenaikan suku bunga sebelum akhir tahun. Ekonomi AS menciptakan 271.000 pekerjaan baru pada bulan lalu, dengan 3.000 di antaranya disumbangkan sektor swasta, Pertumbuhan upah juga memperlihatkan angka mengesankan, dimana upah per jam meningkat dengan kecepatan tahunan tertinggi sejak AS keluar dari resesi pada pertengahan tahun 2009. Sementara tingkat pengangguran turun ke level terendah sejak April 2008 menjadi 5% dari sebelumnya 5,1%. Lebih banyak orang yang memasuki angkatan kerja untuk mencari pekerjaan, di sisi lain juga mengindikasikan tersedianya pekerjaan. Pertumbuhan pekerjaan di AS meningkat pada bulan Oktober, yang menekan tingkat pengangguran ke level terendah dalam tujuh tahun dan menjaga Federal Reserve di jalur menuju kenaikan suku bunga sebelum akhir tahun. Meningkatkan keyakinan bahwa akan ada kenaikan suku bunga Federal Reserve AS di bulan Desember setelah laporan kerja yang solid di pekan lalu, mengakibatkan bursa saham AS pada hari Senin di tutup melemah. Kondisi dari perekonomian Cina tengah di hadapi perlambatan. Posisi tingkat perdagangan internasional tahunan Cina masih mendapatkan tekanan kuat di bulan Oktober, sehingga meningkatkan spekulasi Cina perlu menstimulasi permintaan domestik untuk bisa mencapai target pertumbuhan tahunannya. Data ekonomi Cina yang lemah, menjadi salah satu katalis negatif bagi pasar saham Eropa yang di tutup melemah pada hari Senin. Sentimen dari pasar regional AS dan Eropa tersebut menjadi pemicu sentimen negatif bagi pasar saham Indonesia hari ini, Di satu sisi masih minimnya insentif positif dari dalam negeri,artinya semakin besar peluang tekanan bagi IHSG untuk melanjutkan rally pelemahannya akibat dari adanya katalis negatif dari eksternal tersebut., .
DAILY REPORT
10 November 2015• WIKA berencana rights issue senilai Rp 2,8 tirliun pada semester I 2016 • WIKA akan terbitkan obligasi senilai Rp 6 T, tahap I Rp 1,4 T
• WIKA catat kontrak baru hingga Oktober 2015 capai 55,37% dari target • PTPP akan sesuaikan pendanaan pasca penangguhan PMN Rp 2,25 T • TOTL raih kontrak baru Rp 2 triliun per Oktober 2015
• ACST peroleh kontrak baru Rp 3,1 T, naik 416,66% dari tahun 2014 • PTBA jajaki PLTU US$2,2 miliar
• TOBA fokus jaga margin, incar 40% pendapatan dari PLTU • MEDC akan refinancing utang USD 260 juta
• Progres pabrik semen SMGR di Rembang capai 66,7%, Indarung 64% • SMGR perkirakan oenjualan tahun 2015 tumbuh 2-3% YoY
• INTP siapkan capex hingga Rp 3 triliun
• AMRT harapkan kerja sama pembayaran tiket online dorong penjualan • SPMA targetkan penjualan tahun 2015 sebesar Rp 1,6 triliun
• Laba AISA per 9M15 naik 3% YoY, penjualan naik 23% YoY • GOLL catat rugi Rp 18,11 miliar per 9M15 dari rugi Rp 59,85 juta • Anak usaha LTLS dirikan anak usaha baru (CML)
• Laba BFIN per 9M15 naik 11,5% YoY, pendapatan turun 3,6% YoY • BMRI kaji opsi rights issue
• BMRI targetkan jadi bank terbaik di Asia Tenggara pada tahun 2020 • BBNI akan revaluasi aset untuk perkuat permodalan
• BVIC tidak lebih agresif di tahun 2016, sasar BUKU III pada 2018 • KPIG alokasikan belanja modal Rp 1,2 triliun tahun depan • MYRX akan melakukan penambahan modal tanpa HMETD • Investor minati proyek KPIG di Lido
• BTEL siap luncurkan layanan 4G LTE
Support Level 4475/4451/4411
Resistance Level 4540/4580/4604
Major Trend Down
10 November 2015
10 November 2015
Wijaya Karya (WIKA) berencana melakukan rights issue senilai Rp 2,8 triliun. Dana hasil rights issue rencananya akan dipergunakan untuk pengembangan bisnis perusahaan. Rencana rights issue itu diperkirakan akan dilangsungkan pada semester I 2016. Pemerintah menyetujui aksi korporasi WIKA dalam rangka pencarian dana. Pemerintah ingin menjadi pemegang saham mayoritas di WIKA, atau akan menahan kepemilikan sahamnya tidak boleh kurang dari 55%. Jika rights issue terjadi, diperkirakan dana yang akan diperoleh sebesar Rp 2,8 triliun dengan asumsi harga saham WIKA di level Rp 2.800 per saham.
Wijaya Karya (WIKA) berencana melakukan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) senilai Rp 6 triliun. Penerbitan obligasi berkelanjutan tersebut akan dilangsungkan jika tidak mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN). Penundaan PMN 2016 tidak akan mengganggu pekerjaan pembangunan beberapa proyek strategis yang direncanakan dalam pengajuan PMN WIKA sebesar Rp 4 triliun. Jika WIKA melakukan emisi obligasi, untuk tahap I rencananya akan direalisasikan sekitar Rp 1,4 triliun pada awal tahun 2016 dengan jangka waktu 5 tahun. WIKA menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 1,1 triliun - Rp 1,4 triliun pada tahun 2016. Sebagian dana hasil emisi obligasi akan dipergunakan untuk mendanai capex pada tahun 2016. Jika dana PMN cair, capex WIKA akan sebesar Rp 1,4 triliun. Namun jika PMN tertunda, maka capex WIKA tahun 2016 hanya Rp 1,1 triliun.
Wijaya Karya (WIKA) mencatat kontrak baru hingga akhir Oktober 2015 termasuk penawaran terendah mencapai Rp 17,52 triliun atau mencapai 55,37% dari target kontrak baru tahun 2015 sebesar Rp 31,64 triliun. Perseroan menargetkan pada tahun 2015 akan memperoleh total kontrak dihadapi sebesar Rp 54,39 triliun yang terdiri dari target kontrak baru tahun 2015 sebesar Rp 31,64 triliun dan carry over dari tahun 2014 sebesar Rp 22,75 triliun. Beberapa proyek yang telah diperoleh hingga Oktober 2015, yakni Proyek PLTA Upper Cisokan senilai Rp 930 miliar, Proyek Bendungan Passelorang, Sulawesi Selatan (Rp463 miliar), Proyek New Priok Container Keureto, Nangroe Aceh Darussalam (Rp 403 miliar), Proyek Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi Tahap I senilai Rp 355 miliar, Proyek Jalan Non Tol (JLNT) Ciledug (Rp 351 miliar), Proyek Bendungan Logung Jawa Tengah (Rp 584,9 miliar), Proyek Pembangunan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (Rp 289,39 miliar), Proyek Double Track Jatinegara-Manggarai (Rp 363,26 miliar), Proyek Jalan Tol Solo-Kertosono (Rp 625 miliar). Di samping proyek infrastruktur, perseroan saat ini juga tengah mempersiapkan diri pada proyek-proyek di bidang oil & gas, bangunan gedung serta pembangkit listrik yang merupakan bagian dari Mega Proyek 35.000 MW.
Pembangunan Perumahan (PTPP) memastikan penangguhan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2,25 triliun akan mempengaruhi Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) perseroan pada tahun 2016. Sejalan dengan penangguhan PMN tersebut, PP akan menyesuaikan dengan rencana yang ada, terutama terkait dengan proyek-proyek yang sebelumnya sudah ditetapkan. Dengan penangguhan tersebut, PTPP segera melakukan penyesuaian untuk mencarikan pendanaan. Selain itu dengan pergeseran pencairan PMN 2016 menjadi masuk ke tahun 2017, PP akan menyesuaikan dengan proyek yang optimis dikerjakan pada tahun 2016. Namun proyek dari pemerintah akan jauh lebih besar daripada swasta untuk tahun 2016. Terkait
dengan hal itu, belanja modal (capex) perseroan pada tahun 2016 belum bisa ditentukan. Sampai dengan Oktober 2015, PP memperoleh kontrak proyek baru sebesar Rp 18,6 triliun, antara lain proyek pembangkit listrik dan infrastruktur.
Total Bangun Persada (TOTL) meraih kontrak baru sebesar Rp 2 triliun hingga periode Oktober 2015. Kontrak baru itu antara lain pembangunan Binus Alam Sutra (phase II), Green Office Park 9 BSD, Pakubuwono Spring Apartement, dan Living Plaza Balikpapan. Perseroan menargetkan kontrak baru tahun 2015 bisa mencapai Rp 3 triliun. Perseroan memperkirakan pendapatan tahun 2015 sebesar Rp 2,3 triliun dengan estimasi laba bersih tahun 2015 mencapai Rp 190 miliar. Hingga periode September 2015 perseroan sudah meraih pendapatan sebesar Rp 1,62 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 150 miliar. Sedangkan belanja modal tahun 2015 sebesar Rp 100 miliar, dimana dana belanja modal yang sudah dikeluarkan hingga kuartal III 2015 sebesar Rp 81 miliar. Untuk tahun 2016, perseroan menargetkan bisa meraih pendapatan sebesar Rp 2,60 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 210 miliar, meski target kontrak baru tahun 2016 sama dengan tahun 2015 yakni Rp 3 triliun.
United Tractors (UNTR) menyebutkan bahwa anak usahanya, yaitu Acset Indonusa (ACST) telah memperoleh kontrak baru sebesar Rp 3,1 triliun atau naik 416,66% dibandingkan dengan pencapaian kontak baru pada tahun 2014 sebesar Rp 600 miliar. UNTR akan fokus kepada sektor konstruksi dan infrastruktur dan ACST akan menjadi penyambung perseroan dalam merealisasikan rencana tersebut. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk mendorong pembangunan infrastruktur. Ke depan konstruksi dan infrastruktur menjadi fokus pengembangan di tahun 2016. Kontribusi dari kontrak tersebut akan masuk ke pendapatan dalam jangka waktu 2-3 tahun ke depan. Saat ini ACST baru memberikan kontribusi sebesar 2% ke pendapatan perseroan dari total pendapatan Rp 38,29 triliun. Acset membeirkan kontribusi maksmal 5% ke profit dalan 3-4 tahun. Selain itu proyek-proyek ACST akan lebih besar ke depan, karena perseroan akan mensinergi ACST dengan Induk usaha yakni Astra International (ASII).
Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) tengah menjajaki pembangunan Pembangkit Listrik tenaga Uap (PLTU) di Riau senilai US$1,8-US$2,2 miliar di mana hasil listriknya akan diekspor ke Malaysia. PLTU tersebut akan dibangun bersama oleh perseroan, Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan perusahaan listrik asal Malaysia, Tenaga Nasional Berhad (TNB).
Medco Energi Internasional (MEDC) akan melunasi (refinancing) utang jatuh tempo senilai USD 260 juta pada tahun depan. Perseroan telah mendapatkan setengah kebutuhan refinancing atau senilai USD 130 juta dari Bank Negara Indonesia (BBNI) tahun ini.
Tahun depan, Medco Energi Internasional (MEDC) akan fokus mengembangkan Blok A di Aceh. Perseroan membutuhkan dana sebesar USD 150 juta untuk mengembangkan Blok A dalam dua tahun. Perseroan memproyeksikan Blok A berkontribusi sebesar USD 70 juta per tahun terhadap EBITDA. Sementara itu, MEDC akan menyelesaikan proyek mini liquefied natural gas (LNG) di Simenggaris. Perseroan juga akan melepas aset-asetnya yang sudah tidak ekonomis. Saat ini, Blok Kampar sudah berada di ambang batas keekonomiannya karena biayanya sudah tinggi.
10 November 2015
10 November 2015
Toba Bara Sejahtera (TOBA) menargetkan kontribusi dari proyek PLTU dapat mencapai 40% dari pendapatan perseroan. Pembangunan PLTU merupakan bagian dari rencana diversifikasi bisnis perusahaan dan untuk mendukung program pemerintah yang ingin menambah pembangkit listrik dengan tenaga batubara. Perseroan berencana membangun independent power producer (IPP) dengan kapasitas hingga 100 MW dengan nilai investasi diperkirakan mencapai USD 100-120 juta.
Toba Bara Sejahtera (TOBA) memilih menjaga rasio profitabilitas di tengah rendahnya harga batubara di pasar dunia, selain melakukan diversifikasi dengan masuk ke bisnis pembangkit listrik. Perseroan akan menurunkan volume produksi dan meningkatkan efisiensi, selain melakukan diversifikasi usaha.
Golden Plantations (GOLL) mencatatkan rugi sebesar Rp 18,11 miliar per September 2015 dibandingkan rugi Rp 59,85 juta pada periode sama tahu sebelumnya. Penjualan turun menjadi Rp 95,38 miliar dari sebelumnya Rp 103,36 miliar
Semen Indonesia (SMGR) memperkirakan penjualan tahun 2015 mengalami pertumbuhan sekitar 2%-3% didorong oleh konsumsi semen nasional yang berangsur membaik menjelang akhir tahun. Sejak Agustus 2015 konsumsi semen meningkat 17,8%, diikuti September tumbuh 5% dan Oktober tumbuh sekitar 5%-6%. Hal ini berimbas pada membaiknya volume penjualan semen oleh perseroan yang sempat mengalami penurunan pada semester I 2015. Meski demikian pertumbuhan tahun 2015 melambat dibandingkan pertumbuhan tahun 2014 sebesar 3,5%. Perseroan memperkirakan pada penutupan tahun 2015 akan tumbuh di kisaran 2% - 3% dari YoY. Perbaikan volume penjualan terbantu oleh menggeliatnya pembangunan infrastruktur pemerintah berupa jalan tol, waduk, gedung bertingkat, pelabuhan dan sebagainya. Sedikitnya pembangunan infrastruktur pemerintah bisa menyerap 50% dari total semen curah. Semen Indonesia menjual semen curah 30% dari total penjualan 28,4 juta ton. Sedangkan semen curah yang terserap untuk pembangunan infrastruktur pemerintah kurang lebih 4,5 juta ton. Penjualan SMGR sekitar 28,4 juta ton, dimana sekitar 30% adalah semen curah atau 9,5 juta ton, sedangkan sekitar 4,5 juta ton untuk infrastruktur. Perkembangan proyek (pembangunan pabrik) Semen Indonesia (SMGR) di Rembang sudah mencapai 66,7% dan yang di Indarung, Sumatera Barat sudah 64%. Perseroan menngharapkan pabrik-pabrik ini bisa mulai beroperasi di akhir tahun 2016. Dengan adanya pembangunan dua pabrik Semen Indonesia di Rembang dan Indarung, produksi semen dapat meningkat, sehingga memenuhi tuntutan pasar.
Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 2-3 triliun pada 2016, lebih rendah dari tahun ini sebesar Rp 4 triliun. Perseroan mengalokasikan capex untuk kebutuhan operasional produksi dan sebagian kecil untuk ekspansi pembangunan pabrik baru. Saat ini, proyek pabrik semen di Pati masih dalam proses perizinan. Sementara itu, INTP optimistis dapat menyelesaikan penambahan kapasitas pabrik di Citeureup pada akhir tahun ini sebesar 4,4 juta ton.
Suparma (SPMA) menargetkan penjualan bersih sebesar Rp 1,60 triliun tahun 2015, dimana hingga September 2015 perseroan sudah meraih 71,8% dari target tersebut yaitu sebesar Rp 1,15
triliun. Laba usaha sudah mencapai 73,7% dari target Rp 144 miliar yaitu sebesar Rp 106,1 miliar. Sedangkan produksi tahun 2015 ditargetkan mencapai 190.000 metrik ton dan penjualan sebanyak 189.000 metrik ton. Harga jual rata-rata produk kertas perseroan naik 3,3% sepanjang September 2015 menjadi Rp 8.090 dari harga jual rata-rata sebelumnya Rp 7.830.
Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) mencatatkan penjualan sebesar Rp 4,50 triliun hingga periode September 2015 naik dibandingkan sebelumnya Rp 3,66 triliun. Laba periode berjalan setelah penyesuaian proforma tercatat Rp 292,15 miliar naik dari sebelumnya Rp 283,56 miliar.
Lautan Luas (LTLS) melalui anak perusahaannya yaitu PT Cipta Mapan Logistik pada 6 November 2015 telah mengambil bagian saham dan menyetorkan modal untuk mendirikan anak perusahaan baru PT Cipta Mandiri Logistik yang didirikan berdasarkan modal dasar Rp 2,5 miliar dan modal disetor Rp 1,5 miliar. Bidang usaha perusahaan baru ini adalah pergudangan, jasa pergudangan dan transportasi. Pemegang saham perusahaan baru ini adalah PT Cipta Mapan Logistik sebanyak 1.485 saham atau 99,8% dan Indrawan Masrin 15 saham atau 0,02%.
Garuda Indonesia (GIAA) meluncurkan pembayaran tiket pesawat secara online di outlet Alfamart, anak usaha Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) guna memberikan kemudahan bagi pengguna jasa angkutan udara. Dalam pemberian layanan tersebut, Garuda Indonesia menggandeng Sumber Alfaria Trijaya sebagai penyedia outlet dan PT Artajasa Pembayaran Elektronis sebagai penyedia jaringan infrastruktur perbankan.
Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) selaku induk toserba Alfamart, Alfamidi, dan Lawson menginginkan kerja sama pembayaran tiket daring (online) dapat membantu meningkatkan penjualan. Kontribusi transaksi pembayaran tiket online terhadap kinerja perseroan tidak signifikan. Kontributor utama masih dari penjualan berbagai barang kebutuhan sehari-sehari maupun kebutuhan pokok. Namun perseoran mengharapkan kerja sama semacam ini akan mendorong konsumen melakukan pembelian di gerai-gerai Alfamart, Alfamidi, maupun Lawson. Kerja sama pembayaran tiket online yang baru dijalin Alfamart ialah dengan Garuda Indonesia (GIAA). Sebelumnya perseroan telah bekerja sama dengan Citilink, AirAsia dan Lion Grup mencakup Lion Air, Batik Air, Wings Air.
Alfamart, anak usaha Sumber Alfaria Trijaya (AMRT), akan memperbanyak gerai toserbanya yang menyediakan fasilitas makan dan minum di tempat. Fasilitas tersebut banyak diadopsi toserba lain, seperti Indomart Point, Circle K, Lawson, dan 7-11. Toserba yang menjadi lokasi nongkrong ini hanya akan disediakan di lokasi tertentu yang potensial. Rencana Alfamart ini bermaksud untuk menangkap peluang berdasarkan keinginan konsumen dengan lebih cepat. Sekarang gerai Alfamart di seluruh Indonesia berjumlah lebih dari 10.000 unit. Sedang Alfamidi mendekati 1.000 unit dan Lawson hampir 100 gerai.
BFI Finance (BFIN) membukukan penurunan pendapatan pembiayaan konsumen per September 2015 menjadi Rp 897,89 miliar dari sebelumnya Rp 931,04 miliar. Beban bunga mencapai Rp 509,06 miliar naik dari sebelumnya Rp 363,73 miliar. Laba bersih meningkat menjadi Rp 454,82 miliar dari sebelumnya Rp
10 November 2015
10 November 2015
408,07 miliar. Laba per saham tercatat naik menjadi Rp 292,1 dari laba per saham tahun sebelumnya Rp 265,5.
Bank Negara Indonesia (BBNI) memilih opsi revaluasi aset untuk memperkuat permodalan dan diproyeksikan terealisasi sebelum akhir Desember 2015. Perseroan berencana mengusulkan pertumbuhan kredit dalam kisaran 15-17% dalam rencana bisnis bank (RBB) tahun 2016.
Bank Victoria International (BVIC) menargetkan masuk kategori BUKU III dengan modal inti di atas Rp 5 triliun pada 2018. Hingga September 2015, modal inti atau ekuitas perseroan mencapai Rp 2,1 triliun. Dalam hal ini, ada berbagai opsi yang akan ditempuh perseroan seperti rights issue, pemupukan laba ditahan dan mengundang investor strategis. Sementara itu, pada tahun depan, BVIC menargetkan pertumbuhan kredit di level 15-18% dan pertumbuhan laba 25%.
Bank Victoria International (BVIC) yakin kondisi tahun 2016 kemungkinan besar tidak jauh lebih baik atau akan sama seperti di tahun 2015. Melihat kondisi tahun depan, perseroan menyatakan lebih tidak agresif. LDR masih akan dijaga di kisaran 78%-79%. Sarana Multigriya Finansial (SMF) memberikan pinjaman kepada Bank Tabungan Negara (BBTN) sebesar Rp 700 miliar. Dana pinjaman yang memiliki tenor pinjaman selama satu tahun dan bunga 8,5% ini akan dimanfaatkan untuk mendukung bisnis pembiayaan yang dikelola BBTN.
Bank Tabungan Negara (BBTN) masih terus mencari dana di luar dana pihak ketiga untuk memenuhi ekspansi kredit perseroan pada tahun ini. Adapun di sisa akhir tahun ini, BBTN akan memperoleh dana mencapai Rp1,2 triliun dari pinjaman, sekuritas, dan pemerintah untuk membiayai rancangan ekspansi tersbut. Bank Mandiri (BMRI) tengah mengkaji opsi rights issue senilai Rp20 triliun pada 2018. Opsi ini dipertimbangkan untuk memupuk permodalan demi memperbesar kemampuan ekspansi dan market cap perseroan.
Bank Mandiri (BMRI) memilih berhati-hati dalam memberikan kredit kepada perusahaan, terutama bagi perusahaan yang meminjam menggunakan dolar namun tidak memiliki keuntungan usaha dalam bentuk dolar. Selain itu perseroan juga sudah melakukan hedging untuk interest swap. Mandiri juga memaksimalkan cabang Mandiri yang ada di luar negeri untuk bisa menyerap dana ekspor yang dilakukan oleh eksportir Indonesia.
Bank Mandiri (BMRI) menargetkan menjadi salah satu bank terbaik di Asia Tenggara pada tahun 2020. Bank Mandiri fokus pada penguatan kualitas aset agar dapat membukukan kinerja positif dan memperkuat persepsi positif investor seiring kondisi ekonomi yang masih fluktuatif. Untuk itu Bank Mandiri terus meningkatkan alokasi pencadangan menjadi 160% pada September 2015. Perseroan pada kuartal III 2015 mencatatkan penyaluran kredit senilai Rp 560,6 triliun, meningkat 10,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 506,5 triliun.
Lippo Karawaci (LPKR) menjajaki pengalihan aset senilai total Rp 1,5 triliun ke Lippo Malls Indonesia Retail Trust (LMIR Trust) di Singapura. Aset tersebut berupa dua mall, yaitu Lippo Mall Kuta
dan Lippo Plaza Yogya. Bila ditambah rumah sakit di Yogya, nilainya dapat menjadi Rp 2,1-2,2 triliun.
MNC Land (KPIG) tengah menjajaki kerja sama dengan investor China di proyek kawasan Lido, Jawa Barat. Investor tersebut akan menambah daftar mitra kerja sama MNC di proyek Lido, setelah Trump Hotel Collection dan Korea Land & Housing Corporation. MNC Land (KPIG) mengalokasikan belanja modal sekitar Rp 1,2 triliun, naik dibandingkan tahun ini yang sekitar Rp 800 miliar. Mayoritas capex akan digunakan sebagai sumber dana pembangunan media tower di Jakarta dan Apartemen One East Residences di Surabaya. Apartemen tersebut terdiri atas 287 unit apartemen dan 144 unit service apartment. Proyek tersebut ditargetkan selesai pada 2017.
Hanson International (MYRX) akan melakukan penambahan modal tanpa HMETD sebanyak 10% dari modal disetor atau 1.533.166.839 lembar saham pada harga Rp 700 per saham. Dana yang diperoleh akan digunakan sebagai tambahan setoran moda pada Mandiri Mega Jaya untuk belanja modal dan perluasan usaha di bidang properti dan atau untuk melakukan investasi pada perusahaan yang bergerak di bidang properti. Bakrie Telecom (BTEL) telah mendapat izin sebagai penyelenggara jasa seluler dari sebelumnya sebagai penyedia layanan sambungan telepon tetap tanpa kabel. Dengan adanya lisensi seluler, perseroan berencana meluncurkan layanan seluler dengan teknologi 4G LTE.
10 November 2015
COMMODITIES DUAL LISTING
Description Price (USD) Change Description Price (USD) Price (IDR) Change
(IDR)
Crude Oil (US$)/Barrel 44,13 0,26 TLKM (US) 40 13.491 -177
Natural Gas (US$)/mmBtu 2,31 0,01 ANTM (GR) 0,01 191 -15
Gold (US$)/Ounce 1092,73 0,43
Nickel (US$)/MT 9580,00 -50,00
Tin (US$)/MT 14575,00 -65,00
Coal (NEWC) (US$)/MT* 52,35 -10,05
Coal (RB) (US$)/MT* 51,70 -11,66
CPO (ROTH) (US$)/MT 625,00 5,00
CPO (MYR)/MT 2147,50 -29,50
Rubber (MYR/Kg) 628,50 -0,50
Pulp (BHKP) (US$)/per ton 808,59 -2,58
*weekly
GLOBAL INDICES VALUATION
Change PER (X) PBV (X)
Country Indices Price
%Day %YTD 2014E 2015F 2014E 2015F
Market Cap (USD Bn)
USA DOW JONES INDUS. 17730,48 -1,00 -0,52 16,07 15,09 3,05 2,89 5.435,2
USA NASDAQ COMPOSITE 5095,30 -1,01 7,59 22,85 19,54 3,66 3,35 8.103,0
ENGLAND FTSE 100 INDEX 6295,16 -0,92 -4,13 15,63 14,61 1,77 1,71 1.629,4
CHINA SHANGHAI SE A SH 3819,44 1,58 12,69 15,54 13,92 1,81 1,66 4.721,8
CHINA SHENZHEN SE A SH 2293,26 1,83 55,11 31,76 22,89 3,65 3,26 2.761,0
HONG KONG HANG SENG INDEX 22726,77 -0,61 -3,72 11,40 10,76 1,20 1,12 1.805,4
INDONESIA JAKARTA COMPOSITE 4499,51 -1,47 -13,92 15,95 13,88 2,35 2,12 349,5
JAPAN NIKKEI 225 19642,74 1,96 12,56 18,74 17,12 1,67 1,56 2.947,6
MALAYSIA KLCI 1686,11 0,02 -4,27 16,38 15,05 1,82 1,72 227,3
SINGAPORE STRAITS TIMES INDEX 2997,72 -0,42 -10,92 13,04 12,36 1,16 1,11 289,2
FOREIGN EXCHANGE FOREIGN EXCHANGE
Description Rate (IDR) Change Description Rate (USD) Change
USD/IDR 13.644,25 80,25 1000 IDR/ USD 0,07 -0,0004
EUR/IDR 14.682,30 -12,19 EUR / USD 1,08 0,0009
JPY/IDR 110,86 0,30 JPY / USD 0,01 0,0000
SGD/IDR 9.592,68 13,99 SGD / USD 0,70 0,0004
AUD/IDR 9.618,65 -1,37 AUD / USD 0,70 0,0003
GBP/IDR 20.629,42 51,20 GBP / USD 1,51 0,0004
CNY/IDR 2.144,48 0,00 CNY / USD 0,16 -0,0002
MYR/IDR 3.117,79 -29,69 MYR / USD 0,23 -0,0034
KRW/IDR 11,79 -0,08 100 KRW / USD 0,09 0,0000
CENTRAL BANK RATE INTERBANK LENDING RATE
Description Country Rate (%) Description Country Rate (%)
FED Rate (%) US 0.25 JIBOR (IDR) Indonesia 8.24
BI Rate (%) Indonesia 7.50 LIBOR (GBP) England 0.51
ECB Rate (%) Euro 0.05 SIBOR (USD) Singapore 0.17
BOJ Rate (%) Japan 0.10 D TIBOR (YEN) Japan 0.13
BOE Rate (%) England 0.50 Z TIBOR (YEN) Japan 0.13
10 November 2015
INDONESIAN ECONOMIC INDICATORS SBI
Description October-15 September-15 Description Rate (%)
Inflation YTD % 2.16 2.24 SBI (9M) 7.10
Inflation YOY % 6.25 6.83 SBIS (9M) 7.10
Inflation MOM % -0.08 -0.05 SBI (12M) 7.15
Foreign Reserve (USD) 100.70 Bn 101.72 Bn SBIS (12M) 7.15
GDP (IDR Bn) 2,866,909.10 2,728,847.00
BUSINESS & ECONOMIC CALENDAR
Date Agenda Expectation
10 Nov US Import Price Index MoM Turun menjadi -0.3% dari -0.7%
10 Nov US Import Price Index YoY Naik menjadi -9.3% dari -10.7%
10 Nov US Wholesale Inventories MoM Turun menjadi 0.0% dari 0.1%
10 Nov US Wholesale Trade Sales MoM Naik menjadi -0.1% dari -1.0%
12 Nov US Initial Jobless Claims Turun menjadi 270 ribu dari 276 ribu
12 Nov US Continuing Claims Naik menjadi 2165 ribu dari 2163 ribu
13 Nov Indonesia BoP Current Account Balance --
13 Nov US Monthly Budget Statement Sekitar -$130.0 Bn
13 Nov US Retail Sales Advance MoM Naik menjadi 0.3% dari 0.1%
13 Nov US Business Inventories Naik menjadi 0.1% dari 0.0%
13 Nov US PPI MoM Naik menjadi 0.1% dari -0.5%
13 Nov US PPI YoY Turun menjadi -1.2% dari -1.1%
Ket: (*) US Time (^) Tentative
LEADING MOVERS LAGGING MOVERS
Stock Price Change (%) Index pt Stock Price Change (%) Index pt
HMSP IJ 97775 2.49 2.82 BBCA IJ 13125 -3.14 -10.59 KLBF IJ 1440 2.49 1.68 ASII IJ 6425 -2.65 -7.23 ISAT IJ 4550 4.72 1.14 BMRI IJ 8700 -3.06 -6.48 BBNI IJ 4875 1.25 1.13 INTP IJ 18475 -6.46 -4.79 TOWR IJ 4350 2.35 1.04 BBRI IJ 10575 -1.17 -3.12 ABMM IJ 2645 7.96 0.55 PGAS IJ 2810 -3.93 -2.85 MIKA IJ 2625 0.96 0.37 INDF IJ 5550 -5.13 -2.69 BMTR IJ 920 2.79 0.36 SMGR IJ 10250 -3.98 -2.57 DSNG IJ 630 5.00 0.33 UNVR IJ 36700 -0.81 -2.34 PLIN IJ 3930 2.08 0.29 MLBI IJ 8400 -8.20 -1.61 UPCOMING IPO'S
Company Business IPO Price
(IDR)
Issued
Shares (Mn) Offering Date Listing Underwriter
Gelombang Seismic Indonesia
10 November 2015
10 November 2015 DIVIDEND
Stock DPS (IDR) Status CUM Date EX Date Recording Payment
DMAS 12.00 Cash Dividend 05 Nov-15 06 Nov-15 10 Nov-15 17 Nov-15
CORPORATE ACTIONS
Stock Action Ratio EXC. Price (IDR) CUM Date EX Date Trading Period
MAIN Rights Issue 4:1 1200.00 06 Nov-15 09 Nov-15
13 Nov – 19 Nov’15
MCOR Rights Issue 100:154 100.00 20 Nov-15 23 Nov-15
27 Nov – 03 Dec’15
BACA Rights Issue 81:8 102.00 24 Nov-15 25 Nov-15
01 Dec – 07 Dec’15
BEKS Rights Issue 1000:256 200-225 07 Dec’15 08 Dec’15
14 Dec – 21 Dec’15
GSMF Rights Issue 32:15 100.00 15 Dec’15 16 Dec’15
22 Dec – 30 Dec’15
AGRS Rights Issue TBA 100.00 15 Dec’15 16 Dec’15
22 Dec – 30 Dec’15
DEFI Stock Split 1:10 -- -- TBA TBA
TIRA Stock Split 1:10 -- -- TBA TBA
TRAM Reverse Stock 5:1 -- -- TBA TBA
GENERAL MEETING
Emiten AGM/EGM Date Agenda
KLBF RUPSLB 10-Nov-15
KBRI RUPSLB 10-Nov-15
BIPI RUPST/LB 10-Nov-15
PICO RUPSLB 11-Nov-15
MCOR RUPSLB 13-Nov-15
MYRX RUPSLB 16-Nov-15
ASII RUPSLB 16-Nov-15
OKAS RUPSLB 16-Nov-15
PSAB RUPSLB 16-Nov-15
UNSP RUPSLB 17-Nov-15
GEMS RUPSLB 17-Nov-15
BLTA RUPST/LB 17-Nov-15
CNKO RUPSLB 19-Nov-15
INDR RUPSLB 20-Nov-15
TOWR RUPSLB 20-Nov-15
10 November 2015
10 November 2015
ISAT
TRADING BUYS1 4400 R1 4635 Trend Grafik Major Up Minor Up
S2 4165 R2 4870
Closing
Price 4550
Ulasan
• MACD line dan signal line indikasi positif • Stochastics fast line & slow indikasi positif • Candle chart indikasi sinyal positif • RSI berada dalam area overbought • Harga berada dalam area upper band Prediksi • Trading range Rp 4400-Rp 4635
• Entry Rp 4550, take Profit Rp 4635
Indikator Posisi Sinyal
Stochastics 87.83 Positif
MACD 10.07 Positif
True Strength Index (TSI) 69.28 Positif
Bollinger Band (Mid) 4140 Positif
MA5 4292 Positif 3,400 3,600 3,800 4,000 4,200 4,400 4,600
April May Jun Jul August September October November ISAT Upward Sloping Channel
4,172.5 4,160 4,139.5 3,958.5 3,958.5 3,955 3,629.36 4,172.5 4,228.75 4,292 4,550 4,550 , 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 ISAT - Stochastic %D(6,3,3) = 90.57, Stochastic %K = 91.47, Overbought Level = 80.00, Oversold Level = 20.00 90.5716
80 20 90.5716 91.468 91.468 -60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 0.0 ISAT - MACD (5,3) = -72.91, Signal() = -50.54
-72.9058 -50.5363 -80.0 -60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 ISAT - TSI(3,5,3) = 69.28, Volume() = 742,100.00
52.9412 0.00000 69.2768 742,100
ISAT - William's % R(14) = -4.03, Volume() = 742,100.00 -4.03226 742,100
Created with AmiBroker advanced charting and technical analysis software http://www amibroker com
LPKR
TRADING BUYS1 1130 R1 1210 Trend Grafik Major Down Minor Down
S2 1050 R2 1290
Closing
Price 1160
Ulasan
• MACD line dan signal line indikasi negatif • Stochastics fast line & slow indikasi negatif • Candle chart indikasi potensi rebound • RSI berada dalam area netral • Harga berada dalam area lower band Prediksi • Trading range Rp 1130-Rp 1210
• Entry Rp 1160, take Profit Rp 1210
Indikator Posisi Sinyal
Stochastics 56.67 Negatif
MACD -9.24 Negatif
True Strength Index (TSI) 23.06 Positif
Bollinger Band (Mid) 1258 Negatif
MA5 1243 Negatif 900 1,000 1,100 1,200 1,300 1,400
April May Jun Jul August September October November
LPKR Wedge Bearish Breakout 1,200 1,200 1,175 1,160 1,160 1,160 1,096.5 1,231.88 1,243 1,257.75 1,306.67 1,306.67 1,310 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 LPKR - Stochastic %D(6,3,3) = 58.90, Stochastic %K = 39.12, Overbought Level = 80.00, Oversold Level = 20.00
39.1204 39.1204 20 58.9036 58.9036 80 -20.0 -10.0 0.0 10.0 20.0 30.0 0.0 LPKR - MACD (5,3) = 17.28, Signal() = 8.92 8.92411 17.2772 -80.0 -60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 LPKR - TSI(3,5,3) = -23.06, Volume() = 28,679,600.00 -12.9864 -23.0649 0.00000 28,679,600 LPKR - William's % R(14) = -94.12, Volume() = 28,679,600.00 -94.1176 28,679,600
10 November 2015
10 November 2015
BISI
TRADING BUYS1 1400 R1 1550 Trend Grafik Major Down Minor Up
S2 1350 R2 1600
Closing
Price 1480
Ulasan
• MACD line dan signal line indikasi positif • Stochastics fast line & slow indikasi positif • Candle chart indikasi sinyal positif • RSI berada dalam area overbought • Harga berada dalam area upper band Prediksi • Trading range Rp 1400-Rp 1550
• Entry Rp 1480, take Profit Rp 1550
Indikator Posisi Sinyal
Stochastics 76.69 Positif
MACD 31.21 Positif
True Strength Index (TSI) 46.28 Positif
Bollinger Band (Mid) 1268 Positif
MA5 1414 Positif 900 1,000 1,100 1,200 1,300 1,400 1,500 1,600 1,700
April May Jun Jul August September October November BISI Upward Sloping Channel
1,414 1,356.25 1,267.75 1,190.45 1,190.45 1,165 1,028.83 1,470 1,480 1,480 1,480 1,567.14 1,567.14 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 BISI - Stochastic %D(6,3,3) = 74.93, Stochastic %K = 77.89, Overbought Level = 80.00, Oversold Level = 20.00
74.9256 74.9256 20 77.8915 77.8915 80 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0 0.0 BISI - MACD (5,3) = -28.10, Signal() = -24.82
-28.0997 -24.821 -80.0 -60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 BISI - TSI(3,5,3) = 46.28, Volume() = 3,886,700.00
45.396 0.00000 46.284
3,886,700
BISI - William's % R(14) = -7.35, Volume() = 3,886,700.00 -7.35294 3,886,700
Created with AmiBroker advanced charting and technical analysis software http://www amibroker com
KAEF
TRADING BUYS1 920 R1 1005 Trend Grafik Major Down Minor Up
S2 865 R2 1060
Closing
Price 965
Ulasan
• MACD line dan signal line indikasi positif • Stochastics fast line & slow indikasi positif • Candle chart indikasi sinyal positif • RSI berada dalam area overbought • Harga berada dalam area upper band Prediksi • Trading range Rp 920-Rp 1005
• Entry Rp 965, take Profit Rp 1005
Indikator Posisi Sinyal
Stochastics 44.57 Positif
MACD 11.59 Positif
True Strength Index (TSI) 45.85 Positif
Bollinger Band (Mid) 883 Positif
MA5 905 Positif 600 700 800 900 1,000 1,100 1,200 1,300 1,400
April May Jun Jul August September October November KAEF Broadening Wedge
900 883.75 883 810 751.667 751.667 686.562 905 965 965 965 1,077.61 1,077.61 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 KAEF - Stochastic %D(6,3,3) = 73.99, Stochastic %K = 84.47, Overbought Level = 80.00, Oversold Level = 20.00
73.991 73.991 20 80 84.4729 84.4729 -20.0 -10.0 0.0 10.0 20.0 30.0 0.0 KAEF - MACD (5,3) = -17.72, Signal() = -11.64
-17.7188 -11.6385 -80.0 -60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 KAEF - TSI(3,5,3) = 45.85, Volume() = 8,810,500.00
26.427 0.00000 45.8517 8,810,500
KAEF - William's % R(14) = -6.06, Volume() = 8,810,500.00 -6.06061 8,810,500
10 November 2015
10 November 2015
BMTR
TRADING BUYS1 890 R1 950 Trend Grafik Major Down Minor Up
S2 860 R2 980
Closing
Price 920
Ulasan
• MACD line dan signal line indikasi positif • Stochastics fast line & slow indikasi positif • Candle chart indikasi sinyal positif • RSI berada dalam area netral • Harga berada dalam area netral
Prediksi • Trading range Rp 890-Rp 950 • Entry Rp 920, take Profit Rp 950
Indikator Posisi Sinyal
Stochastics 25.00 Positif
MACD -9.19 Positif
True Strength Index (TSI) -11.28 Positif
Bollinger Band (Mid) 962 Negatif
MA5 895 Positif 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 2,000
April May Jun Jul August September October November BMTR Downward Sloping Channel
Bullish Breakout 895 889 889 888.75 830 764.091 764.091 920 920 920 925 961.5 1,106.99 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 BMTR - Stochastic %D(6,3,3) = 44.94, Stochastic %K = 61.25, Overbought Level = 80.00, Oversold Level = 20.00
44.9394 44.9394 20 61.2487 61.2487 80 -30.0 -20.0 -10.0 0.0 10.0 20.0 30.0 0.0 BMTR - MACD (5,3) = -2.31, Signal() = 3.23 -2.31412 3.22647 -80.0 -60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 BMTR - TSI(3,5,3) = -11.28, Volume() = 4,662,900.00 -11.2839 -25.7855 0.00000 4,662,900 BMTR - William's % R(14) = -58.14, Volume() = 4,662,900.00 -58.1395 4,662,900
Created with AmiBroker advanced charting and technical analysis software http://www amibroker com
ISSP
TRADING BUYS1 185 R1 202 Trend Grafik Major Down Minor Up
S2 175 R2 212
Closing
Price 190
Ulasan
• MACD line dan signal line indikasi negatif • Stochastics fast line & slow indikasi positif • Candle chart indikasi sinyal positif • RSI berada dalam area netral • Harga berada dalam area upper band
Prediksi • Trading range Rp 185-Rp 202 • Entry Rp 190, take Profit Rp 202
Indikator Posisi Sinyal
Stochastics 80.30 Positif
MACD 2.45 Negatif
True Strength Index (TSI) 16.43 Positif
Bollinger Band (Mid) 174 Positif
MA5 189.6 Positif 100.0 120.0 140.0 160.0 180.0 200.0 220.0 240.0
April May Jun Jul August September October November
ISSP Upward Sloping Channel
189.6 189.125 188.667 188.667 173.8 154 132.297 190 190 190 199 211 211 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 ISSP - Stochastic %D(6,3,3) = 48.25, Stochastic %K = 39.13, Overbought Level = 80.00, Oversold Level = 20.00
39.1266 39.1266 20 48.2546 48.2546 80 -6.0 -4.0 -2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 0.0 ISSP - MACD (5,3) = -0.50, Signal() = -0.73
-0.730985 -0.500078 -80.0 -60.0 -40.0 -20.0 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 ISSP - TSI(3,5,3) = 16.43, Volume() = 62,515,000.00
16.4302
0.00000
23.4578 62,515,000
ISSP - William's % R(14) = -20.00, Volume() = 62,515,000.00 -20
62,515,000
10 November 2015
10 November 2015
THESE RECOMMENDATIONS ARE BASED ON TECHNICAL AND ONLY INTENDED FOR ONE DAY TRADING
Price Support Resistance Indicators 1 Month
Ticker Rec
09-11-15 Entry Exit S2 S1 R1 R2 MACD Stoc* MA5* High Low
Agriculture
AALI Trading Sell 19325 19325 18950 18125 18950 19775 20600 Negatif Negatif Negatif 22100 16725
LSIP Trading Sell 1365 1365 1340 1265 1340 1415 1490 Negatif Negatif Negatif 1585 1310
SGRO Trading Sell 1285 1285 1250 1165 1250 1335 1420 Negatif Negatif Negatif 1400 1010
Mining
PTBA Trading Sell 7500 7500 7375 7175 7375 7575 7775 Negatif Negatif Negatif 7825 5350
ADRO Trading Sell 615 615 600 580 600 630 650 Negatif Negatif Negatif 710 510
MEDC Trading Sell 1110 1110 1095 1065 1095 1125 1155 Positif Negatif Negatif 1315 1065
INCO Trading Sell 2160 2160 2115 2005 2115 2225 2335 Negatif Negatif Negatif 2700 1900
ANTM Trading Sell 337 337 329 307 329 351 373 Negatif Positif Negatif 454 353
TINS Trading Sell 600 600 590 565 590 615 640 Negatif Negatif Negatif 740 585
Basic Industry and Chemicals
WTON Trading Sell 915 915 890 840 890 950 1000 Negatif Negatif Negatif 1090 765
SMGR Trading Sell 10250 10250 10150 9850 10150 10450 10750 Positif Negatif Negatif 11300 8650
INTP Trading Sell 18475 18475 18050 16775 18050 19325 20600 Negatif Negatif Negatif 21025 16000
SMCB Trading Sell 1050 1050 1040 1015 1040 1065 1090 Negatif Negatif Negatif 1160 965
Miscellaneous Industry
ASII Trading Sell 6425 6425 6325 6100 6325 6550 6775 Positif Negatif Negatif 6875 4975
GJTL Trading Sell 590 590 580 555 580 605 630 Negatif Negatif Negatif 690 478
Consumer Goods Industry
INDF Trading Sell 5550 5550 5475 5225 5475 5725 5975 Negatif Negatif Negatif 6425 4960
GGRM Trading Buy 47475 47475 48200 45350 46775 48200 49625 Positif Negatif Positif 48450 39500
UNVR Trading Buy 36700 36525 36925 36125 36525 36925 37325 Positif Negatif Negatif 40000 35350
KLBF Trading Buy 1440 1440 1460 1340 1400 1460 1520 Positif Positif Positif 1610 1250
Property, Real Estate and Building Construction
BSDE Trading Sell 1645 1645 1615 1540 1615 1690 1765 Negatif Negatif Negatif 1795 1235
PTPP Trading Sell 3680 3680 3655 3585 3655 3725 3795 Negatif Negatif Negatif 3930 3350
WIKA Trading Sell 2730 2730 2665 2485 2665 2845 3025 Negatif Negatif Negatif 3150 2485
ADHI Trading Sell 2165 2165 2130 2035 2130 2225 2320 Negatif Negatif Negatif 2410 1790
WSKT Trading Sell 1660 1660 1640 1590 1640 1690 1740 Negatif Negatif Negatif 1770 1525
Infrastructure, Utilities and Transportation
PGAS Trading Sell 2810 2810 2745 2590 2745 2900 3055 Negatif Negatif Negatif 3160 2530
JSMR Trading Sell 4980 4980 4945 4855 4945 5025 5125 Negatif Negatif Negatif 5625 4680
ISAT Trading Buy 4550 4550 4635 4165 4400 4635 4870 Positif Positif Positif 4350 3600
TLKM Trading Buy 2730 2730 2745 2665 2705 2745 2785 Positif Positif Positif 2830 2485
Finance
BMRI Trading Sell 8700 8700 8625 8425 8625 8825 9025 Negatif Negatif Negatif 9650 7150
BBRI Trading Sell 10575 10575 10500 10300 10500 10700 10900 Negatif Negatif Negatif 11700 7975
BBNI Trading Sell 4875 4875 4800 4670 4800 4930 5050 Negatif Negatif Negatif 5375 3800
BBCA Trading Sell 13125 13125 12925 12450 12925 13400 13875 Negatif Negatif Negatif 13775 11300
BBTN Trading Sell 1110 1110 1095 1055 1095 1135 1175 Negatif Negatif Negatif 1230 970
Trade, Services and Investment
UNTR Trading Sell 17900 17900 17575 17000 17575 18150 18725 Negatif Positif Negatif 21200 15225