Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
19
STRATEGI PENINGKATAN EFISIENSI PEMASARAN
KENTANG DI KECAMATAN PULOSARI KABUPATEN
PEMALANG
Marketing Efficiency Strategy of Potato in Pulosari Sub district Pemalang Regency
Tobari*) dan Gugyh Susandy**)
*) Dosen Tetap Unsud
**) Dosen Tetap Prodi Manajemen STIESA
ABSTRAK
Ketinggian daerah dan iklim yang sesuai untuk budidaya kentang, menjadikan Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang sebagai daerah sentra produksi kentang yang potensial. Salah satu permasalahan usahatani kentang di Kecamatan Pulosari adalah pemasaran dan kelembagaan pemasaran yang belum efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui pola saluran pemasaran; 2) mengetahui marjin pemasaran, biaya dan keuntungan pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang; dan 3) mengetahui alternatif strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Saluran pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang ada tiga, yaitu: (I) Petani → Pdg. Pengumpul →
Pdg. Besar → Pdg. Pengecer → Konsumen, (II) Petani → Pdg. Besar →
Pdg. Pengecer → Konsumen, (III) Petani → Pdg. Besar → Pdg. Luar
Daerah → Pdg. Pengecer → Konsumen; 2) saluran II merupakan saluran
pemasaran yang paling efisien karena marjin yang di peroleh lebih kecil dari saluran pemasaran lainnya, biaya pemasaran yang terbesar adalah saluran III sebesar Rp519,00, dan keuntungan yang terbesar terdapat pada saluran I, yaitu sebesar Rp558,5; dan 3) alternatif strategi perbaikan sistem penentuan harga dan penjaminan kualitas kentang sampai ke konsumen dapat dipilih untuk usaha meningkatan efisiensi pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang. Kata kunci: kentang, pemasaran, marjin, strategi
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
20
PENDAHULUAN
Kentang merupakan salah satu jenis tanaman sayuran berupa umbi-umbian yang berasal dari Eropa. Pengembangan budidaya kentang di Indonesia disesuaikan dengan kondisi daerah asal yaitu daerah subtropis Eropa yang membutuhkan iklim sejuk. Dengan demikian kentang hanya dapat dibudidayakan di daerah
ABSTRACT
Pulosari Sub district Pemalang Regency has potency as center of potato’s production. One of obstacles on potato farming in Pulosari Sub district is inefficient on marketing and institutional marketing. The aim of research were: 1) to know pattern of marketing channel; 2) to know marketing margin, cost and profit of potato marketing in Pulosari Sub district Pemalang Regency; and 3) to know strategy alternatives of increasing marketing efficiency of potato in Pulosari Sub district Pemalang Regency. Result of research were: 1) there were 3 potato’s marketing channels in Pulosari Sub district Pemalang Regency, i.e. (I) farmer → collector → wholeseller → retailer → consumer, (II) farmer → wholeseller → retailer → consumer, (III) farmer → wholeseller →
outer seller → retailer → consumer; 2) channel II was the most efficient
marketing channel because its margin smaller than others, the biggest marketing cost was channel III, i.e. Rp519,00 and biggest profit was channel I, i.e. Rp558,5; and 3) strategy alternatives of fixing the system of cost determination and quality assurance of potato could chosen in effort to increase marketing efficiency of potato in Pulosari Sub district Pemalang Regency.
Key words: potato, marketing, margin, strategy
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
21
pegunungan atau dataran tinggi. Budidaya tanaman kentang memberikan beberapa keuntungan, antara lain mampu memberikan penghasilan yang lebih baik daripada jenis sayuran lain. Selain itu, kentang juga mampu disimpan lebih lama sampai harga jualnya meningkat, sedangkan produk hortikultura lainnya cenderung cepat rusak bila tidak segera dijual.
Konsumsi kentang Indonesia rata-rata diperkirakan 2 kg per kapita per tahun yang meliputi 10 persen penduduk (20 juta jiwa) atau kebutuhan kentang tiap tahunnya sekitar 40.000 ton (Sunarjono, 2007). Data ekspor hortikultura dari Departemen Pertanian (2007) menjelaskan bahwa kentang menempati urutan ketiga sebagai komoditas ekspor hortikultura terbesar setelah nenas dan kubis/kol. Kentang merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai perdagangan tinggi dalam pasar dunia. Permintaan pasar yang besar dari dalam dan luar negeri menyebabkan komoditas ini menjadi komoditas ekspor dan impor hortikultura yang cukup diperhitungkan.
Salah satu daerah pembudidayaan kentang dataran tinggi Jawa Tengah di sekitar Gunung Slamet berada di Kabupaten Pemalang, tepatnya di Kecamatan Pulosari. Kecamatan Pulosari memiliki potensi pengembangan budidaya kentang. Ketinggian daerah dan iklim yang sesuai untuk budidaya kentang, menjadikan Kecamatan Pulosari sebagai daerah sentra produksi kentang yang potensial. Hasil produksi kentang granola dari Kecamatan Pulosari
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
22
telah memasuki pasar-pasar di Kabupaten Pemalang, Purbalingga, dan sekitarnya. Sedangkan hasil produksi kentang atlantik dibeli oleh lembaga mitra yang selanjutnya dipasokkan sebagai bahan baku pada suatu industri pengolahan makanan ringan berskala nasional.
Salah satu permasalahan usahatani kentang di Kecamatan Pulosari pemasarannya yang belum efisien. Pemasaran kentang ini perlu diusahakan seefisien mungkin dalam penggunaannya sehingga produk yang dihasilkan oleh usahatani dapat mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Kemudian, kelembagaan pemasaran yang berperan dalam memasarkan komoditas pertanian hortikultura dapat mencakup petani, pedagang pengumpul, pedagang perantara/grosir, dan pedagang pengecer (Kuma’at, 1992). Permasalahan yang timbul dalam sistem pemasaran hortikultura antara lain: kegiatan pemasaran yang belum berjalan efisien (Mubyarto, 1989), dalam artian belum mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen kepada konsumen dengan biaya yang murah dan belum mampu mengadakan pembagian balas jasa yang adil dari keseluruhan harga konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran komoditas pertanian tersebut. Pembagian yang adil dalam konteks tersebut adalah pembagian balas jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
23
dengan kontribusi masing-masing kelembagaan pemasaran yang berperan.
Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui pola saluran pemasaran; 2) mengetahui marjin pemasaran, biaya dan keuntungan pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang; dan 3) mengetahui alternatif strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kecamatan ini adalah sentra produksi kentang di Kabupaten Pemalang. Kondisi iklim, media tanam, serta ketinggian tempat di lokasi ini sesuai dengan syarat tumbuh kentang sehingga lokasi ini merupakan lokasi potensial untuk pengembangan budidaya kentang. Pengambilan data lapangan dilakukan dari bulan Nopember sampai Desember 2008.
Pengumpulan Data
Data yag dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan metode survey, observasi dan
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
24
wawancara secara mendalam (indepth interview) terhadap pelaku pemasaran, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka atau laporan dari instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik, Pemerintahan kabupaten, kecamatan dan desa.
Metode survey dilakukan dengan mengambil sampel responden. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah penarikan sampel Acak Berlapis. Penggunaan metode pengambilan sampel ini disebabkan Koefisien Varians (CV) yang didapat dari hasil perhitungan adalah 0,5385 yang berarti populasi yang diamati heterogen. Populasi petani kentang sebanyak 131 orang dibagi dalam 3 lapisan berdasarkan luas lahan yang digunakan dalam usahatani kentang sehingga didapatkan rentang strata 0,276 ha. Luas lahan setiap strata sebagai berikut: 1) lapisan I = 0,2 − 0,467 ha; 2) lapisan II = 0,468 − 0,735 ha; dan 3) lapisan III = ≥ 0,745 ha. Perhitungan sampel menghasilkan jumlah sampel total sebesar 47 sampel dan setiap lapis mempunyai jumlah sampel sebagai beikut: 1) Lapisan I = 31 sampel; 2) Lapisan I = 11 sampel; dan 3) Lapisan III = 5 sampel.
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat marjin pemasaran, biaya dan keuntungan pemasaran kentang. Analisis kualitatif
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
25
dilakukan untuk melihat pola kelembagaan pemasaran kentang terhadap kinerja usahatani kentang.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Marjin Pemasaran
Analisis pemasaran digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan atau selisih harga di tingkat konsumen akhir dengan harga di tingkat produsen di setiap jalur distribusi kentang. Menurut Soekartawi (1995), perhitungan marjin pemasaran menggunakan rumus sebagai berikut:
ti ji i i ti ji bi si ji
b
M
atau
,
b
M
atau
,
P
P
M
−
=
+
=
−
=
π
π
Keterangan:Mji = Marjin lembaga pemasaran tingkat ke-i
Psi = Harga penjualan lembaga pemasaran tingkat ke-i Pbi = Harga pembelian lembaga pemasaran tingkat ke-i bti = Biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
πi = Keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i
2. Biaya Pemasaran
Besarnya bagian biaya pemasaran untuk setiap pedagang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
26
bRt
bKs
bP
bTrp
bTk
S
i b=
+
+
+
+
Keterangan:Sbi = Besarnya bagian biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i
bTk = Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan lembaga pemasaran tingkat ke-i
bTrp = Biaya transportasi yang dikeluarkan lembaga pemasaran tingkat ke-i
bP = Biaya penyusutan yang dikeluarkan lembaga pemasaran tingkat ke-i
bKs = Biaya kemasan yang dikeluarkan lembaga pemasaran tingkat ke-i
bRt = Biaya retribusi yang dikeluarkan lembaga pemasaran tingkat ke-i
3. Keuntungan
Besarnya bagian keuntungan pemasaran untuk setiap pedagang dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(
b bi)
j iH
H
S
P
S
π
=
−
+
Keterangan:SπPi = Besarnya bagian keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i
Sbi = Besarnya bagian biaya lembaga pemasaran tingkat ke-i
Hj = Harga jual Hb = Biaya harga beli
4.
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
27
Peningkatan Efisiensi PemasaranPeningkatan efisiensi pemasaran ditentukan dengan menggunakan teknik Multi Expert-Multi Criteria Decision Making
(ME-MCDM). ME-MCDM adalah teknik pengambilan keputusan kelompok fuzzy dengan cara menghitung skor setiap alternatif ke-i untuk setke-iap pengambke-ilan keputusan ke-j (Vij) pada semua kriteria (ak) (Yager, 1993). Tahapan metode ini sebagai berikut: a. Menentukan alternatif strategi peningkatan efisiensi
pemasaran kentang. Berdasarkan hasil wawancara mendalam (indepth interview) diperoleh 3 alternatif strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang yang dapat dikembangkan yaitu: 1) perbaikan sistem penentuan harga; 2) penjaminan kualitas kentang sampai ke konsumen; dan 3) perbaikan jadwal pasokan
b. Menentukan kriteria berdasarkan tingkat kepentingan dan hubungannya dalam penentuan strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang. Yang menjadi kriteria dalam penentuan strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang sebagai berikut: 1) kemampuan SDM; 2) permodalan; 3) kontinuitas pasokan; 4) kebijakan pemerintah; 5) alat transportasi; dan 6) kontinuitas permintaan
c. Memilih pakar untuk melakukan penilaian setiap alternatif berdasarkan kriteria dalam analisis strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang. Pakar yang dipilih ada 3 orang
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
28
yang berasal dari Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian − Departemen Pertanian sebanyak 2 orang serta pakar pemasaran dari universitas sebanyak 1 orang.
d. Menetapkan label lingkuistik preferensi fuzzy non numeric, preferensi multi person terhadap suatu kriteria diberikan dengan penilaian skala ordinal 5 yaitu:
ST : Sangat Tinggi (nilai 5) T : Tinggi (Nilai 4)
S : Sedang (nilai 3) R : Rendah (nilai 2) SR : Sangat Rendah (nilai 1)
e. Menentukan bobot masing-masing kriteria dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan (pairwaise comparison) dari teknik AHP
f. Melakukan agregasi kriteria dengan menggunakan rumus: Vij= min [Neg(Wak) ∨ Vij(ak)]
k=1,2,3…i Keterangan:
Neg (Wak) = W q-1+1;
Wak = bobot kriteria ke-k,
Vij (ak) = nilai alternatif ke-i oleh pakar ke-j pada kriteria ke-k
g. Menentukan bobot faktor nilai pengambil keputusan dengan menggunakan rumus:
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
29
+
=
−)
*
(
1
1 r qk
Int
Qk
Keterangan:Q = jumlah skala penilaian; r = jumlah expert
h. Nilai gabungan dihitung dengan menggunakan metode OWA
(Ordered Weighted Average) dengan menggunakan rumus: Vi= f(Vi) = max [Qj
∧
bj]j=1,2,…,m Keterangan:
Vi = nilai total alternatif ke-i Qj = bobot nilai pakar ke-j
bj = urutan dari skor alternatif ke-i yang terbesar ke-j
HASIL DAN PEMBAHASAN Marjin Pemasaran
Analisis besarnya marjin pemasaran dan distribusi untuk masing lembaga pemasaran dan distribusi untuk masing-masing lembaga pemasaran kentang mengikuti jalur pemasaran yang terjadi di Kecamatan Pulosari. Total marjin pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari menurut saluran pemasaran dan lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 1.
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
30
Tabel 1. Marjin pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari menurut lembaga pemasaran dan saluran pemasaran (Rp/kg) Lembaga Pemasaran Marjin Saluran I Marjin Saluran II Marjin Saluran III Pengumpul 300 - - Besar 300 300 300 Luar Daerah/kota - - 300 Pengecer 450 400 400 Total 1.050 700 1.000
Tabel 1 menunjukan bahwa saluran II merupakan saluran pemasaran yang paling efisien karena marjin yang di peroleh lebih kecil dari saluran pemasaran lainnya yaitu sebesar Rp700,00 dengan marjin pemasaran terbesar berada pada pedagang pengecer sebesar Rp400,00 dan marjin terkecil berada pada pedagang besar sebesar Rp300,00. Hal ini disebabkan saluran pemasaran ini tidak memiliki lembaga pemasaran yang terlalu banyak sehingga bagian keuntungan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan saluran pemasaran yang lainnya, selain itu pada pedagang besar dapat membeli langsung ke petani tanpa melalui pedagang pengumpul dengan harga yang relatif lebih rendah dan pengecer dapat menjualnya dengan harga yang relatif tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa jumlah lembaga pemasaran dapat mempengaruhi marjin pemasaran pada saluran pemasaran. Hal tersebut dibuktikan pada
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
31
Saluran II dengan jumlah lembaga pemasaran yang lebih sedikit menyebabkan saluran pemasaran menjadi lebih efisien.
Biaya dan Keuntungan Pemasaran
Komponen pembentuk marjin ada dua, yaitu biaya pemasaran dan keuntungan. Biaya pemasaran merupakan semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam penyampaian komoditas dari produsen ke konsumen. Sedangkan keuntungan merupakan penerimaan yang diperoleh lembaga pemasaran sebagai imbalan dari penyelenggaran fungsi-fungsi pemasaran.
1. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari meliputi biaya transportasi, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan, biaya retribusi dan biaya pemasaran. Biaya tenaga kerja meliputi biaya bongkar muat dan biaya penyortiran atau grading.
Tabel 2. Biaya pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari menurut lembaga pemasaran dan saluran pemasaran (Rp/kg) Lembaga Pemasaran Biaya Pemasaran Saluran I Biaya Pemasaran Saluran II Biaya Pemasaran Saluran III Pengumpul 151,0 - - Besar 170,5 162,5 162,5 Luar Daerah/kota - - 184,5 Pengecer 170,0 160,0 172,0 Total 491,5 322,5 519,0
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
32
Total biaya pemasaran berdasarkan Tabel 2 adalah 1) saluran pemasaran I sebesar Rp491,5; 2) saluran pemasaran II sebesar Rp322,5; dan 3) saluran pemasaran III sebesar Rp 519,00. Berdasarkan ketiga saluran pemasaran tersebut, biaya yang terbesar adalah saluran III. Hal ini disebabkan kentang dijual ke luar kota sehingga akan menambah biaya pemasarannya terutama biaya transportasi, biaya penyusutan serta adanya biaya retribusi.
Pada saluran II, total biaya pemasaran lebih kecil dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Hal ini dikarenakan biaya tenaga kerja pada pedagang besar hanya berupa biaya bongkar muat. Sedangkan pada saluran I, biaya tenaga kerja pada pedagang pengumpul meliputi biaya bongkar muat dan penyortiran/grading. Dan pada saluran III, adanya biaya tambahan yaitu biaya retribusi sehingga biaya pemasaran saluran I dan III lebih besar dibandingkan dengan saluran II.
2. Keuntungan Lembaga Pemasaran
Keuntungan lembaga pemasaran merupakan komponen yang mempengaruhi marjin pemasaran kentang. Pembagian keuntungan lembaga pemasaran kentang yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
33
Tabel 3. Keuntungan lembaga pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari menurut saluran pemasaran (Rp/kg) Lembaga Pemasaran Keuntungan Pemasaran Saluran I Keuntungan Pemasaran Saluran II Keuntungan Pemasaran Saluran III Pengumpul 149,0 - - Besar 129,5 137,5 137,5 Luar Daerah/kota - - 115,5 Pengecer 280,0 240,0 228,0 Total 558,5 377,5 481,0
Total keuntungan yang terbesar berdasarkan Tabel 3 terdapat pada saluran I, yaitu sebesar Rp558,5 dengan bagian keuntungan yang terbesar ada pada pedagang pengecer sebesar Rp280,00 dari harga jual ke konsumen. Besarnya keuntungan ini dikarenakan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan pedagang yang lain dimana pedagang besar membeli kentang melalui pedagang pengumpul. Keuntungan pedagang besar pada saluran II lebih tinggi dibandingkan saluran I, hal ini karena selain harga jual yang lebih tinggi, pedagang besar langsung membeli kentang ke petani dan menjualnya langsung ke pedagang pengecer. Sedangkan saluran II, keuntungan pedagang pengecer lebih tinggi dari saluran yang lain. Hal ini karena saluran II merupakan saluran yang lebih pendek dibandingkan yang lain.
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
34
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran Kentang
Berdasarkan hasil studi literatur dan wawancara mendalam dengan pakar diperoleh 3 alternatif peningkatan efisiensi pemasaran kentang yaitu: 1) perbaikan sistem penentuan harga; 2) penjaminan kualitas kentang sampai ke konsumen; dan 3) perbaikan jadwal pasokan. Berdasarkan tingkat kepentingan dan hubungannya dalam penentuan perumusan strategi peningkatan peningkatan efisiensi pemasaran kentang, faktor-faktor yang berpengaruh akan menjadi kriteria dalam pemilihan alternatif strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut sebagai berikut: 1) kemampuan SDM; 2) permodalan; 3) kontinuitas pasokan; 4) kebijakan pemerintah; 5) alat transportasi; dan 6) kontinuitas permintaan.
1. Penilaian setiap alternatif berdasarkan kriteria
Berdasarkan hasil penilaian pakar terhadap alternatif strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang berdasarkan masing-masing kriteria, diperoleh hasil seperti pada Tabel 4 berikut.
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
35
Tabel 4. Hasil penilaian pakar terhadap alternatif strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang Pakar Alt. Kriteria Penilaian
K1 K2 K3 K4 K6 P1 Alt1 ST T ST S T Alt2 T S ST T T Alt3 R R R T S P2 Alt1 T ST T S T Alt2 ST T ST T T Alt3 R S R T S P3 Alt1 ST ST T R S Alt2 ST S ST S T Alt3 S S R T ST
2. Penentuan bobot kriteria
Pemilihan alternatif strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang berdasarkan hasil penentuan bobot pada masing-masing kriteria dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan berpasangan. Metode yang digunakan adalah manipulasi matriks yaitu matriks diolah untuk menentukan bobot dari kriteria untuk menentukan nilai eigen dengan jalan mengkuadratkan matriks kemudian dihitung jumlah nilai dari setiap baris dan dilakukan normalisasi. Proses dihentikan bila perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari nilai batas tertentu (0,01). Berdasarkan hasil normalisasi pada iterasi ketiga diperoleh perbedaan nilai eigen sebesar 0,001, nilai Consistency Index sebesar 0.0552, Random
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
36
Index sebesar 1,34 dan Consistency Ratio sebesar 0,08387. Konsistensi jawaban pakar dianggap baik bila CR < 0,1. Nilai CR sebesar 0,08387 menunjukkan bahwa penilaian kriteria oleh pakar telah dilakukan secara konsisten. Hasil perhitungan bobot kriteria menggunakan teknik manipulasi matriks dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria, bobot kriteria dan negasinya terhadap strategi peningkatan mutu
No Kriteria Bobot Labe l Negas i 1. kemampuan SDM 0,4928 ST SR 2. Permodalan 0,2840 T R 3. kontinuitas pasokan 0,1864 S S 4. kebijakan pemerintah 0,1521 R T 5. alat transportasi 0,0842 SR ST 6. kontinuitas permintaan 0,0351 SR ST
3. Proses agregasi pada kriteria
Proses agregasi kriteria dilakukan dengan menghitung hasil penilaian pakar terhadap alternatif yang tersedia dipasangkan dengan kriteria penilaian. Hasil dari proses agregasi kriteria disajikan pada Tabel 6.
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
37
Tabel 6. Hasil agregasi kriteria terhadap strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang
Alternatif Strategi
Hasil Penilaian Pakar Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Perbaikan sistem penentuan
harga
T T T
Penjaminan kualitas kentang sampai ke konsumen
T T S
Perbaikan jadwal pasokan R R S 4. Proses agregasi pada pakar
Proses agregasi pada pakar dilakukan dengan metode
Ordered Weighted Average (OWA Operator). Berdasarkan metode tersebut diperoleh bobot nilai Q(k) sebagai berikut:
+
=
−)
*
1
(
1
3 1 5 1Int
Q
Q1 = int [2] = R
+
=
−)
*
2
(
1
3 1 5 2Int
Q
Q2 = int [4] = T
+
=
−)
*
3
(
1
3 1 5 3Int
Q
Q3 = int [5] = STKemudian, dilakukan proses agregasi pakar dengan hasil agregasi sebagai berikut:
V1 = max[ R
∧
R, T∧
R, ST∧
T ] = max [ R, R, T ] = TNilai akhir alternatif 1 = T (Tinggi)
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
38
V2 = max[ R
∧
R, T∧
R, ST∧
T ] = max [ R, R, T ] = TNilai akhir alternatif 2 = T (Tinggi)
V3 = max[ R
∧
R, T∧
S, ST∧
S ] = max [ R, S, S ] = SNilai akhir alternatif 3 = S (Sedang)
Hasil dari proses agregasi pakar ditabulasikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai agregasi pakar terhadap strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang
Alternatif strategi peningkatan efisiensi
pemasaran kentang
Hasil Penilaian Pakar Perbaikan sistem penentuan
harga
Tinggi Penjaminan kualitas kentang
sampai ke konsumen
Tinggi Perbaikan jadwal pasokan Sedang
Berdasarkan hasil proses agregasi pakar terhadap alternatif strategi peningkatan efisiensi pemasaran kentang maka diperoleh hasil, yaitu strategi melalui perbaikan sistem penentuan harga dan penjaminan kualitas kentang sampai ke konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa kedua strategi tersebut dapat dipilih untuk diterapkan dalam meningkatan efisiensi pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang.
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
39
KESIMPULANKesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Saluran pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari Kabupaten
Pemalang ada tiga, yaitu:
I. Petani → Pdg. Pengumpul → Pdg. Besar → Pdg. Pengecer → Konsumen
II. Petani → Pdg. Besar → Pdg. Pengecer → Konsumen
III. Petani → Pdg. Besar → Pdg. Luar Daerah → Pdg. Pengecer → Konsumen
2. Saluran II merupakan saluran pemasaran yang paling efisien karena marjin yang di peroleh lebih kecil dari saluran pemasaran lainnya, biaya pemasaran yang terbesar adalah saluran III sebesar Rp519,00, dan keuntungan yang terbesar terdapat pada saluran I, yaitu sebesar Rp558,5 dengan bagian keuntungan yang terbesar ada pada pedagang pengecer sebesar Rp280,00 dari harga jual ke konsumen.
3. Alternatif strategi perbaikan sistem penentuan harga dan penjaminan kualitas kentang sampai ke konsumen dapat dipilih untuk usaha meningkatan efisiensi pemasaran kentang di Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang.
Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran (Tobari & Gugyh)
40
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian. 2008. Situasi Ekspor Impor sub Sektor Hortikultura. (Online), http://agribisnis.deptan.go.id diakses 17 Maret 2008.
Kuma’at. 1992. Sistem Pemasaran Sayuran Data Tinggi di Provinsi Sulawesi Utara. Thesis MS – FPS IPB. Bogor.
Marimin. 1997. Linguistic Labels Based Methodology for Fuzzy Group Decision Making. Disertasi. Graduate School of Engineering Science. Osaka University.
. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam teknologi Manajerial. IPB Press. Bogor.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Saaty, T. L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin:
Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Soekartawi. 1995. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
. 2002. Prinsip Dasar Pemasaran Hasil-hasil Pertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sunarjono, H. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hal. 1-7.
Yager, R. R. 1993. Non-Numeric Multi-Criteria Multi-Person Decision Making. Kluwer Academic Publishers. New York.