• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN SELF HELP GROUPS TERHADAP TINGKAT STRES PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERIAN SELF HELP GROUPS TERHADAP TINGKAT STRES PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN

SELF HELP GROUPS

TERHADAP TINGKAT

STRES PADA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

Akbar Amin Abdullah1

a. Dosen keperawatan STIKES Duta Gama Klaten, JL. Jogja-Solo Km.5, Klaten 57426

1akbarindah45@gmail.com*

INTISARI

Selama berada di Lembaga Pemasyarakatan, ruang gerak WBP dibatasi dan terisolasi dari masyarakat. Keadaan seperti ini dapat menjadi stressor yang menyebabkan stres pada WBP. Stres yang dirasakan oleh individu dapat menimbulkan upaya untuk melakukan reaksi terhadap stres yang dialami. Reaksi tersebut merupakan suatu aktivitas untuk melakukan penyesuaian diri terhadap situasi perangsang tertentu, yang apabila tidak dapat dilakukan dengan baik akan menyebabkan gangguan fisik maupun psikologi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh self-help groups terhadap tingkat depresi pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan. Desain penelitian menggunakan quasy eksperiment dengan one group pretest – posttest. 20 responden dibagi menjadi 4 kelompok melakukan kegiatanself help groupselama 6 kali dalam tiga minggu untuk menyelesaikan masalah. Data dianalisis mengunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh self help group terhadap tingkat stres WBP di Lembaga Pemasyarakatan ditandai dengan nilai p-value yaitu 0,002 p<0,05.Pengalaman dan informasi yang didapat selama self-help groups dapat dijadikan sumber koping bagi warga binaan sehingga tercapai koping yang adaptif dan masalah stres dapat teratasi.

(2)

SELF-HELP GROUPS ON STRESS LEVEL OF INMATES IN

CORRECTIONAL INSTITUTIONS

Akbar Amin Abdullah1

a. lectures of Nursing STIKES Duta Gama Klaten, JL. Jogja-Solo Km.5, Klaten 57426

1akbarindah45@gmail.com*

ABSTRACT

While locked in correctional institutions, inmates' space is limited and isolated from the community. This situation can be a stressor that causes stress on inmates. The stress felt by the individuals can cause an effort to react to the stress experienced. This reaction is an activity to make adjustments to certain stimulatory situations, which if not done properly will cause physical and psychological disorders. The purpose of this study was to analyze the effect of self-help groups on the level of depression in inmates of correctional institutions. The design of research used quasi experiment with one group pretest - posttest. 20 respondents were divided into 4 self help groups that were held with frequency of 6 times in 3 weeks to solve issues. Data was analyzed using Wilcoxon test. The results showed that there was an effect of self-help groups on the stress level of inmates in correctional institutions marked by a p-value of 0.002 p <0.05. Experience and information obtained during self-help groups can be used as a source of coping for inmates so that adaptive coping can be achieved and stress problems can be overcome.

(3)

PENDAHULUAN

World Health Organization(WHO) menyebutkan bahwa sekitar 450 juta orang di dunia mengalami stres. Data di Indonesia tercatat sekitar 10% dari total penduduk Indonesia mengalami stres (riskesdas, 2013). Warga binaan pemasyarakatan (WBP) merupakan kelompok yang rentan (vulnerable) terhadap masalah kesehatan mental, terutama masalah stres (WHO, 2014). Satu dari tujuh WBP memiliki penyakit psikotik atau depresi berat dan berisiko dua kali lipat mengalami penyakit psikotik atau depresi berat dibandingkan populasi umum. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa lebih dari 50% WBP mengalami stres, baik tingkat stres ringan hingga depresi berat (Ahmad, 2014).

Selama berada di Lembaga Pemasyarakatan, ruang gerak narapidana dibatasi dan mereka terisolasi dari masyarakat. Keadaan seperti ini dapat menjadi stressor yang menyebabkan stres pada narapidana (Siswati & Abdurrahim, 2007). Stres yang dirasakan oleh individu yang menimbulkan upaya untuk melakukan reaksi terhadap stres yang dialaminya. Reaksi tersebut merupakan suatu aktivitas untuk melakukan penyesuaian diri terhadap situasi perangsang tertentu, yang apabila tidak dapat dilakukan dengan baik akan menyebabkan gangguan fisik maupun kejiwaan (Siswati & Abdurrahim, 2007).

WBP yang mengalami stres menunjukkan gejala-gejala atau perilaku yang negatif (Uche N, 2015). Setiap individu mempunyai tingkatan atau

(4)

toleransi stres yang berbeda antara satu dengan yang lain (Siswati & Abdurrahim, 2007).

Kejadian stres pada WBP banyak ditemukan pada warga binaan yang memiliki dukungan sosial yang rendah (kamoyo dkk, 2015). Stressor yang datang akan membuat individu aktif dan selanjutnya menimbulkan reaksi yang beraneka ragam. Jika individu mampu menggerakkan kekuatan, mengatasi dan melawan stressor, maka individu tersebut memiliki tingkat stres yang rendah. Sebaliknya apabila individu tidak dapat mengatasi dan melawan segala bentuk stressor yang dihadapi maka kemungkinan individu akan mengalami tingkat stres yang tinggi (Siswati & Abdurrahim, 2007. Jodi, 2016).

stres merupakan kontributor utama gangguan mental di seluruh dunia. Depresi juga menjadi penyebab bunuh diri, yang jumlahnya mendekati 800.000 per tahun (WHO, 2012). stres pada WBP dapat menimbulkan perilaku negatif, seperti melukai diri sendiri dan perilaku bunuh diri (Gunter. dkk, 2011). Dalam studi pendahuluan, WBP yang mengalami depresi juga menunjukkan risiko bunuh diri, yaitu 4 orang menyatakan ingin bunuh diri dan 7 orang mempunyai pikiran untuk bunuh diri.

Efek destruktif dari stres menggaris bawahi pentingnya perawatan dan rehabilitasi yang tepat bagi WBP (Ahmad, 2014). Perawatan stres ringan dan sedang pada WBP harus segera dilakukan untuk mencegah depresi semakin berat. Perawatan stres meliputi perawatan non-obat (psikoterapi), obat antidepresan (farmakoterapi) atau kombinasi keduanya. Khusus untuk

(5)

individu dengan stres ringan atau sedang, psikoterapi menjadi pilihan utama dalam perawatan depresi (Barth dkk, 2012)

Psikoterapi dalam keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi depresi secara umum antara lain cognitive behavior therapy (CBT), interpersonal terapi, terapi keluarga dan terapi kelompok (Stuart & Laraia, 2001). CBT merupakan gabungan antara terapi kognitif dan terapi perilaku yang menyasar pada pemikiran-pemikiran dan mengubah perilaku pasien yang dirasa menyimpang (Townsend, 2009). Interpersonal terapi mengedepankan komunikasi antar individu sehingga efektif menekan depresi (Willinger. 2014). Terapi keluarga diterapkan dengan melibatkan anggota keluarga dalam mengatasi permasalahan pasien (Stuart & Laraia, 2001).

Terapi kelompok untuk mengurangi stres antara lain kelompok psikoedukasi, kelompok suportif, dan self-help groups (Mosack, 2010). Kelompok psikoedukasi dirancang untuk mengidentifikasi gejala, manajemen gejala, dan keterampilan dalam perawatan pasien (Hughes, 2012). Kelompok suportif dibentuk untuk memberikan dukungan perawatan bagi pasien (Stuart & Laraia, 2001). Sedangkan self-help groups merupakan sekelompok orang dengan permasalahan yang sama dan saling membantu untuk memecahkan permasalahannya (Seekles, 2011).

Penguatan dukungan sosial diperlukan dalam perawatan WBP selama selama di penjara (Sacks, 2007).Self-help groups dipandang sebagai strategi alternatif untuk meningkatkan sistem dukungan dalam kesehatan masyarakat (Brown dkk, 2014). Intervensi ini dapat menjadi sarana membangun dan

(6)

memelihara hubungan sosial pada orang-orang dengan masalah kesehatan mental sehingga terbentuk koping yang adaptif (Aglen dkk, 2015).

Self-help groups telah terbukti efektif untuk mengurangi gejala depresi pada pasien dengan masalah fisik (Matcham dkk, 2014). Intervensi tersebut berfokus pada materi terkait perawatan penyakit (Komatsu dkk, 2012). Karakteristik WBP dan sifat lingkungan penjara dapat menjadi tantangan khusus dalam memberikan perawatan di penjara (Yoon & Slade, 2017). Di dalam Lapas, WBP memiliki keterbatasan untuk menjalin hubungan antar sesama warga binaan dan adanya rasa takut untuk bergaul dengan warga binaan lain (Pardini dkk, 2014). Perawat diharapkan dapat menerapkan strategi yang tepat dalam pembentukan self-help groupspada WBP.

Self-help groups pada WBP terbukti efektif dalam menurunkan kecemasan (Maunder dkk, 2009). Namun, efektivitasself-help groups untuk permasalahan stres belum diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui “Pengaruh Self-Help Groups terhadap Penurunan Tingkat stress pada Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experiment one group pretest – posttest. Desain penelitian ini digunakan untuk melihat pengaruh self-help groups terhadap penurunan tingkat stres pada warga binaan laki-laki. Setiap kelompok akan dilakukan pengukuran sebanyak dua kali sebelum dan setelah intervensi (pre danpost).

(7)

Pengaruh intervensi didapatkan dengan cara mengukur perbedaan hasil pre-post test. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu Lapas laki-laki di Jawa Tengah.

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel 20 orang dengan kriteria inklusi: WBP laki-laki yang mengalami stres, WBP laki-laki-laki-laki dalam rentang usia 19 - 40 tahun, WBP laki-laki yang berpendidikan maksimal SMA/SMK, WBP laki-laki dengan masa pidana lebih dari 1 tahun, WBP yang baru masuk di Lapas kurang dari 8 bulan. Alat penelitian menggunakan modul self help groupdan kuesioner Depressionn, Anxiety and Stress Scales (DASS-42) yang sudah diterjemahkan dalam bahasa indonesia.

Pada tahap awal penelitian, peneliti menentukan jumlah populasi warga binaan pemasyarakatan (WBP) laki-laki pada Lapas yang dijadikan tempat penelitian. Setelah populasi ditentukan, peneliti melakukan kontrol terhadap variabel perancu sehingga dapat meminimalkan bias dan validitas penelitian tercapai. Pelaksanaan intervensi dalam penelitian ini meliputi pre test, pemberian self-help groups dan post test. Sampel sebanyak 30 WBP dibagi menjadi empat kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari tujuh atau delapan WBP. Proses pembentukanself-help groupsterdiri dari pembentukan kelompok, penjelasan konsep self-help groups dan melakukan role play empat langkah kegiatanself-help groups.

Implementasi self-help groups dilakukan dua kali dalam seminggu. Waktu yang dialokasikan pada setiap pertemuan yaitu 60-90 menit.

(8)

Implementasiself-help groups pada tiap pertemuan terdiri dari empat langkah, yaitu memahami masalah, cara untuk menyelesaikan masalah, memilih cara pemecahan masalah dan melakukan tindakan untuk menyelesaikan masalah. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ujiWilcoxondengan perangkat lunak SPSS statistik 17.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Lapas laki-laki di Jawa Tengah akan diinterpretasikan dalam bentuk tabel yang akan dibahas sesuai dengan hasil yang telah didapatkan, meliputi:

Tabel 1. analisis karakteristik responden berdasarkan tingkat stres sebelum diberikanself help group

Tabel 4.4 menjelaskan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat stres sangat berat adalah 9 orang (45%).

Tabel 2. analisis karakteristik responden berdasarkan tingkat stres setelah diberikanself help group

Tabel 2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat stres normal adalah 7 orang (35%).

No Tingkat stres WBP sebelum

diberikan SHG f % 1 Normal 1 5 2 ringan 4 20 3 Sedang 4 20 4 Berat 2 10 5 Sangat berat 9 45 Jumlah 20 100 No Tingkat stres WBP setelah diberikan SHG f % 1 Normal 7 35 2 ringan 4 20 3 Sedang 2 10 4 Berat 2 10 5 Sangat berat 5 25 Jumlah 20 100

(9)

Tabel 3. analisis tingkat stres WBP sebelum dan sesudah diberikan self help group

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa nilai p-value yaitu 0,002 p<0,05 maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji Wilcoxon dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yaitu hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh self help group terhadap penurunan tingkat depresi pada warga binaan laki-laki yang signifikan saat pre test dan post test.

PEMBAHASAN

Tingkat Stres WBP Laki-laki Sebelum diberikan Self Help Group pada penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat stres WBP laki-laki sebelum diberikan self help group cenderung termasuk pada kategori sangat berat. Stres adalah keadaan internal yang diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh (kondisi penyakit, latihan, dll) atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk melakukan koping (Lazarus & Folkman dalam morgan 1986). Stuart (2007), menyatakan bahwa kecemasan timbul karena adanya ancaman terhadap integritas fisik dan ancaman terhadap sistem diri.

Stresspada narapidana dalam menghadapi masa tahanannya adalah suatu keadaan dimana narapidana merasa tidak dapat menyeimbangkan antara situasi yang menuntut dengan perasaannya. Masa pidana dapat

Perbedaan skor SHG

N (Minimum-maksimum) P-value

sebelum

(10)

mempengaruhi emosi para warga binaan. Keadaan seperti ini akan mempengaruhi perasaan para warga binaan yang melibatkan emosinya, seperti perasaan jenuh, kesepian, sedih, takut, cemas, dan perasaan negatif lainnya yang akan berpengaruh terhadap penilaian dirinya (Amiot. et al, 2007). WBP merasa berada dalam keadaan yang terburuk dan memandang keadaan terburuk tersebut sebagai beban yang melebihi kemampuannya (Ekasari & Susanti, 2009).

Stuart dan Laraia (2001) mengklasifikasikan beberapa faktor yang dapat menjadi sumber stres pada seseorang yaitu faktor biologi, psikologi dan sosial kultural (Yusuf, 2015). Stres dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individu. Seseorang yang mengalami stres maka hormon kortisol akan di sekresi oleh tubuh dan akan memicu penigkatan kerja jantung, penyempitan pembuluh darah, peningkatan asam lambung, tergaggunya keseimbangan hormon tubuh dan berbagai gangguan dalam sistem kerja tubuh ( Edwards & Burnard, 2003).

Menurut Ekasari & Susanti (2019) menjelaskan bahwa 15 orang (30%) memiliki tingkat stres yang tinggi. WBP yang baru masuk Lapas mengalami stres yang berbeda-beda yang disebabkan oleh keadaan yang terbatasi dan terisolasi sehingga menjadi stressor. perasaan sedih, setelah menerima hukuman serta rasa bersalah, hilangnya kebebasan, perasaan malu serta kehidupan dalam penjara yang penuh dengan tekanan psikologis dapat memperburuk dan mengintensifkan stressor yang sebelumnya (Segarahayu, 2013).

(11)

Tingkat Stres WBP Laki-laki setelah diberikan Self Help Groups pada penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat stres WBP laki-laki sebelum diberikan self help group cenderung termasuk pada kategori normal. Hasil tersebut menjelaskan bahwa tingkat stres WBP setelah diberikan self help groupsmengalami penurunan dari kategori tingkat stres sangat tinggi menjadi kategori tingkat stres normal. Supportive group therapy merupakan terapi yang diberikan kepada sekelompok orang yang memiliki masalah yang sama serta berniat untuk menyelesaikan masalah tersebut secara bersama-sama dengan saling berbagi pengalaman dan memberi dukungan (Misch, 2000).

salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas Self-Help Group dapat dilihat dari tujuan yang diinginkan oleh peserta kelompok. Selain itu, keaktifan peserta juga sangat mempengaruhi keberhasilan Self-Help Group. Keaktifan peserta dapat mempengaruhi tujuan yang ingin dicapai, jika peserta diskusi tidak aktif dan tidak saling membantu dalam penyelesaian masalah, maka tujuan yang diingankan tidak akan tercapai. Sebaliknya, jika peserta aktif dan saling mendukung satu sama lain maka tujuan yang diinginkan kelompok akan tercapai. Terbukti dari hasil penelitian ini yang menunjukkan adanya penurunan stres pada WBP yang dilakukan dengan alat bantu berupa panduan pelaksanaanSelf-Help Group(lisnawati, 2018).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lisnawati pada tahun 2018, yang menjelaskan bahwa upportive group therapy memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat stres. Penelitian mengenai efektifitas supportive therapy dilakukan oleh Muller & Barash mengungkapkan dalam

(12)

hasil penelitian mereka, bahwa supportive group therapy dapat digunakan untuk psikologi dan gangguan mental (stres, depresi, dan skizofrenia) (Muller & Barrash, 1998).

Pengaruh self help group terhadap tingkat Stres WBP Laki-laki Berdasarkan uji Wilcoxon dengan nilai p-value yaitu 0,002 p<0,05 maka sesuai dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji Wilcoxon dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha, bahwa terdapat pengaruh self help group terhadap penurunan tingkat depresi pada warga binaan laki-laki yang signifikan saat pre test dan post test, dimana sebelum pemberian terapi self help group stres WBP cenderung termasuk pada kategori sangat berat dan setelah diberikanself help group tingkat stres WBPcenderung termasuk pada kategori normal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh hidayati pada tahun 2014 yang menjelaskan bahwa terapi kelompokSelf-Help

Group dapat menurunkan stres secara signifikan pada penderita TB di kota

Semarang (Hidayati, 2014). Penelitian lain mengungkapkan bahwa self help groupdapat digunakan untuk mengatasi masalah psikologi (Novalis, 1989).

Self help group adalah intervensi yang bertujuan agar seseorang dapat mengekpresikan perasaannya dan juga dapat memberi dukungan pada orang lain yang mengalami masalah yang sama sehingga dapat membentuk koping yang adaptif (The Pennsylvania Departement Of Health). Dengan adanya self help group WBP laki-laki yang tinggal di Lapas dapat mengungkapkan permasalahan, perasaan serta situasi yang dialami sehingga membuat stres.

(13)

Stuart & Laria (2001) mengungkapkan bahwa untuk mengatasi stres, seseorang harus memiliki koping yang adaptif sehingga dapt membentuk mekanisme koping dalam menghadapi masalah yang menjadi stresornya. Koping individu dapat ditemukan dari beberapa sumber salah satunya adalah dukungan sosial self help group.

Dalam self help group WBP saling berbagi dalam berbagai pengalaman tentang permasalahan yang dialamiselama di Lapas. Self-help groups dilakukan agar setiap anggota kelompok dapat berbagi pengalaman dan harapan terhadap pemecahan masalah serta menemukan solusi melalui kelompok. Informasi dari anggota kelompok dan solusi yang dapat dilakukan merupakan kekayaan bagi anggota kelompok dan sebagai bahan pertimbangan untuk membantu anggota kelompok yang bermasalah (Pistrang, 2008).

Pengalaman dan informasi yang didapat selama self-help groups dapat dijadikan sumber koping bagi warga binaan sehingga tercapai koping yang adaptif dan masalah stres dapat teratasi. Hal tersebut sesuai dengan karakteristikself-help groupsyang dikemukakan Aglen (2015) yaituself-help groupssebagai proses intrapsikologis, sebagai koping, pembelajaran individu, dan pemberdayaan. Proses intrapsikologis merupakan proses adaptasi psikologis yang berhubungan dengan aspek pemahaman, penerimaan, dan pemaknaan kehidupan. Self-help groups sebagai koping menggambarkan kemampuan seseorang untuk mengendalikan kehidupan. Studi-studi pemberdayaan mengaitkan self-help groups terhadap bagaimana seseorang

(14)

dapat memotivasi dan memobilisasi sumber daya yang miliki untuk memecahkan masalah (Aglen, 2015).

KESIMPULAN

kesimpulan hasil penelitian pengaruh self help groups terhadap penurunan tingkat depresi pada warga binaan dijabarkan sebagai berikut: Tingkat stres WBP sebelum diberikan self help group yang paling banyak adalah kategori tingkat stres sangat berat. Tingkat stres WBP setelah diberikan self help groupyang paling banyak adalah dengan kategori tingkat stres normal. pemberian self help group mempunyai pengaruh terhadap penurunan tingkat stres WBP di Lembaga Pemasyarakatan.

SARAN

Bagi Pelayanan Keperawatan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Stres WBP yang tinggal di Lapas dapat diturunkan dengan pemberian perilaku self help groupyang didalamnya memuat tentang Pengalaman dan informasi yang didapat selama self-help groups dapat dijadikan sumber koping bagi warga binaan sehingga tercapai koping yang adaptif dan masalah stres dapat teratasi. Perawat perlu membentuk kelompokself help groupdisetiap blok yang ada di Lapas untuk mempermudah kinerja perawat dalam menanggulangi terjadinya stres pada WBP yang tinggal di Lapas.

DAFTAR PUSTAKA

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan RI. (2013). Riset kesehatan dasar.

World Health Organization. (2014). Prisons and Health. Copenhagen: WHO Regional Office for Europe.

(15)

Matcham F, Rayner L, Hutton J, Monk A, Steel C, Hotopf M. (2014) Clinical psychology review self-help interventions for symptoms of depression , anxiety and psychological distress in patients with physical illnesses : a systematic review and meta-analysis. Clin Psychol Rev; 34(2): 141-157. doi:10.1016/j.cpr.2014.01.005.

Ahmad, A. (2014). Stress and depression: a comparison study between men and women inmates in Peninsular Malaysia. 2014; 4(2): 153-160. Available from: www.ijhssnet.com/journals/.

Komatsu, H., Hayashi, N., Suzuki, K. et al. (2012) Guided self-help for prevention of depression and anxiety in women with breast cancer. doi:10.5402/2012/716367.

Siswati T. I, Abdurrahim. (2007). Masa hukuman & stres pada narapidana. Fakultas psikologi Universitas islam agung (UNISULA) Semarang. Yoon, I. A., Slade, K.(2017) Outcomes of psychological therapies for

prisoners with mental health problems: a systematic review and

meta-analysis.; 85(8): 783-802. Available from:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/.

Uche, N., Princewill, S. (2015). Clinical factors as predictors of depression in a nigerian prison population clinical factors as predictors of depression in a nigerian prison population. J Psychiatry; 19: 345. doi:10.4172/2378-5756.1000345.

Pardini, J., Scogin, F., Schriver, J., Carolina, S., Wilson, D., Larocca, M. (2014) Efficacy and process of cognitive bibliotherapy for the treatment of depression in jail and prison inmates; 11(2): 141-152. doi:10.1037/a0033378. (kamoyo dkk, 2015).

Maunder, L., Cameron, L., Moss M, et al. (2009). Effectiveness of self-help materials for anxiety adapted for use in prison-a pilot study; 18: 262-271. doi:10.1080/09638230802522478.

World Health Organization.( (2012). Depression: A Global Crisis.

Ekasari, A., Susanti, N. (2009). Hubungan antara optimisme dan penyesuaian diri dengan stress pada narapidana kasus napza di lapas Kelas IIA Bulak Kapal Bekasi. Jurnal Soul,2, (2).

Gunter, T. D., Chibnall, J. T., Antoniak, S. K., Philibert, R. A., Hollenbeck, N. (2011). Predictors of suicidal ideation, suicide attempts, and self-harm without lethal intent in a community corrections sample. J Crim Justice.

(16)

39(3): 238-245. doi:10.1016/j.jcrimjus.2011.02.005.

Yusuf, A. H., Fitryasari, P. K. R., Nihayati, H. E. (2015) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. (Ganiajri F, ed.). Jakarta: Salemba Medikahttps://www.ners.unair.ac.id/ materikuliah/ buku ajar keperawatan kesehatan jiwa.pdf.

Barth, J., Munder, T. Gerger, H. et al. (2012). Comparative efficacy of seven psychotherapeutic interventions for patients with depression: a network. PLoS Med; 10(5): 229-243. doi:10.1176/appi.focus.140201.

Stuart, Gail, W. (2001); Laraia MT. Priciples And Practice Of Psyciatric Nursing. Edisi ke 7. (Schrefer,Sally; Wood, Terri; Stringer T, ed.). St. Louis Missouri: Mosby Inc.

Edwards, D., Burnard, P. A. (2003) systematic review of stress and stress management interventions for mental health nurses. Journal Advance Nursing. 42(2):169-200. doi:10.1046/j.1365-2648.2003.02600.

Townsend, M. C. (2009) Psychiatric Mental Health Nursing: Concepts of Care in Evidence-Based Practice. Philadelphia.

Misch, D. A. (2000) Basic Strategies Of Dynamic Supportive Therapy.

Willinger, U., Wiesegger, G. Eder, H. et al. (2014) Clinical study results from a randomized controlled trial of cognitive behavioural guided self-help in patients with partially remitted depressive disorder. Monika Schl. 178-190. doi:10.1111/papt.12008.

Lisnawati. (2018). Pengaruh supportive group therapy terhadap stres lansia dengan hipertensi di Puskesmas Pudakpayung. Tesis. Fakultas kedokteran departemen ilmu keperawatan UNDIP.

Mosack, V. (2010) Psychiatric Nursing Certification Review Guide for the Generalist and Advanced Practice Psychiatric and Mental Health Nurse. Jones & Bartlett Publisher.

Müller, U., Barash-Kishon, R. (1998). Psychodynamic-supportive group therapy model for elderly Holocaust survivors. International Journal Group Psychother. 1998; 48 (4): 461-475. doi: 10. 1080/00207284. 11491567.

Hidayati, E., Widodo, S. (2014). Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan mengatasi stress pada klien tbc di wilayah kota semarang. Journal Keperawatan. 2014;Vol. 2(No. 3):130-142.

(17)

Seekles, W., Straten, A., Beekman, A., Marwijk, H. Van, Cuijpers, P. (2011) Effectiveness of guided self-help for depression and anxiety disorders in primary care : A pragmatic randomized controlled trial. Psychiatry Res.; 187(1-2): 113-120. doi:10.1016/j.psychres.2010.11.015.

Pistrang N, Barker ÆC, Humphreys ÆK. Mutual help groups for mental health problems : a review of effectiveness studies. 2008: 110-121. doi:10.1007/s10464-008-9181-0.

Sacks, A. N. N. Y., Kressel, D. (2007) In treatment using the client

assessment inventory; 34 (9): 1131-1142.

doi:10.1177/0093854807304346

Brown, D. J. (2004). Stress , Emotions , and Blood Pressure 1 Black American Adults. Western Journal Of Nursing Research 2004;26(5):499-514. doi:10.1177/0193945904265667.

World Health Organization. (2014) Prisons and Health. Copenhagen: WHO Regional Office for Europe.

Aglen, B., Hedlund, M., Landstad, B. J. (2015). Self-help and self-help groups for people with long-lasting health problems or mental health difficulties in a Nordic context : A review: 813-822. doi:10.1177/1403494811425603.

Gambar

Tabel 4.4 menjelaskan bahwa sebagian besar responden dengan tingkat stres sangat berat adalah 9 orang (45%).

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa meskipun siswa mempersepsikan dirinya memiliki kapasitas yang cukup untuk membaca, namun ada suatu potensi yang

Guru Besar yang berperanan sebagai pemimpin berimpak tinggi seperti yang terkandung dalam aspek dan standard kualiti Standard 1 SKPMg2 semestinya berupaya

Bentuk Implementasi Program Pelatihan dan Pembekalan kompetensi yang dilakukan oleh jurnalis anggota Aliansi Jurnalis Independen kota Semarang beserta jurnalis di daerah lainnya

[r]

yaitu dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru mengajar, peningkatan komitmen (commitment), dan kemauan (willingness) serta motivasi (motivation) guru,

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan di MTs Darul Ulum Semarang, peneliti mendapatkan data bahwa dari 42 siswa 16 diantaranya

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kajian tematik maudhu'i yaitu mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang mempunyai tujuan yang satu yang bersama-sama

Ekstrak dari cendawan endofit yang menghasilkan zona hambat menunjukkan bahwa cendawan endofit tersebut memiliki kemampuan untuk memproduksi senyawa ekstraseluler yang