• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN HAK WARIS BAGI ANAK PEREMPUAN DI BALI DALAM PERSPEKTIF KEADILAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERIAN HAK WARIS BAGI ANAK PEREMPUAN DI BALI DALAM PERSPEKTIF KEADILAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN HAK WARIS BAGI ANAK PEREMPUAN DI

BALI DALAM PERSPEKTIF KEADILAN

Oleh: I Nengah Ardika1

Abstract

Law of inheritance under Balinese customary law has made daughters as heirs. This is a fundamental change in view of Balinese customary law is more concerned with the male lineage. In this study addressed two issues namely 1) What is the basic consideration of granting inheritance rights for girls in Bali? 2) Does the inheritance under customary law Bali already reflect justice?. This study uses normative legal research, that examines the conflict of norms between Decision The Assembly General MUDP Bali No. 01 / KEP / PSM-3 / MDP Bali / X / 2010, Decision of Supremen Court regarding heirs of men and women in customary law system similarly, patriarchy. Legal materials collected through library research. The analysis is conducted qualitatively. Philosophically, granting inheritance rights to daughters in Bali reflects substantive justice. Legally granting inheritance rights in accordance reflect gender equality. Sociologically, the equality between men and women is in conformity with the times. Inheritance under customary law Bali already reflect justice. The Assembly decision MUDP Bali Agung No. 01 / KEP / PSM-3 / MDP Bali / X / 2010 is a product of gender responsive laws.

Keywords: daughters, inheritance right, Balinese customary law and justice. Abstrak

Hukum wars menurut hukum adat Bal telah membuat anak perempuan sebaga ahl wars. Hal n adalah perubahan mendasar dalam hukum adat Bal yang lebh memperhatkan gars keturunan lak-lak. Dalam peneltan n dbahas dua permasalahan yatu 1) Bagamanakah dasar pertmbangan pemberan hak wars bag anak perempuan d Bal? dan 2) Apakah pembagan warsan menurut hukum adat Bal sudah mencermnkan keadlan? Peneltan n merupakan peneltan hukum normatf, yang menelt mengena konflk norma antara Keputusan Majels Umum MUDP Bal Nomor 01 / KEP / PSM-3 / MDP Bal / X / 2010, Keputusan Pengadlan tentang ahl wars lak-lak dan perempuan dalam hukum adat sstem patrark. Bahan hukum dkumpulkan melalu stud kepustakaan. Analss dlakukan secara kualtatf. Secara flosofs, pemberan hak wars untuk anak perempuan d Bal mencermnkan keadlan substantf. Secara hukum, pemberan hak wars mencermnkan kesetaraan gender. Secara sosologs, kesetaraan antara lak-lak dan perempuan sudah sesua dengan perkembangan zaman. Warsan menurut hukum adat Bal sudah mencermnkan keadlan. Keputusan Majels MUDP Bal Agung Nomor 01 / KEP / PSM-3 / MDP Bal / X / 2010 adalah produk gender hukum responsf.

Kata kunc: anak perempuan, hak waris, hukum adat Bali dan keadilan.

(2)

I. PENDAHULUAN

Hukum wars merupakan bagan dalam lapangan hukum prvat yang menunjukkan aneka warna hukum d Indonesa. Hukum adat wars d Indonesa berada pada alam pkran tradsonal yang bersend atas prnsp-prnsp yang tmbul dar alran-alran pkran komunal. Pembagan warsan ddasarkan pada ketentuan hukum adat yang berbeda d masng-masng daerah.

Pada dasarnya pembagan warsan ddasarkan pada hukum adat, namun dalam perkembangannya, apabla terjad permasalahan maka ahl wars akan menyelesakannya melalu lembaga pengadlan. Hal n dapat dlhat pada Putusan Mahkamah Agung tanggal 23 Oktober 1961, No.179/K/SIP/1961 yang memutuskan anak lak-lak maupun anak perempuan d tanah Karo berhak atas warsan orang tua dalam art bagan anak lak-lak sama dengan anak perempuan. Putusan hakm yang juga menentukan ahl wars adalah Putusan Mahkamah Agung tanggal 3 Desember 1958, Nomor 200 K/SIP/1958. Dalam putusan tersebut dnyatakan bahwa menurut hukum Adat Bal yang berhak mewars hanyalah keturunan pra dan phak keluarga pra dan anak angkat lelak.

Putusan hakm yang berbeda mengena ahl wars d Batak Karo dan Bal yang menganut sstem patrlneal menmbulkan dua kemungknan yakn keadlan dan bas gender. John Jay

menyatakan justice is indiscriminately due to all, without regard to numbers, wealth, or rank.2 Keadlan pada

dasarnya tanpa dskrmnas kepada semua orang, tanpa memperhatkan tngkatan, kekayaan dan perngkat. Putusan hakm juga dapat menmbulkan bas gender. Mengena bas gender oleh hakm, Har Chand menyatakan:

Since judges as well as other law officers have their biases against women, their decisions are most influenced by their biases. Four elements have been pinpointed by feminists, the legal framework, legal literacy, access to the court and fair treatment in the courts as necessary in order to avoid exclusion of women from justice.3

Kedua putusan yang berbeda dalam sstem patrark tentu ddasarkan pada pertmbangan yang berbeda pula. Dalam perkembangannya, hak wars bag anak perempuan mula dperhatkan dalam masyarakat adat d Bal. Pada tahun 2010 melalu Keputusan Pesamuhan Agung MUDP Bal Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP Bal/X/2010, anak perempuan yang ninggal kadaton terbatas dberkan hak wars. Oleh sebab tu sangat menark untuk membahas mengena

“Pemberian Hak Waris Bagi Anak

2 Achmad Al, 2009, Menguak Teori

Hukum (Legal Theory dan Teor Peradlan (Judicialprudence) Termasuk Intepretas Undang-undang (Legisprudence), Kencana, Jakarta, hlm. 221.

3 Har Chand, 1994, Modern Jurisprudence, Internatonal Law Book Servces, Kuala Lumpur, hlm. 335.

(3)

Perempuan di Bali Dalam Perspektif Keadilan.”

Berdasarkan latar belakang yang telah durakan sebelumnya, maka dapat drumuskan permasalahan sebaga berkut:

a. Bagamanakah dasar pertmbangan pemberan hak wars bag anak perempuan d Bal?

b. Apakah pembagan warsan menurut hukum adat Bal sudah mencermnkan keadlan?

Orgnaltas peneltan dlakukan dengan membandngkan beberapa peneltan lan, dantaranya:

1. Kedudukan Hak Mewars Wanta Hndu dalam Sstem Hukum Adat Wars d Bal yang dtuls oleh N Luh Gede Isa Praret pada Jurnal Hukum Unverstas Brawjaya, Malang. Dalam peneltan n durakan mengena kesesuaan mengena ketentuan tdak memberkan hak mewars bag anak perempuan dengan perkembangan masyarakat hukum adat Bal dan tndakan yang dlakukan agar anak perempuan d Bal mendapatkan hak mewars. Dalam peneltan tersebut, fokus peneltan adalah nferortas anak perempuan dalam hak mewars4 sedangkan

dalam peneltan n justru membahas pemberan hak wars bag anak perempuan d Bal.

4 N Luh Gede Isa Praret, 2015, Kedudukan Hak Mewaris Wanita Hindu dalam Sistem Hukum Adat Waris di Bali, Jurnal Hukum Unverstas Brawjaya, Malang.

2. Hak Wars Anak Perempuan dalam Hukum Wars Adat Bal yang dtuls oleh I Gede Dharman Gunawan, pada Jurnal Satya Dharma, STAHN Tampung Penyang, Palangkaraya. Dalam peneltan Peneltan n mengkaj mengena kelemahan poss perempuan dalam memperoleh hak wars menurut hukum adat Bal,5 sedangkan

peneltan n mengkaj mengena analss keadlan dalam dasar pertmbangan pemberan hak wars bag anak perempuan d Bal.

3. Mengks Ketdakadlan Gender dalam Adat Bal, yang dtuls oleh N Ketut Sr Utar. Dalam peneltan tersebut dbahas mengena hukum wars dalam hukum adat Bal yang bas gender dan perlunya rekonstruks sosal untuk mewujudkan keadlan gender dalam hukum wars d Bal,6 sedangkan dalam peneltan

n dbahas mengena hak wars bag perempuan tu sendr sesua dengan perkembangan Keputusan Pesamuhan Agung MUDP Bal Nomor 01/KEP/ PSM-3/MDP Bal/X/2010 dan

5 I Gede Dharman Gunawan, 2015, Hak Waris Anak Perempuan dalam Hukum Waris Adat Bali, Jurnal Satya Dharma, STAHN Tampung Penyang, Palangkaraya.

6 Ketut Sr Utar, 2006, Mengikis Ketidakadilan Gender dalam Adat Bali, dsampakan pada Temu Ilmah II Asosas Pengajar dan Pemnat Hukum Berspektf Gender se Indonesa (APPHGI), pada 18-20 September 2006, d Surabaya.

(4)

membandngkannya dengan berbaga yursprudens.

Tujuan peneltan n terdr dar tujuan umum dan tujuan khusus. Pertama Tujuan umum dalam peneltan n adalah untuk menganalss pemberan hak wars bag anak perempuan d Bal dalam perspektf keadlan.

Tujuan khusus dalam peneltan n adalah:

a. Untuk menganalss dasar pertmbangan pemberan hak wars bag anak perempuan d Bal.

b. Untuk menganalss pembagan warsan menurut hukum adat Bal sudah mencermnkan keadlan.

II METODE PENELITIAN

Peneltan n menggunakan pendekatan yurds normatf yang mengkaj mengena konflk norma antara Keputusan Pesamuhan Agung MUDP Bal Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP Bal/X/2010, Putusan MA mengena ahl wars lak-lak dan perempuan pada sstem hukum adat yang sama yakn patrarkh.

Jens pendekatan yang dgunakan adalah pendekatan perundang-undangan (the statute approach) dengan mengkaj peraturan perundang-undangan dan yurspubdens. Pendekatan konsep hukum (analitical and conseptual approach) juga dgunakan dalam mengurakan varable mengena hukum wars, perempuan dan keadlan.

Bahan hukum berasal dar bahan hukum prmer yakn Keputusan Pesamuhan Agung MUDP Bal Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP Bal/X/2010, Putusan Mahkamah Agung tanggal 23 Oktober 1961, No.179/K/SIP/1961, Putusan Mahkamah Agung tanggal 3 Desember 1958, Nomor 200 K/ SIP/1958 dan nstrumen hukum terkat. Bahan hukum sekunder dperoleh dar lteratur-lteratur yang relevan dengan pembahasan.

Pengumpulan bahan hukum yang dgunakan dalam peneltan n adalah melalu teknk stud kepustakaan. Dokumen dan lteratur hukum dkumpulkan dan drujuk sebaga bahan dalam peneltan.

Analss bahan hukum dlakukan secara kualtatf dengan menjelaskan mengena kajan hukum adat Bal khususnya mengena kewarsan bag perempuan dalam perspektf keadlan. Hasl peneltan durakan secara deskrptf analts.

III PEMBAHASAN

3.1 Dasar Pertimbangan Pembe-rian Hak Waris Bagi Anak Perempuan di Bali

Masalah pewarsan serngkal menmbulkan persoalan. Wars merujuk pada hak dan kewajban terhadap harta kekayaan dar seseorang pada waktu a mennggal duna akan beralh kepada orang lan yang mash hdup. Pengaturan masalah wars d Indonesa berada pada lapangan hukum perdata, oleh sebab tu, ketentuan

(5)

hukum wars tunduk pada hukum adat, hukum perdata (BW) atau hukum yang dplh.

Pembagan warsan d Bal dsesuakan dengan sstem kekerabatan masyarakat Bal yang menganut sstem purusha. Pada mulanya, yang berhak mendapatkan warsan d Bal hanyalah keturunan pra dar keluarga phak pra dan anak angkat lak-lak sebagamana yang dperkuat dalam Putusan MA tanggal 3 Desember 1958, Nomor 200 K/SIP/1958. Secara flosofs, Putusan MA tanggal 3 Desember 1958, Nomor 200 K/SIP/1958 menganut teor keadlan partkular (Particular justice) dmana keadlan dpandang dar ss budaya. Putusan n dkatakan oleh masyarakat Bal karena sesua dengan hukum adatnya, namun belum tentu adl bag masyarakat lan.

Putusan MA tanggal 3 Desember 1958, Nomor 200 K/SIP/1958 juga mendasarkan pada teor HAM yakn teor relatvsme budaya (cultural relativism theory). Gagasan tentang relatvsme budaya memandang bahwa satu-satunya sumber keabsahan hak dan kadah moral adalah kebudayaan. Menurut gagasan n, hak asas manusa danggap akan dpaham menurut konteks kebudayaan d masng-masng negara.7 Hak asas manusa

dpandang sebaga nteraks soso-kultural, dengan demkan pandangan mengena kemanusaan bukanlah hal

7 Rhona K.M. Smth et.al., 2010, Hukum Hak Asasi Manusia, Pusat Stud Hak Asas Unverstas Islam Indonesa (PUSHAM UII), Yogyakarta, hlm. 20

yang unversal, namun sesua dengan trads masng-masng bangsa.8

Secara yuridis, Putusan MA tanggal 3 Desember 1958, Nomor 200 K/SIP/1958 sejalan dengan hukum adat Bal yang menark gars keturunan pada gars purusa yang secara umum adalah lak-lak. Dalam pandangan tradsonal yang mash kuat mendomnas alam pkran masyarakat Bal, pewars adalah seorang ayah (lak-lak). Dalam logka n, harta warsan dturunkan melal gars lak-lak sehngga semua harta adalah mlk lak-lak, sedangkan perempuan bukanlah pemlk harta. Dalam hukum adat Bal yang berdasarkan pada sstem kekeluargaan kepurusa, orang-orang yang dapat dperhtungkan sebaga ahl wars dalam gars pokok keutamaan dan gars pokok penggant adalah para lak-lak dalam keluarga bersangkutan, sepanjang tdak putus haknya sebaga ahl wars.9

Secara sosiologis, Putusan MA tanggal 3 Desember 1958, Nomor 200 K/SIP/1958 tdak dapat dpsahkan dengan nla-nla dalam masyarakat Bal. Hukum wars adat sangat erat hubungannya dengan sfat-sfat kekeluargaan dar masyarakat hukum yang bersangkutan beserta

8 I Dewa Gede Atmadja, 2010, Hukum Konstitusi Problematika Konstitusi Indonesia Sesudah Perubahan UUD 1945, Setara, Malang, hlm 207-208, (selanjutnya dsebut I Dewa Gede Atmadja I).

9 Wayan P. Wnda dan Ketut Sudantra, 2006, Pengantar Hukum Adat Bali, Lembaga Dokumenta dan Publkas Fakultas Hukum Unverstas Udayana, Denpasar, hlm. 117-118.

(6)

pengaruhnya pada harta kekayaan yang dtnggalkan dan berada pada masyarakat tu. D sampng tu, hukum wars adat tdak hanya mendapat pengaruh dar perubahan-perubahan sosal, tetap juga dar peraturan-peraturan hukum asng sejens yang oleh para hakm selalu dterapkan in concreto walaupun pengaruhnya sangat kecl.10

Hukum dan nla-nla sosal budaya masyarakat tu ternyata berkatan erat dmana hukum yang bak tdak lan adalah hukum yang mencermnkan nla-nla yang hdup dalam masyarakat.11 Kehdupan

masyarakat Bal yang menempatkan kewajban bag anak lak-lak (kecual dalam status perkawnan nyentana) menjad dasar pertmbangan bahwa ahl wars hanyalah anak lak-lak saja.

Perkembangan sstem pewarsan dalam hukum adat Bal mengkut perkembangan zaman dmana hukum wars dalam hukum adat Bal kn telah memberkan tempat bag anak perempuan. Dalam Keputusan Pesamuhan Agung MUDP Bal Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP Bal/X/2010, tanggal 15 Oktober 2010 memberkan hak wars bag anak perempuan yang ninggal kadaton terbatas. Mereka yang ninggal kedaton terbatas dmungknkan mendapatkan harta

10 C. Dew Wulansar, 2010, Hukum Adat Indonesia Suatu Pengantar, Refka Adtama, Bandung, hlm. 74.

11 Ll Rasdjd dan Ira Thana Rasjd, 2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Ctra Adtya Bakt, Bandung, hlm. 80.

warsan ddasarkan atas asas ategen asuwun (dua berbandng satu), dengan saudaranya yang berstatus purusa. Ninggal kedaton terbatas yatu ninggal kedaton tetap dalam batas tertentu mash memungknkan melaksanakan swadharma sebaga umat Hndu.12

Berdasarkan Keputusan tersebut, golongan ninggal kadaton terbatas adalah sebaga berkut.

1. Perempuan yang melangsungkan perkawnan biasa.

2. Lak-lak yang melangsungkan perkawnan nyentana/nyeburin. 3. Telah dangkat anak (kaperas

sentana) oleh keluarga lan sesua dengan agama Hndu dan hukum adat Bal.

4. Menyerahkan dr (makidihang raga) kepada keluarga lan atas kemauan sendr.

Secara filosofis, Keputusan Pesamuhan Agung MUDP Bal Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP Bal/X/2010 memberkan rasa keadlan kepada perempuan yang sebelum adanya keputusan tersebut dkesampngkan dalam pembagan warsan. Menurut Rawls ddasarkan keadlan pada asasnya dmana setap orang harus mempunya hak atas kebebasan.13

Keputusan Pesamuhan Agung MUDP Bal Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP

12 Wayan P. Wnda, N Made Wast dan N Luh Arjan, 2012, Pewarisan Perempuan Menurut Hukum Adat di Bali, Udayana Unversty Press, Denpasar, hlm. 80.

13 B. Aref Sdharta, Meuwissen 2008, Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, dan Filsafat Hukum, Refka Adtama, Bandung, hlm. 87.

(7)

Bal/X/2010 ddasarkan pada keadlan global (global justice). Persamaan antara lak-lak dan perempuan harus dlakukan pada semua aspek dalam kehdupan, bukan hanya dalam ruang lngkup kewajban namun juga dalam ruang lngkup hak.

Persamaan hak dan kewajban antara lak-lak dan perempuan dalam pewarsan merupakan cermnan dar penegakan HAM. HAM adalah hak-hak yang dberkan langsung oleh Tuhan yang Maha Pencpta (hak-hak yang bersfat kodrat). Pada hakkatnya, dua hak dasar yang palng fundamental dalam hak asas manusa adalah hak persamaan dan hak kebebasan.14 Persamaan hak

n berakar dar teor unversals (universalist theory) hak asas manusa. Dcermat dar pertmbangan bahwa kesetaraan hak antara lak-lak dan perempuan merupakan hukum yang hdup d seluruh Indonesa, maka keadlan yang danut adalah keadlan substantf. Tolok ukur hukum adl, lebh mengutamakan doelmatigheid darpada rechtsmatigheid.15

Secara yuridis, dmasukkan perempuan sebaga ahl wars tdak lepas dar perjuangan hak asas manusa dan pergerakan kaum perempuan yang terlegtmas dalam nstrumen hukum. Dalam Universal Declaration of Human Rights dsebutkan: “…in

14 Zanuddn Al, 2010, Filsafat Hukum, Snar Grafka, Jakarta, hlm. 146.

15 I Dewa Gede Atmadja, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Temati dan Historis, Setara, Malang, hlm. 85, (selanjutnya dsebut I Dewa Gede Atmadja II).

the equal rights of men and women...” Ketentuan tersebut ddervas dalam Konvens perempuan yang memlk prnsp-prnsp persamaan substantve, yakn persamaan kesempatan, akses dan penkmatan manfaat, prnsp nondskrmnas dan prnsp kewajban negara.16

Secara sosologs, persamaan kedudukan antara lak-lak dan perempuan sudah sesua dengan perkembangan zaman. Kenyataannya banyak anak perempuan yang lebh bertanggung jawab kepada keluarganya dar anak lak-lak meskpun anak perempuan tersebut sudah melangsungkan perkawnan. Dtnjau secara harafah, kata “perempuan” berasal dar akar Bahasa Melayu yang berart empu atau ndk, artnya member hdup.17 Sebaga pember

hdup sudah selayaknya perempuan memlk kedudukan yang setara dengan lak-lak dalam hal mewars.

3.2 Pembagian Warisan Menurut Hukum Adat Bali yang Mencerminkan Keadilan

Pada mulanya, yang dpandang sebaga ahl wars dalam masyarakat adat Bal adalah yang berstatus hukum purusa (pada umumnya adalah lak-lak) yakn sebaga penerus keturunan

16 Moert Hadat Soeroso, 2011, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis-Viktimologis, Snar Grafka, Jakarta, hlm. 48.

17 Abdul Wahd dan Muhammad Irfan, 2001, Perlindungan Korban Kekerasan Seksual Advokasi atas Hak Asasi Perempuan, Refka Adtama, Bandung, hlm. 29.

(8)

dalam kewajban pemujaan pura leluhur (kawtan). Berdasarkan pertmbangan n maka wajar bla Putusan MA tanggal 3 Desember 1958, Nomor 200 K/SIP/1958 sejalan dengan hukum adat Bal, desa pakraman dan alam kehdupan masyarakat Bal.

Hukum harus mengkut perkembangan masyarakat agar hukum tdak tertnggal. Putusan MA tanggal 3 Desember 1958, Nomor 200 K/SIP/1958 tdak sesua dengan keadlan dan perkembangan zaman saat n. Putusan tersebut menmbulkan dskmnas terhadap perempuan. Dalam Putusan MA tanggal 3 Desember 1958, Nomor 200 K/SIP/1958 terlhat bahwa hukum bersfat pallocentris. Bag feminist legal theory, hukum dbangun dan dkonstrukskan dalam logka lak-lak. Akbatnya hukum telah menyumbang kepada penndasan terhadap perempuan.18

Sstem hukum dengan domnas lak-lak n menempatkan perempuan pada poss subordnat.19 Budaya

patrark yang dpertahankan dalam Putusan MA tanggal 3 Desember 1958, Nomor 200 K/SIP/1958 menmbulkan subordnas bag perempuan. Keputusan Pesamuhan Agung MUDP Bal Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP Bal/ X/2010 yang memberkan hak wars bag anak perempuan yang ninggal

18 Benard L. Tanya, Yoan N. Smanjuntak dan Markus Y. Hage, 2010, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta, Yogyakarta, hlm. 179-180.

19 A. Mukte Fadjar, 2013, Teori-teori Hukum Kontemporer, Setara, Malang, hlm. 81.

kedaton terbatas merupakan suatu terobosan hukum yang memberkan rasa keadlan. Keputusan MUDP n mencermnkan sstem hukum yang responsve gender.

Dkeluarkannya Keputusan Pesamuhan Agung MUDP Bal Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP Bal/ X/2010 menjamn kepastan hukum bag keluarga untuk memberkan hak wars kepada anak perempuan sehngga terhndar dar konflk perebutan hak wars dar saudara lak-laknya. Pasamuhan Agung III Majels Utama Desa Pakraman Bal memutuskan mengena kedudukan suam str dan anak terhadap harta pusaka dan harta gunakaya dmana dnyatakan “Anak kandung (lak-lak atau perempuan) serta anak angkat (lak-lak atau perempuan) berhak atas harta gunakaya orangtuanya, sesudah dkurang sepertga sebaga duwe tengah (harta bersama), yang dkuasa (bukan dmlk) oleh anak yang nguwubang (melanjutkan swadharma atau tanggung jawab) orangtuanya.

Hasl Pasamuhan Agung yang dtuangkan dalam Keputusan Pesamuhan Agung MUDP Bal Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP Bal/X/2010 n menjad smbol fungs hukum sebaga alat pengubah masyarakat. Artnya hukum dapat berperan sebaga pemmpn perubahan dalam kehdupan masyarakat guna mewujudkan ketertban pada masyarakat tu

(9)

sendr. Hukum yang bak adalah hukum yang sesua dengan hukum yang hdup d dalam masyarakat saat n.

Pemberan hak sebaga ahl wars bag anak perempuan sesua dengan ajaran agama Hndu yang sangat mengharga kaum perempuan. Dalam Manawadharmasastra Bab III Sloka 56 yang bunynya “Yatra naryastu pujyante, Ramante tatra dewata, Yatraitastu na pujiante, Sarwastalah kriyah” (tempat dmana wanta dhormat, maka dsanalah para dewa-dewa akan merasa senang, tetap dmana wanta tdak dhormat, maka tdak ada upacara suc apapun yang berpahala).

Pemberan hak wars bag anak perempuan dalam sstem kekerabatan patrlneal bukan hanya terjad d Bal saja, namun juga pada masyarakat Batak Karo sebagamana yang tercantum dalam Putusan MA tanggal 23 Oktober 1961, No.179/K/SIP/1961 mengena pewarsan dalam masyarakat Batak Karo. Berdasarkan Putusan tersebut, maka ahl wars dalam sstem kekeluargaan masyarakat Batak Karo tdak hanya anak lak-lak namun juga anak perempuan.

Putusan MA tanggal 23 Oktober 1961, No.179/K/SIP/1961 dan Keputusan Pesamuhan Agung MUDP Bal Nomor 01/KEP/PSM-3/ MDP Bal/X/2010 dengan sendrnya mengukuhkan fungs hukum sebaga

20 Soerjono Soekanto, 2009, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, PT RajaGrafndo Persada, Jakarta, hlm. 43.

alat pengubah masyarakat. Hukum sebaga alat pengubah masyarakat, artnya hukum dpergunakan sebaga suatu alat oleh agent of change. Kedua produk hukum tersebut memberkan keadlan gender bag lak-lak maupun perempuan.

IV KESIMPULAN

a. Dasar pertmbangan pemberan hak wars bag anak perempuan d Bal secara flosofs mencermnkan keadlan substantve. Secara yurds pemberan hak wars sesua dengan hak asas manusa yang mengamatkan kesetaraan. Secara sosologs, persamaan kedudukan antara lak-lak dan perempuan sudah sesua dengan perkembangan zaman. Pemberan hak wars bag anak perempuan d Bal bukan hanya dalam konteks pemberan hak, namun juga pembebanan kewajban, sehngga anak perempuan yang berhak menjad ahl wars hanyalah anak perempuan yang ninggal kedaton terbatas.

b. Pembagan warsan menurut hukum adat Bal sudah mencermnkan keadlan. Keputusan Pesamuhan Agung MUDP Bal Nomor 01/KEP/ PSM-3/MDP Bal/X/2010 merupakan produk hukum yang responsve gender dengan berlandaskan pada global justice,

(10)

teor unversals, nstrumen hukum yang menyatakan persamaan hak antara lak-lak dan perempuan serta perubahan zaman yang mengngnkan kesetaraan gender. Pemberan hak sebaga ahl wars bag anak perempuan sesua dengan ajaran agama Hndu yang sangat mengharga kaum perempuan sebagamana yang tertuang dalam Manawadharmasastra

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahd dan Muhammad Irfan, 2001, Perlindungan Korban Kekerasan Seksual Advokasi atas Hak Asasi Perempuan, Refka Adtama, Bandung. Achmad Al, 2009, Menguak Teori

Hukum (Legal Theory dan Teor Peradlan (Judicialprudence) Termasuk Intepretas Undang-undang (Legisprudence), Kencana, Jakarta.

Aref Sdharta, B. Meuwissen 2008, Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, dan Filsafat Hukum, Refka Adtama, Bandung. Atmadja, I Dewa Gede, 2010, Hukum

Konstitusi Problematika Konstitusi Indonesia Sesudah Perubahan UUD 1945, Setara, Malang.

Atmadja, I Dewa Gede, 2013, Filsafat Hukum Dimensi Temati dan Historis, Setara, Malang.

Benard L. Tanya, Yoan N. Smanjuntak dan Markus Y. Hage, 2010, Teori

Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Genta, Yogyakarta.

Chand, Har, 1994, Modern Jurisprudence, Internatonal Law Book Servces, Kuala Lumpur.

Dew Wulansar, C.2010, Hukum Adat Indonesia Suatu Pengantar, Refka Adtama, Bandung. Ll Rasdjd dan Ira Thana Rasjd,

2007, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, Ctra Adtya Bakt, Bandung.

Moert Hadat Soeroso, 2011, Kekerasan Dalam Rumah Tangga Dalam Perspektif Yuridis-Viktimologis, Snar Grafka, Jakarta.

Mukte Fadjar, A., 2013, Teori-teori Hukum Kontemporer, Setara, Malang.

Rhona K.M. Smth et.al., 2010, Hukum Hak Asasi Manusia, Pusat Stud Hak Asas Unverstas Islam Indonesa (PUSHAM UII), Yogyakarta.

Soerjono Soekanto, 2009, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, PT RajaGrafndo Persada, Jakarta. Wnda, Wayan P. dan Ketut Sudantra,

2006, Pengantar Hukum Adat Bali, Lembaga Dokumenta dan Publkas Fakultas Hukum Unverstas Udayana, Denpasar. Wnda, Wayan P., N Made Wast

dan N Luh Arjan, 2012, Pewarisan Perempuan Menurut Hukum Adat di Bali, Udayana Unversty Press, Denpasar.

(11)

Zanuddn Al, 2010, Filsafat Hukum, Snar Grafka, Jakarta.

Dharman Gunawan, I Gede, 2015, Hak Waris Anak Perempuan dalam Hukum Waris Adat Bali, Jurnal Satya Dharma, STAHN Tampung Penyang, Palangkaraya.

Isa Praret, N Luh Gede, 2015, Kedudukan Hak Mewaris Wanita Hindu dalam Sistem Hukum Adat Waris di Bali, Jurnal Hukum Unverstas Brawjaya, Malang. Sr Utar, Ketut, 2006, Mengikis

Ketidakadilan Gender dalam Adat Bali, dsampakan pada Temu Ilmah II Asosas Pengajar dan Pemnat Hukum Berspektf Gender se Indonesa (APPHGI), pada 18-20 September 2006, d Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari segi proses kegiatan, dilihat dari kehadiran perwakilan siswa-siswi dari masing-masing kelas I, jumlah peserta yang mengikuti penyuluhan tidak sesuai dengan jumlah

Kontribusi utama pada penelitian ini antara lain: (i) melakukan pengamanan sinyal EKG yang dikirimkan secara daring melalui jaringan Internet untuk melindungi sinyal EKG

Tergolong penelitian korelasi karena penelitian yang dilakukan bermaksud untuk mengetahui kontribusi Coorperate Social Responsibility (CSR) terhadap kesejahteraan masyarakat

Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

Jadi jelasnya di dalam penulisan skripsi ini akan dibahas penilaian laba untuk tujuan akuntansi dan laba untuk tujuan perpajakan, serta perbedaan yang timbul

d. rendang, soto, gulai ikan e. Menurut anda, kandungan gizi apakah yang terdapat dalam makanan cepat saji? a. makanan cepat saji mengandung karbohidrat yang tinggia. b. makanan

Adegan komedi kedua pada tahap awal alur film Maju Kena Mundur Kena menerapkan teknik komedi kotegori Language teknik Ridicule, memunculkan kelucuan dengan