• Tidak ada hasil yang ditemukan

COMPARATIVE STUDY ON PRODUCTIVITY PALM PLANTATIONS IN KENAGARIAN LUBUK BESAR WITH KENAGARIAN ALAHAN NAN TIGO IN ASAM JUJUHAN DISTRICT OF DHARMASRAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "COMPARATIVE STUDY ON PRODUCTIVITY PALM PLANTATIONS IN KENAGARIAN LUBUK BESAR WITH KENAGARIAN ALAHAN NAN TIGO IN ASAM JUJUHAN DISTRICT OF DHARMASRAYA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

COMPARATIVE STUDY ON PRODUCTIVITY PALM PLANTATIONS

IN KENAGARIAN LUBUK BESAR WITH KENAGARIAN ALAHAN

NAN TIGO IN ASAM JUJUHAN DISTRICT OF DHARMASRAYA

By:

Rinam Putri Dewi *Erna Juita**Elvi Zuriyani***

Geography Education Students STKIP PGRI Sumatera Barat * Lecturer in Geography Education STKIP PGRI Sumatera Barat**

ABSTRACT

This study aims to look at the differences in the management of oil palm

plantations, the difference Ph Soil Type Soil, Soil texture is different in

Kenagarian Lubuk Besar with Kenagarian Alahan Nan Tigo District of Asam

Jujuhan of Dharmasraya.

This type of research is descriptive comparative. The study population was

the whole family heads palm oil farmers numbering 144 households. This

research technique that is purposive random sampling. Measuring soil Ph level,

Type Land, Soil Texture is by taking soil samples in the field.

The results of this study were (1) Differences in management conducted in

Kenagarian Lubuk Besar and Alahan Nan Tigo for oil palm plantations where

management is done in Kenagarian Lubuk Besar weeding 4 times and in Alahan

Nan Tigo 6 times in one year. (2) The soil pH in Kenagarian Lubuk Besar and

Kenagarian Alahan Nan Tigo affecting soil pH on oil palm plantations di

Kenagarian Lubuk Besar is H_2 O 4.25 and in Kenagarian Alahan Nan Tigo is 4.8

in both Kenagarian this means that most affect PH land for palm oil plantations is

H_2 O. (3) The type of soil in Kenagarian Lubuk Besar and Kenagarian Alahan

Nan Tigo dominant soil type for oil palm plantations di Kenagarian Lubuk Besar

is a type of clay (red-yellow podzolic) and soil water content H2O namely

(hydrosol) with a percentage of 74.26%, while in Kenagarian Alahan Nan Tigo is

a type of clay (red-yellow podzolic) and soil water content H2O namely

(hydrosol) 66.06% means that in both these Kenagarian most dominant types of

land for oil palm plantations is a type of clay (red-yellow podzolic). (4) The soil

texture in Kenagarian Lubuk Besar and Kenagarian Alahan Nan Tigo, which is

the result of research on soil texture on a palm oil plantation in Kenagarian great

depths and Kenagarian Alahan Nan Tigo is the texture of the soil containing sand,

silt and clay.

(3)

PENDAHULUAN

Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor perkebunan dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Perkebunan kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak hanya yang diusahakan oleh perusahaan Negara, tetapi juga perkebunan swasta dan rakyat. Luas perkebunan sawit di Sumatera Barat mencapai 457.000 ha termasuk seluas 175.000 ha, dimana sekitar 38% merupakan tanaman yang menghasilkan atau berproduksi (Pahan,2008).

Jadi tanaman perkebunan merupakan salah satu komoditi untuk ekspor Sumatera Barat, salah satunya adalah tanaman kelapa sawit, Sumatera merupakan salah satu Propinsi penghasil kelapa sawit terbesar, dengan adanya perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan perekonomian suatu masyarakat tersebut (Statistik perkebunan 2008-2010).

Lahan di Sumatera berpotensi untuk ditanami berbagai jenis tumbuhan, hal ini dikarenakan Sumatera memiliki iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi pada setiap tahunnya. Selain memiliki hutan yang banyak Sumatera juga dikenal dengan masyarkat yang hampir seluruh penduduknya bermata pencarian petani, pemamfaatan lahan di Sumatera salah satunya dijadikan sebagai areal untuk perkebunan kelapa sawit.

Menurut FAO (1976),Worosuprodjo (1995) dalam Hermon (2009) mengatakan lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputi biosfer, atmosfer, tanah lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman dan hewan serta hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan masa sekarang, sampai pada tingkat tertentu dengan sifat-sifat tersembunyi mempunyai pengaruh yang berarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Jika dilihat dari kegunaan lahan, lahan memiliki kegunaan yang beragam bagi kehidupan manusia sebagai tempat tejadinya interaksi sosial, budaya, dan ekonomi, namun lahan merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai macam tanaman, baik tanaman pangan maupun tanamn non pangan, tanaman jangka panjang maupun tanaman jangka pendek. Semua aktifitas

yang dilakukan oleh tanaman ada diatas lahan mulai dari benih sampai membuahkan hasil yang dicocokkan oleh kesesuian lahan sesuai dengan sarat tumbuhnya tanaman.

Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas atau “natural body“ yang menempati sebagian besar permukaan bumi yang merupakan hasilproses fisika, kimia dan biologi, dapat menumbuhkan tanaman, memiliki sifat akibat pengaruh iklim dan jasad hidup terhadap bahan induk dalam kondisi topografi tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula. ( Hermon, 2009).

Tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah tanah yang mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Ber-drainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solumcukupdalam (80 cm), pH tanah 4‐6, dantanahtidakberbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, daratan pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan sawit.

Pohon kelapa sawit akan tumbuh subur di wilayah tropis yang panas sepanjang tahun dengan suhu optimal antara 28 hingga 32 derajat celcius. Apabila suhu turun dibawah 25 derajat celcius, jumlah pelepah sawit akan berkurang dan seringkali mudah terserang penyakit, sehingga berakibat pada turunnya produktifitas. Suhu yang panas membuat pertumbuhan pelepah daun yang cukup dan pada akhirnya akan menghasilkan TBS yang banyak. Ketinggian tempat yang ideal antara 1‐500 mdpl. Kecepatan angin 5‐6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit memerlukan Penyinaran Matahari yang lama memperoleh penyinaran matahari 5 – 7 jam per hari, proses photosintesa akan kuat terjadi dan kemampuan menyerap air serta nutrisi dalam tanah menjadi lebih sempurna. Daun akan tumbuh lebih besar besar, buah akan menjadi cepat matang dan kandungan minyak pada buah akan lebih banyak.

Kesesuain lahan erat kaitannya dengan penggunaan lahan, yang merupakan bentuk atau alat alternatif kegiatan usaha pemanfaatan lahan. Penggunaan lahan diawali dengan klasifikasi kemampuan lahan untuk evaluasi lahan. Evaluasi lahan adalah proses pendugaan (interpretasi) potensi lahan untuk penggunaan lahan. Dasar pengelompokkan dari evaluasi lahan adalah

(4)

kesesuain lahan untuk penggunaan lahan tertentu (Hermon,2009).

Perkebunan kelapa sawit yang ada di Sumatera Barat adalah salah satunya perekbuan sawit yang ada di Kecamatan Asam Jujuan, dimana terdapat dua perkebunan yang berbeda yaiu perkebunan sawit Kenegarian Lubuk Besar dengan Kenegarian Alahan Nan Tigo. Dengan keadaan prduktifitas antara dua nagari tersebut bisa dikatakatan berbeda, yang mana dijelaskan oleh Todaro (2002: 294) produktivitas adalah tingginya produktivitas tenaga kerja yang lebih sehat, memungkinkan mereka mendapatkan pekerjaan dengan upah yang lebih baik.

Berdasarkan observasi sementara, yaitu pada Februari 2016 dapat digambarkan secara umum bahwa kebun sawit kedua nagari ini masih dalam satu areal yang sama atau masih dalam satu kecamatan dan masih dalam satu kabupaten, namun kelapa sawit ini memiliki kualitas yang berbeda baik dari segi buah maupun dari segi daunnya dan pendapat masyarakat bahwa terdapat perbedaan antara kedua perkebunan tersebut, dan tingkat produktifitas antara dua kenagarian inipun bisa dikatakan jauh berbeda.

Dari latar belakang di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “ Studi Komparatif Terhadap Produktivitas Perkebunan Sawit Di Kenagarian Lubuk Besar Dengan Kenegarian Alahan Nan Tigo Di Kecamatan Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya”.

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan pada bab terdahulu, maka penelitian ini tergolong penelitian deskriptife komparatif, penelitian komparatif ini bertujuan untuk menemukan persamaan dan perbedaan-perbedaan benda-benda, orang, tentang prosedur kerja, kelompok, ide-ide, kritik terhadap orang lain, dapat juga membandingkan kesamaan pandangan dengan perubahan-perubahan pandangan orang, group negara terhadap kasus, terhadap orang,terhadap peristiwa atau terhadap ide-ide. Aswani Sudjud (Arikunto 2006:267)

Berdasarkan uraian tersebut maka unsur yang dibandingkan dalam penelitian ini

adalah kebun sawit Kenegarin Batu Kangkung dengan kebun sawit Kenagarian Lubuk Besar dimana Varibel yang akan diteliti yaitu: pengelolaan, Ph tanah, Jeni Tanah, tektur tanah. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK yang tinggal di Kenagarian Alahan Nan Tigo dengan Kenegarian Lubuk Besar di Kecamatan Asam Jujuan Kabupaten Dharmasraya. Sampel yang digunakan adalah teknik purposive random sampling. dengan proporsi 10% dengan mengambil responden masyarakat petani sawit, jumlah dari responden adalah 144 kk orang yang terdiri dari kenagarian Alahan Nan Tigo dan kenagarian Lubuk Besar, jadi jumlah responden penelitian masing- masinh nagari adalah 73 KK.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertama, ada perbedaan pengelolaan yang dilakukan di Kenagarian Lubuk Besar dan Alahan Nan Tigo untuk perkebunan kelapa sawit baik dari segi penyianggan, cara penyiangan yang baik, siapa yang melakukan penyiangan, alat yang digunakan untuk penyiangan, penyakit dan hama yang menganggu pertumbuhan kelapa sawit dan cara memberantas hama yang ada di kelapa sawit.

Dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa pengelolaan antara Kenagarian Lubuk Besar dengan Kenagarian Alahan Nan Tigo bahwa dari survey lapangan Kenagari Lubuk Besar dengan Kenagarian Alahan Nan Tigo Menggunakan alat tengki racun untuk memberantas hama dengan cara kerja mencampurkan air dengan racun herbisida dan dimasukkan kedalam tengki dengan volume semprot yang digunakan 15 – 50 liter/Ha.

Temuan ini sesuai dengan pernyataan menurut Sunarko 2009 Tujuan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan diantaranya agar tanaman tumbuh cepat, sehat, dan dapat memasuki periode tanaman menghasilkan ( TM ) lebih awal dengan biaya pemeliharan yang rasional. Pemeliharaan TBM meliputi penyiangan, dan hama dan penyakit.

Kedua, berdasarkan hasil penelitian dengan analisis laboratorium menunjukan bahwa PH tanah di Kenagarian Lubuk Besar

(5)

dan Kenagarian Alahan Nan Tigo yang mempengaruhi PH tanah pada perkebunan kelapa sawit dikenagarian lubuk besar adalah sebesar 4,25 dan di kenagarian Alahan Nan Tigo adalah 4,8 artinya dikedua kenagarian ini yang paling mempengaruhi PH tanah untuk perkebunan kelapa sawit adalah dimana dengan Ph tanah berkisar 4,25 - 4,8 termasuk kedalam tanah bersifat asam karena dikategorikan dibawah nominal 7.

Temuan ini sesuai dengan pernyataan menurut Winarso (2005) Ph didefenisikan sebagai keasaman atau kebasaan relatif suatu bahan. Skala pH mencakup dari nilai 0 (nol) hingga 14. Nilai PH 7 dikatakan netral. Dibawah nilai Ph 7 dikatakan asam, sedangkan di atas 7 dikatakan basah, PH tanah antara 4,0 - 5,5 termasuk kategori tanah asam dan PH tanah 6,0 – 6,5 sudah dianggap tanah yang normal walaupun masih memiliki derajat keasaman. Asam menurut teori Bronsted dan Lewry adalah suatu bahan yang cendrung untuk memberi proton ke beberapa senyawa lain, demikian sebaliknya apabila basah adalah suatu bahan yang cenderung untuk menerimanya.

Ketiga, berdasarkan hasil penelitian dengan analisis laboratorium menunjukan bahwa jenis tanah di Kenagarian Lubuk Besar dan Kenagarian Alahan Nan Tigo yang dominan jenis tanah untuk perkebunan kelapa sawit dikenagarian lubuk besar adalah jenis tanah liat sebesar 74,26% hal tersebut menggolongkan tanah kepada jenis tanah posolik merah kuning dan di kenagarian Alahan Nan Tigo yang dominan jenis tanah untuk perkebunann kelapa sawit adalah tanah liat sebesar 66,06% hal tersebut menggolongkan tanah kepada jenis tanah posolik merah kuning artinya dikedua kenagarian ini yang paling dominan jenis tanah untuk perkebunan kelapa sawit adalah jenis tanah liat.

Temuan ini sesuai dengan pernyataan menurut Arifin 2011 Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari massa padat, cair, dan gas. Tanah terjadi karena adanya pelapukan batuan dan tumbuhan yang prosesnya ratusan tahun. Jadi setiap tempat mempunyai jenis tanah yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan iklim, vegetasi, jenis batuan lokal dan pengaruh lingkungan

lainnya. jenis-jenis tanah tersebut adalah latosol, fotsol, aluvial, fotsolik merah kuning, andosol, mediteran merah kuning, gambut, litosol, hidrosol, regosol.

Keempat, berdasarkan hasil penelitian dengan analisis laboratorium menunjukan bahwa tekstur tanah di Kenagarian Lubuk Besar dan Kenagarian Alahan Nan Tigo, yang didapat hasil penelitian tekstur tanah pada perkebunan kelapa sawit di kenagarian lubuk besar dan kenagarian Alahan Nan Tigo adalah tekstur tanah dengan kandungan pasir, debu dan liat.

Temuan ini sesuai dengan pernyataan menurut Menurut Dedi Hermon dan Khairi (2009: 56). Tekstur merupakan perbandingan relative tiga golongan besar partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara pasir (2mm – 50µ), debu (50µ - 2µ), dan liat (˂ 2µ). Atau dapat juga di artikan sebagai kandungan butir pasir, debu, dan liat yang terdapat di dalam tanah. Tekstur tanah menunjukan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (˂ 2 mm), berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat maka tanah dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur. (Harjowigeno, S. 2007: 40).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dilapangan dan analisa laboratorium maka, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perbedaan pengelolaan yang dilakukan

di Kenagarian Lubuk Besar dan Alahan Nan Tigo untuk perkebunan kelapa sawi yang mana pengelolaan yang dilakukan di Kenagarian Lubuk Besar melakukan penyiangan sebanyak 4 kali dan di Alahan Nan Tigo 6 kali dalam satu tahun.

2. PH tanah di Kenagarian Lubuk Besar dan Kenagarian Alahan Nan Tigo yang mempengaruhi PH tanah pada perkebunan kelapa sawit dikenagarian lubuk besar adalah sebesar 4,25 dan di kenagarian Alahan Nan Tigo adalah 4,8 artinya dikedua kenagarian ini yang paling mempengaruhi PH tanah untuk perkebunan kelapa sawit adalah yang mana Kenagarian Lubuk Besar dan

(6)

Kenagarian Alahan Nan Tigo termasuk kedalam kategori tanah bersifat asam. 3. Jenis tanah di Kenagarian Lubuk Besar

dan Kenagarian Alahan Nan Tigo yang dominan jenis tanah untuk perkebunan kelapa sawit dikenagarian lubuk besar adalah jenis tanah liat (podsolik merah kuning) dan tanah kadar air H2O yaitu (Hidrosol) dengan persentase 74,26% kedangkan di Kenagarian Alahan Nan Tigo yang jenis tanah liat (podsolik merah kuning) dan tanah kadar air H2O yaitu (Hidrosol) 66,06% artinya dikedua kenagarian ini yang paling dominan jenis tanah untuk perkebunan kelapa sawit adalah jenis tanah liat (podsolik merah kuning).

4. Tekstur tanah di Kenagarian Lubuk Besar dan Kenagarian Alahan Nan Tigo, yang didapat hasil penelitian tekstur tanah pada perkebunan kelapa sawit di kenagarian lubuk besar dan kenagarian Alahan Nan Tigo adalah tekstur tanah dengan kandungan pasir, debu dan liat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ddikemukan diaatas maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Penulis berharap kepada petani kelapa

sawit agar memperhatikan cara pengelolaan, PH tanah, jenis tanah dan tekstur tanah yang baik untuk tanaman kelapa sawit karena dapat mempengaruhi kesuburan tanaman kelapa sawit maka akan berakibat pada hasil produksinya dan meningkatkan pengetahuan mereka dengan mencari lebih lanjut informasi yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit.

2. Pemerintah daerah, agar dapat memberikan informasi tentang budi daya tanaman kelapa sawit dalam upaya membantu perekonomian petani sawit. 3. Diharapkan pada peneliti lanjutan untuk

melihat faktor yang menyebabkan menurunnya produksi kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Mahfud dan A.Rachim, Djunaedi. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Bandung. Pustaka Reka Cipta Arikunto.Suharsimi, 2006, prosedur

penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Pt Rineka Cipta.

Pahan, I. 2008. Kelapa sawit, manajemen agribisnis dari hulu hingga hilir. Penebar Swadaya, Jakarta. 411 hal. Sunarko. 2009, Budi Daya dan pengelolaan

Kebun kelapa Sawit. Jakarta. Agromedia Pustaka.

Todaro. 2002. Penerapan produktivitas dalam organisasi. Jakarta : Bumi Aksara.

Winarso, Sugeng. 2005. Kesuburan Tanah. Yogyakarta. Penerbit Gaya Media.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisa Kesesuaian Unsur Penyajian Peta Kelurahan Panyuran Berdasarkan PerKA BIG No.3 Tahun 2016, maka didapatkan kesimpulan akhir

Nilai muatan faktor yang besar dan positif menunjukkan arti bahwa semakin tinggi peningkatan pada indikator ini maka akan semakin tinggi juga nilai komitmen

(Kunjungi situs web GIGABYTE untuk melihat daftar CPU terbaru yang didukung.) · Selalu matikan komputer dan mencabut kabel daya dari stop kontak listrik sebelum menginstal CPU

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan

(2004) menyatakan dalam fitoremidiasi sering digunakan rumput-rumputan karena memiliki perakaran serabut, asosiasi dengan mikroba tanah tinggi, serta tanah dalam

Konsep penghasilan yang paling banyak dipakai adalah dengan melakukan pendekatan pengenaan pajak atas penghasilan, yaitu satu tambahan ekonomis yang diterima Wajib

!erbayan rbayang g adik adik misa misannya nnya terg tergopoh-go opoh-gopoh poh membu membuka ka pintu, pintu, lalu lalu menyer menyerbunya bunya dengan dengan