Semirata 2013 FMIPA Unila |55
Kinetika Degradasi Limbah Minyak Bumi Menggunakan
Sinergi Bakteri Konsorsium (Microccoccus sp, Pseudomonas
pseudomallei
,Pseudomonas pseudoalcaligenes
dan Bacillus sp)
dan Rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn
Bambang Yudono
1, Sri Pertiwi Estuningsih
21. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 2 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya E-mail:[email protected]
Abstrak. Telah dilakukan penelitian kinetika degradasi minyak bumi dengan bakteri konsorsium (Micrococcus sp, Pseudomonas pseudomallei, Pseudomonas pseudoalicaligenes dan Bacillus sp) dan rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn Limau Sumatera Selatan. Konsentrasi awal Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) tanah terkontaminasi minyak bumi diperoleh sebesar 88,88%. Untuk keperluan penelitian, tanah terkontaminasi tersebut dikondisikan pada konsentrasi 2,5%; 5,0%; 7,5%; 10,0%; 12,5%; dan 15,0% dengan menambahkan tanah segar, serbuk gergaji, dan nutrisi. Bioremidiasi dilakukan selama 84 hari dan setiap 14 hari dilakukan penyamplingan dengan parameter yang diamati adalah Total Petroleun Hidrokarbon (TPH). Pada penelitian menunjukkan orde reaksi degradasi minyak bumi adalah 0,8906. Identifikasi dengan GC-MS menunjukkan bahwa limbah minyak bumi tersusun dari senyawa-senyawa hidrokarbon dengan rantai karbon C15-C17, C18
-C21 dan >C22 dengan masing-masing kelimpahannya 7,86%; 38,53% dan 53,6%. Pada akhir
degradasi menghasilkan residu 100% pada C22.
PENDAHULUAN
Sumatera Selatan merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki banyak sumber daya minyak bumi. Sebagian besar limbah minyak bumi tersebut masih
ditampung dalam suatu kolam
penampungan limbah yang sangat
sederhana tanpa perlindungan yang cukup memadai. Senyawa-senyawa hidrokarbon dalam Lumpur dapat menembus ke lapisan tanah, beresiko menyebabkan kontaminasi tanah dan air sekitarnya. Di sisi lain, hidrokarbon ringan dalam lumpur minyak mudah menguap dan dapat menyebabkan polusi udara.
Salah satu metode alternatif
pengolahan limbah minyak bumi adalah
dengan menggunanakan metode
bioremidiasi. Bioremidiasi merupakan salah satu metode alternatif pengolahan limbah
minyak bumi yang digunakan untuk pemulihan tanah tercemar hidrokarbon (Reardon et al., 2002). Bioremidiasi mengandalkan reaksi mikrobiologis di dalam tanah. Teknik ini mengkondisikan mikroba sedemikian rupa sehingga mampu mengurai senyawa hidrokarbon yang berada di dalam tanah. Limbah minyak bumi yang diuraikan oleh mikroba akan menghasilkan
senyawa akhir yang lebih ramah
lingkungan. Sedangkan proses bioremidiasi merupakan salah satu metode pengolahan tanah terkontaminasi yang relatif murah dan efektif dibandingkan dengan metode fisika maupun kimia lainnya dikarenakan proses ini memanfaatkan aktvitas bakteri dalam mengolah tanah terkontaminasi.
Bakteri pengolah minyak bumi tersebar, tidak hanya di lingkungan alam yang bersinggungan dengan minyak bumi, tetapi bakteri ini dapat di isolasi juga dari
Bambang Yodono: Kinetika Degradasi Limbah Minyak Bumi Menggunakan Sinergi Bakteri Konsorsium (Microccoccus sp, Pseudomonas pseudomallei, Pseudomonas
pseudoalcaligenesdan Bacillus sp) dan Rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn
56|Semirata 2013 FMIPA Unila
tanah, hutan, ladang dan pada rumput. Dalam beberapa hal, lingkungan yang akan dilakukan bioremidiasi sudah terdapat
bakteri indigenous, tetapi untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik perlu ditambahkan bakteri eksogenous yang lebih sesuai.
Selain bakteri konsorsium, rumput juga berpotensi sebagai agen remidiasi. Sistem perakaran yang luas pada rumput dapat memperluas bidang kontak antara bakteri dan akar rumput. Disamping itu, eksudat yang dihasilkan rumput dapat dimanfaatkan bakteri untuk pertumbuhan. Lin et al. (2004) menyatakan dalam fitoremidiasi sering digunakan rumput-rumputan karena memiliki perakaran serabut, asosiasi dengan mikroba tanah tinggi, serta tanah dalam lingkungan yang tidak mendukung, oleh sebab itu dalam penelitian dilakukan bioremidiasi terhadap limbah minyak bumi oleh bakteri konsorsium dan tanaman rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn.
METODOLOGI PENELITIAN Persiapan Media Perlakuan
Bioreaktor berisi tanah segar, 1% nutrient, 10% bulking agent yang berupa serbuk kayu dan residu minyak, sehingga TPH dalam bioreaktor sesuai dengan perlakuan (2,5%; 5,0%; 7,5%; 10%; 12,5%;
15%). Selanjutnya campuran tersebut
diinokukasi dengan2,5% starter bakteri diaduk sampai homogen dan dimasukkan dalam ember dengan kapasitas masing-masing 10 kg.
Selanjutnya dilakukan pengaturan faktor lingkungan (aerasi, inkubasi pada suhu kamar, pH medium dijaga konstan pada 5,6-7 dengan kelembaban 40%).
Penanaman dan Pemeliharaan Rumput
Eleusin Indica (L.) Gaertn
Penanaman rumput Eleusine Indica (L.)
Gaertn sebanyak 37,5 gram dilakukan setelah inokulasi starter. Pemeliharaan rumput selama 2 bulan dengan cara dsiram pada pagi hari. Selain itu dilakukan juga pengadukan bioreaktor di sekitar rumput setiap hari untuk menjaga agar limbah tidak mengendap dan menambnah aerasi untuk bakteri
Analisa Sampel Analisis Residu Limbah
Minyak Bumi Dengan Gas
Chromatography
Analisa sampel diambil residu sebanyak
10 mL hasil sokhletasi dari hasil
pengukuran % TPH awal (To) dan
pengukuran % TPH pada T6 untuk
konsentrasi tanah olahan sludge 7,5 %. Masing-masing residu di encerkan dengan pelarut n-heksane pada labu takar 100 mL. Analisis residu minyak bumi dari proses
bioremediasi dilakukan dengan gas
chromatography (GC), menggunakan
temperatur program sesuai Gambar 1
Analisis komponen penyusun limbah minyak bumi ditentukan berdasarkan fraksi temperaturnya sesuai metode Yudono (1994).
Gambar 1. Temperatur Program DalamAnalisis Gas Chromatography
Semirata 2013 FMIPA Unila |57 Analisa Data
Penentuan order reaksi dan laju reaksi ditentukan dengan metode deferinsialdan integral
Menentukan orde reaksi dilakukan
dengan metode diferensial yaitu dari hasil
pengukuran % TPH awal (T0) dan dari hasil
pengukuran % TPH pada hari ke 84 (T6)
untuk variasi konsentrasi tanah olahan sludge 0%, 2,5% ; 5% ; 7,5% ; 10% ; 12,5% ; 15%.
Menentukan konsentrasi laju dengan menggunakan metode integral dari hasil
pengukuran % TPH T1 (waktu inkubasi hari
ke-14) hingga % TPH T6.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total petroleum hidrokarbon (TPH)
diukur untuk mengertahui persentase
senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam minyak bumi. Pengukuran Total Petroleum
Hidrokarbon (TPH) pada tanah
terkontaminasi minyak bumi, yaitu sebesar
88,88%. Selanjutnya untuk keperluan
penelitian ini konsentrasi TPH tanah
terkontaminasi minyak bumi tersebut
diencerkan menjadi 2,5%; 5,0%; 7,5%; 10,0%; 12,5% dan 15,0% selanjutnya diinkubasi dengan bakteri konsorsium
(Microccoccus sp, Pseudomonas
pseudomallei, Pseudomonas
pseudoalcaligenesdan Bacillus sp) 14 hari,
dan selanjutnya ditanami dengan rumput
Eleusine Indica (L.) Gaertn. Masa inkubasi
pada tahap pertama tersebut dimaksudkan untuk proses pengomposan dari bulking agent dan substrat yang cukup tersedia akan menginduksi bakteri menghasilkan enzim (enzim induktif) yang berperan dalam merombak substrat menjadi senyawa yang
bermanfaat bagi kelangsungan hidup
bakteri dan secara tidak langsung juga bermanfaat bagi pertumbuhan rumput
Eleusin Indica (L.) Gaertn. Rumput dapat
memanfaatkan hasil dehidrogenasi senyawa hidrokarbon yang berupa CO2 dan H2O
serta energi untuk pertumbuhannya,
sedangkan eksudat akar yang dihasilkan
rumput dapat meningkatkan jumlah
populasi bakteri rizosfer.
Penentuan Orde Reaksi Degraasi Tanah Terkontaminasi Minyak Bumi dengan Metode Diferensial
Orde reaksi degradasi sampel dapat ditentukan dengan menggunakan metode
diferensial berdasarkan persetase
konsentrasi TPH sampel terhadap laju degradasi. Orde reaksi ditentukan dengan membuat grafik hubungan antara ln [C] dan ln r sehingga dapat ditentukan tangen
persamaan diferensialnya. Berdasarkan
persamaan: ln r = ln k + ln [C], jika dibuat grafik hubungan antara ln [C] dan ln r, maka akan diperoleh grafik garis lurus dengan n adalah slope dan ln k adalah intersept. Konstanta reaksi akan lebih akurat ketika di ukur dengan menggunakan metode integrasi.
Tabel 1. Data Laju Penurunan Konsentrasi TPH Dengan Bakteri Konsorsium + Rumput
Konsentrasi TPH (%) Laju reaksi
Awal Akhir r ln r ln [TPH] 1 2 Rata-rata % / minggu 2.32 1.12 1.35 1.24 0.0904 -2.4033 0.8416 4.55 2.91 2.81 2.86 0.1413 -1.9572 1.5162 7.56 4.56 4.58 4.57 0.2488 -1.3913 2.0222 7.96 6.27 6.37 6.32 0.1363 -1.9933 2.0738 12.76 8.03 8.09 8.06 0.3917 -0.9373 2.5463 14.82 9.56 8.70 9.13 0.4742 -0.7462 2.6960
Bambang Yodono: Kinetika Degradasi Limbah Minyak Bumi Menggunakan Sinergi Bakteri Konsorsium (Microccoccus sp, Pseudomonas pseudomallei, Pseudomonas
pseudoalcaligenesdan Bacillus sp) dan Rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn
Gambar 2. Grafik hubungan ln [C] dan ln r Konsorsium + Eleusin indica Penentuan Order Reaksi Kinetika Degradasi Limbah Minyak Bumi Dengan Bakteri
Berdasarkan persamaan ln r = ln k + n ln [C], data pada Tabel 1 dapat ditentukan ln [C] dan ln r, kemudian dapat dibuat grafiknya seperti pada Gambar 2 dibawah ini.
Hasil perhitungan yang diperoleh
berdasarkan persamaan ln r = ln k + n ln[C] didapatkan nilai korelasi sebesar 0,9915 dan slope sebesar 0,904. nilai korelasi yang diperoleh mendekati harga 1 sehingga dapat dikatakan grafik berupa garis lurus. Menurut metode diferensial nilai slope
menunjukkan orde reaksi sehingga
berdasarkan nilai ini maka orde reaksi degradasi tanah terkontaminasi minyak bumi oleh bakteri konsorsium dan rumput
Eleusin Indica (L.) Gaertn merupakan orde
0,904. Pada umumnya reaksi ddegradasi limbah minyak bumi mengacu pada orde reaksi satu (Basim et al., 2008) Sedangkan pada penelitian ini didapatkan orde reaksi adalah orde reaksi 0,904
Penentuan Konstanta Reaksi Degradasi Limbah Minyak Bumi
Konstanta reaksi degradasi sampel dapat ditentukan dengan menggunakan metode
integrasi. Rumus persamaan metode
integrasi untuk kinetika reaksi ditunjukkan oleh persamaan berikut :
C = C0e-kt ...(1) Dimana: C0 = Konsentrasi TPH awal c co ln kt ...(2) ln C = -kt + ln C0...(3)
Metode integrasi ditentukan dari data
perhitungan (TPH) 14 hari dengan
konsentrasi awal TPH sebesar 7,555% selama 0, 14, 28, 42, 56, 70 dan 84 hari. Penurunan % konsentrasi TPH dapat ditunjukkan oleh Tabel 2.
Metode integrasi menunjukkan bahwa nlai slope merupakan nilai konstanta reaksi degradasi. Berdasarkan persamaan orde reaksi ln C = - kt + ln C0, dibuat grafik
hubungan ln TPH dan hari dari data hasil analisa penurunan TPH selama 84 hari, Grafik ditunjukkan pada Gambar 3.
Nilai slope dari grafik pada gambar 2 adalah -0,0073 dimana menurut metode integrasi slope = - k, maka nilai konstanta reaksi degradasi adalah 0,0073 hari-1. Nilai
intersept adalah 1,2069. Sehingga
persamaan garis lurusnya adalah y = -0,0073x + 1,2069 .
Tabel 2. Data Kinetika Degradasi Minyak
Bumi Dengan Bakteri Konsorsium+
Rumput
Gambar 3. Kinetika Degradasi Minyak Dengan Bakteri Konsorsium + Eleusin indica y = 0.904x - 3.2267 R2 = 0.9915 -3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 ln [TPH] ln r y = -0.0073x + 1.2069 R2 = 0.8552 1.14 1.15 1.16 1.17 1.18 1.19 1.2 1.21 1.22 0 2 4 6 8 10 Waktu (minggu) C t-n+ 1 Waktu Ct (%) Ct 0.096 0 7.55 1.2142 2 4.60 1.1578 4 4.35 1.1516 6 4.58 1.1572 8 4.50 1.1553 10 4.85 1.1637
Analisis GC-MS Hidrokarbon Minyak Bumi
Kromatografi gas – spektroskopi massa (GC-MS) adalah salah satu teknik yang dikombinasikan untuk menentukan satu metode analisis campuran bahan kimia.
Kromatografi gas dapat memisahkan
komponen campuran dan spektroskopi massa mencirikan masing – masing komponen yang dihasilkan.
Jika kondisi GC (suhu oven, kolom
tipe,dll) sama, suatu senyawa yang
diberikan akan keluar dari kolom dengan waktu retensi yang hampir sama. Dengan mengetahui waktu retensi suatu senyawa tersebut, kita dapat membuat beberapa asumsi tentang identitas kompleks dari senyawa yang diindentifikasi ( Yudono, 1994).
Dengan melihat aktivitas mikroba dalam
mendegradasi sludge minyak bumi
dilakukan dengan memotong-motong
komponen hidrokarbon alifatik yang
berantai panjang serta mentransformasikan senyawa hidrokarbon aromatik, sehingga
sludge minyak bumi tersebut akan
memperlihatkan perubahan komposisi
fraksi hidrokarbon penyusunnya (Sharpley, 1996).
Berdasarkan metodologi analisis
kromatografi dengan menggunakan
temperatur program dan Menurut Yudono
(1994) maka diperoleh Gambar 4
kromatogram sebagai berikut :
(a)
(b)
Gambar 4. Kromatogram Degradasi
Limbah Minyak Bumi (a). T0, (b). T6
bakteri konsorsium dengan menggunakan rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn
Berdasarkan Yudono (1994), didapat
metodologi analisis kromatografi
berdasarkan temperatur program, hasil analisis residu senyawa hidrokarbon seperti pada Tabel 3 berikut;
Tabel 3 menunjukkan bahwa residu
senyawa hidrokarbon setelah proses
bioremediasi selama 84 hari yang tersisa adalah senyawa hidrokarbon dengan rantai atom C >22.
KESIMPULAN
Bioremidiasi menggunakan isolate
bakteri konsorsium (Microccoccus sp,
Pseudomonas pseudomallei, Pseudomonas pseudoalcaligenes dan Bacillus sp) dapat
menurunkan Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) pada tanah terkontaminasi minyak bumi.
Tabel 3.Temperature Senyawa Hidrokarbon Range T Range Temp Range Senyawa Hidrokarbon T0 Takhir 9< 100< C10< 0 0 9-19 100-150 C11-C14 0 0 20-29 150-200 C15-C17 7,86 0 30-39 200-250 C18-C21 38,53 0 >40 >250 >C22 53,6 100
Bambang Yodono: Kinetika Degradasi Limbah Minyak Bumi Menggunakan Sinergi Bakteri Konsorsium (Microccoccus sp, Pseudomonas pseudomallei, Pseudomonas
pseudoalcaligenesdan Bacillus sp) dan Rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn
60|Semirata 2013 FMIPA Unila
Orde reaksi degradasi limbah minyak
bumi oleh bakteri konsorsium
(Microccoccus sp, Pseudomonas
pseudomallei, Pseudomonas
pseudoalcaligenes dan Bacillus sp) dan
rumput Eleusine Indica (L.) Gaertn adalah orde 0,904 dengan nilai konstanta reaksinya sebesar 0,0073 hari-1.
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap degradasi tanah terkontaminasi minyak bumi oleh bakteri dengan
menambahkan variabel parameter,
selain variabel parameter Total
Petroleum Hidrokarbon (TPH).
2. Memastikan uji lanjut identifikasi
senyawa-senyawa yang terdapat dalam kromatogram GC-MS.
DAFTAR PUSTAKA
Basim E., Abbasi, and D. S. Walid. 2008. Kinetics of Indigenous Isolated Bacteria
used for Ex situ Bioremediation of Petroleum Contaminated Soil. Water Air Soloil Pollut (2008) 192 : 221-226 Lin, C. H., Lerch, R. N., Garrett, H. E., &
George, M. F. (2004). Incorporating forage grasses in riparian buffers for bioremediation of atrazine, isoxaflutole and nitrate in Missouri. Agroforestry
Systems, 63(1), 91-99.
Reardon, K. F., Mosteller, D. C., Rogers, J. B., DuTeau, N. M., & Kee-Hong, K.
(2002). Biodegradation kinetic of
aromatic hydrocarbon mixtures by pure
and mixed bacterial cultures.
Environmental Health Perspectives,
110(12), 1005–1012.
Sharpley, JM. 1996. Elementary Petroleum
Microbiology. Gulf Publishing
Company. Texas : 37 – 109.
Yudono, B. 1994. An Investigation into The
Premature Cracking Asphaltic
Pavements in Hot Arid Climate. Thesis School of Chemistry, University of Bristol