• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Transverse Magnetic (Tm) Pada Kristal Fotonik 2d Dengan Defek Indeks Bias Simetrik Menggunakan Metode Tensor Green.‖ Jurnal IPB

[8] P. Yeh (1988), Optical Waves in Layered Media, John Wiley & Sons.

[9] Sakoda K., (2004) Optical Properties of Photonic Crystals 2nd ed, Springer Verlag,

[10] T. Tamir, ed. (1985), Integrated Optics, Springer-Verlag.

Pengaruh Media Animasi Fisika Dalam Model Pembelajaran

Langsung (direct instruction) Terhadap Minat Belajar dan

Pemahaman Konsep Fisika Siswa di SMA Negeri Kota

Bengkulu

Indra Sakti

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu

Jalan Raya Kandang Limun Bengkulu

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media animasi dalam model

pembelajaran langsung terhadap minat belajar dan pemahaman konsep fisika siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen (ekperimen semu) dengan populasi siswa SMA Negeri Kota Bengkulu dan sampel diambil menggunakan teknik Sampling Purposive. Pengambilan data penelitian dengan menggunakan 15 buah tes pemahaman konsep fisika berbentuk pilihan ganda beralasan dan angket minat belajar siswa. Analisis data menggunakan Uji-t dua sampel independen dan ANAVA. Hasil penelitian ialah (1) terdapat pengaruh media animasi dalam Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) terhadap minat belajar fisika siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu dengan ˃ = 1,960 pada taraf signifikan 95%. Besar pengaruh media animasi dalam Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) terhadap minat belajar fisika siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu adalah sebesar d = 15 % (2) Terdapat pengaruh media animasi dalam Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) terhadap pemahaman konsep fisika siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu ˃ = 1,960 pada taraf signifikan 95%. Besar pengaruh media animasi dalam Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) terhadap pemahaman konsep fisika siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu adalah sebesar d = 24%.

Kata kunci: Model pembelajaran langsung (Direct Instruction), media animasi berbasis

Macromedia Flash, minat belajar, pemahaman konsep fisika

PENDAHULUAN

Mempelajari fisika pada dasarnya menguasai produk yang berupa kumpulan hukum, teori, prinsip, aturan, dan atau rumus-rumus yang terbangun oleh konsep-konsep sesuai proses pengkajiannya. Fisika dalam pembelajaran atau pelaksanaan pendidikan tidak cukup hanya memperhatikan dua aspek proses dan

produk atau materi yang dikuasai siswa, tetapi lebih dari itu, dalam aspek proses

diharapkan dapat memunculkan

keterlibatan sikap ilmiah (scientific

attitude) pada individu pembelajar, (Walter,

et. Al., 1988; Carin & Sund, 1975, dalam Sutarto, 2008).

Dalam pembelajaran Fisika terdapat kegiatan penyadaran atau penguasaan fisika pada peserta didik melalui interaksi

(2)

pengajaran. Pengajaran Fisika yang baik, bila siswa dapat menguasai fisika tentang: (1) prinsip yang konstan atau selalu tunduk dengan aturan kesepakatan, yang harus dikuasai secara kognitif (wilayah kognitif); (2) sesuatu yang dapat diamati atau terukur, yang penguasaannya harus terlihat adanya keterlibatan fisik atau otot, yang dikenal dengan kemampuan psikomotor (wilayah psikomotor); dan (3) kebermanfaatan ilmu pengetahuan tersebut secara langsung atau tidak langsung dalam menunjang kebutuhan hidup atau dalam sistem sosial, penguasaan fisika yang berkaiatan dengan kebermanfaatan ini dikenal dengan afektif (wilayah afektif) (Abruscato, 1982, dalam Sutarto,2008).

Pandangan ini menambah kejelasan bahwa pembelajaran fisika yang baik adalah bila tidak hanya meningkatkan penguasaan siswa secara kognitif, afektif, dan psikomotor, tetapi juga perlu penguasaan pengetahuan tentang proses ilmiah, keterampilan individu, dan pengetahuan fisika secara konseptual.

Dengan demikian, pemahaman konsep fisika sebagai representasi hasil pembelajaran menjadi sangat penting. Landasan teoretis sebagai alternatif pijakan dalam mengemas pembelajaran untuk pemahaman (learning for understanding)

sekaligus dalam pengembangan

kemampuan pemecahan masalah fisika adalah sebagai berikut. (1) Tiga wawasan berpikir dalam pembelajaran fisika: (a) to

present subject matter is not teaching, (b) to store stuff away in the memory is not learning (c) to memorize what is stored away is not proof of understanding

(Nachtigall, 1998:1). (2) Guru fisika dianjurkan untuk mengurangi berceritera dalam pembelajaran, tetapi lebih banyak mengajak para peserta didik untuk bereksperimen dan memecahkan masalah (Williams, 2005 dalam Wayan Santyasa, 2009). (3) Guru fisika dianjurkan lebih banyak menyediakan context-rich problem

dan mengurangi context-poor problem dalam pembelajaran (Yerushalmi & Magen, 2006 dalam Wayan Santyasa, 2009).

Hasil observasi di SMA Negeri Kota Bengkulu ditemukan bahwa pembelajaran fisika selama ini sebagaimana yang digambarkan oleh guru-guru cenderung dilaksanakan melalui pola pengajaran teori-contoh-latihan. Pola ini merujuk pada metode ceramah, tanya jawab, atau pemberian tugas dalam proses pembelajaran. Pembelajaran ini juga dikategorikan sebagai model pembelajaran langsung. Walaupun metode tersebut masih relevan dengan perkembangan pendidikan sekarang ini, tetapi kurang mampu mendorong siswa berperan secara aktif.

Demikian juga capaian hasil belajar siswa ternyata masih jauh dibawah standar ketuntasan belajar yang ditetapkan pemerintah yaitu 7,00. Hal ini diketahui dari skor rata-rata ketuntasan belajar fisika di kelas X SMAN 7 dan SMAN 9 Kota Bengkulu pada ujian semester tahun ajaran 2010/2011 yang masih berada di bawah standar ketuntasan belajar nasional yakni sebesar 5,58.

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, maka perlu dilakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat. Salah satu solusi pemecahannya adalah dengan penggunaan media animasi fisika dalam pembelajaran. Menurut Utami (2007), animasi menjadi pilihan untuk menujang proses belajar yang menyenangkan dan menarik bagi siswa dan juga memperkuat motivasi, dan juga untuk menanamkan pemahaman pada siswa tentang materi yang diajarkan. Animasi yang pada dasarnya adalah rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan memiliki keunggulan dibanding media lain seperti gambar statis atau teks. Animasi gambar dibuat dengan bantuan program macromedia flash.

(3)

Dengan demikian, berdasarkan uraian sebagaimana tersebut di atas, dipandang perlu melakukan penelitian tentang pengaruh media animasi dalam Model Pembelajaran Langsung (Direct

Instruction), dengan rumusan masalah

adalah (1) Apakah terdapat pengaruh media animasi dalam Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) terhadap minat belajar fisika siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu? (2) Apakah terdapat pengaruh media animasi dalam Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) terhadap pemahaman konsep fisika siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu?.

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah (1) Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan media animasi dalam Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) terhadap pemahaman konsep fisika siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu. (2) Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan media animasi dalam Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) terhadap minat belajar siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi

experiment). Desain yang digunakan yaitu

Pretest-Posttest Control Group Design. Tabel 1. Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test Eksperimen O1 X1 O2 Kontrol O3 X2 O4

Keterangan: O : Tes hasil belajar, terdiri dari pre-test (O1 dan O3) dan post-test (O2 dan O4). X1: Perlakuan (treatment) pembelajaran dengan metode inkuiri. X2: Pembelajaran dengan metode konvensional.

Sampel penelitian diambil dua kelas dari tiap-tiap SMA Negeri Kota Bengkulu tahun ajaran 2011/2012 yaitu SMA Negeri 1, 4, 5, 7, dan 9. Data diambil dari hasil pretest dan posttest menggunakan soal pilihan ganda beralasan dan angket minat. Data hasil test dianalisis dengan uji deskriptif, uji inferensial dan uji hipotesis dengan menggunakan rumus uji t dengan

pooled varian untuk dua sampel independent.

HASIL PENELITIAN Minat Belajar

Berdasarkan data minat awal belajar siswa diperoleh skor rata-rata kelas eksperimen adalah 57,57 dan skor rata-rata kelas kontrol 56,55. Dengan menggunakan uji t diperoleh hasil kedua skor rata-rata minat tersebut tidak berbeda secara signifikan, yakni thitung 1,480 < ttabel

1,960 untuk taraf signifikan 95%. Artinya, kedua kelas, eksperimen dan kontrol mempunyai minat belajar yang sama. Setelah siswa kelas eksperimen mengalami pembelajaran langsung dengan media animasi selama tiga kali pertemuan, dilakukan posttest. Hasilnya, kelas eksperimen memperoleh skor rata-rata 71,48 dan skor rata-rata kelas kontrol 64,80. Dengan menggunakan uji t diperoleh hasil kedua skor rata-rata minat tersebut berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%, yakni thitung 8,039 > ttabel

1,960 untuk taraf signifikan 95%. Kelas eksperimen yang diberi perlakuan mempunyai skor rata-rata minat akhir belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan, kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung (Direct Instruction) dengan menggunakan media animasi yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran secara konvensional. Untuk lebih meyakinkan hasil tersebut, dilakukan perhitungan

(4)

Analisis Varian (ANAVA) Minat Belajar Fisika

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan persamaan regresi untuk hubungan minat akhir belajar di kelas kontrol dan eksperimen adalah Ẏ= 59.83+0.18X. Pengujian signifikan disajikan pada tabel 4.15. Dari tabel didapat

= 5,35 dan = 3,90 pada taraf

kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa persamaan regresi tidak signifikan ditolak karena > pada taraf signifikan 95%.

Hasil uji linearitas persamaan regresi didapatkan = 0,72 dan = 1,54 pada taraf nyata 0,05. Oleh karena <

pada taraf nyata 95% maka

dinyatakan bahwa regresi linear. Kemudian analisis koefisien korelasi antara hasil postes di kelas kontrol dan eksperimen sebesar r = 0,39 harga = 0, 151 untuk

taraf kesalahan 5%. Uji signifikan koefisien korelasi menunjukkan sebesar 5,40> 1,645 maka korelasi signifikan. Sedangkan besar pengaruh pembelajaran model pembelajaran langsung (Direct Instruction) melalui media animasi terhadap minat belajar siswa adalah sebesar d= 15%.

Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Fisika

Deskripsi data pemahaman awal siswa terhadap konsep fisika, diperoleh skor rata-rata kelas eksperimen sebesar 44,12 dan skor rata-rata kelas kontrol adalah 42,42. Dengan menggunakan uji t diperoleh hasil kedua skor rata-rata pemahaman tersebut tidak berbeda secara signifikan, yakni thitung 1,944 < ttabel 1,960

untuk taraf signifikan 95%. Artinya, kedua kelas, eksperimen dan kontrol mempunyai pemahaman konsep fisika yang sama. Setelah siswa kelas eksperimen mengalami pembelajaran langsung dengan media animasi selama tiga kali pertemuan, dilakukan posttest. Hasilnya, kelas eksperimen memperoleh skor rata-rata

79,99 dan skor rata-rata kelas kontrol 73,29. Dengan menggunakan uji t diperoleh hasil kedua skor rata-rata pemahaman konsep fisika siswa tersebut berbeda secara signifikan, yakni thitung 7,411 > ttabel 1,960

untuk taraf signifikan 95%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelas yang mengikuti pembelajaran langsung dengan media animasi memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran secara konvensional. Untuk lebih meyakinkan hasil Pengaruh Media Animasi dalam Pembelajaran Langsung Terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu, dilakukan perhitungan Analisis Varian (ANAVA).

Hasil perhitungan didapatkan persamaan regresi untuk hubungan posttes di kelas kontrol dan eksperimen adalah Ẏ= 45.23+0.47X. Hasil uji signifikansi didapat

= 49,96 dan = 3,90 pada taraf

nyata 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol yang menyatakan bahwa persamaan regresi tidak signifikan ditolak karena

> pada taraf signifikan 0,05.

Hasil uji linearitas persamaan regresi didapatkan = -1,45 dan = -

4,70 dengan dk 28/133 pada taraf kepercayaan 95%. Oleh karena < maka dinyatakan bahwa regresi

linear. Kemudian analisis koefisien korelasi antara hasil post test di kelas kontrol dan eksperimen sebesar r = 0,49 dan = 0,151 pada taraf kesalahan 5 %. Uji signifikan koefisien korelasi menunjukkan sebesar 10,6 > 1,645 maka korelasi signifikan. Sedangkan besar pengaruh model pembelajaran langsung (Direct

Instruction) dengan media animasi adalah

sebesar d= 24%.

PEMBAHASAN

Kelas kontrol adalah kelas yang memperoleh pembelajaran medan listrik secara konvensional. Pada kelas kontrol pembelajaran medan listrik dilaksanakan

(5)

dengan menggunakan metode ceramah dan latihan soal. Selama pembelajaran, tidak ada perlakuan lain, seperti melaksanakan praktikum atau kegiatan lapangan lainnya. Pembelajaran seperti ini mempunyai kelemahan antara lain (a) pengetahuan konsep/prinsip atau teori diperoleh siswa dari hasil membaca buku atau informasi dosen bukan merupakan hasil penemuan dari proses sains yang dilakukan siswa. Akibatnya pengetahuan yang diperoleh hanya sebatas mengetahui, bukan memahami. Informasi yang diperoleh dengan cara seperti ini akan lebih cepat terlupakan. (b) tidak menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan proses sains. Perolehan skor rata-rata posttest yang cukup tinggi pada kelas eksperimen 79,99 atau memperoleh thitung 7,411 > ttabel 1,960

untuk taraf signifikan 95%, yang berbeda secara signifikan dengan kelas kontrol pada hasil penelitian ini dimungkinkan karena semua tahap pelaksanaan proses pembelajaran dengan model direct instruction berbasis media animasi mendukung ke arah pencapaian peningkatan hasil belajar siswa. Keunggulan model direct instruction berbasis media animasi dapat diuraikan sebagai berikut: (a) Pada tahap apersepsi, guru berupaya menggali pengalaman dana pengetahuan konstektual siswa mengenai topik yang di bahas dengan tayangan animasi fisika. Kegiatan ini membantu siswa menghubungkan pengetahuan atau pengalaman yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang akan diperolehnya. Minat belajar ditumbuhkan sejak awal pembelajaran dengan menjelaskan manfaat mempelajari topik-topik fisika baik untuk bekal pendidikan lebih tinggi mapun untuk bekal hidup. Dengan mengetahui manfaat mempelajari fisika, akan tumbuh motivasi dan minat belajar. Selanjutnya motivasi dan minat belajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Sebagaimana dijelaskan Wahyudi (2001), ada banyak faktor pencapaian tingkat pemahaman siswa

terhadap materi ajar, salah satunya adalah minat belajar. Sejalan dengan penjelasan tersebut, hasil penelitian si Wahyudin, Sutikno dan Isa, (2010) menunjukkan minat belajar siswa berkorelasi positif dengan prestasi belajarnya.

Kompetensi dasar dan hasil belajar yang menjadi tujuan belajar disampaikan kepada siswa pada awal pembelajaran sehingga siswa memahami betul tujuan belajar yang harus dicapai. Dengan demikian siswa berupaya melaksanakan semua aktivitas belajar untuk mencapai hasil belajar tersebut.

Pada tahap eksplorasi, materi diperkenalkan melalui pengamatan visualisasi animasi fisika. Visualisasi animasi dapat memperjelas pengamatan siswa dan memberikan kontribusi dalam peningkatan pemahaman siswa. Berdasarkan hasil eksplorasi di atas ini, siswa dibimbing menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk menentukan variabel-variabel topik fisika, merencanakan dan melakukan eksperimen, dan menentukan hubungan antar variabel. Pada tahap ini siswa dituntut untuk

menjelaskan, menghubungkan,

menggambarkan, membandingkan dan membuat perumusan terhadap variabel-variabel yang diselidiki berdasarkan data yang sudah diperoleh untuk selanjutnya membentuk konsep, prinsip/hukum, teori atau membandingkan perolehan hasil

penyelidikan dengan konsep,

prinsip/hukum, teori yang telah ada. Dengan demikian siswa tidak perlu menghapalkan konsep, atau prinsip/hukum pada fisika karena konsep, atau prinsip/hukum tersebut telah mereka peroleh sendiri melalui kegiatan pengamatan animasi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

(6)

Berdasarkan analisis data penelitian dan pembahasan sebagaimana di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa;

1. Terdapat pengaruh media animasi dalam Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) terhadap minat belajar fisika siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu dengan ˃ = 1,960 dengan taraf signifikansi 95%

2. Terdapat pengaruh media animasi dalam Model Pembelajaran Langsung (direct instruction) terhadap pemahaman konsep fisika siswa di SMA Negeri Kota Bengkulu ˃ = 1,960 dengan taraf signifikansi 95%

Saran

Disarankan kepada guru fisika SMA, agar mengintegrasikan pembelajaran langsung dengan media animasi.

Selama proses pembelajaran siswa diberi contoh-contoh yang lebih banyak dan dilatih melakukan pengamatan pada animasi fisika.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Niken dan Dany Haryanto. 2010.

Pembelajaran Multimedia di Sekolah.

Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Djalle, Zaharuddin. 2006. 3D Animation

Movie. Bandung: Informatika

Harun, Jamalludin dan Zaidatun Tasir. 2004. Teknologi Multimedia dalam

Pendidikan.

http://www.ctl.utm.my/Publication/manu als/mm/elemenMM.pdf

Diakses pada tanggal 6 Desember 2011

Kanginan, Marthen. 2006. Fisika untuk

SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Kusrianto, Adi. 2006. Panduan Lengkap

Memakai Macromedia Flash Profesional 8. Jakarta: Elex Media Komputindo

Slametto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor

yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta

Stevano, Bayu dan Beranda Agency. 2007.

101 Tip & Trik Flash 8. Jakarta: Elex

Media Komputindo

Sudjana. (1996). Metoda Statistika.

Bandung ; Tarsito

Sugiharti, Piping. 2005. Penerapan Teori

Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan

Penabur, No. 05 Th. IV, Desember 2005 Sugiyono. 2007. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran

Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.

Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher Trianto. 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta

: Kencana Prenada Media Group

Utami, Dina. 2007. Animasi dalam Pembelajaran.

http://www.scribd.com/doc/7988195/222 12421201-12032007111113-Efektifitas-Animasi-Dalam-Pembelajaran.Diakses tanggal 6 Desember 2011

Wahyudin, Sutikno dan Isa. 2010.

Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa. Jurnal

Pendidikan Fisika 6

Yudistira dan Bayu Adjie. 2007. 3D Studio

Max 9.0. Jakarta: Elex Media Komputindo

Referensi

Dokumen terkait

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual.. Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui struktur vegetasi mangrove yang terdapat di Kelurahan Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang dan mengetahui

Rawang Open Badminton Tournament 2010 2 Naib Johan Bergu Lelaki Junior – Piala Take-away + Tunai RM350.00.. Separuh Akhir Bergu Lelaki Junior – Piala Take-away + Tunai RM150.00

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelincahan dengan keterampilan mendribling bola pada siswa kelas VIII MTS Al Muttaqin, untuk mengetahui

kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspeknya, baik tingkah laku, kegiatan-kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian

Keberhasilan proses dan hasil pembelajaran akuntansi di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 Sukoharjo melalui model pembelajaran berbasis projek(Project Based Learning)

Rancangan Undang-Undang Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Filipina mengenai Penetapan Batas Zona Ekonomi Eksklusif

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81/ Menkes/ SK/ I/ 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di tingkat Provinsi, Kabupaten/