• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Kebugaran Jasmani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Kebugaran Jasmani"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Anak Sekolah Dasar

Menurut Soetardjo (2011), kelompok anak menurut usia dibagi dalam tiga golongan, yaitu usia 1-3 tahun, 4-6 tahun, dan 7-9 tahun. Usia 1-3 tahun dan 4-6 tahun disebut sebagai usia pra sekolah, sedangkan usia 7-9 tahun sebagai usia sekolah. Anak sekolah berada pada masa pertumbuhan yang sangat cepat dan kegiatan fisik yang sangat aktif. Anak usia sekolah berusaha mengembangkan kebebasan dan membentuk nilai-nilai pribadi. Perbedan-perbedaan antar anak antara lain tampak pada kecepatan tumbuh, pola aktivitas, kebutuhan gizi, perkembangan kepribadian, dan asupan makanan.

Perbedaan laju pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan ditemukan juga pada usia sekolah dasar. Pada umur 10-12 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan.Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik, sehingga membutuhkan energi lebih banyak, sedangkan anak perempuan pada umumnya sudah mulai menstruasi sehingga memerlukan protein dan zat besi lebih banyak.Kebutuhan yang meningkat ini harus diimbangi dengan makanan sumber zat gizi yang diperlukan.Pengaturan makan yang baik bagi anak adalah dengan memberikan makanan kepada anak yang mengandung minimal tiga kelompok zat gizi yaitu zat gizi sumber energi, sumber pembangun, dan sumber pengatur dalam jumlah yang cukup sehingga pertumbuhan dan perkembangan fisik tetap berjalan optimal (Nasoetion & Riyadi 1994).

Kebugaran Jasmani

Kebugaran adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tugas atau pekerjaan fisik tidak merasakan kelelahan disaat melakukan pekerjaan atau tugas tersebut. Kebugaran jasmani akan diperoleh apabila seseorang melakukan latihan rutin dan berkesinambungan. Kebugaran akan mempengaruhi terhadap kinerja sehingga tidak akan cepat merasa lelah (Adi 2010). Menurut Satya (2008) derajat kebugaran dapat menggambarkan seberapa baik penyesuaian fisik terhadap beban dan tugas fisik yang dilakukan dan seberapa cepat proses pulih asal dari kelelahannya. Semakin baik tingkat penyesuaian terhadap tugas fisik dan kecepatan pulih asalnya, maka semakin baik pula tingkat kebugaran yang dimilikinya.

Kebugaran diuraikan menjadi berbagai komponen yang secara garis besarnya terbagi menjadi dua golongan yaitu komponen kebugaran yang terkait

(2)

dengan kesehatan (health-related fitness) dan komponen kebugaran yang terkait dengan keterampilan (skill-related fitness).Komponen kebugaran yang terkait dengan kesehatan secara umum adalah 1)kebugaran jantung-paru, 2)kebugaran otot (kekuatandan daya tahan otot), 3)fleksibilitas, (kelentukan) dan 4)komposisi tubuh. Komponen kebugaran yang terkait dengan keterampilan terdiri dari berbagai macam dan untuk setiap orang bersifat khas, yaitu sangat bergantung pada profesi seseorang (Sudarsono 2008).

Menurut Sudarsono (2008), berbagai jenis olahraga dapat menjadi pilihan untukmemelihara kebugaran tubuh. Setiap saat mucul jenis olahraga baru, exercisebaru yang kelihatan menarik dan modern. Namun, sesungguhnya hal yang penting diperhatikandalam merencanakan kegiatan berolahraga adalah memenuhi setidaknya empat criteria, yaitu: F (frequency; frekuensi berolahraga), I (intensity; intensitas/beratnya latihan), T(type; jenis kegiatan olahraga), dan T (time/duration; lama waktu berolahraga). Kebugaran tubuh dapat dicapai jika olahraga yang dilakukan dapat mencapai sasaran berbagai komponen kebugaran.

Pengukuran Tingkat Kebugaran Jasmani

Setiap orang memiliki tingkat kebugaran jasmani yang berbeda-beda.Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan tes kebugaran jasmani. Tes kebugaran jasmani ada bermacam-macam, antara lain: 1) Harvard Step Test, 2) Tes Aerobik, 3) Tes ACSPFT, 4)Bleep Test, 5) Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI).Bleep test bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi fungsi jantung dan paru-paru yang ditunjukkan melalui pengukuran pengambilan oksigen maksimum (maximum oxygen uptake). Alat-alat yang diperlukan dalam pelaksanaan tes tersebut diantaranya: lintasan datar dan tidak licin, meteran, kaset, formulirbleep test, dan alat tulis (Nurhasan & Cholil 2007).

Pelaksanaan dari bleep test atau tes lari multi tahap, yaitu: 1) Pertama-tama diukur jarak sepanjang 20 meter dan diberi tanda pada kedua ujungnya. Peserta tes dianjurkan melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum mengikuti tes dan 2) Hidupkan pita suara (kaset), kemudian peserta tes mulai berlari ketika pita kaset mulai mengeluarkan sinyal suara “TUT”. Jarak antara dua sinyal “TUT” menandai suatu interval 1 menit. Peserta tes harus meneruskan lari selama mungkin sampai tidak mampu lagi menyesuaikan dengan kecepatan yang telah diatur dalam pita rekaman. Skor-skor peserta tes lari multi tahap dapat digunakan

(3)

untuk mengukur kebugaran yang dilihat dari besarnya nilai VO2max (Nurhasan & Cholil 2007).

VO2 max atau yang biasa disebut denganmaximal oxygen consumption, maximal oxygen uptake, peak oxygen uptake atau maximal aerobic capacity adalah kapasitas maksimum tubuh seseorang untuk menyalurkan dan menggunakan oksigen selama olahraga berintensitas tinggi. VO2 max bisa diketahui dengan menghitung jumlah oksigen dalam liter per menit (l/menit) atau nilai relatif oksigen dalam mililiter per kilogram berat tubuh per menit (ml/kg/min). VO2 max juga bisa dipakai sebagai alat ukur kekuatan aerobik maksimal dan kebugaran kardiovaskular (Dunia Fitness 2012).

Menurut Nurhasan dan Cholil (2007), tes ini bersifat maksimal dan progresif, artinya cukup mudah pada permulaannya kemudian meningkat dan makin sulit menjelang saat-saat terakhir.Peserta tes harus mengerahkan kerja maksimal saat melakukan tes ini. Setelah melakukan tes, lakukan gerakan-gerakan pendinginan dengan cara berjalan dan diikuti dengan peregangan-peregangan otot. Jumlah terbanyak dari level dan balikan sempurna yang behasil diperoleh dicatat sebagai skor-skor peserta tes.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani Usia

Pada usia pertumbuhan kebugaran jasmaninya akan lebih baik, dikarenakan fungsi organ akan tumbuh dengan optimal. Sedangkan pada orang tua akan terjadi penurunan kebugaran jasmnani dikarenakan banyak jaringan-jaringan dalam tubuh yang mengalami kerusakan (Muslichatun 2005).

Tingkat kebugaran jasmani meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 30 tahun, dan setelah usia 30 tahun akan terjadi penurunan kebugaran secara perlahan (Afriwardi 2002). Hal tersebut terjadi akibat penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0.8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya (Depkes 2010).Usia besar pengaruhnya terhadap kebugaran jasmani, misalnya: 1) Daya tahan jantung dan pembuluh darah, mulai anak-anak meningkat sampai usia sekitar 20 tahun, dan mencapai maksimal di usia 20-30 tahun, kemudian menurun sesuai dengan usia, sehingga pada usia 70 tahun hanya memiliki daya tahan jantung dan pembuluh darah sekitar 50% saja dan 2) Kekuatan Otot, pada usia kira-kira 25 tahun kekuatan otot mencapai dalam keadaan optimal, setelah itu terjadi penurunan, hingga pada usia 65 tahun kekuatannya hanya sekitar

(4)

65-70% dari kekuatan yang dimiliki pada usia 25 tahun, sesudah usia 65 tahun penurunannya akan lebih cepat lagi. Pada anak-anak berusia 15-19 tahun kekuatan ototnya baru mencapai 70-85% maksimal. Selain itu seluruh nilai komponen kebugaran jasmani juga akan mengalami penurunan setelah usia kira-kira 30 tahun.

Jenis Kelamin

Nilai kebugaran jasmani pada laki-laki dan perempuan hampir sama sampai usia pubertas, tetapi setelah usia tersebut laki-laki mempunyai nilai jauh lebih besar. Hal ini dapat disebabkan salah satunya pengaruh hormone seks laki-laki yang mempunyai hormon testoteron 10 kali lebih banyak dari perempuan.Hormon ini adalah suatu anabolic steroid yang membuat otot jadi lebih besar dan lebih kuat (rata-rata kekuatan otot perempuan hanya sekitar 2/3 dari kekuatan otot laki-laki) dan bersifat lebih agresif (Afriwardi 2002).

Status Gizi

Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut (Supariasa 2002). Sedangkan zat gizi sendiri dapat diartikan adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier 2006).Status gizi sangat mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani seseorang, karena status gizi menyebabkan tingkat kesehatan seseorang menjadi baik.

Hereditas

Komponen kebugaran jasmani sesungguhnya mencakup dua komponen dasar, yaitu kebugaran organik dan kebugaran dinamik.Kebugaran organik membahas bagaimana pengaruh garis keturunan dalam mewariskan tingkat kebugaran pada generasi berikutnya (Satya 2008).

Aktivitas fisik

Almatsier (2004) menjelaskan bahwa aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya untuk menggerakkan badan. Latihan fisik tidak sama dengan aktivitas fisik. Latihan fisik merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dilakukan berulang-ulang dan bertujuan untuk memperbaiki atau mempertahankan kebugaran jasmani.Tugas-tugas rumah tangga dan pekerjaan biasanya dilakukan tanpa mempertimbangkan aspek kebugaran jasmani. Walaupun demikian seseorang

(5)

dapat melaksanakan tugas-tugas rumah tangga dan pekerjaan dengan cara yang lebih efektif dan menghasilkan kebugaran jasmani pada saat yang sama pekerjaan terselesaikan.

Konsumsi pangan

Menurut Suharjana dan Purwanto (2008) untuk mendapatkan kesehatan dan kebugaran jasmani yang baik, seseorang harus berpola hidup sehat.Untuk melakukan aktivitas sehari-hari manusia memerlukan energi.Energi tersebut diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari.Proporsi makanan yang baik adalah karbohidrat 60%, lemak 25% dan protein 15%.Zat-zat gizi dari makanan mutlak diperlukan agar kebugaran jasmani baik karena zat-zat teersebut digunakan untuk tenaga atau kalori, pembentukan sel-sel atau pertumbuhan dan menggiatkan atau mengatur proses-proses dalam tubuh (Susilowati 2007).

Status Gizi

Menurut Briawan dan Madanijah (2008), status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) untuk berbagai fungsi biologis.Status gizi sangat ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel agar tubuh dapat berkembang dan berfungsi dengan normal.Nilai status gizi seseorang ditentukan oleh pemenuhan semua zat gizi yang diperlukan tubuh dari makanan dan berperannya fatktor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan, dan penggunaan zat-zat gizi tersebut (Supariasa 2002).

Riyadi (2007), mendefinisikan status gizi sebagai keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat-zat gizi makanan.Ukuran fisik seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi, oleh sebab itu antropometri diakui sebagai indikator yang baik dan dapat diandalkan dalam penentuan status gizi.Ditambahkan oleh Hardinsyah et al. (2002), bahwa status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi mungkin.

Penilaian Status Gizi

Terdapat dua jenis penilaian status gizi, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung antara lain dengan antropometri,

(6)

biokimia, biofisik, dan klinis. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui survey konsumsi makanan, statistik vital, dan penilaian faktor ekologi (Supariasa 2002). Menurut Gibson (2005), terdapat empat cara untuk melakukan penilaian status gizi di tingkat individu, yaitu pengukuran klinis atau fisik, pengukuran konsumsi makanan, pengukuran antropometri, dan pengukuran biokimia.

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Fauzi 2011).

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi.Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys).Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi (Fauzi 2011).

Menurut Fauzi (2011), penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Gejala klinis yang kurang spesifik banyak ditemui, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes), Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Fauzi 2011).

(7)

Pengukuran dan Penilaian Status Gizi secara Antropometri

Pengukuran antropometrik berasal dari bahasa latinantropos yang berarti manusia (human being).Antropometrik dapat dilakukan melalui beberapa macam pengukuran, yaitu pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam survei gizi.Menurut Riyadi (2004), saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama bila terjadi ketidakseimbangan kronik antaraintakeenergi dan protein.

Gibson (2005) menyatakan bahwa pada anak-anak indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U).Indeks antropometri dapat dinyatakan dalam istilah z-skor, persentil atau persen terhadap median.Indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan tidak hanya dipengaruhi oleh umur saja tetapi juga oleh tinggi badan (TB).Indikator TB/U menggambarkan status gizi ini secara sensitif dan spesifik. Menurut WHO (2007) pengukuran status gizi pada anak usia 5 hingga 19 tahun sudah tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan indeks massa tubuh berdasarkan umur (IMT/U).

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan cara yang lebih dianjurkan untuk menentukan status gizi kurus, normal, atau gemuk pada seseorang. IMT merupakan hasil pembagian berat badan (BB) dalam satuan kilogram dengan kuadrat tinggi badan (TB2) dalam satuan meter. Indeks ini tidak memerlukan data usia sehingga merupakan indeks yang independen terhadap usia dan dapat digunakan untuk menyatakan status gizi saat ini. Kategori status gizi berdasarkan IMT/U dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 Kategori status gizi menurut IMT/U

Kategori IMT/U Baku nilai

Sangat gemuk >+3 SD

Gemuk +2 SD sampai dengan +3 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Kurus -3 SD sampai -2 SD Sangat kurus <-3 SD

Sumber: WHO 2007

Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.Definisi ini

(8)

menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau dari aspek jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi.Jenis dan jumlah pangan merupakan hal yang penting dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi.Batasan ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat ditinjau berdasarkan aspek jenis pangan dan jumlah pangan yang dikonsumsi (Kusharto & Sa’adiyah 2008).

Penilaian Konsumsi Pangan

Survey konsumsi atau penilaian konsumsi pangan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penetuan status gizi perorangan atau kelompok.Supariasa (2002) menjelaskan bahwa dalam survei konsumsi pangan terdapat tiga metode yang digunakan yaitu metode kualitatif, metode kuantitatif, serta gabungan dari keduametode tersebut.Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan pangan, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan. Metode kuantitaif digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM), dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM).

Metode food recall 24 jam merupakan salah satu metode dalam melakukan survey konsumsi pangan dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga, dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Mengingat kembali dan mencatat jumlah serta jenis pangan dan minuman yang telah dikonsumsi 24 jam merupakan metode pengumpulan yang paling banyak digunakan dan paling mudah dilakukan (Arisman 2004).

Pengukuran konsumsi pangan diawali dengan menanyakan jumlah pangan dalam URT (Ukuran Rumah Tangga), setelah itu baru dikonversi dalam satuan berat (Kusharto & Sa’adiyah 2008).Pengukuran food recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Pengukuran sebaiknya minimal dua kali (2x24 jam) tanpa berturut-turut sehingga dapat menghasilkan gambaran asupan gizi yang lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentangintakeharian individu (Gibson 2005).

(9)

Menurut Gibson (2005), pada metode food recall jumlah makanan yang dikonsumsi diukur atau diperkirakan dengan ukuran rumah tangga yang kemudian dikonversi dengan ukuran berat. Metode ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: 1) Menunjukkan konsumsi makanan yang akurat (dibandingkan dengan food frequency); 2) Mengingat dalam jangka waktu yang pendek (24 jam yang lalu); 3) Mampu memperkirakan asupan zat gizi dari kelompok; 4) Tidak mengubah kebiasaan makan; dan 5) Wawancara dapat dilakukan melalui telepon jika responden tidak dapat hadir.

Kelemahan dari metode food recall, yaitu: 1) Mengandalkan ingatan responden yang mungkin kurang akurat; 2) Responden dapat menambah atau mengurangi informasi konsumsi makanan yang sebenarnya; dan 3) Estimasi konsumsi energi menjadi rendah karena konsumsi minuman sering tidak diperhitungkan.

Metode food frequency didesain untuk memperoleh gambaran informasi mengenai bahan makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu tertentu.Kuisioner food frequency terdiri dari daftar bahan makanan yang biasa dikonsumsi dan kategori frekuensi yang digunakan (hari, minggu, bulan atau tahun).Daftar bahan makanan dibuat berdasarkan kelompok makanan untuk memperkirakan asupan zat gizi. Kuesioner food frequency harus dibuat secara sederhana sehingga hanya diperlukan 15-30 menit waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi kuisioner (Gibson 2005).

Food frequency dibagi menjadi dua macam yaitu Food Frequency Qualitative (FFQ) dan Food Frequency Semi-Quantitative (FFSQ).FFQ digunakan untuk melihat kualitas makanan yang dikonsumsi atau melihat kebiasaan makan sehari-hari. FFSQ digunakan untuk melihat kebiasaan makan, jumlah makan yang biasa dikonsumsi, menentukan frekuensi dari konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi dalam suatu periode tertentu (Gibson 2005).

Menurut Gibson (2005), metode food frequencyini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain relatif murah, dapat dilakukan sendiri oleh responden, tidak membutuhkan latihan khusus, dan dapat membantu menjelaskan hubungan antara penyakit dengan kebiasaan makan.Kekurangan metode Food Frequency antara lain tidak dapat digunakan untuk menghitung intake zat gizi sehari, sulit mengembangkan kuisioner pengumpulan data, cukup menjemukan bagi pewawancara, perlu membuat percobaan pendahuluan untuk

(10)

menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuisioner, serta responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.

Kecukupan Gizi Bagi Anak Sekolah Dasar

Perhitungan asupan gizi seseorang dapat mengacu pada Daftar Kecukupan Gizi (DKG), yaitu daftar yang memuat angka-angka kecukupan gizi rata-rata per orang per hari bagi orang sehat Indonesia.Penilaian tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan membandingkan konsumsi zat gizi aktual dengan AKG yang dianjurkan (Hardinsyah & Briawan 1994).Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui (Muhilal & Sulaeman 2004).

Untuk pertumbuhan dan perkembangan secara normal, seorang anak harus mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang cukup (Rahmawati 2001). Apabila makanan yang dikonsumsi oleh anak sekolah dasar tidak mencukupi kebutuhan gizinya, maka akan dapat mengakibatkan gangguan gizi pada anak sekolah dasar. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa anak usia sekolah dasar mengkonsumsi zat gizi kurang dari kecukupan yang dianjurkan disebabkan karena jarang sarapan pagi, pemilihan makanan jajanan yang kurang baik serta jarang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan (Thoha 2003).Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak sekolah dasar dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan per hari bagi anak usia sekolah

Energi dan zat gizi Golongan umur

7 – 9 tahun Pria 10 – 12 tahun Wanita 10 – 12 tahun

Energi (kkal) 1800 2050 2050 Protein (g) 45 50 50 Vitamin A (RE) 500 600 600 Vitamin B1 (mg) 0,9 1,1 1,1 Vitamin C (mg) 45 50 50 Kalsium (mg) 600 1000 1000 Zat Besi (mg) 10 13 20 Sumber: WKNPG 2004 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik atau disebut juga aktivitas eskternal adalah suatu rangkaian gerak tubuh yang menggunakan tenaga atau energi. Jenis aktivitas fisik yang sehari-hari dilakukan antara lain berjalan, berolahraga, mengangkat benda, dan mengayuh sepeda. Setiap kegiatan fisik menentukan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot (FKM-UI 2007). Aktivitas fisik juga

(11)

diartikan sebagai gerakan yang dilakukan otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya untuk menggerakan badan.

Aktivitas fisik menentukan kondisi kesehatan seseorang. Kelebihan energi karena rendahnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko kegemukan dan obesitas. Oleh karena itu, angka kebutuhan energi individu disesuaikan dengan aktivitas fisik (FAO/WHO/UNU 2001). Aktivitas fisik dan angka metabolisme basal (AMB) ataubasal metabolic rate(BMR) merupakan komponen utama yang menentukan kebutuhan energi. AMB dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan (Almatsier 2004).

Menurut WHO (2007), aktivitas fisik contoh sekolah dibagi atas beberapa bagian, yaitu tidur, waktu sekolah, waktu luang (di sekolah dan luar sekolah), waktu mengerjakan tugas, waktu melakukan perjalanan ke sekolah, dan waktu olahraga. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh serta untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama, dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan (Almatsier 2006).

Aktivitas fisik dilaporkan merupakan 20-40% total pengeluaran energi.Aktivitas fisik rutin dapat memberikan dampak positif bagi kebugaran seseorang, diantaranya yaitu: 1) peningkatan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung, 2) penurunan detak jantung, penurunan tekanan darah, peningkatan efisiensi kerja otot jantung, 3) mencegah mortalitas dan morbiditas akibat gangguan jantung, 4) peningkatan ketahanan saat melakukan latihan fisik, 5) peningkatan metabolisme tubuh (berkaitan dengan gizi tubuh), 6) meningkatkan kemampuan otot, dan 7) mencegah obesitas (Astrand 1992). Pengukuran dan Penilaian Aktivitas Fisik

Menurut Riyadi (2006), jika diketahui jumlah energi tubuh yang telah dikeluarkan selama aktivitas sehari, maka sebenarnya jumlah tersebut merupakan kebutuhan energi seseorang dengan asumsi aktivitas harian tersebut merupakan aktivitas normal sehari-hari untuk hidup sehat. Kegiatan fisik dan olahraga secara teratur dan cukup takarannya, dapat membantu mempertahankan derajat kesehatan yang optimal. Kegiatan fisik dan olahraga yang tidak seimbang dengan energi yang dikonsumsi dapat mengakibatkan berat badan tidak normal.

(12)

FAO/WHO/UNU (2001), menyatakan bahwa aktivitas fisik dan angka metabolisme basal merupakan variabel utama dalam perhitungan pengeluaran energi. Pengeluaran energi dapat menjadi gambaran kebutuhan energi seseorang dapat hidup sejahtera dan berkualitas secara keseluruhan. Tingkat aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL ditentukan dengan rumus berikut:

Keterangan :

PAL =Physical activity level(tingkat aktivitas fisik)

PAR =Physical activity ratio(jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Tabel 3 Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

Kategori Nilai PAL

Aktivitas Sangat Ringan < 1,40 Aktivitas Ringan 1,40- 1,69 Aktivitas Sedang 1,70-1,99 Aktivitas Berat 2,00-2,40

Sumber: FAO/WHO/UNU (2001)

Referensi

Dokumen terkait

Bagian ini digunakan untuk merubah energi air yang mengalir menjadi energi kinetis dalam bentuk energi putaran, semakin besar air yang memutar kincir ini semakin besar momen

AAA mempunyai petani mitra dengan lahan yang menghasilkan sayuran dalam tiap periode tertentu, oleh karena itu masalah yang dihadapi dilapangan adalah bagaimana menyiapkan

Sebelum evaluasi penawaran, untuk kontrak harga satuan dilakukan koreksi aritmatik dengan ketentuan volume pekerjaan yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga

Tetapi jika kita mengasihi dan memelihara bahkan hukum yang terkecil dari perintah-perintah Tuhan, dan kita mendorong orang lain juga melakukan hal yang sama (jika kita mempunyai

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa terdapat penurunan jumlah renal corpuscle yang utuh pada ginjal tikus yang diberikan ekstrak daun sirsak (

Berdasarkan hasil dari analisa jurnal atau artikel yang didapatkan oleh peneliti sebanyak 35 artikel dan di seleksi berdasarkan kriteria inklusi mulai dari tahun 2016

Dinas Perhubungan Kabupaten Subang akan melaksanakan Misi ke-1 dari Pemerintah Daerah Kabupaten Subang yaitu Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih dari Korupsi, Kolusi,

Model Spot Capturing akan memberikan kebebasan dalam mengaktualisasi gelombang otak global mulai dari imajinasi, kreasi dan logika. Semua siswa dapat menjalani proses