• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. STATUS KUALITAS AIR DAS CILIWUNG DITINJAU DARI PARAMETER KIMIA DAN FISIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3. STATUS KUALITAS AIR DAS CILIWUNG DITINJAU DARI PARAMETER KIMIA DAN FISIKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 23

BAB 3.

STATUS KUALITAS AIR DAS CILIWUNG DITINJAU DARI PARAMETER

KIMIA DAN FISIKA

TUTI SURYATI

1,

*, TITIN RAHAYU

1

, SUSI SULISTIA

1

, TIA AGUSTIANI

1

, RUDI

NUGROHO

2

1

Balai Teknologi Pengolahan Air dan Limbah,

2

Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan Puspiptek, Tangerang Selatan, Banten 15314

Telp. (021) 75791377 Fax (021) 75791377 *email:tuti.suryati@bppt.go.id

PENDAHULUAN

Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung merupakan salah satu DAS strategis nasional karena menurut Keppres No.12 Tahun 2012 dinyatakan bahwa pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai tersebut dengan tetap menjamin kebutuhan air baku Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indoesia, yaitu Jakarta. Namun demikian kualitas dan kuantitas air pada DAS tersebut secara perlahan mengalami penurunan dikarenakan aktivitas masyarakat di sekitarnya.Oleh karena fungsi DAS Ciliwung yang memiliki peran sangat strategis, maka sumber daya air tersebut harus dilestarikan agar tetap berada pada kondisi yang sesuai untuk penggunaannya. Salah satu cara melestarikan sumberdaya air yang ada di sekitar kita adalah dengan melakukan pemantauan kualitas air (KLH 2003). Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia terhadap air minum. Untuk kualitas air sungai, kondisinya dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapan sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada di dalamnya (Wiwoho, 2005). Perubahan kondisi kualitas air pada aliran sungai merupakan dampak dari buangan dan penggunaan lahan yang ada. Perubahan pola pemanfaatan lahan menjadi lahan pertanian, tegalan dan permukiman serta meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi hidrologis dalam suatu Daerah Aliran Sungai. Selain itu, berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air sungai (Suriawiria, 2003). Untuk mencegah pencemaran sungai, pemerintah telah menyusun aturan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 tentang sungai. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa pencegahan pencemaran air sungai dapat dilakukan melalui penetapan daya tampung beban pencemaran, identifikasi dan inventarisasi sumber air limbah yang masuk ke sungai, penetapan persyaratan dan tatacara pembuangan air limbah, pelarangan pembuangan sampah ke sungai, pemantauan kualitas air pada sungai dan pengawasan air limbah yang masuk ke sungai.

(2)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 24

Dalam rangka pengelolaan DAS Ciliwung serta pencegahan pencemaran di sungai tersebut, maka dilakukan kegiatan pendahuluan yaitu survei dan pemantauan kualitas air Sungai Ciliwung yang dilakukan di wilayah hulu sampai hilir. Kegiatan ini dilakukanuntuk mengetahuiparameter-parameter kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran, dan untuk mengetahui status pencemaran sungai Ciliwung di beberapa lokasi, berdasarkan metode Indeks Pencemaran seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 tentang pedoman penentuan status mutu air. Selanjutnya dari data-data tersebut akan menjadi dasar dalam upaya memperbaki kondisi DAS Ciliwung dengan menerapakan teknologi pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan kondisi existing DAS tersebut pada kegiatan tahap selanjutnya.

BAHAN DAN METODE

Penelitian status kualitas air Sungai Ciliwung dilakukan dengan tahapan meliputi studi pustaka untuk mencari data pendukung penelitian, survei, pengambilan sampel air, analisis kualitas air di lokasi (on spot) dan di laboratorium, pengolahan dan analisis data serta penyusunan laporan. Penelitian dilakukan di Sungai Ciliwung pada bulan Mei, Juni dan September. Jumlah titik sampling pada bulan Mei sebanyak 10 lokasi, bulan Juni tiga lokasi dan bulan September satu lokasi.Walaupun dilakukan pada bulan yang berbeda tetapi survei dan pengambilan sampel air di sungai tersebut berlangsung pada musim kemarau, sedangkan tahun 2015 ini merupakan musim kemarau panjang. Lokasi pengambilan sampel di wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan DKI Jakarta.

Parameter yang dianalisis yaitu parameter fisika dan kimia yang dilakukan melalui pengukuran secara langsung di lokasi pemantauan dan di laboratorium. Parameter fisika meliputi suhu, kekeruhan, total dissolved solid (TDS) atau total padatan terlarut, total suspended solid (TSS) atau total padatan tersuspensi. Parameter kimia meliputi pH, dissolved oxygen (DO) atau oksigen terlarut, Biochemical Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biokimiawi,

Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi, kadar nitrat (NO3) dan nitrit

(NO2) sebagai Nitrogen, amoniak, total fosfat. Parameter yang diukur secara in situ yaitu suhu,

pH, kekeruhan, DO dan TDS, sedangkan parameter lainnya dianalisa di laboratorium.

Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Analitik Balai Teknologi Pengolahan Air dan Limbah (BTPAL), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.Kriteria kelayakan mutu air sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran dijadikan acuan penentuan kriteria kualitas air.Selanjutnya dilakukan penentuan status mutu air menggunakan metode indeks pencemaran. Indeks pencemaran merupakan salah satu metode yang terdapat dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Indeks Pencemaran mencakup berbagai kelompok parameter kualitas yang independent dan bermakna yang dihitung menggunakan rumus di bawah ini.

(3)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 25

Lij = konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Mutu suatu Peruntukan Air (j),

Ci = konsentrasi parameter kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisis cuplikan air pada suatu lokasidi suatu alur sungai,

(Ci/Lij)R = nilai Ci/Lij rata-rata (Ci/Lij)M = nilai Ci/Lij maksimum

IPj = Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yangmerupakan fungsi dari Ci/Lij. Evaluasi terhadap nilai IP dicantumkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria mutu perairan bedasarkan indeks pencemaran INDEKS PENCEMARAN MUTU PERAIRAN

0 < IPj < 1,0 memenuhi baku mutu 1,0 < IPj < 5,0 cemar ringan

5,0 < IPj < 10 cemar sedang

IPj >10 cemar berat

Sumber : Kepmen LH No. 115 Tahun 2003

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Sungai Ciliwung

Sungai Ciliwung merupakan Wilayah Sungai Lintas Provinsi, yang mengalir melalui Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dan Provinsi Jawa Barat. Sungai ini memiliki fungsi yang strategis antara lain sebagai pengendali banjir bagi kawasan Ibu Kota Jakarta, sebagai sumber air irigasi dan sebagai sumber air minum. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai disebutkan bahwa pengelolaan sumber daya air di Wilayah Sungai Ciliwung tetap menjamin kebutuhan air baku bagi kepentingan Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu pengelolaan sungai ini menjadi sangat penting baik di bagian hulu maupun bagian hilir dan harus terjaga kuantitas dan kualitasnya sesuai dengan peruntukannya.

Telah dilakukan survei dan pemantauan kualitas air di DAS Ciliwung yang telah dilaksanakan di empat belas lokasi pemantauan dari hulu ke hilir. Lokasi tersebut termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan DKI Jakarta.Rincian lokasi pemantauan berikut koordinatnya disajikan dalam Tabel 2 dan Gambar 1, dan kondisi lokasi pemantauannya disajikan dalam Gambar 2.

(4)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 26 Tabel 2. Lokasi sampling air DAS Ciliwung

Wilayah Lokasi Tanggal Survei Titik Koordinat Kabupaten Bogor Mesjid Atta’awun,

Cisarua 21 Mei 2015 S 06o41’57.1” E 106o59’42.2” Hotel Evergreen, Cisarua 21 Mei 2015 S 06o41’08.8” E 106o57’28.2” Jembatan Leuwi Malang 21 Mei 2015 S 06o39’15.9” E 106o54’37.4” Jembatan Gadog, Megamendung 20 Mei 2015 S 06o39’06.4” E 106o52’15.8” Kota Bogor Bendung Katulampa 21 Mei 2015 S 06o37’59.5”

E 106o50’13.3” Jembatan Sempur 26 Mei 2015 S 06o35’32.6”

E 106o48’0.04” Jembatan Kedung Halang 26 Mei 2015 S 06o33’44.0” E 106o48’30.9” Kabupaten Bogor JembatanSukahati, Cibinong 20 Mei 2015 S 06o29’49.6” E 106o48’17.6” PondokRajeg, Cibinong 20 Mei 2015 S 06o27’33.1” E 106o48’58.9” Kota Depok Jembatan Grand

Depok City (GDC)

20 Mei 2015 S 06o24’40.8” E 106o49’04.6” Jembatan Kelapa Dua

Depok 22 September 2015 S 06 o 21’16,2’’ E106o50’10,5’’ DKI Jakarta Intake PAM Condet 4 Juni 2015 S 06o

17’31,7” E. 106o51’14,5” Pintu air Manggarai 4 Juni 2015 S 06o12’27,1”

E 106o50’55,1” Jembatan Karet Bivak,

Jl. KH. Mas Mansyur

4 Juni 2015 S 06o12’04,0” E106o48’54,5”

Kondisi lingkungan lokasi survei DAS Ciliwung secara umum memperlihatkan kedalaman air sungai kurang dari 1 m kecuali di pintu air Manggarai dan Jembatan KH. Mas Manyur. Hal ini karena survei berlangsung pada musim kemarau. Pengamatan secara visual nampak bahwa kondisi air di hulu yaitu di Mesjid Atta’Awun airnya jernih, namun semakin ke hilir seperti di Kedung Halang Bogor, Pintu air Manggarai dan di bawah Jembatan Jl. KH. Mas Mansyur Jakarta air sungai Ciliwung menjadi sangat keruh.

(5)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 27

Gambar 1. Titik sampling (tanda bintang kuning) DAS Ciliwung

Sampah terutama sampah plastik terdapat bukan hanya di bantaran sungai, tetapi terdapat juga di badan sungainya sendiri.Hal ini terlihat hampir di semua lokasi pemantauan kecuali Mesjid Atta’Awun.Dengan demikian terbukti bahwa sungai Ciliwung masih dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah oleh masyarakat baik di bagian hulu maupun di bagian hilir. Hal ini tidak mengherankan karena pemukiman penduduk berada langsung di bantaran atau sempadan sungai yang semestinya tidak diperbolehkan seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2011 tentang Sungai. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa garis sempadan sungai tidak bertanggul di kawasan perkotaan paling sedikit 10 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, jika kedalaman sungai kurang dari 3 m. Untuk kedalaman sungai yang lebih dari tiga meter, maka garis sempadan sungai lebih jauh lagi dari bibir sungai dan bisa mencapai 30 m. hal ini berarti bahwa tidak diperbolehkan untuk membangun pemukiman di sempadan sungai tersebut. Dalam PP tersebut juga dinyatakan tentang pencegahan pencemaran sungai yang dapat dilakukan melalui pelarangan pembuangan sampah ke sungai dan pengawasan air limbah yang masuk ke sungai.Oleh karena itu untuk melaksanakan pengelolaan sungai yang sesuai dengan peraturan tersebut peran pemerintah baik pusat dan daerah sangat diperlukan demikian pula dengan masyarakat umum lainnya. Kesadaran masyarakat untuk tidak menjadikan sungai sebagai tempat membuang sampah sangat diperlukan, karena hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas air sungainya, dan air ini merupakan faktor yang sangat penting dalam pengelolaan DAS, karena air menunjang kehidupan berbagai makhluk hidup di dalamnya.

(6)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 28

A B

C D

E F

G H

Gambar 2. Beberapa lokasi pengambilan sampel air DAS Ciliwung : A=Hotel Ever Green, B=Katulampa, C=Sempur, D=Kedung Halang, E= Sukahati, F=Condet, G=Pintu air Manggarai, H= Jl. KH Mas Mansyur

(7)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 29

a. Parameter Fisika

Hasil pengukuran parameter fisika yang meliputi suhu, kekeruhan, total padatan tersuspensi (TSS) dan total padatan terlarut (TDS) dicantumkan dalam Gambar 3. Pada saat survei, suhu air DAS Ciliwung dari hulu sampai hilir berada pada kisaran 19o – 31oC. Semakin ke hilir suhu air semakin tinggi karena semakin ke hilir ketinggian dari permukaan laut semakin rendah. Selain itu waktu sampling juga menentukan suhu air. Menurut Efendi (2003), perbedaan suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran, serta kedalaman badan air. Perubahan suhu mempengaruhi proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Suhu berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan.

A B

C D

Gambar 3. Hasil analisis parameter temperatur (A), kekeruhan (B), TSS (C) dan TDS (D)

Untuk kekeruhan berada pada kisaran 4,72 NTU sampai 78 NTU. Kadar paling kecil berasal dari hasil pemantaun di lokasi hotel Evergreen, dan paling besar dari sampel air Kedung Halang Kota Bogor. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisne lain (APHA, 1976; Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi 2003).

(8)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 30

Baku mutu untuk kekeruhan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air adalah 25 untuk kualitas air bersih. Lokasi pemantaun yang tidak memenuhi baku mutu menurut Permenkes tersebut adalah di Kedung Halang dan Pintu air Manggarai.

Konsentrasi TSS menunjukkan peningkatan dari hulu ke hilir.Nilai paling rendah sebesar 16mg/L yaitu di Mesjid Atta’Awun, dan tertinggi sebesar 172 mg/L di Kelapa Dua.Semakin ke hilir umumnya nilai TSS semakin meningkat.Baku mutu nilai TSS menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 adalah 50 mg/L untuk mutu air kelas 1 dan 2. Berdasarkan mutu air tersebut mulai lokasi Sempur sampai Jembatan Jl KH Mas Mansyur Jakarta kadar TSS tidak memenuhi baku mutu kelas tersebut. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Efendi, 2003). Bahan-bahan tersuspensi pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan kekeruhan yang selanjutnya dapat mengakibatkan nilai kekeruhan yang menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis di perairan.

Hasil analisis padatan terlarut (TDS) DAS Ciliwung dari hulu sampai hilir menunjukkan kecenderungan semakin meningkat. Namun demikian kadar padatan terlarut tersebut masih jauh di bawah ambang batas baku mutu air kelas 1, 2 dan 3 yaitu sebesar 1000 mg/L, dan kelas 4 yaitu sebesar 2000 mg/L. Kadar TDS yang terukur berada pada kisaran 47 mg/L di Hotel Evergreen sampai 134 mg/L di Kelapa Dua Depok. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan diperairan seperti sodium, kalsium, magnesium, kalium, sulfat, nitrat dan lain-lain.Nilai TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan pengaruh antropogenik (limbah domestik dan industri).

b. Parameter Kimia

Hasil pengukuran parameter kimia disajikan dalam Gambar 4 sampai 6. Untuk nilai pH hasil pengukuran berada pada kisaran 7,05 sampai 8,73. Nilai tersebut masih berada pada nilai baku mutu untuk berbagai peruntukan sesuai dengan PP no 82 tahun 2001, yaitu pada kisaran 6 – 9. Perbedaan nilai pH mungkin disebabkan antara lain perbedaan banyaknya buangan air limbah domestik, industri dan pertanian. Buangan limbah tersebut akan mengubah pH air yang netral menjadi pH yang dapat mengganggu kehidupan biota akuatik.

Untuk kadar oksigen terlarut (DO) hasil pengukuran berada pada kisaran 1,48 mg/L sampai 4,26 mg/L. Semakin ke hilir menunjukkan nilai DO yang semakin rendah. Hal ini berarti bahwa semakin ke hilir kualitas air semakin tercemar. Nilai DO terendah yaitu di lokasi pemantauan pintu air Manggarai, sedangkan tertinggi hasil pemantauan di pintu air Katulampa. Semua lokasi pemantauan tidak memenuhi baku mutu air kelas 1 yaitu sebesar 6 mg/L. Lokasi pemantauan yang memenuhi baku mutu air kelas 2 yaitu di pintu air Katulampa dan Leuwimalang. Lokasi pemantauan yang memenuhi baku mutu air kelas 3 yaitu di Mesjid AttÁwun, hotel Evergreen, Gadog Megamendung, Sempur sampai jembatan Kelapa Dua Depok, sedangkan tiga lokasi di wilayah DKI Jakarta yaitu intake PDAM Condet, pintu air Manggarai dan Jembatan Jl. KH. Mas Mansyur hanya memenuhi baku mutu peruntukan air kelas 4 yaitu 0 mg/L.

(9)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 31

A

B

Gambar 4. Hasil analisis parameter pH dan oksigen terlarut (DO)

Kadar kebutuhan oksigen biologis (BOD) dari air DAS Ciliwung (Gambar 5) berada pada kisaran 0,76 mg/L yaitu di Mesjid Ata’Awun sampai dengan 7,4 mg/L di Sempur. Dua lokasi pemantauan yaitu Mesjid Ata’Awun dan sungai Ciliwung sekitar Hotel Ever Green memenuhi baku mutu air kelas 1, yaitu sebesar 2 mg/L. Lokasi pemantauan di Sempur menunjukan kadar paling tinggi dibandingkan lokasi lainnya dan tidak memenuhi baku mutu air kelas 3, yaitu sebesar 6 mg/L. Dengan demikian kadar bahan organik yang dapat didegradasi oleh mikroorganiesme paling tinggi di lokasi ini, yang biasanya berasal dari limbah domestik. Selain itu tingginya kadar BOD di lokasi ini disebabkan juga oleh adanya beberapa industri kecil seperti industri tapioka, tahu dan tempe, serta pertanian dan peternakan (Trofisa, 2011).

Hasil pengukuran kadar kebutuhan oksigen kimiawi (COD) (Gambar 5) terendah sebesar 3,25 mg/L yaitu di lokasi pemantauan jembatan Kedung Halang, dan tertinggi yaitu sebesar 148,5 mg/L di jembatan Sempur. Kadar COD di Jembatan Sempur tidak memenuhi baku mutu air kelas 4, karena melebihi 100 mg/L. Dua lokasi yaitu di jembatan Kedung Halang dan Mesjid Atta’Awun memenuhi baku mutu air kelas 1. Parameter COD digunakan untuk mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik pada sampel baik yang dapat didegradasi oleh mikroorganisme maupun yang tidak dapat didegradasi oleh mikrorganisme.Bahan organik ini dapat berasal dari limbah domestik maupun limbah industri.Limbah organik yang tidak dapat didegradasi biasanya berasal dari limbah industri, sedangkan limbah domestik biasanya dapat didegradasi oleh mikroorganisme. Kadar COD di Sempur paling tinggi, disebabkan oleh industri antara lain industri tekstil di daerah Tajur,

(10)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 32

industri kecil makanan dan minuman, serta pabrik tahu tempe yang umumnya berada di tepi sungai atau anak-anak sungai (Whidiasari, 2011). Selain itu daerah ini merupakan pemukiman yang padat yang menyumbang juga terhadap kadar bahan organik dari limbah domestiknya, sehingga menyebabkan kadar COD menjadi tinggi.

A

B

Gambar 5. Kadar BOD (A) dan COD (B) DAS Ciliwung

Hasil analisa kadar nitrat dalam sampel air DAS Ciliwung (Gambar 6) berkisar antara 1,03 mg/L sampai 13,2 mg/L. Baku mutu air untuk kelas 1 dan 2 adalah 10 mg/L, oleh karena itu lokasi pemantauan jembatan Gadog Megamendung, Pondok Rajeg, intak PAM Condet dan Pintu air Manggarai tidak memenuhi baku mutu kelas tersebut. Kadar nitrat pada perairan alami tidak pernah lebih dari 0,1 mg/liter. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/liter menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat lebih dari 0,2 mg/liter dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi (pengayaan) perairan, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan alga dan tumbuhan air secara pesat (blooming).

Kadar nitrit di lokasi pemantauan Gadog Megamendung dan Katulampa sebesar 0,05 mg/L memenuhi baku mutu kelas 1, 2, dan 3 yaitu sebesar 0,06 mg/L, sedangkan kadar nitrit paling tinggi di lokasi pemantauan Jembatan Jl. KH. Mas Manyur, yaitu sebesar 1,37 mg/L. Selain dua lokasi di atas, semua lokasi lainnya tidak memenuhi baku mutu. Nitrit merupakan bentuk peralihan (intermediate) antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) yang berlangsung pada kondisi anaerob. Perairan alamikadar nitrit (NO2) ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena

(11)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 33

bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen.Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik.Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi menjadi nitrat. Kadar nitrit di perairan jarang melebihi 1 mg/liter.Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut sangat rendah.

Kadar ammonia yang terukur (Gambar 6) berkisar antara 0,01 mg/L sampai 3,33 mg/L. Baku mutu ammonia menurut PP No 82 tahun 2001 adalah sebesar 0,5 mg/L. Kadar ammonia yang tidak memenuhi baku mutu yaitu di Sempur, Kelapa Dua, Condet dan Jl. Kh. Mas Mansyur. Terlihat bahwa semua lokasi tersebut berada di area yang kepadatan penduduknya lebih tinggi daripada area lainnya. Hal ini membuktikan bahwa kadar ammonia yang tinggi dipengaruhi olehadanya pencemaran dari limbah domestik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Efendi (203), bahwa kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan pupuk pertanian.Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter. Kadar amonia bebas yang tidak terionisasi pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,2 mg/liter. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0,2 mg/liter, perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan.

Untuk kadar fosfat, hasil pengukuran berkisar <0,01 – 1,35 mg/L. Kadar fosfat di Mesjid Atta’Awun dan sekitar Hotel Ever Green, serta di Kedung Halang dan GDC Depok memenuhi baku mutuair kelas 1 dan 2. Yaitu sebesar 0,2 mg/L.Kadar fosfat tertinggi sebesar 1,35 mg/L terjadi di sungai Ciliwung yang berada di Jembatan Jl. KH. Mas Mansyur, yangtidak memenuhi baku mutu air kelas 3, yaitu sebesar 1 mg/L. Tingginya kadar fosfat di lokasi tersebut karena lokasi tersebut berada di perkotaan yang penduduknya padat, yang menghasilkan limbah domestik dalam jumlah yang lebih besar pula. Seperti diketahui bahwa sumber pencemaran fosfat berasal dari fosfat organis yang terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan, serta daripenggunaan sabun atau deterjen. Selain itu sumber lain berasal dari minyak pelumas, produk makanan dan minuman, serta dari peralatan logam yang menggunakan polifosfat untuk mencegah pembentukan karat atau korosi yang digunakan oleh industri logam. Keberadaan senyawa fosfat dalam air sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem perairan. Bila kadar fosfat dalam air rendah (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan ganggang akan terhalang, kedaan ini dinamakan oligotrop. Sebaliknya bila kadar fosfat dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi (kedaaan eutrop), sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Hal ini sangat berbahaya bagi kelestarian ekosistem perairan (Wikipedia, 2017).

(12)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 34

A

C D

Gambar 6. Kadar nitrat (A), nitrit (B), ammonia (C) dan fosfat (D) DAS Ciliwung 2. Status Mutu Air

Indeks Pencemaran (IP) merupakan salah satu metoda yang digunakan untuk menentukan status mutu air berdasarkan pada keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.Nilai IP dapat memberi masukan pada pengambil keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas air jika terjadi penurunan kualitas air akibat pencemaran (Kepmen LH, 2003). Hasil perhitungan indeks pencemaran sungai Ciliwung untuk empat belas titik sampling disajikan pada Gambar 7, 8, 9 dan 10 masing- masing berdasarkan pada baku mutu air kelas 1, 2, 3, dan 4 sesuai dengan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran.

(13)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 35

Gambar 8. Nilai indeks pencemaran Sungai Ciliwung berdasarkan mutu air kelas 2.

Gambar 9. Nilai indeks pencemaran Sungai Ciliwung berdasarkan mutu air kelas 3.

Gambar 10. Nilai indeks pencemaran Sungai Ciliwung berdasarkan mutu air kelas 4. Berdasarkan hasil perhitungan indeks pencemaran dapat diketahui bahwa hanya di titik sampling Atta’Awun yang kondisinya masih baik atau memenuhi baku mutu berdasarkan status mutu air kelas 1 (Gambar 7). Dengan demikian air di lokasi ini dapat digunakan sebagai sumber air baku air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

(14)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 36

dengan kegunaan tersebut. Selanjutnya IP di lokasi jembatan Sempur termasuk katagori cemar sedang berdasarkan IP mutu air kelas 1 karena nilainya sedikit di atas 5, yaitu sebesar 5,06. Berdasarkan status mutu air kelas 2 (Gambar 8), nilai IP yang memenuhi baku mutu hanya di lokasi Atta’Awun dan sekitar hotel Evergreen, sedangkan mulai dari jembatan Leuwimalang sampai jembatan KH. Mas Mansyur di Jakarta nilai IP berkisar antara 1,1 sampai 4,07 dan masuk katagori tercemar ringan karena nilai IP di bawah 5. Dengan demikian berdasarkan status mutu air kelas 2, sumber air sungai Ciliwung yang dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut adalah di lokasi Atta’Awun dan sekitar Hotel Evergreen. Untuk nilai IP berdasarkan baku mutu air kelas 3 (Gambar 9), nilai IP di Jembatan Sempur sebesar 2,4dan di Jembatan Jl. KH. Mas Mansyur sebesar 1,4 tidak memenuhi baku mutu atau kondisinya tercemar ringan, maka air di lokasi tersebut tidak dapat digunakan untuk mutu air kelas 3 yaitu untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut. Untuk nilai IP berdasarkan status mutu air kelas 4 (Gambar 10), lokasi yang tidak memenuhi baku mutu hanya di Sempur karena nilai IP di atas 1 yaitu sebesar 1,3. Dengan demikian sumber air di lokasi ini tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukan air kelas 4, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Nilai IP di Sempur lebih tinggi daripada di lokasi lainya nampaknya dikarenakan nilai COD dan BOD di lokasi tersebut lebih tinggi dibandingkan lokasi lainnya yang disebabkan oleh industri antara lain industri tekstil di daerah Tajur, industri kecil makanan dan minuman, serta pabrik tahu tempe yang umumnya berada di tepi sungai atau anak-anak sungai (Whidiasari, 2011). Selain itu sungai di lokasi ini mengalir di kawasan yang berpenduduk padat yang menghasilkan limbah domestik yang menyebabkan kadar bahan organik menjadi tinggi. Hasil pemantauan kadar bahan organik di lokasi ini sebesar 82,9 mg/L, jauh lebih tinggi daripada lokasi lainnya (Suryati, 2015).

Berdasarkan data di atas umumnya nilai indeks pencemaran sesuai dengan kondisi lokasi sampling dan cenderung mengalami peningkatan ketika memasuki pemukiman yang lebih padat penduduknya (wilayah perkotaan) seperti di jembatan Sempur dan akan turun lagi ketika memasuki pinggiran kota seperti di daerah Pondok Rajeg. Secara umum nilai IP cenderung naik dari wilayah hulu di kawasan Puncak ke hilir wilayah Bogor sampai Jakarta.Hal ini berarti pencemaran di Sungai Ciliwung semakin meningkat dari hulu ke hilir yang mengakibatkan terjadi penurunan kualitas air. Perubahan penggunaan lahan akibat kegiatan pembangunan di DAS Ciliwung, baik di hulu maupun di hilir yang tergolong sangat intensif dan pertambahan penduduk yang cukup tinggi mempengaruhi terhadap perubahan kualitas air DAS tersebut. Di wilayah Kota Bogor, misalnya, pengurangan luas hutan, semak belukar dan tanah terbuka yang terjadi di DAS Ciliwung segmen Kota Bogor pada tahun 2008 dan 2009 menjadi permukiman, perkebunan, pertanian dan lain-lain memberikan pengaruh cukup besar terhadap perkembangan kualitas air seperti akumulasi perkembangan kandungan bahan organik yang semakin meningkat akibat meningkatnya jumlah limbah domestik dari permukiman, limbah industri, peternakan dan pertanian (Trofisa, 2011). Perubahan kualitas air dari hulu ke hilir yang cukup signifikan ini memerlukan pengelolaan lingkungan yang lebih baik dan terpadu. Pengelolaan lingkungan sungai antara lain meliputi konservasi sungai, dan pengendalian daya rusak air sungai. Konservasi sungai bukan hanya dilakukan di bagian hulu saja tetapi harus terpadu dari hulu ke hilir.Konservasi sungai dapat dilakukan melalui kegiatan perlindungan sungai dan pencegahan masuknya polutan ke sungai.Konservasi di bagian hulu harus juga melibatkan pemerintah dan masyarakat di bagian hilir, karena pemanfaatan sungai

(15)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 37

juga dilakukan oleh masyarakat di bagian hilir.Dalam kaitan ini diperlukan studi peran berbagai pihak dalam penetapan tugas dan tanggung jawab antara pemerintahan di wilayah hulu dan hilir.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengukuran beberapa parameter kimia dan fisika kualitas air Sungai Ciliwung, dan perhitungan indeks pencemarannya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Parameter kekeruhan berada pada kisaran 4,72 NTU sampai 78 NTU. Lokasi yang tidak memenuhi baku mutu yaitu di Kedung Halang dan Pintu Air Manggarai.

2. Kadar TSS berkisar antara16mg/L - 172 mg/L, setelah Katulampa ke hilir tidak memenuhi baku mutu kelas 1 dan 2, sedangkan kadar TDS di semua lokasi memenuhi baku mutu. 3. Kadar DO berada pada kisaran 1,48 mg/L - 4,26 mg/L. Semakin ke hilir nilai DO semakin

rendah. Nilai DO terendah yaitu di pintu air Manggarai.

4. Kadar BOD berada pada kisaran 0,76 mg/L - 7,4 mg/L. Kadar paling tinggi di Sempur yang tidak memenuhi baku mutu air kelas 3.

5. Kadar COD terendah sebesar 3,25 mg/L yaitu di Kedung Halang, dan tertinggi yaitu 148,5 mg/L di Sempur. Kadar COD di Sempur tidak memenuhi baku mutu air kelas 4.

6. Kadar nitrat berkisar antara 1,03 mg/L - 13,2 mg/L. Lokasi pemantauan di Gadog Megamendung, Pondok Rajeg, intek PAM Condet dan Manggarai tidak memenuhi baku mutu air kelas 1 dan 2.

7. Kadar nitrit, amonia, dan fosfat cenderung semakin meningkat dari hulu ke hilir. Kadar paling tinggi di lokasi pemantauan Jl. KH. Mas Mansyur.

8. Pada umumnya status mutu air DAS Ciliwung adalah tercemar ringan berdasarkan indeks pencemaran baku mutu air kelas 1 dan 2 kecuali di Atta’Awun yang menunjukkan belum tercemar atau memenuhi baku mutu berdasarkan indeks pencemaran baku mutu air kelas 1, 2, 3 dan 4, dan di Sempur yang menunjukkan tercemar sedang berdasarkan indeks pencemaran baku mutu air kelas 1. Berdasarkan indeks pencemaran baku mutu air kelas 2, 3, dan 4 di Sempur tercemar ringan. Berdasarkan indeks pencemaran baku mutu air kelas 3, lokasi Jl. KH. Mas Mansyur menunjukan tercemar ringan.

Ucapan Terima Kasih

Kegiatan ini didanai dari anggaran DIPA tahun 2016 Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi Rekayasa Remediasi Lingkungan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Titin Handayani, MSi selaku group leader, juga kepada Troika, Engineering staf, Teknisi Litkayasa dan pihak lainnya yang telah membantu terselenggaranya kegiatan ini sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

(16)

Aplikasi Teknologi Pengolahan Sumberdaya Air | BUNGA RAMPAI 38

2. Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Karakteristik dan Cara pengolahan Air Limbah serta Dampaknya terhadap Lingkungan, Jakarta.

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai.

4. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.Tentang Pengelolaan Kualitas Air danPengendalian Pencemaran Air.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai.

7. Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. 8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 416/MENKES/ PER/IX/1990

Tanggal : 3 September 1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air.

9. Sawyer, C.N., McCarty, P.L. 1978. Chemistry for Environmental Engineering (4th ed.).

McGraw-Hill. New York.

10. Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis.PT. Alumni. Bandung.

11. Suryo, GA. 2015. Eutrofikasi Penyebab Kematian Massal Ikan, dalam http://lipi.go.id/berita/single/Eutrofikasi-Penyebab-Kematian-Massal-Ikan/10464 diakses tanggal 2 Februari 2017.

12. Trofisa, D. 2011. Kajian Beban Pencemaran dan Daya Tampung Pencemaran Sungai Ciliwung di Segmen Kota Bogor, Skripsi, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 13. https://id.wikipedia.org/wiki/Ortofosfat diakses tanggal 26 Februari 2016.

14. Widhiasari, R. 2011. Ciliwung yang Semakin Tercemar, http://kabarjakarta.com/ diakses pada tanggal 18 September 2016.

15. Wiwoho. 2005. Model Identifikasi Daya Tampung Beban Cemaran Sungai dengan Qual2e Studi Kasus Sungai Babon, Universitas Diponegoro, Semarang.

Gambar

Gambar 2.  Beberapa lokasi pengambilan sampel air DAS Ciliwung : A=Hotel Ever Green,  B=Katulampa, C=Sempur, D=Kedung Halang, E= Sukahati, F=Condet, G=Pintu air  Manggarai, H= Jl
Gambar 3. Hasil analisis parameter temperatur (A), kekeruhan (B), TSS (C) dan TDS (D)
Gambar 4. Hasil analisis parameter pH dan oksigen terlarut (DO)
Gambar 5. Kadar BOD (A) dan COD (B) DAS Ciliwung
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian lain yang dilakukan oleh Knight (2000) menunjukkan bahwa globalisasi memiliki dampak dan tekanan yang signifikan bagi sektor UMKM sehingga para pelaku UMKM

Ukuran data yang semakin besar dapat mengakibatkan pemborosan ruang penyimpananalah satu untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan cara mengkompresi mengunakan

wisatawan terhadap pendapatan asli daerah kabupaten gianyar adalah sebesar 2,665 yang mana secara parsial ini menunjukan pengaruh yang positif dan signifikan, begitu pula

Analisis kelas mutu di Sub DAS Kalarengkih dengan cara membandingkan parameter baku mutu air sesuai kelas-kelasnya yaitu baku mutu air kelas 1, 2, 3 dan 4

Hasil pengujian Trafo 1 GI Turen yang ditunjukkan pada tabel VIII dapat dilihat bahwa diagnosis Fuzzy mengindikasikan adanya High Thermal Cellulose, hal ini

Tujuan dari Penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas air di Danau Babeko ditinjau dari parameter fisika, kimia perairan untuk baku mutu air kelas tiga,

Sehingga status mutu air di Waduk Sutami adalah tercemar sedang atau cukup baik untuk peruntukan kelas 2 sesuai baku mutu air PP RI No' 82 Tahun 2001' Analisa

 Non-Australian citizen should submit proof of permanent residence in Australia and valid Australian visa.. Applicant with no proof of valid Australian visa is