• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Metode Sibis Dan Metode Econometric Dalam Pengukuran Kesenjangan Digital Di Sumba Barat Daya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Perbandingan Metode Sibis Dan Metode Econometric Dalam Pengukuran Kesenjangan Digital Di Sumba Barat Daya"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Perbandingan Metode Sibis Dan Metode

Econometric Dalam Pengukuran Kesenjangan Digital Di

Sumba Barat Daya

Gergorius Kopong Pati, A. Djoko Budiyanto

Magister Teknik Informatika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 55281, Indonesia

e-mail: gregkopong80@gmail.com

Abstrak

Sebagai bahan pertimbangan pemerintahan dalam membangun dan menyusun strategi kebijakan pelayanan publik dalam kaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi yang berhubungan dengan kesenjangan digital perlu diadakan pengukuran. Hasil dari pengukuran kesenjangan digital tersebut dimaanfaatkan oleh pemerintah Sumba Barat Daya dalam pengembangan kecamatan di Sumba Barat Daya, serta hasil tersebut sebagai bahan acuan dalam pemerataan akses dan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi bagi masyarakat melalui penyediaan infrastruktur, program pelatihan untuk pegembangan sumber daya manusia. Dari permasalahan diatas maka perlu diadakan pengukuran tingkat kesenjangan digital yang terjadi di kecamatan Sumba Barat Daya. Pengukuran kesenjangan digital di Sumba Barat Daya menggunakan metode SIBIS dan Econometric dengan membandingkan berbagai macam indikator yang berbeda dalam pengukuran kesenjangan digital. Pengukuran kesenjangan digital ini menggunakan aspek perilaku penggunaan internet, manfaat penggunaan internet dan demografi. Hasil perbandingan dari berbagai macam indikator dengan menggunakan metode SIBIS dan Econometrik menunjukan bahwa tingkat kesenjangan digital dengan mengunakan metode SIBIS menunjukan masyarakat kecamatan di Sumba Barat Daya berada pada kategori sedang sedangkan metode Econometric berada pada kategori Tinggi sehingga pengukuran kesenjangan digital masyarakat kecamatan di Sumba Barat Daya lebih cocok menggunakan metode SIBIS.

Kata kunci: Kesenjangan digital, SIBIS, Econometric

Abstract

For consideration of government in building and developing strategies of public policy service due to information and communication technologies that related to the digital gap needs to be held the measurement. The results of the measurement of the digital gap used by the government of Southwest Sumba in developing the districts in the Southwest of Sumba, and the results as a reference in equality of access and the ability of information and communication technologies for the community through the provision of infrastructure, training programs for human resource development. From the issues above it is really need held the measurement of the digital gap level that occurred in the district of Soutwest Sumba. Measurement of the digital gap in Southwest Sumba using SIBIS and Econometric methods in which to compare the differentt various indicators in measuring the digital gap. Measurement of the digital gap use aspects of Internet usage behavior, the benefits of Internet usage and demographics. The comparison result of the various indicators by using the methods SIBIS and Econometric showed that the level of digital gap by using the SIBIS method shows public districts in Southwest Sumba is in the middle category while the Econometric method is in the High category so the measurement of the digital gap of public districts in Southwest Sumba is more appropriate use SIBIS method.

Keywords: Digital Gap, SIBIS, Econometric

1. Pendahuluan

Kesenjangan yang terjadi di masyarakat yang memiliki akses ke teknologi digital dan yang belum menggunakannya disebut kesenjangan digital [1]. Pada hakekatnya kesenjangan digital berasal dari faktor pengaksesan dan pengunaan internet, yang dibedakan oleh status sosial ekonomi, jenis kelamin,

(2)

L-2Analisis Perbandingan Metode Sibis Dan Metode Econometric Dalam Pengukuran Kesenjangan dan individu yang memiliki sumber daya untuk berpartisipasi dalam era informasi dan mereka yang tidak [2]. Kesenjangan digital diartikan sebagai kesenjangan dari faktor pengaksesan dan pengunaan internet, yang dibedakan oleh status sosial ekonomi,jenis kelamin, tingkat hidup, etnik, dan lokasi geografi,yang menggambarkan tentang kesenjangan antara masyarakat dan individu yang memiliki sumber daya untuk berpartisipasi dalam era informasi dan mereka yang tidak [2]. Dengan mempercepat pertumbuhan disektor ekonomi, politik dan pemerintahan yang ada maka dapat mengurangi kesenjangan digital.

Tujuan makalah ini membahas tentang kesenjangan yang terjadi dipemerintahan dan masyarakat. Pemanfaatan (e-government) teknologi informasi yang terjadi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien dan e-government sesuai dengan fungsinya serta penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Studi kasus dari makalah ini pada masyarakat kecamatan Sumba Barat Daya di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki visi yaitu terwujudnya msyarakat Sumba Barat Daya yang maju, berdaya saing dan demokratis serta sejahtera [3]. Untuk mencapai visi tersebut maka perlu memiliki kemampuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun masyarakat di Kecamatan Sumba Barat Daya belum semuanya memiliki akses dan kemampuan terhadap TIK. Perbedaan antara akses dan kemampuan TIK yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan digital.

Kesenjangan digital di Kecamatan Sumba Barat Daya perlu dilakukan pengukuran sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana dan strategi kebijakan dalam pelayanannya. Hasil dari pengukuran tersebut sebagai acuan dalam pemerataan akses dan kemampuan TIK kepada masyarakat melalui penyediaan infrastruktur, program pelatihaan, penyiapan kompetensi. Pengukuraan perbandingan kesenjangan digital ini menggunakan metode SIBIS dan Econometric.

Hasil dari kedua metode ini sebagai bahan pertimbangan dalam membandingkan metode yang cocok dalam pengukuran kesenjangan digital masyarakat di Kecamatan Sumba Barat Daya.

2. Tinjauan Pustaka

Kesenjangan digital di lingkungan pemerintahan daerah untuk pemerataan kemampuan TIK SDM dan digunakan untuk menutup kesenjangan kompetensi dalam pengembangan sistem e-government yaitu melakukan pelatihan pegawai dan perekrutan pegawai baru menggunakan intrumen SIBIS GPS dan DIDIX [4], kesenjangan digital dilakukan terhadap guru-guru di sekolah yang menunjukan hubungan antara variable ketersediaan fasilitas akses TIK dengan pencapaian penguasaan TIK, ketersedian fasilitas akses TIK dengan tingkat penguasaan TIK, serta ketersediaan fasilitas akses TIK dengan tingkat pemanfaatan TIK [5], Penelitian menunjukan bahwa faktor permintaan yang ada di Amerika Serikat dan Uni Eropa juga terlihat di Thailand yang menunjukan adanya faktor permintaan yang ada, dapat dijadikan keuntungan dalam mengadopsi internet untuk mengurangi kesenjangan digital di Thailand [6] [7]. Penelitian ini menggunakan metode SIBIS (Statistical Indicators Benchmarking The Information Society) GPS (General Population Survey) menunjukan bahwa kesenjangan digital berdasarkan faktor kelompok usia, penghasilan, pendidikan memiliki tingkat tinggi sedangkan jenis kelamin tidak mempengaruhi kesenjangan digital. Dari tinjauan pustaka yang ada maka usulan dari peneliti yang bertujuan untuk membandingkan metode yang seuai dengan tingkat kesenjangan masyarakat di Sumba Barat Daya. 3. Metode Penelitian

Dalam pengumpulan data menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif yang terdiri dari dua sumber yakni data primer dan data sekunder. Data primer yang bersumber pada observasi dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada objek penelitian guna mendapatkan gambaran yang nyata tentang kesenjangan digital di kecamatan Sumba Barat Daya yang terdiri dari kecamatan Loura, Kecamatan Kota Tambolaka, Kecamatan Wewewa Barat, Kecamatan Wewewa Tengah sedangkan data sekunder dengan kuesioner yakni pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dan juga data sekunder melalui buku, jurnal dan paper. Analisis data yang digunakan dibagian menjadi yakni:

3.1. SIBIS (Statistical Indicators Bencmarking the Information Society)

SIBIS merupakan suatu proyek komisi eropa dalam membandingkan beberapa indikator dalam pengukuran kesenjangan digital [8]. Indikator yang digunakan dalam mengukur kesenjangan digital di masyarakat kecamatan Sumba Barat Daya adalah perilaku penggunaan internet, kegunaan internet dan demografi.

(3)

a. Perilaku penggunaan internet

Penggunaan internet membuat hidup lebih mudah dan berwarna dan dapat berkomunikasi dengan berbagai pihak dengan budaya dan pendidikan yang berbeda [9] sedangkan [10] menyatakan dengan internet kita bisa mendapatkan informasi seperti aneka hiburan, pembelian produk dan bisa berkomunikasi melalui chatting serta email.

b. Maanfaat Internet

Pemanfaatan internet membuat pekerjaan lebih mudah, menambah produktifitas yang dimiliki menjadi lebih baik [11].

c. Demografi

aspek demografi yang digunakan dalam makalah ini yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan analisis SIBIS pada Masyarakat Sumba Barat Daya memiliki kekuatan dan kelemahan. Strengths (Kekuatan)

1) Kesiapan internet 2) Kesenjangan Digital 3) Keamanan Informasi

4) Tanggapan secepat mungkin terhadap akses 5) Literasi, pembelajaran serta pelatihan digital

6) E-Commerce,E-Work,E-Scince,E-Government, E-Health (sumber: [8]) Weakness (Kelemahan)

Indikator kesenjangan digital yang kurang menekan pada kesenjangan sosial dan ekonomi(sumber: [12]) 3.2. Econometric

Kesenjangan digital dibentuk oleh interaksi antara faktor dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Kedua faktor tersebut diperlukan untuk mempromosikan keuntungan dalam pengadopsian internet dan untuk menjembatani kesenjangan digital [8].

Strengths (Kekuatan) 1) Kesiapan internet 2) Kesenjangan Digital 3) Keamanan Informasi

4) Tanggapan secepat mungkin terhadap akses 5) E-Commerce (sumber: [6])

Weakness (Kelemahan)

Indikator kesenjangan digital hanya menekankan pada besarnya pendapatan atau penginvestasian pendapatan(sumber: [6]).

Data responden diambil dari 4 kecamatan yakni kecamatan Loura, Kecamatan Kota Tambolaka, Kecamatan Wewewa Barat dan Kecamatan Wewewa Tengah. Jumlah responden dihitung berdasarkan jumlah populasi kemudian dihitung jumlah respon berdasarkan teknik sampling. Jumlah respon yang didapatkan 100 orang.

Teknik analisa datanya menggunakan pengujian validitas dan reliabilitas. Dalam uji validitas Teknik uji yang digunakan adalah teknik korelasi melalui koefisien korelasi product moment. Rumus Korelasi Product Moment:

r

xy

=

{

2 2

}{

2 2

}

)

(

-N

)

(

-N

)

(

)

(

-N

Υ

Σ

Υ

Σ

Χ

Σ

Χ

Σ

ΣΥ

ΣΧ

ΧΥ

Σ

Keterangan :

rxy = Menunjukan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan r = Koefisien validitas item yang dicari, dua variable yang dikorelasikan X = Skor untuk pernyataan yang dipilih

Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item

ΣX = Jumlah skor dalam distribusi X

ΣY = Jumlah skor dalam distribusi Y

(4)

L-2Analisis Perbandingan Metode Sibis Dan Metode Econometric Dalam Pengukuran Kesenjangan Pengujian reliabilitas dari masing-masing variabel dilakukan dengan menggunakan uji Cronbachs Alpha. Kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha lebih besar dari 0,6. Pengujian reliabilitas instrumen dengan rentang skor antara 1 – 5 menggunakan rumus Cronbachs Alpha, dengan rumus sebagai berikut:

r

ii =





 Σ

2 2

t

b

-1

1

-k

k

σ

σ

Keterangan :

rii = reliabilitas instrumen ∑σ b2 = jumlah varians butir

σ t2 = varians total

k = banyaknya butir pertanyaan atau jumlah soal data responden diambil dari empat kecamatan Kategori penilai kesenjangan digital dilihat dari perilaku penggunaan internet, manfaat internet dan demografi dapat dibedakan menjadi 5(lima) yaitu: [5]

Indeks < 20.00 % = sangat tinggi 20.00% ≤ indeks < 40.00% = tinggi 40.00% ≤ indeks < 60.00% = sedang 60.00% ≤ indeks < 80.00% = rendah Indeks ≥ 80.00% = sangat rendah

4. Hasil dan Pembahasan

Dengan didasarkan pada indikator-indikator yang ada baik pada metode SIBIS dan Econometric maka kesenjangan digital yang ada pada masyarakat dapat dilakukan pengukuran [13]. Pengukuran kesenjangan digital masyarakat Sumba Barat Daya berdasarkan pada kedua metode tersebut terdiri dari tiga aspek yakni aspek perilaku penggunaan internet, manfaat internet dan demografi. Aspek-aspek yang ada dalam kesenjangan digital berdasarkan indikator-indikator dapat terlihat seperti Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1. Indikator

Indikator Sub Indikator Persentase (%)

Perilaku penggunaan Internet • Dalam Pekerjaan

• Kegiatan Pribadi

• Kemudahan Akses

• 63,7

• 62,3

• 60,2

manfaat Penggunaan Internet • Menemukan informasi melalui internet setiap hari

• Menggunakan internet untuk memperoleh informasi secara online

• Mengirim data pekerjaan

menggunakan e-mail

• 65,5

• 62,7

• 52,2

Sedangkan metode econometric dilihat dari beberapa indikator seperti yang ada dibawah ini: Tabel 2. Indikator

Indikator Sub Indikator Persentase (%)

Perilaku penggunaan Internet • Dalam Pekerjaan • Kegiatan Pribadi • Kemudahan Akses • 63,7 • 62,3 • 60,2

(5)

manfaat Penggunaan Internet

• Mencari informasi tambahan tentang produk dan pemasaran melalui internet setiap hari • Memperoleh informasi secara

online dan penyebaran

• Menggunakan e-mail dalam

berkomunikasi dengan perusahan lain

• 55,2

• 42,9

• 42,6

Persentasi perilaku penggunaan internet pada metode SIBIS dari sub indikator perilaku penggunaan internet dari 100 responden dalam menyelesaikan pekerjaan 63,7%, menggunakan komputer dalam mengerjakan pekerjaan pribadi 62,3% sedangkan kemudahan dalam mengakses 60,2% sehingga rata-rata dari perilaku penggunaan internet berada dalam kategori rendah. Dengan menunjukan kategori rendah pada perilaku penggunaan internet maka internet sangat berpengaruh dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kemudahan akses semakin meningkat apabila pemerintah kabupaten Sumba Barat Daya mampuh menciptakan atau menarik minat penggunaan internet semakin banyak.

Persentasi manfaat penggunaan internet pada metode SIBIS dari sub indikator manfaat penggunaan internet dari 100 responden dalam menemukaan informasi melalui internet setiap hari 65,5%, menggunakan internet untuk memperoleh informasi secara online 62,7% sedangkan mengirim data pekerjaan menggunakan e-mail 52,2% sehingga rata-rata dari manfaat penggunaan internet berada dalam kategori rendah. Aspek manfaat penggunaan internet tergolong dalam kategori rendah yang menandahkan bahwa internet sangat bermanfaat dalammenyelesaikan suatu kebutuhan atau pekerjaan. Dengan intenet dapat menemukaan berbagai informasi setiap hari secara online dan juga dapat mengirim data dalam bentuk email dengan mudah.

Persentasi perilaku penggunaan internet pada metode Econometric dari sub indikator perilaku penggunaan internet dari 100 responden dalam menyelesaikan pekerjaan 63,7%, menggunakan komputer dalam mengerjakan pekerjaan pribadi 62,3% sedangkan kemudahan dalam mengakses 60,2% sehingga rata-rata dari perilaku penggunaan internet berada dalam kategori rendah.

Persentasi manfaat internet pada metode Econometric dari sub indikator manfaat penggunaan internet dari 100 responden dalam mencari informasi tambahan tentang produk dan pemasaran melalui internet setiap hari 55,5%, memperoleh informasi online dan penyebaran 42,9% sedangkan menggunakan e-mail dalam berkomunikasi dengan perusahaan lain 42,6% sehingga rata-rata dari manfaat penggunaan internet berada dalam kategori sedang. Aspek ini menunjukan bahwa masyarakat Sumba Barat Daya kurang merasakan pentingnya manfaat internet dalam kaitan dengan metode ekonometric dalam mencari informasi produk dan penawaran serta penyebaran dan pengiriman email dalam pekerjaannya.

Aspek demografi dapat dikategorikan menjadi lima yakni umur, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan. Tingkat kesenjangan digital masyarakat Sumba Barat Daya dilihat dari umur 16-23 tahun, 24-30 tahun, 31-37 tahun, 38-44 tahun, 45-51 tahun, 52-58 tahun. Jenis kelamin yakni laki-laki dan perempuan. pendidikan terdiri dari SMA, D1-D3, S1, S2 sedangkan pekerjaan terdiri dari Pelajar, Mahasiswa, PNS, Pegawai Swasta, Wirausaha. tingkat kesenjangan digital berdasarkan pekerjaan sebagai pelajar berada dalam kategori sangat rendah dikarenakan para pelajar memiliki kemampuan dalam menggunakan atau memanfaatkan teknologi informasi, tingkat kesenjangan sebagai mahasiswa dan pegawai swasta berada dalam kategori rendah sedangkan untuk tingkat kesenjangan sebagai PNS berada dalam kategori sedang dikarenakan masih dianggap kurang pentingnya penggunaan TIK serta masih dianggap mahalnya dalam mendapatkan akses TIK dan untuk tingkat kesenjangan sebagai wirausaha berada dalam kategori tinggi disebabkan karena para wirausaha dalam menjalankan usahanya lebih dominan memiliki toko offline sehingga mereka menganggap kurang perlunya kemampuan dalam menggunakan TIK.

Hasil perbandingan dari berbagai macam indikator dalam metode SIBIS dan Econometrik menunjukan bahwa tingkat kesenjangan digital dilihat dari metode SIBIS masyarakat kecamatan di Sumba Barat Daya berada pada kategori sedang sedangkan metode Econometric berada pada kategori Tinggi sehingga pengukuran kesenjangan digital masyarakat kecamatan di Sumba Barat Daya lebih cocok menggunakan metode SIBIS.

5. Simpulan 5.1 Kesimpulan

(6)

L-2Analisis Perbandingan Metode Sibis Dan Metode Econometric Dalam Pengukuran Kesenjangan

1) Tingkat kesenjangan digital mengunakan metode SIBIS dilihat dari aspek perilaku penggunaan intenet berada pada kategori rendah yakni 62, 1%

2) Tingkat kesenjangan digital mengunakan metode SIBIS dilihat dari aspek manfaat penggunaan intenet berada pada kategori rendah yakni 60, 2% sedangkan menggunakan metode econometrik adalah: 1) Tingkat kesenjangan digital mengunakan metode Econometric dilihat dari aspek perilaku penggunaan

intenet berada pada kategori rendah yakni 62, 1%

2) Tingkat kesenjangan digital mengunakan metode Econometric dilihat dari aspek manfaat penggunaan intenet berada pada kategori sedang yakni 46, 9%

5.2 Saran

Dari pembahasan diatas maka saran dari makalah ini adalah:

1) Pengukuran tingkat kesenjangan digital dilihat dari aspek-aspek yang ada menjadi evalusi dalam pembuat keputusan dalam upaya pemerataan teknologi informasi agar kesenjangan digital masyarakat di Sumba Barat Daya dapat dihindari.

2) Strategi bagi pemerintah:

- Menanamkan pola pikir kepada masyarakat akan pentingnya internet dalam membantu pekerjaan - Memberikaan pelatihan kepada masyarakat tentang pentingnya teknologi informasi

- Penyediaan infrastruktur yang memadai Daftar Pustaka

[1] E. Hargittai, “The Digital Devide and What To Do About It,” 2003. [Online]. Available: www. princeton.edu/~eszter/research/pubs/hargittai-digitaldevide.pdf. [Diakses Oktober 2016].

[2] Wenhong, Chen dan B. Wellman, “Charting and Bridging Digital Devide Comparing Socio-economic,Gender,life Stage and Urban Internet Access and Use in Eight Countries,” AMD Global Consumer Advisory Board (GCAB), 2003.

[3] Administrator, “Situs Resmi Pemerintahan Kabupaten Sumba Barat Daya,” 2016. [Online]. Available: http://sbdkab.go.id. [Diakses 4 oktober 2016].

[4] I. P. Windarsari dan K. Surendro, “Pengukuran Kesenjangan Digital di Institusi Pemerintah Daerah (studi kasus Pemerintah Kota Semarang),” JURNAL SISTEM KOMPUTER, vol. 1, no. 2, pp. 71-75, 2011.

[5] A. Yulfitri, “PERMODELAN PENGUKURAN UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN DIGITAL DI INDONESIA STUDI KASUS : SMU NEGERI KOTAMADYA BANDUNG,” 2008. [6] C. Srinuan, “Understanding the digital divide: Empirical studies of Thailand,” 2012.

[7] S. Hidayatullah, “PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN TAPANULI SELATAN,” 2013.

[8] SIBIS, SIBIS New eEurope Indicator Handbook, European Commission publications., 2003. [9] S. Aydin, “Attitudes of EFL learners toward to internet,” The Turkish Online Journal of Educational

Technology, vol. VI, no. 3, pp. 18-26, 2007.

[10] D. Fallows, “The internet and daily life : Many Americans use the internet in every day activities but traditional offline habits skill dominate,” 2004. [Online]. Available: http://www.pewinternet.org/pdfs/pip_college_report.pdf. [Diakses 12 Oktober 2016].

[11] W. a. T. P. Chin, “On the Use, Usefulness, and Ease of Use of Structural Equation Modelling in MIS Research: A Note of Caution,” Management information System Quarterly 9, vol. 2, pp. 237-246, 1995.

[12] K. Barzilai-Nahon, “Gaps and Bits: Conceptualizing Measurementsfor Digital Divide/s,” The Information Society, vol. 22, pp. 269-278, 2006.

[13] T. Husing, “Didix: A Digital Divide Index For Measuring Inequality in it Diffusion,” IT & Society, vol. 1, no. 7, pp. 21-38, 2004.

Gambar

Tabel 1. Indikator

Referensi

Dokumen terkait

Padahal sebagai Mahasiswa fisika dituntut untuk memahami konsep-konsep yang ada, sehingga ketika menjelaskan kepada siswa saat Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) fisika

Berikut adalah dua figur yang menggambarkan penelitian linguistik terapan yang ideal dan kenyataan yang ada (Krashen, 2009: 6):.. Hal yang ideal apabila ada hubungan

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Semarang, sebagai pelatihan untuk menerapkan

Saya tidak mencari informasi untuk menentukan program studi yang akan saya pilih.. Saya berhati-hati dalam memutuskan pilihan

ds-DNA negatif menunjukkan perjalanan penyakit yang tidak progresif, anti ds-DNA merupakan pemeriksaan yang karakteristik untuk LES.1,8 Dari 20 pasien dengan kadar C3 yang

Hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa lebih dari 60% wilayah dari sub-DAS Cimandiri, yaitu sungai Citarik, Cicatih, dan Cipelang cukup mempunyai potensi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai heritabilitas bobot badan ayam biromaru umur 1-12 mg, metode seleksi yang paling tepat, koefisien korelasi nilai pemuliaan,