• Tidak ada hasil yang ditemukan

EPISTEMOLOGI ILMU PENDIDIKAN BAHASA pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EPISTEMOLOGI ILMU PENDIDIKAN BAHASA pdf"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EPISTEMOLOGI ILMU PENDIDIKAN BAHASA Oleh :

ROBINSON, S.Pd. MAHASISWA

PRODI LINGUISTIK TERAPAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015

PETA KAJIAN A. Pendahuluan B. Pembahasan

1. Epistemologi 2. Ilmu

3. Ilmu Linguistik Terapan 4. Ilmu Pendidikan Bahasa

5. Epistemologi Ilmu Pendidikan Bahasa 6. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa

a) Metode Penelitian

b) Tujuan Penelitian Pendidikan Bahasa

c) Posisi Penelitian Linguistik Terapan Dalam Pendidikan Bahasa d) Macam-macam Metode Penelitian Ilmu Pendidikan Bahasa C. Kesimpulan

Daftar Pustaka

A.PENDAHULUAN

Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tak

(2)

Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang berupa pengetahuan sistematis yang dihasilkan dari kegiatan kritis yang tertuju pada penemuan. Ilmu sendiri mempunyai banyak macam diantaranya adalah ilmu linguistik terapan. Ilmu linguistik terapan merupakan salah satu cabang dari ilmu linguistik yang secara khusus mengidentifikasi, menginvestigasi, dan menawarkan solusi bagi masalah dunia nyata yang terkait dengan bahasa. Linguistik terapan juga mempunyai beberapa cabang lagi yang salah satu diantaranya adalah pendidikan bahasa.

Mudyahardjo (2012, 5) membagi filsafat pendidikan menjadi dua yaitu filsafat

praktek pendidikan dan filsafat ilmu pendidikan. Oleh karena itu pendidikan bahasa, yang merupakan salah satu bidang dari linguistik terapan, juga terbagi dua yaitu praktek pendidikan bahasa dan ilmu pendidikan bahasa. Karena ilmu pendidikan bahasa juga merupakan sebuah ilmu, maka dalam memperolehnya tentu dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, maka dalam mendapatkan ilmu pendidikan bahasa tentu dengan melalui metodologi ilmiah/penelitian pendidikan bahasa.

Berdasarkan penjelasan di atas, makalah ini dibatasi kajiannya yaitu bagaimana menyusun sebuah pengetahuan berupa ilmu pendidikan bahasa sehingga diperoleh penemuan teori pendidikan bahasa. Oleh karena itu judul makalah ini adalah Epistemologi Ilmu Pendidikan Bahasa.

B.PEMBAHASAN 1. Epistemologi

Menurut Muhadjir (2011: 62), epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat ilmu yang berupaya mencari kebenaran (truth) berdasarkan fakta. Kebenaran dibangun dengan logika dan didahului oleh uji konfirmasi tentang data yang dihimpun. Lebih lanjut Muhadjir mengungkapkan bahwa epistemologi berupaya menghimpun

empiri yang relevan untuk dibangun secara rasional menjadi kebenaran ilmu. Muhadjir juga membedakan epistemologi dengan fakta yaitu epistemologi mempertanyakan

bagaimana konsep ilmu mengenai fakta.

(3)

Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan berupa ilmu? Epistemologi keilmuan mempunyai tugas yaitu bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjawab permasalahan mengenai dunia empiris yang akan digunakan sebagai alat meramalkan dan mengontrol gejala alam.

Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa epistemologi dalam filsafat ilmu adalah cara atau proses yang dilalui dalam membuktikan konsep atau pengetahuan berupa ilmu. Dalam proses pembuktian tersebut meliputi prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan, dan cara/teknik/sarana yang membantunya.

2. Ilmu

Lenzen (via Mudyahardjo, 2010: 9), meninjau ilmu dari segi morfologis atau bentuk substansinya, sebagai pengetahuan sistematis yang dihasilkan dari kegiatan kritis yang tertuju pada penemuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangkus sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi (Suriasumantri, 2009: 19). Ilmu merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran

cermat dan seksama dengan menggunakan berbagai metode. Ilmu merupakan suatu metode berfikir secara objektif yang bertujuan untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap gejala dan fakta melalui observasi, eksperimen dan klasifikasi. Ilmu harus bersifat objektif, karena dimulai dari fakta, menyampingkan sifat kedirian, mengutamakan pemikiran logik dan netral.

3. Ilmu Linguistik Terapan

Menurut Chaer (2014: 17), berdasarkan tujuannya, apakah penyelidikan linguistik semata-mata untuk merumuskan teori ataukah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bisa dibedakan dengan adanya linguistik teoritis dan linguistik terapan. Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-bahasa atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada

diluar bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Jadi, kegiatannya hanya untuk kepentingan teori belaka.

(4)

nasional, penelitian sejarah, pemahaman terhadap karya sastra, dan juga penyelesaian masalah politik (Chaer, 2014: 17).

Meski bidang linguistik terapan dimulai dari Eropa dan Amerika Serikat, bidang ini cepat berkembang dalam konteks internasional. Linguistik terapan awalnya memperhatikan prinsip-prinsip dan praktek terhadap dasar-dasar linguistik. Pada mulanya, linguistik terapan dianggap sebagai "linguistik yang diterapkan" setidaknya dari luar bidangnya. Namun pada tahun 1960 linguistik terapan diperluas untuk mencakup penilaian bahasa, kebijakan bahasa, dan penguasaan bahasa kedua. Pada

awal tahun 1970-an, linguistik terapan menjadi bidang masalah yang diarahkan daripada sekadar linguistik teoritis. Linguistik terapan juga meliputi solusi dari masalah yang berhubungan dengan bahasa di dunia nyata. Pada 1990-an, linguistik terapan telah meluas, meliputi studi kritis dan multilingualisme. Penelitian linguistik terapan dialihkan ke "penyelidikan teoritis dan empiris dari masalah dunia nyata di mana bahasa merupakan isu sentral” (https://id.wikipedia.org/wiki/Linguistik_terapan). 4. Ilmu Pendidikan Bahasa

Mudyahardjo (2012, 5) membedakan filsafat pendidikan menjadi dua yaitu filsafat praktek pendidikan dan filsafat ilmu pendidikan. Lebih lanjut Mudyahardjo menjelaskan bahwa ditinjau dari substansi atau isinya, Ilmu Pendidikan merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. Oleh karena pengetahuan yang dihasilkan riset tersebut disajikan dalam bentuk konsep-konsep pendidikan, maka Ilmu Pendidikan dapat pula dibatasi sebagai sebuah konsep-konsep pendidikan yang dihasilkan melalui riset.

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbriter yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (Chaer, 2014: 32). Bahasa juga didefinisikan sebagai pernyataan yang menunjukkan ciri-ciri kunci sebuah konsep (Brown, 2008: 5). Kita menggunakan bahasa setiap hari

sebagai sarana komunikasi dan bahasa tertulis memungkinkan kita untuk mampu merekam sejarah dari generasi ke generasi.

(5)

2008: 8). Jadi pendidikan bahasa adalah proses pembelajaran bahasa yaitu penguasaan bahasa dengan belajar dan pengajaran bahasa yaitu membantu seseorang mempelajari bahasa, memberi instruksi, memandu dalam mengkaji bahasa, menyiapkan pelajaran bahasa, menjadi tahu atau paham.

Berdasarakan beberapa beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pendidikan bahasa adalah sebuah konsep atau sistem pengetahuan tentang pendidikan kebahasaaan yang dihasilkan dari kegiatan kritis atau diperoleh melalui penelitian/riset.

5. Epistemologi Ilmu Pendidikan Bahasa

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa epistemologi ilmu adalah proses yang dilalui untuk membuktikan pengetahuan ilmiah, maka epistemologi pendidikan bahasa merupakan proses, hal-hal yang perlu diperhatikan, dan cara untuk mendapatkan ilmu pendidikan bahasa. Suriasumantri (2009: 105) mengatakan bahwa cara kita menyusun pengetahuan yang benar dalam filsafati disebut epistemologi dan landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah. Oleh karena itu, epistemologi pendidikan bahasa dapat pula diartikan sebagai metode ilmiah dalam ilmu pendidikan bahasa.

Berbicara tentang metode ilmiah tentu tidak terlepas dengan penelitian atau riset, karena melalui penelitian kita akan menemukan sebuah konsep atau pengetahuan yang berupa ilmu. Jadi epistemologi ilmu pendidikan bahasa juga merupakan proses penelitian pendidikan bahasa, karena melalui penelitian pendidikan bahasa kita akan menemukan sebuah konsep atau teori tentang pendidikan bahasa.

6. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa

Secara umum tujuan penelitian adalah menjelaskan dunia di sekitar kita melalui upaya yang sistematis (Kamil via Syamsuddin dan Damaianti, 2006: 3). Lebih lanjut Syamsuddin dan Damaianti mengungkapkan bahwa berdasarkan pada rumusan tersebut maka tujuan penelitian pendidikan bahasa adalah upaya yang sistematis untuk

menjelaskan, memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah-masalah pendidikan bahasa. Penelitian merupakan proses yang terstruktur sehingga, sehigga

diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk melaksanakannya. Langkah-langkah dalam proses penelitian akan bergantung pada pendekatan/metode yang digunakan sebuah penelitian.

a. Metode Penelitian

(6)

mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalaikan keadaan. Metode juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjad sasaran. metode penelitian juga dikendalikan oleh garis-garis pemikiran yang konseptual dan prosedural.

b. Tujuan Penelitian Pendidikan Bahasa

Secara rinci tujuan penelitian pendidikan bahasa dipaparkan oleh Syamsuddin dan Damaianti (2006: 3) diantaranya; (1) menemukan dan mengembangkan teori, model, atau strategi baru dalam pendidikan bahasa, (2) menerapkan, menguji dan mengevaluasi

kemampuan teori, model, strategi pendidikan bahasa dalam memecahkan masalah pendidikan bahasa, (3) mendeskripsikan dan menjelaskan keadaan atau hubungan berbagai isu atau pikiran yang terkait dengan masalah bahasa, (4) memecahkan masalah pendidikan bahasa, (5) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pendidikan bahasa, dan (6) membuat keputusan atau kebijakan.

Masalah pendidikan bahasa mencakup masalah-masalah linguistik atau kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Adapun masalah keterampilan yang menjadi fokus penelitian bahasa mencakup keterampilan membaca, menulis, mewicara, dan mendengarkan Syamsuddin dan Damaianti (2006: 4). Tujuan penelitian pendidikan membaca dan menulis adalah untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan membaca dan menulis, baik di kelas maupun pada setting lainnya, sedangkan penelitian pendidikan mewicara dan mendengarkan bertujuan untuk bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah peningkatan kemampuan mewicara dan mendengarkan serta mengatasi masalah kesulitan mewicara dan mendegarkan. Sebagai contoh penelitian eksperimen, kesulitan mewicara dan mendengarkan dapat dilakukan dengan menelaah faktor-faktor sebab akibat kesulitan mewicara dan mendegarkan.

c. Posisi Penelitian Linguitik Terapan Dalam Pendidikan Bahasa

Seperti yang yang telah dikemukakan oleh Muhdyahardjo (2012, 5), bahwa

filsafat pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu filsafat praktek pendidikan dan filsafat ilmu pendidikan. Selanjutnya Krashen memaparkan posisi yang ideal dari penelitian

(7)

Hal yang ideal apabila ada hubungan yang antara teori, penelitian linguistik terapan, ide dan intuisi, dan praktek pengajaran bahasa. Peneliti linguistik terapan seharusnya fokus pada teori penelitian yang mendalam, karena dengan teori yang baik akan memberikan wawasan yang mendalam bagi para praktisi dalam mengajarkan bahasa yang akan berdampak pada terjadinya pemerolehan. Namun faktanya bahwa, banyak peneliti yang tidak lagi terlibat dalam pendidikan dan pebelajaran bahasa, dan tidak berinteraksi dengan guru. Juga terdapat jarak yang jauh antara penelitian teori dan terapan; kebanyakan yang meneliti untuk metode yang baik kurang konsern dengan teori yang mendasar. Kenyataan yang lain adalah guru dan pengembang materi kurang memperhatikan penelitian dan teori-teori.

d. Macam-macam metode penelitian pendidikan bahasa 1) Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan Bahasa

Penelitian kualitatif disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi langsung dengan orang-orang di tempat penelitian (Syamsuddin dan Damaianti, 2006: 144). Dengan penelitian kualititatif, peneliti lebih mempersiapkan instrumen “orang” dari pada instrumen lain. Di lapaangan peneliti berupaya menginterpretasikan fakta yang relevan secara menyeluruh (holistik). Meskipun peneliti harus mengikuti metodologi

Gambar 1. Hubungan yang ideal antara teori, penelitian linguistik terapan, ide dan intuisi, dan praktek pengajaran bahasa

(8)

tertentu, tetapi pokok-pkok pendekatan tetap dapat berubah pada waktu penelitian sedang berlangsung. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, serta teknik dan model analisis data. Data yang sedang dan telah dikumpulkan harus dilacak, diorganisasi, dipilah, disintesis, dicari polanya, diiterpretasi, dan disajikan agar peneliti dapat menangkap makna fenomena serta serta dapat mengkomunikasikan kepada orang lain.

Seorang guru bahasa yang ingin bertindak sebagai peneliti kualitatif, maka langkah-langkah yang harus dilaksanakan adalah; (1) mengambil satu masalah sebagai

fokus penelitian, (2) membuat catatan rinci, rekam hasil observasi, dan wawancara/dialog, (3) memeriksa data-data untuk melihat adanya perubahan, (4) membuat pertanyaan tentang permasalahan yang mencuat untuk diadakan perbaikan, (5) mempergunakan data untuk membuat putusan, proses penelitian itu berdampak pada perbaikan keadaan.

Metode-metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam menyusun Ilmu Pendidikan Bahasa (Syamsuddin dan Damaianti, 2006: 26-30), antara lain:

a) Metode Ethnografik

Fokus penelitian ethnografik adalah pola tindakan bahasa, ritual, dan pola-pola hidup yang dipelajari. Sebagai sebuah proses, penelitian ini melibatkan kerja lapangan yang membutuhkan banyak waktu, melakukan pengamatan secara khusus dan wawancara sederhana dengan para peserta, dan mengumpulkan berbagai artefak. Sudut pandang informan dapat dicatat secara seksama dan dibuat melalui kutipan-kutipan yang diedit secara teliti. Produk akhir berupa uraian komprehensif, yaitu uraian berbentuk deskripsi naratif yang bersifat holistik dan interpretatif melalui penyatu-paduan semua aspek kehidupan informan serta pengilustrasian kompleksitasnya.

b) Metode Fenomenologi

Penelitian fenomenologi menjelaskan makna/pengertian tentang pengalaman

hidup. Teknik yang digunakan adalah wawancara yang bertujuan memahami perspektif para informan atas fenomena kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini memungkinkan

pembaca merasa bahwa mereka paham secara utuh tentang konsep yang berkaitan dengan pengalaman khusus seseorang atau sekelompok orang, misalnya kemampuan berbahasa para penderita disleksia dan authisme, kemampuan membaca penyandang tunagrahita, tunawicara, dan tunarungu.

(9)

Fokus penelitian studi kasus dalam pendidikan bahasa dapat berupa suatu entitas (suatu tempat) atau beberapa entitas (studi multi tempat), seorang individu, sekelompok individu, lingkungan hidup manusia, serta lembaga sosial yang terkait dengan pendidikan bahasa. Penelitian ini mendeskripsikan kasus, analisis tema atau isu, dan interpretasi atau pembuktian penelitian terhadap kasus. Misalnya pengaruh didirikannya pondok baca di daerah pedesaan; studi logitudinal tentang kemampuan linguistik anak.

d) Metode Grouded Theory

Istilah grouded theory sering digunakan untuk merujuk pada pendekatan yang

membentuk gagasan teoritis yang dimulai dengan data. Oleh karena itu, teori ditemukan, disusun, dan dibuktikan melalui pengumpulan data yang sistematis serta analisis data yang berkenaan dengan fenomena itu. Peneliti tidak memulai penyelidikannya dari suatu teori tertentu lalu membuktikan, tetapi dari suatu kajian dan hal-hal yang terkait dengan bidang tersebut (Strauss & Corbin via Syamsuddin dan Damaianti, 2006: 22-26). Grounded theory yang bisa diakui tersusun secara baik ialah yang bisa diterapkan terhadap suatu fenomena dengan memenuhi empat kriteria, yaitu kesesuaian, pemahaman, generalitas, dan kontrol.

e) Metode Noninteraktif

Metode penelitian noninteraktif, yang disebut penelitian analitis, menyelidiki konsep dan peristiwa historis melalui analisis dokumen. Dokumen ilmiah adalah sumber utama. Peneliti bisa menafsirkan fakta-fakta dari dokumen untuk memberikan penjelasan tentang masa lampau dan mengklarifikasi makna/pengertian masalah pendidikan bahasa yang mendasari isu-isu masa kini. Penelitian ini meliputi analisis konsep dan analisis historis.

2) Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan Bahasa

Penelitian kuantitatif dengan paradigma positivisme, memandang kehidupan sosial mempergunakan asumsi-asumsi mekanistik dan statistik dari ilmu kealaman.

Penelitian ini mempelajari permukaan masalah atau bagian luarnya, bersifat memecahkan kenyataan dalam bagian-bagian, mencari hubungan antar variabel yang

terbatas, dengan tujuan mencapai generalisasi guna meramalkan atau memprediksi, dan bersifat deterministik tertuju kepada kepastian dengan menguji hipotesis. Datanya berupa data kuantitatif, koding yang dapat dikuantifikasi, atau statistik bilangan.

Metode-metode penelitian kuantitatif yang digunakan dalam menyusun Ilmu Pendidikan Bahasa (Syamsuddin dan Damaianti, 2006: 22-26), antara lain:

(10)

Penelitian eksperimen dalam pendidikan bahasa bertujuan melihat pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain. Dalam penelitian ini terdapat kelompok yang disebut eksperimen dan kontrol. Misalnya, pengaruh model pembelajaran interaktif dalam membaca terhadap kemampuan membaca siswa dalam kondisi dikontrol secara ketat. Kelompok yang dipengaruhi adalah kelompok yang diberi pembelajaran membaca melalui moodel interaktif sedangkan kelompok kontrol adalah siswa yang tidak dipengaruhi oleh model interaktif.

b) Metode Subjek Tunggal

Metode penelitian subjek tunggal memberikan alternatif dengan menspesifikasi metode yang bisa digunakan dengan hanya seorang atau hanya sebagian kecil subjek yang memungkinkan dilakukannya simpulan. Dalam penelitian ini terdapat manipulasi langsung tetapi tidak dilakukan penarikan sampel rambang. Misalnya penelitian mengenai efektifitas suatu program bagi siswa SD yang tidak mau membaca. Ada sebagian kecil siswa yang tidak mau membaca di kelompoknya. Jadi, desain penelitian kelompok tidak tepat. Jika peneliti melihat suatu perubahan bertepatan dengan penerapan program tersebut maka peneliti dapat membuat simpulan bahwa program baru tersebut dapat menyebabkan perubahan perilaku membaca.

c) Metode Deskriptif

Penelitian deskriptif bertujuan menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka untuk mencandrakan karakteristik individu atau kelompok. Penelitian ini menggambarkan karakteristik sesuatu sebagaimana adanya. Contoh penelitian ini adalah berapa besar nilai rata-rata kemampuan efektif membaca siswa SD dan berada pada tingkat berapa kemampuan membaca siswa.

d) Metode Komparatif

Penelitian komparatif melakukan penyelidikan adanya perbedaaan antara dua atau lebih kelompok terhadap fenomena yang sedang dipelajari. Seperti dalam penelitian

deskriptif, penelitian komparatif tidak ada manipulasi atau kontrol langsung terhadap hal yang diteliti. Misalnya, perbedaan jenis karangan antara siswa laki-laki dan

perempuan; perbandingan tingkat pemahaman wacana antara anak yang membaca menggunakan musik dan tanpa mendengarkan musik.

e) Metode Korelasional

(11)

negatif. Contohnya, penelitian tentang hubungan tingkat keterbatasan wacana dengan pemahaman wacana dan hubungan tingkat keterbatasan wacana dengan pemahaman wacana.

f) Metode Survei

Penelitian survei dalam pendidikan bahasa adalah upaya mengamati fenomena bahasa dengan melibatkan populasi yang besar maupun yanng kecil. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan sumber data sesuai dengan tujuan penelitian, membuat kuesioner, atau melakukan wawancara untuk mengumpulkan data. Contohnya,

bagaimana gambaran sikap dan motif siswa terhadap pembelajaran bahasa kedua dan bagaimana pengaruh usia siswa terhadap kemampuan berbicara.

g) Metode Ex Post Facto

Penelitian ex post facto menyelidiki hubungan sebab akibat yang mungkin antar variabel yang tidak bisa dimanipulasi oleh peneliti. Peneliti fokus pada apa yang telah terjadi secara berbeda kepada kelompok subjek. Contohnya, pengaruh kebiasaan membaca orang tua terhadap minat membaca siswa. Kebiasaan membaca orang tua tidak bisa dimanipulasi, sehingga peneliti melihat pengaruhnya setelah kondisi tersebut terjadi.

C.KESIMPULAN

Epistemologi ilmu merupakan cara bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menghasilkan temuan berupa ilmu. Ilmu yang merupakan pengetahuan sistematis yang dihasilkan dari kegiatan kritis yang tertuju pada penemuan, mempunyai banyak cabang lagi. Salah satu cabang ilmu adalah linguistik terapan, yaitu salah satu ilmu bahasa yang kepentingan memecahkan masalah-masalah praktis yang terdapat di dalam masyarakat. Ilmu linguistik terapan sendiri mempunyai beberapa bagian yang salah satu diantaranya adalah ilmu pendidikan bahasa, yaitu sebuah sistem pengetahuan tentang

pendidikan bahasa yang diperoleh melalui riset. Dengan demikian epistemologi ilmu khususnya ilmu pendidikan bahasa adalah bagaimana cara menyusun pengetahuan yang

benar sehingga menghasilkan temuan berupa pendidikan bahasa.

(12)

pendidikan bahasa sampai kepada menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pendidikan bahasa, dan membuat keputusan atau kebijakan. Terdapat banyak macam metode yang digunakan dalam penelitian pendidikan bahasa.

Daftar Pustaka

Brown, Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Jakarta. Kedutaan Besar Besar Amerika Serikat.

Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta. PT Asdi Mahasatya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Linguistik_terapan

Krashen, Stephen D. 2009. Principles and Practice in Second Language Acquisition. Oxford. Pergamon Press Inc.

Mudyahardjo, Redja. 2012. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.

Gambar

Gambar 1. Hubungan yang ideal antara teori, penelitian linguistik terapan, ide dan intuisi, dan       praktek pengajaran bahasa

Referensi

Dokumen terkait

Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi. Sumatera Utara ini

Tanggung jawab sosial dalam perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah secara parsial persepsi gender, pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan prestasi belajar memiliki pengaruh

kesejahteraan rakyat yang diantaranya meliputi aspek ekonomi dan Pendidikan oleh pemerintah dewasa ini belum menunjukan hasil sesuai yang diharapkan rakyat Indonesia

Tabel 4.11 Rekapitulasi Tanggapan Tamu Terhadap Repurchase Intention Tamu Di Saffron Restoran ... 114 Tabel 4.13 Output Pengaruh Service Guarantee Terhadap

SDIT AL uswah Surabaya is one unified Islamic elementary school that has problems ranging from frequent mistake inputting data, loss of data that has been collected, the data is not

Meskipun hasil glukomanan lebih tinggi dengan menggunakan isopropil alkohol pada temperatur ekstraksi 55°C, perlu diuji dengan menggunakan temperatur yang sama menggunakan

– Zat atau obat yg berasal dari tanaman a bukan tanaman, sintetis a semi sintetis yg dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi