• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Sebagai Substitusi Dedak Padi Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Kampung (Gallus gallus Domesticus) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Tepung Biji Nangka (Artocarpus Heterophyllus) Sebagai Substitusi Dedak Padi Dalam Ransum Terhadap Performans Ayam Kampung (Gallus gallus Domesticus) Chapter III V"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

13

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan dimulai pada Desember 2016 sampai februari 2017.

Bahan dan Alat Penelitian Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah DOC ayam kampung sebanyak 100 ekor usia 1-12 minggu sebagai objek penelitian, pakan konsentrat yang terdiri dari biji nangka, tepung jagung, dedak padi, tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, bungkil inti sawit (BIS), minyak dan tepung mineral. Obat-obatan seperti vaksin ND dan vaksin gumboro, rhodalon untuk membersihkan tempat pakan dan minum vitamin. Air minum yang diberikan secara ad libitum.

Alat

Adapun alat yang digunakan adalah kandang yang terdiri dari 20 unit dengan ukuran 70 x 80 x 70 cm, tempat pakan dan minum, timbangan untuk menimbang pakan dan ternak, alat penerang sekaligus sebagai alat pemanas, alat tulis, ember, alat pembersih kandang dan perlengkapan fumigasi. Mesin copper untuk mencacah biji nangka yang telah dikeringkan, mesin grinder untuk menghaluskan biji nangka.

(2)

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan 4 perlakuan dan 3 kelompok.

Adapun perlakuan yang diteliti adalah sebagai berikut :

P0 = Ransum dengan 0 % tepung biji nangka + 30 % dedak padi P1 = Ransum dengan 10 % tepung biji nangka + 20% dedak padi P2 = Ransum dengan 20 % tepung biji nangka + 10% dedak padi P3 = Ransum dengan 30 % tepung biji nangka + 0 % dedak padi) Kombinasi unit perlakuan sebagai berikut :

K I KII KII

P0 P3 P3

P2 P2 P0

P4 P0 P1

P3 P1 P2

Model linier RAK dengan banyaknya kelompok (ulangan ) k dan banyaknya perlakuan t adalah:

Yij

=

μ

αi

+

βj

ϵij

dimana i =1,2,…,t dan j = 1,2,…,r Dengan:

Yij= pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

μ = mean populasi

τi = pengaruh aditif dari perlakuan ke-i

βj = pengaruh aditif dari kelompok ke-j

(3)

15

Parameter Penelitian Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum diukur setiap minggu sekali yaitu, selisih antara jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum.

Konsumsi ransum = Ransum awal(g)- ransum sisa(g)

Tinggi rendahnya tinggi rendahnya konsumsi pakan dipengaruhi faktor eksternal yaitu ligkungan dan faktor internal atau kondisi ternak itu sendiri yang meliputi temperatur lingkungan, palatabilitas, status fisiologi yaitu umur, jenis kelamin dan kondisi tubuh, konsentrasi nutrien,bentuk pakan, bobot tubuh, dan produksi (Kartadisastra,1994).

Konsumsi pakan seekor ternak perlu diketahui untuk dapat mengoptimalkan jumlah pakan yang diberikan, karena pemberian pakan yang kurang optimal akan mengakibatkan pertumbuhan ternak yang kurang maksimal. Tinggi rendahnya konsumsi pakan dapat diketahui dengan menimbang berat ransum ternak yang diberikan dikurangi sisa pakan dalam jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan atas dasar bahan keringJumlah konsumsi pakan merupakan faktor penentu yang paling penting untuk menentukan jumlah nutrien

yang didapat oleh ternak dan selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi (Sanusi, 2006).

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan berat badan diperoleh dengan mengurangi berat badan akhir dengan berat badan awal penelitian.

Pertambahan Bobot Badan = Bobot badan akhir(g) - bobot badan awal(g)

(4)

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan bobot hidup, bentuk dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ. Pertumbuhan dapat dinyatakan dengan pertambahan bobot badan. Kenaikan bobot badan dapat terjadi karena kemampuan ternak dalam mengubah nutrien pakan yang dikonsumsi menjadi daging dan lemak (Soeparno,1992).

Konversi Ransum (Feed Conversion Ratio)

Merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan. FCR merupakan tolak ukur untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan ransum.

Konversi pakan = Konsumsi pakan (g)

Pertambahan Bobot Badan (g)

Konversi ransum (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu (Rasyaf, 2004)

Konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti semakin baik konversi pakan tersebut (Anggorodi, 1990).

Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah genetik, umur, berat badan, tingkat konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, palatabilitas, dan hormon (Champbell dan Lasley, 1985).

(5)

17

diketahui dari konversi pakan yakni jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mencapai pertambahan bobot badan per satu kilogram bobot badan (Purba, 1999).

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan kandang dan peralatan

Kandang terlebih dahulu didesinfeksi dengan detergen dan rodhalon kemudian difumigasi KMnO4 dan formalin kemudian dibiarkan selama 3 hari. Peralatan kandang dibersihkan dan didesinfeksi sebelum digunakan.

2. Persiapan biji nangka

• Dicucilah biji nangka pada air bersih yang mengalir sampai bersih dan tidak ada yang licin lagi.

• Direbuslah biji nangka pada air mendidih selama 10-15 menit untuk menghilangkan getahnya.

• Ditiriskan dan dinginkan biji nangka yang telah matang kemudian diiris tipis-tipis agar mudah dikeringkan.

• Dijemur biji nangka di bawah sinar mata hari untuk mengeringkannya selama 3-4 hari atau sampai dirasa cukup kering. Haluskan irisan biji nangka yang telah kering menggunakan blender/grinder sampai menjadi bubuk atau tepung.

• Di ayak menggunakan penyaring untuk memisahkan bagian tepung yang halus dan yang kasar. Kumpulkan yang kasar kemudian di blender/grinder lagi untuk memperoleh tepung yang halus.

(6)

4. Persiapan ayam buras

Sebelum DOC dimasukkan kedalam kandang yang sudah disediakan, terlebih dahulu dilakukan penimbangan agar bisa diketahui kisaran bobot badan awal yang akan digunakan, kemudian dilakukan pemilihan secara acak (random) untuk menghindari bias (galat percobaan) lalu ditempatkan pada masing-masing plot yang tersedia sebanyak 4 ekor.

5. Penyusunan Ransum

Bahan pakan semuanya dibeli dari poultry shop, kecuali tepung biji nangka, kemudian bahan–bahan tersebut disusun sesuai dengan formula ransum. Teknik penyusunan ransum dilakukan sekali dalam satu minggu secara manual, yaitu dengan mencampurkan bahan pakan yang telah ditimbang sesuai dengan formulasinya.

6. Pemberian pakan

Pakan yang berikan selama penelitian adalah ransum yang telah disusun yang tersedia secara adlibitum dan dilakukan penimbangan sebanyak 2 kali dalam satu hari. Pakan yang sisa ditimbang untuk mengetahui jumlah konsumsi pada berbagai perlakuan.

7. Pengambilan data

Data konsumsi ditimbang setiap hari, pertambahan bobot badan ditimbang setiap minggu dan konversi ransum dihitung diakhir dari periode pemeliharaan. 8. Analisis Data Pengujian

(7)

19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum merupakan banyaknya jumlah ransum yang dimakan oleh ternak akan digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan untuk produksi ternak. Konsumsi ransum dapat dihitung dengan pengurangan jumlah ransum yang diberikan dengan pakan sisa pada tempat pakan. Konsumsi pakan merupakan hal yang penting, karena berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan baik untuk hidup pokok maupun produksi.

Meningkatnya ransum yang dikonsumsi akan memberikan kesempatan ada tubuh untuk meretensi zat makanan yang lebih banyak, kebutuhan protein zat-zat makanan yang lebih banyak, sehingga kebutuhan protein terpenuhi.

Konsumsi pakan dapat diketahui dengan menimbang berat ransum ternak yang diberikan dikurangi sisa pakan yang dihitung setiap hari selama penelitian (gr/ekor/hari). Rataan konsumsi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Rataan konsumsi ransum ayam kampung selama penelitian

Perlakuan KI KII KIII Total Rataan sd P0 342,71 345 360,89 1048,60 349,53 ±9,90 P1 343,21 345,17 348,75 1037,13 345,71 ±2,80

P2 355 345 362,85 1062,85 354,28 ±8,94

P3 333 345,71 352,32 1031,03 343,67 ±9,80 Jumlah 1373,92 1380,88 1424,81 4179,61

Rataan 343,48 345,22 356,2025 348,40

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi tertinggi terdapat pada P2 sebesar 354,28 g/ekor/minggu sedangkan konsumsi terendah terdapat pada

P3 sebesar 343,67 g/ekor/minggu.

(8)

Pemberian tepung biji nangka dalam ransum menunjukkan hasil yang tidak nyata nyata terhadap konsumsi. Hal ini berkaitan erat dengan kandungan nutrisi pada dedak padi yang hampir sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartadisastra (1994) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya konsumsi pakan dipengaruhi faktor eksternal yaitu ligkungan dan faktor internal atau kondisi ternak itu sendiri yang meliputi temperatur lingkungan, palatabilitas, status fisiologi yaitu umur, jenis kelamin dan kondisi tubuh, konsentrasi nutrien,bentuk pakan, bobot tubuh, dan produksi.

Tabel 6. Analisis ragam konsumsi ransum ayam kampung selama penelitian

SK DB JK KT F Hitung F Tabel

0,05 0,01 Kelompok 2 380,67 190,33 6,20 19,33 99,33 Perlakuan 3 196,21 65,40 2,13tn 8,94 27,91

Galat 6 184.10 30,68

Total 11 760,99 286,41

Keterangan: tn = tidak nyata

(9)

21

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan (PBB) mencakup pertumbuhan dalam bentuk berat jaringan-jaringan pembangun seperti: tulang, jantung, otak, dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Pertambahan bobot badan dapat diukur dengan cara mengurangkan bobot badan akhir dengan bobot badan awal persatuan waktu dalam satuan gram/ekor/minggu. Penimbangan dilakukan satu kali dalam seminggu. Rataan pertambahan bobot badan ayam kampung selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan pertambahan bobot badan ayam kampung (g/ekor/minggu) Perlakuan KI KII KIII Jumlah Rataan sd P0 75,62 107,18 113,75 296,555 98,85 ±20,38 P1 74,06 107,81 119,37 301,245 100,41 ±23,54 P2 74,37 108,43 94,68 277,485 92,49 ±17,13 P3 73,12 108,75 120,62 302,5 100,83 ±24,71

Jumlah 297,18 432,17 448,43 1177,78

Rataan 74,29 108,04 112,10 98,14

Hasil analisa keragaman pertambahan bobot badan dapat dilihat pada Tabel 7 yang menunjukkan bahwa substitusi dedak padi dengan tepung biji nangka menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata terhadap pertambahan bobot badan ayam kampung. Hal ini disebabkan konsumsi pakan yang relatif sama dan kandungan nutrisi pakan yang sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soeparno (1992) yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering dan kandungan nutrien pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertambahan bobot badan ternak.

(10)

Tabel 8. Analisis ragam pertambahan bobot badan ayam kampung selama

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rataan pertambahan bobot badan ayam kampung selama penelitian adalah tidak nyata antar perlakuan (P0,P1, P2,

P3). Rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada P3 sebesar 100,83

gram/ekor/hari sedangkan rataan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada P2 sebesar 92,49. Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang berbeda

tidak nyata (F Hitung < 0,05) terhadap konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa substitusi dedak padi dengan tepung biji nangka memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan ayam kampung. Namun kecenderungan rataan pertambahan bobot badan pada P3 (100,83) lebih tinggi bila

dibandingkan dengan P0, P2 dan P3. Dalam hal ini menunjukkan bahwa kandungan

(11)

23

hidup pokok, dan apabila masih ada kelebihan energi akan digunakan untuk produksi, namun sebagian energi diserap di dalam tubuh akan dikonversi menjadi panas tubuh.

Dari hasil penelitian di atas diperoleh bahwa konsumsi pada P0 lebih

tinggi dibandingkan dengan konsumsi pada P1. Sementara pada pertambahan

bobot badan ditemukan bahwa pertambahan bobot badan pada P1 lebih tinggi

daripada P0. Kecenderungan hal ini kemungkinan disebabkan oleh kadungan asam

amino yang terkandung pada tepung biji nangka lebih lengkap. Hubungan antara konsumsi dan pertambahan bobot badan di atas tidak sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1994) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan yang rendah akan menyebabkan kekurangan zat makanan yang dibutuhkan ternak dan akibatnya akan menghambat penimbunan lemak dan daging. Apabila kebutuhan untuk hidup pokok sudah terpenuhi, kelebihan gizi yang dikonsumsi akan ditimbun sebagai jaringan lemak dan daging.

Konversi Ransum

Konversi ransum merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi penggunaan ransum serta kualitas ransum. Konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Rasyaf (2004), menyatakan bahwa, konversi ransum (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu. FCR dapat dicari dengan cara membagikan antara jumlah ransum yang habis dikonsumsi oleh ayam kampung dalam jangka waktu tertentu dengan

(12)

bobot hidup. Rataan koversi ransum ayam kampung dapat dilihat pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9. Rataan konversi ransum ayam kampung selama penelitian. Perlakuan KI KII KIII Jumlah Rataan ±sd

Hasil analisa keragaman konversi ransum dapat dilihat pada Tabel 9 yang menunjukkan bahwa substitusi dedak padi dengan tepung biji nangka menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata terhadap konversi ransum. Hasil yang tidak berbeda nyata tersebut disebabkan karena penggunaan tepung biji nangka sebagai substitusi dedak padi dalam ransum tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat Champbell dan Lasley (1985) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah genetik, umur, berat badan, tingkat konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, palatabilitas, dan hormon.

Tabel 10. Analisis ragam konversi ransum ayam kampung selama penelitian

SK DB JK KT F Hitung F Tabel

Keteranagan : tn = berbeda tidak nyata

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa konversi ransum ayam kampung selama penelitian adalah tidak berbeda nyata antar perlakuan (P0, P1, P2, P3). Konversi

ransum tertinggi terdapat pada P2 sebesar 6,87 sedangkan konversi ransum

(13)

25

maka semakin efektif penggunaan ransum tersebut sebagai pakan ternak.

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata (F Hitung < 0,05) terhadap konversi ransum. Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian dedak padi dan tepung biji nangka tidak memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap konversi ransum ayam kampung. Namun kecenderungan konversi ransum pada P3 (6,21) lebih rendah bila dibandingkan dengan P0, P2 dan

P3. Dalam hal ini menunjukkan bahwa pemberian P3 sebagai pakan ternak ayam

kampung lebih efektif bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1990), yang menyatakan bahwa konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dicapai dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan merupakan suatu indikator yang dapat menerangkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, dimana semakin rendah angkanya berarti semakin baik konversi pakan tersebut. Perlakuan yang diberikan menunjukkan bahwa konversi ransum yang diberikan tergolong efisien yaitu 3,55 sesuai dengan pernyataan menurut Purba (1999) rataan konversi pakan untuk ayam kampung umur 10-16 minggu adalah sebesar 3,84. Hal ini dapat disebabkan oleh efisiensi penggunaan pakan dapat diketahui dari konversi pakan yakni jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mencapai pertambahan bobot badan per satu kilogram bobot badan. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa P2 merupakan konsumsi tertinggi sementara P0

berada diurutan kedua, sementara dalam pertambahan bobot badan P2 lebih tinggi

jika dibandingkan dengan P0. Konversi ransum adalah hasil bagi antara konsumsi

dengan pertambahan bobot badan. Besar konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan menentukan konversi pakan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

(14)

Martawidjaja (1998), yang menyatakan bahwa pakan yang berkualitas baik dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Penggunaan pakan akan semakin efisien bila jumlah pakan yang dikonsumsi minimal namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Untuk melihat rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan tepung biji nangka sebagai substitusi dedak padi dalam ransum terhadap performans ayam kampung ( konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum) dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11. Rekapitulasi hasil penelitian Perlakuan

Rataan parameter Konsumsi Pakan

(g/ekor/hari) PBB (g/ekor/hari) Konversi Pakan

P0 349,53 98,85 3,53

P1 345,71 100,41 3,44

P2 354,28 92,49 3,83

P3 343,67 100,83 3,40

Berdasarkan hasil rekapitulasi diatas diperoleh bahwa substitusi dedak padi dengan tepung biji nangka dalam ransum memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum pada ayam kampung.

(15)

27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemanfaatan tepung biji nangka mampu menggantikan pemberian dedak padi dalam ransum terhadap performans ayam kampung bila ditinjau dari segi konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum.

Saran

Disarankan kepada peternak untuk menggunakan tepung biji nangka untuk menggantikan dedak padi dalam ransum ayam kampung.

Gambar

Tabel 5. Rataan konsumsi ransum ayam kampung selama penelitian
Tabel 6. Analisis ragam konsumsi ransum ayam kampung selama penelitian
Tabel 7. Rataan pertambahan bobot badan ayam kampung (g/ekor/minggu)
Tabel 8.  Analisis ragam pertambahan bobot badan ayam kampung selama penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik, dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (aplikasi SPSE) pada alamat website

In the same way, the RGDF algorithm is divided into two steps. In the first step, all points of the input views are processed sepa- rately and the desired sums are computed

Universitas Sumatera Utara...

Road Map sumber daya dan bidang kegiatan penelitian yang dikembangkan dan dituangkan di dalam RIP 2015-2019 Politeknik Negeri Batam secara umum akan

Portal komunikasi merupakan salah satu format penyampaian informasi yang efektif untuk menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan (Pamoragung, et al., 2006;

Abang Junjungan Rumapea, S.Sc dan Kakak Yolanda Rumapea, M.Kom yang selalu mengarahkan dan memberikan dukungan kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan hingga

Model regresi Kualitas Pelayanan (Y) sebagai varibel terikat dipengaruhi oleh variabel bebas dan sisanya 51,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dprediksikan

Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 24 Tahun 2OlO tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2005 2025 (Lembaran