• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LKS BERBASIS REASONING AND PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN FISIKA SMAN 1 LUBUK ALUNG KELAS XI SEMESTER 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LKS BERBASIS REASONING AND PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN FISIKA SMAN 1 LUBUK ALUNG KELAS XI SEMESTER 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 3. April 2014, 169-176

169

PENGARUH LKS BERBASIS

REASONING AND PROBLEM SOLVING

TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN FISIKA SMAN 1

LUBUK ALUNG KELAS XI SEMESTER 1

Muzi Novriyani

1

, Mahrizal

2

, Gusnedi

2

1Mahasiswa Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang 2Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang

1Email: zhiivriani@gmail.com 2Email : mzzal@yahoo.com

ABSTRACT

The purpose of this research is to detection of the worksheet effect based reasoning and problem solving to physic learning outcomes of 11 th grade student in SMAN 1 Lubuk Alung. The research of type is quasi exsperiment research and design is randomize control group only design. In this research, 11 th grade students of SMAN 1 Lubuk Alung in academic 2013/2014 as population . The take of sampel was done with clutser random sampling technic. The research of data was learning outcome is three domains. They were cognitive, psikomotor and afective. The data was analyzed with mean equality test at significance level 5%. Outcome of research conclude that there effect was worksheet based reasoning and problem solving give significance to learning outcome of 11th grade students in SMAN 1 Lubuk Alung for cognitive, psikomotor and affective domains at significance level 5%.

Keywords – Worksheet, Reasoning and Problem Solving, Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Paradigma pendidikan yang semakin berkembang pada saat sekarang, sangat menuntut kompetensi siswa yang kompetitif, dan berkualitas yang kelak dapat memberikan investasi besar terhadap pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan. Dalam sudut pandang yang sama, kondisi pendidikan sangat memprihatinkan dengan rendahnya mutu lulusan yang dihasilkan. Salah satu penyebabnya terletak pada proses pembelajaran yang berorientasi pada hasil akhir bukan pada proses pembelajaran itu sendiri. Proses pembelajaran yang turut menjadi acuan dalam membangun kompetensi siswa yaitu proses pembelajaran pada ilmu sains yang salah satu bagiannya adalah Fisika.

Fisika menjadi pondasi lahirnya berbagai produk-produk orisinil, efektif, kompleks, inventif, pensintesis, pembangkit dan penerap ide dalam pembangunan. Untuk menghasilkan hal-hal yang demikian, dalam pembelajaran Fisika seorang siswa harus mempunyai pandangan yang jelas mengenai proses dari saling keterkaitan antar materi dalam pembelajaran. Proses inilah yang digunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang muncul supaya menjadi lebih sistematis dan jelas.

Kebanyakan siswa memandang bahwa Fisika merupakan pelajaran yang menakutkan, karena dalam pembelajaran Fisika banyak terdapat rumus-rumus rumit yang sulit diingat oleh siswa. Selain itu, dapat dilihat pembelajaran Fisika kurang terarah dan

bermakna pada konsep yang sebenarnya. Akibatnya Fisika dianggap pelajaran yang membosankan. Rumus-rumus yang disajikan menuntut siswa lebih cenderung menghafal dibandingkan memahami proses ditemukan rumus tersebut. Tiga langkah berfikir yang harus dikuasai oleh siswa; pemikiran mendasar, pemikiran yang kritis dan pemikiran yang kreatif belum tercapai dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan Fisika menjadi pelajaran yang tidak bermakna.

Banyak ditemukan pembelajaran Fisika yang dilaksanakan lebih cenderung dikuasai oleh guru sehingga siswa hanya menerima dan menyimak yang diterangkan oleh guru. Rumus praktis yang disajikan oleh guru dikelas menuntut siswa untuk mencatat dan mengahafal rumus tanpa mengetahui seluk beluk rumus tersebut ditemukan. Peran guru yang kurang optimal juga disebabkan salah satunya karena kekurangan bahan ajar. Ketersedian dan pemanfaatan bahan ajar yang belum secara optimal tersebut membuat guru masih cendrung mengajar siswa dibandingkan membelajarkan siswa. Standar nasional pendidikan menyatakan standar proses merupakan salah satu standar yang harus dikembangkan [1]. Hal ini sejalan bahwa Standar Proses merupakan standar nasional pendidikan yang saling berkaitan dengan pelaksaan pembelajaran pada suatu satuan pendidikan dalam mencapai kompetensi lulusan [2]. Standar proses antara lain mengatur perencanaan proses pembelajaran yang mencakup silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang di dalamnya memuat

(2)

170

sumber belajar. Dengan demikian guru diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar. Salah satu sumber belajar dapat berupa bahan ajar. Salah satu bagiannya memuat lembar kerja siswa.

Lembar Kerja Siswayang sering disebut dengan Lembaran Kerja Siswa (LKS) merupakan lembaran-lembaran berisi tugas dimana peserta didik yang harus mengerjakannya, berisi petunjuk serta langkah-langkah dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru[3]. Penggunaan LKS tidak hanya bermanfaat bagi peserta didik tapi juga bermanfaat bagi guru untuk mempermudah penyampaian materi yang rumit dengan panduan langkah-langkah yang sistematis. Keuntungan LKS bagi siswa adalah membantu siswa belajar secara mandiri[4].

Kebanyakan LKS yang beredar, bermuatan rumus-rumus praktis yang akan membuat siswa bingung dan tidak mengerti secara utuh makna yang dicapai. LKS yang dibuat hendaknya, tidak hanya membuat pembelajaran lebih bermakna dalam memahami konsep Fisika juga sesuai standar proses dalam pembelajaran. [5]Fungsi penggunaan LKS dalam kegiatan pembelajaran salah satunya mengaktifkan siswa dalam belajar. Penggunaan LKS dapat merangsang peserta didik untuk berfikir kritis, berusaha mencari solusi dari berbagai sumber, dan membantu siswa belajar mandiri.. Dengan hal ini motivasi ,pemahaman, kemandirian dan keaktifan siswa untuk belajar Fisika akan semakin meningkat.

Salah satu cara menggali minat, motivasi, pemahaman, kemandirian dan keaktifan siswa, LKS yang diberikan harus memiliki standar proses yang rinci, konfrontatif dan sistematis. Oleh karena itu, LKS ini dapat dikembangkan dengan menggunakan model Reasoning and Problem Solving [6]. Reasoning and Problem Solving merupakankemampuan berpikir yang mengunakan analisa secara bertahap dalam pemecahan masalah yang konfrontatif[7]. Model Reasoning and Problem Solving dapat membangkitkan proses berpikir dasar, kritis dan kreatif serta strategi pemecahan masalah yang dapat menantang siswa untuk melakukan upaya Reasoning and Problem Solving. Pembelajaran menggunakan Reasoning and Problem Solving dapat menggali pemahaman khusus, keterampilan berpikir kreatif dan kritis, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, keterampilan mengunakan pengetahuan secara bermakna dan nyata.LKS berbasis Reasoning and Problem Solving ini mempunyai tiga langkah berpikir yang dapat menuntun siswa agar lebih memahami secara dasar mengenai masalah yang ditemukan dalam pembelajaran Fisika. [8]Pembelajaran Problem Solving sangat penting sebab Problem Solving merupakan kegiatan yang paling nyata dan pembelajaran yang paling relevan yang dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Pengetahuan yang terbangun dalam konteks pemecahan masalah akan lebih baik dipahami,

dipertahankan, dan lebih cepat diterima oleh siswa. Pemecahan masalah adalah suatu proses dimana siswa dapat menemukan hubungan antara pengalaman sebelumnya dari masalah-masalah yang dihadapi dan kemudian menemukan sebuah solusi konkret[9]. Jadi aktivitas Problem Solving diawali dengan konfrontasi dan berakhir jika sebuah jawaban telah dapat diperoleh sesuai dengan kondisi masalah yang dapat diwujudkan melalui kemampuan Reasoning.

Proses pembelajaran Reasoning and Problem Solving yang dilaksanakan dapat dilakukan dalam beberapa tahap, diantaranya yaitu: (1) Membaca dan berpikir : Ketika siswa membaca masalah, ia harus menafsirkan bahasa, membuat koneksi, dan mengingat situasi yang sama. (2) Jelajahi dan rencana: Siswa memecahkan masalah dan menganalisis dan mensintesis informasi yang terkandung dalam masalah yang sudah terungkap selama tahap sebelumnya.(3) Memilih strategi : Siswa harus memilih jalan tampaknya paling tepat. Masalah tunggal mungkin dapat diselesaikan dengan menerapkan beberapa kombinasi strategi ini. (4) Mencari jawaban: Setelah masalah dipahami dan strategi yang dipilih, siswa harus memperkirakan dan melakukan matematika yang diperlukan untuk memperoleh jawaban yang lebih akurat. (5) Mencerminkan dan memperpanjang: Tahap ini merupakan proses yang terdiri dari menentukan apakah pertanyaan telah dijawab dan matematika yang benar, dan seberapa dekat jawabannya setuju dengan perkiraan semula. Juga, itu adalah tahap proses pemecahan masalah yang memerlukan siswa untuk berpikir kreatif.[7].

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh bahan ajar berupa LKS dalam pembelajaran Fisika SMA dengan model Reasoning and Problem Solving. Karena itu, judul penelitian ini adalah “Pengaruh LKS Berbasis Reasoning and Problem Solving terhadap Hasil Pembelajaran Fisika Siswa SMA N 1 Lubuk Alung Kelas XI Semester 1”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment Research) dan populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas XI SMAN 1 Lubuk Alung yang terdaftar dalam Tahun Ajaran 2013/2014 semester 1. Populasi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Populasi Penelitian Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Lubuk Alung TA 2013/2014

No Kelas Jumlah Siswa

1. XI IPA 1 30 orang

2. XI IPA 2 30 orang

(3)

171

4. XI IPA 4 30 orang

5. XI IPA 5 30 orang

6. XI IPA 6 30 orang

Jumlah 180 orang

Sumber: Tata Usaha SMAN 1 Lubuk Alung

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan teknik Cluster random sampling sehingga didapatkan kelas XI IPA 6 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu ;Variabel bebas dalam penelitian ini adalah LKS berbasis Reasoning and Problem Solving, variabel terikat dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar siswa dalam aspek kognitif, psikomotor dan afektif selama pembelajaran berlangsung dan variabel kontrol meliputi materi yang digunakan sama sesuai dengan KTSP, model pembelajaran yang sama, kemampuan awal siswa antara kedua kelas setara, Guru, buku sumber dan waktu yang digunakan serta jumlah soal yang akan diujikan pada kedua kelas sama.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer yang merupakan data yang diperoleh langsung berupa hasil belajar siswa yang diberi perlakuan terhadap sampel penelitian . Data Sekunder meliputi jumlah seluruh siswa kelas XI jurusan IPA di SMA N 1 Lubuk Alung.

Dalam penelitian yang diakukan terbagi dalam tiga tahap diantaranya tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian. Pada tahap persiapan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, yaitu sebagai berikut: menentukan tempat penelitian yaitu di SMAN 1 Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman, mengurus surat izin penelitian, menentukan jadwal penelitian, menetapkan kelas sampel dari populasi yang ada ,menelaah materi yang digunakan dalam penelitian yaitu materi yang terdapat KD. 1.4, KD. 1.5, KD. 1.6 dan KD 1.7, merencanakan penggunaan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving, menyusun Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang diajarkan untuk kedua kelas sampel serta membuat LKS berbasis Reasoning and Problem Solving untuk kelas eksperimen dan menyiapkan LKS yang disekolah untuk kelas sampel. Pada tahap penyelesaian melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menurut skenario pembelajaran dengan langkah yang ditetapkan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi tga ranah yaitu untuk ranah kognitif menggunakan tes tertulis, untuk ranah psikomotor menggunakan rubrik penskoran dan untuk ranah afektif menggunakan lembar observasi. Pada instrument ranah kognitif menggunakan soal obejektik sebanyak 40 soal yang kemuadian akan dilakukan tingkat kesukaran, daya beda, validitas dan reabilitas.

Dari hasil analisis soal uji coba untuk tingkat kesukaran didapatkan 4 soal dengan kriteria mudah, 32 soal kriteria sedang, dan 4 soal dengan kriteria sukar. Pada penelitian ini soal soal yang digunakan adalah soal yang mempunyai rentang 0,3 ≤ p ≤ 0,7. Analisis daya beda didapatkan 5 soal dengan indeks daya beda jelek sekali, 4 soal dengan indeks daya jelek, 1 soal dengan indeks daya beda cukup, 19 soal memiliki indeks kesukaran baik dan 1 soal dengan indeks kesukaran sangat baik. Kriteria soal yang dipakai dalam penelitian adalah 0,41-1,00. Pada penelitian validitas yang digunakan validitas isi. Butir soal sebanyak 40 soal valid dari segi isi. Setelah melakukan tes uji coba soal didapatkan reliabilitas soal sebesar 0,856 dengan kriteria tinggi. Berdasarkan gabungan hasil analisis tingkat kesukaran dan daya beda didapatkan sebanyak 30 butir soal yang akan digunakan pada tes akhir.

Penilaian pada ranah psikomotor dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung mengacu pada rubrik penskoran yang telah dibuat. Penilaian pada ranah afektif juga dilakukan selama pembelajaran berlangsung mengacu pada sikap dan prilaku siswa yang dinilai oleh satu orang observer. Penilaian yang dilakukan dalam bentuk format penilaian aspek afektif. Skor untuk masing-masing

sikap dapat berupa angka. Hasil belajar dari ketiga ranah: kognitif

,psikomotor maupun afektifdianalisis dengan teknik analisis data. Rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan dapat dijawab dengan melakukan uji normalitas, uji homogenitas, serta uji kesamaan dua rata-rata. Untuk mengetahui apakah data kelas sampel terdistribusi normal atau tidak perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji liliefors. Untuk melihat apakah kedua sampel homogen dilakukan dengan uji F. Kemudian melakukan uji hipotesis yang bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh yang berarti dari pengaruh LKS berbasis reasoning and problem solving terhadap hasil belajar Fisika kelas XI semester 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini terbagi dalam dua sub bahasan, diantaranya hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian yang didapatkan akan dihubungkan dengan kajian teori pada bagian pembahasan

1. Hasil Penelitian

Data pada ranah kognitif diperoleh melalui tes tertulis di akhir pembelajaran. Data pada ranah afektif dan psikomotor diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung sebanyak 12 kali pertemuan melalui format penilaian afektif dan psikomotor. Data penilaian hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh dari tes

(4)

172

akhir dengan teknik tes tertulis yang terdiri dari soal objektif sebanyak 30 buah soal di akhir kegiatan penelitian pada kedua kelas sampel. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai rata-rata (

x

), simpangan baku (S) dan varians (S2) kedua kelas sampel seperti pada Tabel 2:

Tabel 2. Data Nilai Rata-Rata (

x

), Nilai Tertinggi, Nilai Terendah dan Simpangan Baku (S) serta Varians (S2) Kedua Kelas Sampel

Kelas N Nilai Terting gi Nilai Teren dah

X

S2 S Eksperimen 30 96 70 84,33 32,64 5,71 Kontrol 30 90 66 78,20 38,85 6,23 Dari Tabel 2 terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa ranah kognitif pada kelas eksperimen

lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar pada kelas kontrol. Nilai simpangan baku pada kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan dengan kelas kontrol. Untuk melihat terjadinya perbedaan hasil tes akhir yang berarti pada kedua kelas sampel dapat dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Oleh sebab itu perlu terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

Penilaian ranah psikomotor ini dilakukan terhadap empat aspek, diantaranya : ketelitian dalam mengerjakan soal, ketepatan dalam menemukan jawaban, kecepatan dalam pengerjaan soal dan kesistematisan jawaban yang dikemukakan.

Sama dengan ranah kognitif, data dari hasil belajar pada ranah psikomotor ini dilakukan perhitungan dengan didapatkan nilai rata-rata (

x

), simpangan baku (S), serta variansi (S2) dari kedua kelas sampel seperti pada Tabel 3:

Tabel 3. Data Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, Simpangan Baku, dan Variansi Kelas Sampel Ranah Psikomotor

Kelas N Nilai Terting gi Nilai Teren dah

X

S2 S Eksperimen 30 90 72,5 81,75 20,32 4,508 Kontrol 30 87,5 70 77,53 23,48 4,84 Dari Tabel 3 dapat diambil kesimpulan bahwa pada ranah psikomotor rata-rata nilai hasil belajar siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan denga rata-rata nilai hasil belajar kelas kontrol. Kemudian melakukan analisis uji kesamaan dua rata-rata untuk mengetahui terjadi perbedaan berarti nilai pada kedua kelas sampel.

Penilaian pada ranah afektif dapat dilakukan terhadap lima aspek penilaian diantaranya : keaktifan

dalam bertanya, keaktifan menjawab pertanyaan, kreativitas berpendapat, kecakapan menyempurnakan jawaban, dan kecermatan dalam memperhatikan materi pebelajaran. Deskripsi pada data hasil belajar pada ranah afektif terlihat oleh skor total yang diperoleh pada setiap siswa setelah 12 kali pertemuan tatap muka di kelas.

Dari hasil penelitian juga didapatkan hasil belajar kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar di kelas kontrol. Perolehan nilai dari kedua kelas sampel ditunjukan pada Tabel 4:

Tabel 4. Data Nilai Rata-Rata (X), Nilai Tertinggi, Nilai Terendah dan Simpangan Baku serta Varians Kelas Sampel

Kelas N Nilai Terting gi Nilai Teren dah

X

S2 S Eksperimen 30 92,00 76,00 83,33 20,89 4,57 Kontrol 30 88,00 72,00 79,93 23,30 4,82

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang berarti hasil belajar Fisika pada ranah afektif untuk kedua kelas sampel.

Hipotesis penelitian perlu diuji dengan menganalisis data hasil belajar siswa dari hasil penelitian yang dilakukan. Analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dilakukan pada tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah psikomotor, dan ranah afektif.

a. Hasil Penelitian Pada Ranah Kognitif

Untuk melihat data terdistribusi normal pada kedua kelas sampel dilakukan uji normalitas dengan mengunakan Uji Lilliefors. Setelah melakukan uji normalitas maka harga Lo dan Ltabel didapatkan pada taraf nyata 0,05 seperti pada Tabel 5:

Tabel 5. Data Uji Normalitas Tes Akhir Kedua Kelas Sampel Ranah Kognitif

Kelas α N Lo Lt Distribusi Eksperimen

0,05 30 0,1526 0,161 Normal Kontrol 30 0,1035 0,161 Normal

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo < Lt pada taraf nyata 0,05. Hal ini berarti data hasil tes akhir kedua kelas sampel terdistribusi normal.

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas sampel berasal dari populasi yang mempunyai varian yang homogen. Dari uji

(5)

173

Sumber : Sugoyono (2010) 1,67 1

7

1

0 α = 0,05 Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho 3,98

homogenitas varians yang dilakukan terhadap data tes akhir pada kedua kelas sampel sehingga diperoleh

Fhitung = 1,190 dan Ftabel dengan taraf nyata α = 0,05

pada dkpembilang 29 dan dkpenyebut 29 adalah 1,858 . Dengan demikian Fh < F(0,05);(29,29), hal ini berarti kelompok data mempunyai varians yang homogen. Hasil uji homogenitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 6:

Tabel 6. Data Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Kognitif

Kelas N S2 Fh Ft Keterangan Eksperimen 30 32,64

1,190 1,858 Homogen Kontrol 30 38,85

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas terhadap data tes akhir kedua kelas sampel, diperoleh bahwa data pada kedua kelas sampel terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji t. Hasil dari uji t kedua kelas sampel terlihat pada Tabel 7:

Tabel 7. Data Hasil Uji t Ranah Kognitif

Kelas N Mean S2 th tt

Eksperimen 30 84,33 32,64

3,98 1,671 Kontrol 30 78,20 38,85

Dari Tabel 7 terlihat bahwa thitung = 3,98 sedangkan ttabel = 1,671 dengan kriteria pengujian terima Ho jika th < t(1-α) dan tolak Ho jika mempunyai

harga selain pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2. Karena didapatkan harga

thitung > ttabel, maka harga t berada pada daerah

penolakan Ho sehingga dikatakan Hi diterima pada taraf nyata 0,05. Dengan demikian Terdapat pengaruh yang berarti dari penggunaan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving terhadap hasil belajar siswa SMA N 1 Lubuk Alung pada ranah kognitif. Kurva hipotesis alternatif (Hi) diterima dapat dilihat pada Gambar 1:

Gambar 1. Kurva Penerimaan Hipotesis Alternatif Ranah Kognitif

Berdasarkan Gambar 1, thitung berada pada daerah

penerimaan Hi maka hal ini memberikan pengaruh yang berarti pada kedua kelas sampel akibat perbedaan perlakuan. Hal tersebut disebabkan adanya penggunaan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving pada kelas eksperimen.

b. Hasil Penelitian Pada Ranah Psikomotor

Setelah melakukan pengamatan dan menganalisis perolehan skor keempat aspek penilaian ranah psikomotor, maka selanjutnya dilakukan analisis terhadap keseluruhan rata-rata jumlah perolehan skor setiap indikator dalam 12 kali pertemuan pada kedua kelas sampel. berdasarkan hasil analisis nilai psikomotor untuk 12 kali pertemuan dikonversikan dalam persen dan kemudian diplot kedalam bentuk grafik seperti pada Gambar 2:

Gambar 2. Grafik Nilai Rata-Rata Ranah Psikomotor Kedua Kelas Sampel

Untuk melihat data terdistribusi normal pada kedua kelas sampel digunakan Uji Lilliefors. Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, maka pada taraf nyata 0,05 didapatkan harga Lo dan Ltabel, seperti terlihat pada Tabel 8 :

Tabel 8. Data Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kedua Kelas Sampel Ranah Psikomotor

Kelas α N Lo Lt Distribusi Eksperimen

0,05 30 0,0992 0,161 Normal Kontrol 30 0,1531 0,161 Normal

Dari Tabel 8 terlihat bahwa kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo < Ltpada taraf nyata 0,05. Dapat diambil kesimpulan bahwa hasil tes akhir kedua kelas sampel terdistribusi normal.

Untuk mengetahui data pada kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen atau tidak dilakukan uji homogenitas. Dari uji homogenitas varians yang dilakukan terhadap kedua sampel ternyata diperoleh

Fhitung = 1,155 dan Ftabel dengan α = 0,05 pada

dkpembilang 29 dan dk penyebut 29 adalah 1,858. Dengan

0 20 40 60 80 100 1 3 5 7 9 11 Per o le h an S ko r ( % ) Pertemuan ke- Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

(6)

174

1,67 1

7

1

0 α = 0,05 Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho 3,45

demikian Fh < F(0,05);(29,29), hal ini berarti kelompok data mempunyai varians yang homogen. Hasil dari uji homogenitas pada kedua kelas sampel ditunjukan pada Tabel 9:

Tabel 9. Data Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Psikomotor

Kelas N S2 Fh Ft Keterangan Eksperimen 30 20,32

1,155 1,858 Homogen Kontrol 30 23,48

Dari uji normalitas dan homogenitas yang dilakukan pada kedua kelas sampel terhadap ranah psikomotor diperoleh data terdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen, untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji t. Adapun Hasil uji t dari kedua kelas sampel terlihat pada Tabel 10: Tabel 10. Data Hasil Uji t Ranah Psikomotor

Kelas N Mean S2 th tt

Eksperimen 30 81,75 20,32

3,45 1,671 Kontrol 30 77,58 23,48

Pada Tabel 10 di atas terlihat bahwa thitung = 3,45 sedangkan ttabel = 1,671. Dengan kriteria pengujian terima Ho jika t < t(1-α) dan tolak Ho jika mempunyai

harga selain pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2. Karena thitung > ttabel, menunjukkan bahwa harga t berada daerah penolakan Ho sehingga pada taraf nyata 0,05 Hi dinyatakan

diterima. Dengan hal tersebut dapat disimpulkan terdapat pengaruh berarti penggunaan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving terhadap hasil belajar Fisika kelas XI IPA di SMAN 1 Lubuk Alung pada ranah psikomotor. Kurva hipotesis alternatif (Hi) diterima dapat dilihat pada Gambar 3 :

Gambar 3. Kurva Penerimaan Hipotesis Alternatif Ranah Kognitif

Berdasarkan Gambar 3, thitung berada pada daerah

penerimaan Hi, terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving terhadap

hasil belajar siswa di SMA N 1 Lubuk Alung kelas eksperimen pada ranah psikomotor.

c. Hasil Penelitian Pada Ranah Afektif

Penelitian ini dilakukan terhadap 12 kali pertemuan proses pembelajaran. Aspek yang diamati terdiri dari lima sikap diantaraya sikap menanyakan, menjawab pertanyaan, berpendapat, menyempurnakan jawaban dan memperhatikan penjelasan yang masing-masing terdiri dari lima indikator.

Setelah pengamatan dan analisis dilakukan dari perolehan skor kelima aspek penilaian ranah afektif, maka selanjutnya dilakukan analisis terhadap keseluruhan rata-rata jumlah perolehan skor setiap indikator dalam 12 kali pertemuan pada kedua kelas sampel. Berdasarkan hasil analisis nilai afektif untuk 12 kali pertemuan dikonversikan dalam persen dan kemudian diplot kedalam bentuk grafik seperti pada Gambar 4:

Gambar 4. Grafik Nilai Rata-Rata Ranah Afektif Kedua Kelas Sampel

Berdasarkan Gambar 4 di atas terlihat bahwa pada setiap pertemuan hasil belajar pada ranah afektif terdapat perbedaan yang berarti antara hasil belajar ranah afektif kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Untuk melihat data kedua kelas sampel terdistribusi normal maka digunakan Uji Lilliefors. Setelah melakukan uji normalitas maka pada taraf nyata 0,05 diperoleh harga Lo dan Ltabel seperti yang terlihat pada Tabel 11 :

Tabel 11. Data Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kedua Kelas Sampel pada Ranah Afektif

Kelas Α N Lo Lt Distribusi Eksperimen

0,05 30 0,1085 0,161 Normal Kontrol 30 0,1293 0,161 Normal

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa pada taraf nyata 0,05 kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo < Lt. Jadi dapat disimpulkan data hasil tes akhir kedua kelas sampel terdistribusi normal.

Untuk mengetahui data pada kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen atau tidak dilakukan

Sumber : Sugoyono (2010) 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 1 3 5 7 9 11 Per o le h an sko r ( % ) Pertemuan ke- Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

(7)

175

1,67 1

7

1

0 α = 0,05 Daerah

Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho

3,45

uji homogenitas. Dari uji homogenitas varians yang dilakukan terhadap kedua sampel dapat diperoleh

Fhitung = 1,115 dan Ftabel dengan α = 0,05 pada

dkpembilang 29 dan dk penyebut 29 adalah 1,858. Dengan

demikian Fh < F(0,05);(29,29), berarti kelompok data mempunyai varians yang homogen. Hasil uji homogenitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 12:

Tabel 12. Data Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Afektif

Kelas N S2 Fh Ft Keterangan Eksperimen 30 20,89

1,115 1,858 Homogen Kontrol 30 23,30

Dari uji normalitas dan homogenitas yang dilakukan terhadap data afektif diperoleh data yang terdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen pada kedua kelas sampel, untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji t. Hasil uji t dari kedua kelas sampel terlihat pada Tabel 13:

Tabel 13. Data Hasil Uji t Ranah Afektif kedua kelas sampel

Kelas N Mean S2 th tt

Eksperimen 30 83,73 20,89

3,19 1,671 Kontrol 30 79,89 23,305

Pada Tabel 13 di atas terlihat bahwa thitung = 3,19 sedangkan ttabel = 1,671. Dengan menggunakan kriteria pengujian Ho diterima jika t < t(1-α) dan tolak Ho jika

mempunyai harga selain pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2. Karena

thitung> ttabel, maka harga t berada daerah penolakan Ho

sehingga dapat dinyatakan bahwa Hi diterima pada taraf nyata 0,05. Dengan demikian terdapat pengaruh yang berarti penggunaan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving terhadap hasil belajar Fisika kelas XI IPA di SMAN 1 Lubuk Alung pada ranah afektif. Kurva hipotesis alternatif (Hi) diterima dapat dilihat pada Gambar 5

Gambar 5. Kurva Penerimaan Hipotesis Alternatif Ranah Afektif

Berdasarkan Gambar 5, thitung berada pada daerah

penerimaan Hi, terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving terhadap hasil belajar siswa ranah afektif di SMA N 1 Lubuk

Alung kelas eksperimen pada ranah afektif. 2. Pembahasan

Hasil belajar Fisika siswa dapat dikelompokan dalam tiga ranah yaitu ranah afektif, kognitif dan psikomotor. Tidak hanya ranah kognitif namun ranah psikomotor dan afektif turut ikut dalam meningkatkan hasil belajar siswa meskipun penekananya pada ketiga ranah berbeda. Ketiga ranah tersebut saling berkontribusi dan tidak bias dipisahkan satu sama lain.

Dalam penggunaan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving, guru melakukan berbagai hal untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan penuh semangat. Setiap pertemuan guru berupaya membuat suasana kelas tidak kaku, misalnya melalui alat peragaan demonstrasi. Siswa diajak untuk bertanya jika ada materi yang belum dimengerti, memberikan pendapat dan sanggahan dengan jiwa sportifitas. Siswa dilatih untuk saling menghargai perbedaan dengan jiwa sosial, dan bertanggung jawab terhadap aktivitas kelompok masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk menggali motivasi siswa agar mendapatkan hasil yang lebih baik dalam pencapaian ketiga ranah kompetensi siswa.

Salah satu hal yang menyebabkan hasil pembelajaran siswa dapat meningkat karena penggunaan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving ini mengajak siswa untuk berpikir kritis dan dinamis dalam memecahkan problem mengarahkan siswa dalam menemukan pemecahan masalah yang sebenarnya[10]. Siswa diminta untuk mengerjakan LKS secara berkelompok dibawah bimbingan guru sehingga pembelajaran ini bersifat student center. LKS berbasis Reasoning and Problem Solving juga mewadahi siswa untuk bersikap interaktif dan komunikatif dalam menyelasaikan problem yang disajikan.

Dalam penggunaan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving, langkah-langkah yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahap membaca dan berpikir, siswa membaca problem yang disajikan dalam LKS. Saat itu juga siswa harus menafsirkan makna, membuat hubungan antara variable yang dimaksud, dan mengingat pemecahan awal yang harus dilakukan. Pada jelajahi dan rencana, siswa mulai mengambil langkah nyata dalam memecahkan masalah, menganalisis dan mensintesis informasi yang terkandung dalam masalah yang sudah terungkap selama tahap sebelumnya. Dalam langkah ini siswa mulai menelompokan informasi pendukung dan menggambarkan gambar/grafik pemecahan masalah.

Untuk tahap selanjutnya memilih strategi : Siswa harus memilih perumusan/strategi pemecahan masalah yang paling tepat dan konkrit meskipun banyak

(8)

176

persamaan lain yang ditawarkan untuk menyelesaikan problem ini. Selanjutnya tahap mencari jawaban, setelah masalah dipahami dan strategi yang dipilih, siswa harus memperkirakan dan melakukan perhitungan yang diperlukan untuk memperoleh jawaban yang lebih akurat. Pada tahap terakhir

mencerminkan dan memperpanjang, tahap ini merupakan proses yang terdiri dari menentukan apakah pertanyaan telah dijawab dan perhitungan yang benar, dan seberapa dekat jawabannya setuju dengan perkiraan semula. Juga, itu adalah tahap proses pemecahan masalah yang memerlukan siswa untuk berpikir kreatif.

Dalam pembelajaran yang menggunakan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving ini siswa dapat dengan leluasa mengungkapkan berbagai potensi akademik tanpa ada rasa segan untuk diolok-olok oleh teman lain sehingga siswa terlihat lebih termotivasi, aktif dan kreatif serta mandiri. Dengan hal tersebut, siswa dapat memaknai pembelajaran dengan baik. Kenyataan ini dapat dilihat bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving sebagian besar telah dapat mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Dengan demikian dapat dilihat bahwa penggunaan LKS berbasis Reasoning and Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar Fisika siswa pada tiga ranah penilaian belajar siswa.

KESIMPULAN

Setelah melakukan penelitian terhadap pengaruh LKS berbasis Reasoning and Problem Solving terhadap hasil belajar Fisika siswa SMAN 1 Lubuk Alung, kemudian melakukan pengolahan data, dapat ditarik kesimpulan bahwa LKS berbasis Reasoning and Problem Solving memberikan pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar Fisika siswa kelas XI IPA SMAN 1 Lubuk Alung pada tiga ranah penilaian yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor yang ditandai dengan peningkatan nilai belajar, sikap dan prilaku positif, dan keterampilan siswa yang kreatif dalam belajar. Rata-rata nila pada ranah kognitif 84,33 di kelas eksperimen dan 78,20 di kelas kontrol. Rata-rata nilai pada ranah afektif 83,73 di kelas eksperimen dan 79,90 di kelas kontrol. Rata-rata nilai pada ranah psikomotor 81,75 di kelas eksperimen dan 77,53 di kelas kontrol.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terutama sekali, penulis ucapkan terimakasih kepada Kedua Orang tua yang telah menjadi semangat dan motivasi dalam penyelesaian tulisan ini. Tidak lupa juga, terimaksih yang sebesar-besarnya kepada Yth. Bapak Drs. Mahrizal, M.Si dan bapak Drs. Gusnedi, M.Si yang telah memberikan tinjauan kritis dan masukan pada penulis dalam proses penyelesaian dan penyempurnaan tulisan ini.

DAFTAR RUJUKAN

[1] Depdiknas. 2007. Permendiknas No. 41 Tahun

2007 tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas

[2] Depdiknas. 2010. Juknis Pengembangan Model

Pembelajaran di SMA. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA.

[3] Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal

Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. [4] Depdiknas. 2008. Pedoman Umum

Pengembangan Bahan Ajar Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

[5] Slamet S. 2011. Lembar Kerja Siswa.Yokyakarta: UNY

[6] I Made Pait.2012.”Pengaruh Metoda

Pembelajaran Reasoning and Problem Solving terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa

Menengah Pertama”.journal. Program Studi

Teknologi Pembelajaran Program

Pascasarjana,Universitas Pendidikan Ganesha. [7] Krulik,Rudnick. 1996. Reasoning and Problem

Solving. Philadelpia :Temple University

[8] Jonassen, D. 2011. Support problem solving in

PBL. The Interdisciplinary journal of Problem- Based Learning. 5(2). 95-119

[9] Malik, M. A. & Iqbal, M. Z. 2011. Effects of

problem solving and reasoning ability of 8th graders. International Journal of Academic Research. 3(5).80-84.

[10] Widyawati. 2010. Tugas Akhir Strategi

Pembelajaran Fisika. Jurnal penelitian Pendidikan

.

Gambar

Tabel 3.      Data  Nilai  Rata-Rata,  Nilai  Tertinggi,  Nilai  Terendah,  Simpangan Baku,  dan   Variansi  Kelas Sampel Ranah Psikomotor
Tabel  6.  Data  Hasil  Uji  Homogenitas  Kedua  Kelas  Sampel Ranah Kognitif
Tabel  9.  Data  Hasil  Uji  Homogenitas  Kedua  Kelas  Sampel Ranah Psikomotor
Tabel  12.  Data  Hasil  Uji  Homogenitas  Kedua  Kelas  Sampel Ranah Afektif

Referensi

Dokumen terkait

Jika minyak atsiri memiliki kandungan hidrokarbon tidak beroksigen dalam jumlah besar dan stearoptena dalam porsi kecil, maka kegunaannya sebagai pemberi bau yang spesifik

Berdasarkan jenis penelitian berkaitan dengan tingkatannya, penelitian ini adalah penelitian yang berupa pengujian hipotesis karena ini menjelaskan hubungan tertentu

―Active Learning : Konsep dan Penerapannya‖, dalam International Seminar On Education Comparative in Curriculum For Active Learning Between Indonesia and Malaysia [Seminar

Tidak adanya kesatuan politik diantara Negara-negara Islam, Perebutan kekuasaan di kalangan Dinasti Saljuk, Adanya Dinasti Fathimiyah yang berideologi

Amok adalah suatu keadaan yang dapat timbul secara mendadak atau didahului tindakan ritualistik atau meditasi pada seseorang (biasanya pria), yang masuk dalam

[r]

Perkerasan kaku menurut metode Bina Marga ini meliputi dari beberapa unsur-unsur yang sangat penting yang diantaranya, menentukan penilaian CBR tanah dasar

Dalam banyak definisi tentang plagiarism , isu sentralnya adalah pada penggunaan karya orang/pihak lain secara tidak etis ( unethical ) karena tidak memberikan