• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Jiwa kesurupan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Jiwa kesurupan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Referat

FENOMENA YANG BERIKATAN DENGAN

KEBUDAYAAN

(AMOK, KORO, LATAH, KESURUPAN)

OLEH :

ACHMAD NOPIANTO AKBAR (12310004)

PEMBIMBING :

dr. SilvyAgustinaHasibuan, Sp.KJ

KKS ILMU PSIKIATRI

PROGAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS MALAHAYATI

RSUD DR. RM.DJOELHAM

BINJAI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “TEORI KRISIS“ yang diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti KKS ILMU PSIKIATRI. Sholawat beriring salam dihadiahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang penuh dengan kebodohan kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti ini.

Terimakasih penulis ucapkan kepada dokter pembimbing yaitu dr. Silvy Agustina Hasibuan, Sp.KJ yang telah bersedia membimbing kami, sehingga referat ini dapat selesai pada waktunya.

Mohon maaf jika dalam penulisan referat ini terdapat kesalahan, dan mohon kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan referat ini. Atas perhatian dan sarannya penulis ucapkan terimakasih.

Binjai, November 2016

(3)

DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi ... ii BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... ...1

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Teori Krisis... 2

2.2 Macam-Macam Krisis... ...3

2.3 Tahapan Reaksi Krisis ………... 4

2.4 Respon Terhadap Krisis... ...4

2.5Penatalaksanaan Krisis... ...4

2.6 Faktor Penyelesaian Krisis... ...8

(4)

BAB III : KESIMPULAN... ...10

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

Amok adalah suatu keadaan yang dapat timbul secara mendadak atau didahului tindakan ritualistik atau meditasi pada seseorang (biasanya pria), yang masuk dalam suatu kesadaran yang menurun atau berkabut (trance-like state), tanpa dasar epilepsi. Penyebab amok biasanya psikogenik. Rasa malu memegang peranan penting.

Koro adalah suatu serangan cemas yang hebat sekali dan hilang dengan sendiri sesudah beberapa jam atau beberapa hari. Biasanya terjadi pada orang yang berumur setengah tua dan hampir melulu pada kaum pria, jarang pada wanita. Psikodinamika terjadinya koro belum begitu jelas. Pengobatan adalah psikoterapi suportif dan tranquilaizer atau neuroleptika, suntikan atau per os, tergantung pada keadaan.

(5)

Latah adalah suatu reaksi sensitivitas yang berlebihan pada stimulus yang dirasakan dating secara tiba-tiba, biasanya disertai dengan pengikutan gerakan orang lain secara tidak sadar. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya latah pada diri seseorang antara lain, keluarga dan teman sebaya. Seseorang menderita latah karena kondisi lingkungannya atau dengan kata lain tertular oleh lingkungannya. Pengalaman juga bisa menjadi faktor timbulnya gejala latah. Ciri-ciri umum gejala latah yaitu penderita akan menunjukkan reaksi keterkejutan (startle reaction) apabila mendapatkan stimulus yang

mengejutkan.

Kesurupan merupakan fenomena disosiatif terkait dengan kemampuan seseorang untuk dihipnotis (hipnotizability). Ditinjau dari sistem saraf, kesurupan adalah fenomena serangan terhadap sistem limbik yang sebagian besar mengatur emosi, tindakan dan perilaku. Sistem limbik sangat luas dan mencakup berbagai bagian di berbagai lobus otak. Ada beberapa gejala yang biasanya menyerang orang kesurupan diantaranya, bnertindak lepas kontrol dan berbeda dari biasanya, hilang kesadaran dan sekitarnya dan tidak sadar dirinya sendiri, sulit membedakan kenyataan atau fantasi pada waktu yang sama, perubahan nada suara, kesusahan berkonsentrasi, kadang-kadang hilang ingatan.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa-III (PPDGJ-III) menambah nomor kode dan diagnosis: Kode V = Kondisi yang tidak tercantum sebagai gangguan jiwa, tetapi menjadi pusat perhatian dan terapi. Di bawah Kode V ada Klas Diagnosis, antara lain : “Fenomena dan Sindrom yang Berikatan dengan Faktor Sosial Budaya di Indonesia”.1

(7)

Dalam Kelas Diagnosis ini termasuk antara lain: 1. Amok

2. Koro 3. Latah

4. Kesurupan (F44.3) 5. Kondisi (Keadaan) lain

Pada fenomena ini sebenarnya mekanisme penyesuaian diri sama dengan yang terdapat pada beberapa gangguan jiwa, hanya gejala-gejala dan psikodinamika sangat dipengaruhi oleh adat istiadat, kepercayaan dan kebudayaan setempat. Demikian pula cara penanganannya.

Di bawah ini akan dibicarakan hanya yang terdapat di Indonesia. Di samping itu ada juga bebarapa fenomena lain “berkaitan dengan faktor social budaya setempat” :

A. Amok

Amok adalah suatu keadaan yang dapat timbul secara mendadak atau didahului tindakan ritualistik atau meditasi pada seseorang (biasanya pria), yang masuk dalam suatu kesadaran yang menurun atau berkabut (trance-like state), tanpa dasar epilepsi. Dalam keadaan itu ia akan bangkit dan bertindak agresif. Agresivitas ini ditunjukkan kepada orang, hewan atau benda di sekitarnya. Setelah beberapa waktu, individu menjadi tenang kembali. Kesadarannya mencapai taraf biasa lagi. Setelah kejadian tersebut dia tidak ingat sebagian atau seluruhnya peristiwa tersebut. Sering kali amok berakhir karna individu tersebut dibuat tidak berdaya, kadang-kadang ia melukai diri sendiri atau kehabisan tenaga.

Penyebab amok biasanya psikogenik. Rasa malu memegang peranan penting. Dalam periode “meditasi” individu itu makin lama makin tegang, rasa malu makin

(8)

bertambah dan rasa harga diri dirasakan hancur, dipengaruhi oleh adat istiadat serta norma-norma dan nilai-nilai setempat. Ketegangan memuncak dan tidak dapat ditahan lagi, ia tidak dapat melihat jalan keluar lagi dan ia meledak serta menjadi “mata gelap”.

Amok sebenarnya merupakan suatu variasi reaksi disosiasi, tetapi karena pengaruh kebudayaan yang besar. Ada pendapat yang mengatakan bahwa suatu kebudayaan dengan pembatasan-pembatasan yang keras terhadap anak remaja dan orang dewasa, tetapi mengizinkan anak-anak kecil mengekspresikan emosi agresi mereka, lebih mudah menimbulkan reaksi-reaksi psikopatologis jenis amok.

Satu-satunya pengobatan segera adalah menangkap orang itu dan membuat ia tidak berdaya. Serangan amok biasanya mereda kembali sesudah beberapa jam. Sesudahnya mungkin penderita memerlukan pengobatan bagi luka-lukanya atau gangguan mental lain bila ada.1

B. Koro

Koro adalah suatu serangan cemas yang hebat sekali dan hilang dengan sendiri sesudah beberapa jam atau beberapa hari. Biasanya terjadi pada orang yang berumur setengah tua dan hampir melulu pada kaum pria, jarang pada wanita. Penderita merasa genitalianya (penis, labia mayora, dan buah dada) sedang mengerut, sedang tertarik masuk dalam rongga perut. Dan ia yakin ia akan mati bila hal ini terjadi.

Psikodinamika terjadinya koro belum begitu jelas, misalnya bagaiman sampai timbul keyakinan bahwa bila genitalia masuk ke dalam rongga perut berarti kematian. Kepribadian individu dengan predisposisi memegang

(9)

peranan juga di samping interaksi factor-faktor kebudayaan, social dan psikologis. Kepercayaan dan adat istiadat yang menakut-nakuti mengenai pengeluaran sperma dalam tidur, mastrubasi, dan hal-hal laintentang sex dapat membuat orang menjadi peka terhadap koro. Penderita koro juga tidak begitu menyadari dan mengerti keadaaan ini.

Pengobatan adalah psikoterapi suportif dan tranquilaizer atau neuroleptika, suntikan atau per os, tergantung pada keadaan.1

C. Latah

Sejumlah analisis menunjukkan bahwa latah dapat merupakan fenomena psikologis yang muncul karena masyarakat Asia Tenggara sebagai Negara terjajah dan terisolasi dari dunia luar mengalami berbagai bentuk keterkejutan tatkala bertemu dengan dunia Barat yang baru, asing, mengagumkan, dan penuh kekuatan.2

Latah adalah suatu reaksi sensitivitas yang berlebihan pada stimulus yang dirasakan dating secara tiba-tiba, biasanya disertai dengan pengikutan gerakan orang lain secara tidak sadar.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya latah pada diri seseorang antara lain, keluarga dan teman sebaya. Seseorang menderita latah karena kondisi lingkungannya atau dengan kata lain tertular oleh lingkungannya.

Selain keluarga dan teman sebaya, budaya juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya gejala latah. Hal itulah yang menybabkan fenomena latah tidak terdapat pada setiap kebudayaan. Menurut mereka latah dianggap sebagai salah satu alternatif solusi agar perilakunya diterima karena adanya

(10)

pembatasan dalam pengekspresian emosi, seksual, dan pendapat. Latah muncul karena adanya keinginan dari seseorang untuk terbebas dari pengekangan yang ada. Biasanya saat seseorang sedang latah ucapan atau perbuatan yang dilakukan lebih bias diterima atau dimaklumi oleh lingkungan sehingga ia bias mengucapkan kata-kata cabul tanpa harus merasa takut akan disalahkan oleh pendengarnya.

Pengalaman juga bisa menjadi faktor timbulnya gejala latah. Latah bias muncul karena penderita pernah mengalami pengalaman traumatik sebelumnya sehingga ia menjadi shock atau trauma. Gejala latah juga dapat muncul karena pengalaman-pengalaman traumatik seseorang bersama keluarganya.

Mimpi juga menjadi faktor yang dapat menimbulkan gejala latah. Banyak orang menyebutkan bahwa latah muncul karena adanya dorongan seksual yang tidak tersalurkan. Hal itu benar meningkat ditemukan pada beberapa kasus bahwa seseorang menjadi latah setelah sebelumnya memimpikan sesuatu yang berkaitan dengan masalah seksual.

Ciri-ciri umum gejala latah yaitu penderita akan menunjukkan reaksi keterkejutan (startle reaction) apabila mendapatkan stimulus yang mengejutkan. Keadaan orang tersebut ketika sedang latah sadar dan sepenuhnya menyadari kondisinya. Ia juga merasa malu namun tidak mempunyai kontrol terhadap tingkah lakunya. Gejala latah lainnya yang ditunjukkan oleh orang latah adalah di luar kemauan orang tersebut, ia mengeluarkan kata-kata porno, menirukan kata-kata atau tindakan orang lain dan mematuhi perintah untuk melakukan tindakan yang

(11)

menggelikan, tidak pantas atau berbahaya secara terus menerus.3

D. Kesurupan

Banyak peneliti dan klinisi berpikir kesurupan sebagai fenomena disosiatif terkait dengan kemampuan seseorang untuk dihipnotis (hipnotizability). Disosiasi ada juga yang menganggap sebagai suatu pertahanan terhadap trauma. Banyak jenis penelitian yang menyatakan hubungan antara disosiatif dengan peristiwa traumatik, khususnya penyiksaan fisik dan seksual pada masa anak anak. Teori-teori perilaku menganggap reaksi-reaksi disosiatif sebagai respon-respon pelarian yang dimotivasi oleh tingkat kecemasan yang sangat tinggi.

Ditinjau dari sistem saraf, kesurupan adalah fenomena serangan terhadap sistem limbik yang sebagian besar mengatur emosi, tindakan dan perilaku. Sistem limbik sangat luas dan mencakup berbagai bagian di berbagai lobus otak. Dengan terganggunya emosi dan beratnya tekanan akibat kesulitan hidup,timbullah rangsangan yang akan mempengaruhi system limbik. Akhirnya, terjadilah kekacauan dari zat pengantar rangsang saraf atau neurotransmitter. Zat pengantar rangsang saraf yang keluar mungkin norepinephrin atau juga serotonin yang menybabkan perubahan perilaku atau sebaliknya. Kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba atau secara bertahap, bersifat sementara atau kronis. Reaksi disosiasi ini menimpa mereka yang jiwanya labil ditambah pemicu memungkinkan reaksi yang dikendalikan alam bawah sadar ini muncul ke permukaan, sehingga

(12)

seseorang yang mengalami stress berat, maka ia sangat mudah sekali akan mengalami trans disosiasi.

Ada beberapa gejala yang biasanya menyerang orang kesurupan diantaranya:

1. Bertindak lepas kontrol dan berbeda dari biasanya

2. Hilang kesadaran dan sekitarnya dan tidak sadar dirinya sendiri

3. Sulit membedakan kenyataan atau fantasi pada waktu yang sama

4. Perubahan nada suara 5. Kesusahan berkonsentrasi 6. Kadang-kadang hilang ingatan

Kesurupan dalam DSM-IV-TR termasuk dalam gangguan disosiatif yang tidak ditentukan atau NOS ( Not

Otherwise Specified). DSM-IV-TR memasukkan dalam

apendiksnya suatu kriteria diagnostik gangguan trance disosiatif. Kriteria riset untuk Gangguan Trance Disosiatif menurut DSM-IV-TR:4

A. Salah satu (1) atau (2):

1) Trance, yaitu perubahan keadaan kesadaran atau hilangnya rasa identitas pribadi yang biasanya yang terjadi secara sementara dan jelas tanpa penggantian oleh identitas pengganti, disertai dengan sekurangnya satu dari berikut:

a) Penyempitan kesadaran tentang sekeliling, atau penyempitan dan pemusatan perhatian selektif yang tidak biasanya terhadap stimuli lingkungan.

b) Perilaku atau gerakan stereotipik yang dirasakan di luar kendali orang tersebut.

2) Kesurupan (possession-trance), suatu perubahan tunggal atau episodik dalam keadaan kesadaran yang ditandai oleh penggantian rasa identitas pribadi

(13)

yang biasanya dengan identitas baru. Hal ini dipengaruhi oleh suatu roh, kekuatan, dewa, atau orang lain, seperti yang dibuktikan oleh satu (atau lebih) berikut ini:

a) Perilaku atau gerakan meniru/ stereotipik dan ditentukan secara cultural yang dirasakan sebagai dikendalikan oleh hal-hal yang menyebabkan kesurupan ( possessing agent). b) Amnesia penuh atau sebagian terhadap kejadian.

B. Keadaan trance atau kesurupan adalah tidak diterima sebagai bagian normal dari kelompok praktek kultural atau religius.

C. Keadaan trance atau kesurupan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

D. Keadaan trance atau kesurupan tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu gangguan psikotik ( termasuk gangguan mood dengan ciri psikotik dan gangguan psikotik singkat ) atau gangguan identitas disosiatif dan tidak karena efek fisiologis langsung dari suatu zat atau suatu kondisi medis umum.

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa-III (PPDGJ-III) memasukkan Gangguan Trans dan

(14)

Kesurupan dalam kelompok Gangguan disosiatif (konversi) dengan pedoman diagnostik sebagai berikut:5

• Gangguan ini menunjukkan kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya; dalam beberapa kejadian, individu tersebut berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat, atau ’kekuatan lain’.

• Hanya gangguan Trans yang ’involunter’ (di luar kemauan individu) dan bukan merupakan aktivitas yang biasa, dan bukan merupakan kegiatan keagamaan ataupun budaya yang boleh

dimasukkan dalam pengertian ini.

• Tidak ada penyebab organik (misalnya epilepsi lobus temporalis, cedera kepala, intoksikasi zat psikoaktif) dan

bukan bagian dari gangguan jiwa tertentu (misalnya skizofrenia, gangguan kepribadian multipel).

Pedoman diagnostik gangguan trans dan kesurupan (F44.3) dalam PPDGJ-III:

1. Gangguan ini menunjukkan adanya kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya; dalam beberapa kejadian, individu tersebut berperilaku seakan-akan dikuasi oleh kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat atau “kekuatan lain”.

2. Hanya gangguan trans yang “involunter” (diluar kemauan individu) dan bukan merupakan aktivitas yang biasa, dan bukan merupakan kegiatan keagamaan ataupun budaya, yang boleh dimasukkan dalam pengertian ini.

(15)

3. Tidak ada penyebab organic (misalnya, epilapsi lobus temporalis, cedera kepala, intoksikasi zat psikoaktif) dan bukan bagian dari gangguan jiwa tertentu (misalnya, skizofrenia, gangguan kepribadian multipel).

BAB III KESIMPULAN

Amok sebenarnya merupakan suatu variasi reaksi disosiasi, tetapi karena pengaruh kebudayaan yang besar. Penyebab amok biasanya psikogenik. Rasa malu memegang peranan penting. Dalam periode “meditasi” individu itu makin lama makin tegang, rasa malu makin bertambah dan rasa harga diri dirasakan hancur, dipengaruhi oleh adat istiadat serta norma-norma dan nilai-nilai setempat. Satu-satunya pengobatan segera adalah menangkap orang itu dan membuat ia tidak berdaya. Serangan amok biasanya mereda kembali sesudah beberapa jam. Sesudahnya mungkin penderita memerlukan pengobatan bagi luka-lukanya atau gangguan mental lain bila ada.

Koro adalah suatu serangan cemas yang hebat sekali dan hilang dengan sendiri sesudah beberapa jam atau beberapa hari. Pengobatan adalah psikoterapi suportif dan tranquilaizer atau neuroleptika, suntikan atau per os, tergantung pada keadaan.

Latah adalah suatu reaksi sensitivitas yang berlebihan pada stimulus yang dirasakan dating secara tiba-tiba, biasanya disertai dengan pengikutan gerakan orang lain secara tidak sadar. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya latah pada diri seseorang antara lain, keluarga dan teman sebaya.

Ditinjau dari sistem saraf, kesurupan adalah fenomena serangan terhadap sistem limbik yang sebagian besar mengatur emosi, tindakan dan perilaku. Sistem limbik sangat luas dan mencakup berbagai bagian di berbagai lobus otak. Dengan

(16)

terganggunya emosi dan beratnya tekanan akibat kesulitan hidup,timbullah rangsangan yang akan mempengaruhi system limbik. Akhirnya, terjadilah kekacauan dari zat pengantar rangsang saraf atau neurotransmitter.

Daftar Pustaka

1. Marawis, Willy F. Marawis, Willy F. Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2. UNAIR. 2009 . hal. 407-414

2. M. enoch markum, Psikobuana-Jurnal Ilmiah Psikologi vol.1 No.1 Jakarta : 2009. Hal.50

3. Fitriani. Perilaku Latah Pada Remaja. Fakultas psikologi Universitas Gunadarma

4. Sri Diniarti, Ni Ketut. Hanati, Nyoman. Possession,

review from cultural and psychiatry.FK. Udayana

Denpasar. 2012

5. Maslim, rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa

Referensi

Dokumen terkait

1) Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala- gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah

Stroke adalah gangguan atau disfungsi otak, yang terjadi secara mendadak, baik fokal atau global, dikarenakan adanya suatu kelainan pembuluh darah otak dengan

Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara

Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunya bagian terbawah janin dan keadaan panggul. Kemudian buat rencana untuk menentukan sika dan

suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat.. keterlibatan esofagus, faring, laring dan

Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi,

Gagal ginjal akut (GGA) merupakan suatu sindrom klinik akibat adanya gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa jam sampai beberapa hari)

Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada perforasi, perdarahan intraabdomen, infeksi, obstruksi dan