• Tidak ada hasil yang ditemukan

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Kegiatan

Pengendali Ekosistem Hutan

Menentukan Kriteria Kerusakan Gebang (

Corypha Utan

)

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

2004

(2)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman potensi flora di Taman Nasional (TN) Baluran cukup melimpah dan hingga saat ini masih banyak sekali potensi yang belum tergali. Salah satu jenisnya yaitu gebang (Corypha utan Lamk). Merupakan tumbuhan yang banyak ditemukan di dalam kawasan TN Baluran.

Tumbuhan ini nampak khas di Baluran, dapat ditemukan hampir merata di hutan pantai dan hutan dataran rendah. Seperti jenis palem yang lainnya, banyak bagian dari gebang yang diambil dan dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama daun muda (kobel) dan bijinya (klanting). Kedua jenis bagian dari gebang ini digunakan dalam industri kerajinan yang bernilai tinggi dan kualitas ekspor. Pemanfaatan hasil hutan tersebut dilarang, karena pengambilan daun gebang tersebut dilakukan di dalam kawasan dilindungi.

Ancaman serius terhadap kelestarian gebang menuntut penanganan serius. Apabila masalah tersebut tidak segera tertangani, mungkin kita hanya akan menunggu punahnya spesies ini dari dalam kawasan, sehingga kita akan kehilangan potensi flora yang sangat penting bagi kelestarian ekosistem kawasan TN Baluran.

Dalam penilaian kondisi kerusakan gebang di kawasan TN Baluran diperlukan suatu kriteria untuk mengklasifikasikan tingkat kerusakan yang terjadi. Sehingga kondisi tegakan gebang di suatu lokasi dapat dikatakan termasuk dalam katagori rusak parah, sedang atau ringan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan dalam rangka mengumpulkan berbagai informasi berkenaan kondisi gebang guna menentukan kriteria-kriteria tersebut.

B. Tujuan

Pengamatan penentuan kriteria kerusakan gebang (Corypha utan) ini bertujuan :

1. Menentukan parameter-parameter kerusakan gebang yang terjadi di TN Baluran. 2. Mengetahui tingkat kerusakan gebang di kawasan Taman Nasional Baluran

(3)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Asal usul tanaman ini belum diketahui secara pasti. Sedangkan penyebarannya meliputi Afrika tropis, India, Birma, Thailand, Malaysia, Indonesia, Filipina (Lembaga Biologi Nasional – LIPI, 1980).

Klasifikasi tanaman gebang (Corypha utan) mulai dari Sub kelas yaitu : Sub kelas : Arecidae

Ordo : Arecales

Famili : Palmae (Aracaceae)

Jenis : Corypha utan Lamk. atau C. elata Roxb.

Nama daerah lain dari gebang antara lainnya yaitu : Gebang Pucuk (Jawa), Pocok (Madura), Ibus (Aceh), Lontar Utan (Jakarta), Silar (Manado), Gabang (Dayak). Gebang termasuk tumbuhan monokotil, menurut Corner (1966) merupakan famili tertua diantara tumbuhan berbunga serta termasuk tumbuhan yang mempunyai bunga majemuk terbesar.

Merupakan jenis Palem yang kokoh dan kuat, ber-batang satu, bentuk tiang, tinggi hingga 30 meter. Daun berjejal-jejal menjadi tajuk yang lebar, tangkai panjang antara 2 – 7 meter, dari atas lebar dan beralur dalam, pada tepi ada duri tempel yang hitam, helaian daun bulat-bulat telur, tebal seperti kulit dengan tulang daun tengah yang kuat, sampai lebih kurang separo bercangap menjari, diameter 2 – 3,5 meter. Karangan bunga tegak dengan panjang hingga 3 meter. Cabang langsing dan berujung langsing, menggantung, tertutup oleh bunga yang kecil dan rapat. Berbunga harum, berwarna kuning kehijauan yang mengumpul dalam kelompok. Kelompok berbentuk piala atau cawan dengan taju yang tumpul. Daun mahkota elips bulat telur, berdaging. Mempunyai benang sari 6, bakal buah 3 taju, beruang 3. Tangkai putik bersatu menjadi keseluruhannya berbentuk uncek yang tumpul. Buah bertangkai pendek, bentuk bola, hijau dan dari dalam kuning, garis tengah 2 – 3 cm. Biji berbentuk bola, keras hampir sekeras gading.

Secara sudut pandang ekologi, tumbuhan gebang banyak dijumpai di daerah atau kawasan pantai, tumbuh menyendiri hingga mengelompok, pertumbuhan lambat, kurang lebih 30 tahun hingga berbungai malai bercabang membebar pada puncaknya kemudian mati. Tanaman ini merupakan salah satu ciri daerah yang sering mengalami kebakaran berulang-ulang, bersama jenis palma berdaun kipas besar lain, yaitu lontar (Borrassus flabellifer).

(4)

Jenis tanaman ini mempunyai banyak kegunaan, dari mulai akar hingga daun dan bijinya. Akar muda dengan direbus dapat menyembuhkan murus (diare ringan), mengunyah akan dapat mengobati batuk. Batang bagian luar keras dan gumbarnya lunak sehingga sering digunakan sebagai bedug. Sagu dari gumbarnya berwarna merah dan dapat dimakan. Nira dapat dibuat gula tapi tidak begitu enak bila diminum. Dari pucuk pohon ada getah yang disebut “blendok gebang” yang harganya mahal dan dapat digunakan sebagai obat batuk dengan dicampur air, bila dilarutkan dalam air tajin dapat sebagai obat disentri, dan blendok segar sebagai obat luka karena parang/pisau. Umbutnya dapat dimakan dan daun muda/janur digunakan sebagai bahan anyaman. Bijinya yang keras dapat digunakan sebagai tasbeh dan kancing (di Eropa). Dan di India produksi biji tanaman ini merupakan komoditi ekspor yang cukup penting.

(5)

BAB III. METODE KEGIATAN

A. Waktu dan Lokasi

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2004 dan berlokasi di wilayah Resort Perengan dan Bama.

B. Bahan dan Alat

Perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah : 1. Rol meter (50 meter)

2. Patok tanda batas plot 3. Alat tulis

4. Kompas 5. Parang

C. Metode

1. Penentuan plot pengamatan dengan melihat kondisi tegakan gebang yang ada. 2. Membuat plot dengan luas 6 x 50 meter (seorang pengamat). Pengamat berada di

tengah jalur dengan mencatat kondisi 3 meter kanan-kiri sepanjang jalur (50 m). 3. Menghitung jumlah gebang yang ada dalam plot, baik yang masih hidup (dewasa

dan anakan) maupun yang mati (alami maupun karena gangguan).

4. Mencatat tinggi tegakan, kondisi tajuk beserta jumlah pelepah/daunnya, kondisi batang dan kondisi spesifik lainnya.

5. Mengidentifikasi tanda-tanda bekas gangguan terhadap tegakan gebang yang diantaranya yaitu :

• Kondisi pupus/daun muda gebang.

• Sisa-sisa tulang pupus/daun muda yang ditinggalkan pelanggar disekitar tegakan.

• Tangga yang menempel di batang gebang sebagai tanda pengambilan klanting.

6. Menghitung prosentase penutupan lahan oleh tegakan gebang.

(6)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil pengamatan di dua lokasi dengan kondisi tegakan gebang yang berbeda, diperoleh informasi sebagai berikut :

Tabel 1. Pengamatan gebang di Resort Pandean No Tinggi

(m)

Kondisi Tajuk Jumlah Pelepah Kondisi Batang

1 5 Rusak - Bawah terbakar

2 6 Rusak - Bawah terbakar

3 5 Rusak - Bawah terbakar

4 7 Rusak 4 Normal/biasa

5 3 Rusak 2 Normal/biasa

6 2,5 Rusak 3 Mengelupas/rusak

7 7 Rusak 3 Normal/biasa

8 9 Rusak 4 Mengecil di tengah

9 9 Rusak 3 Kecil dan melengkung

10 9 Rusak 4 Normal/biasa

11 5 Cukup bagus 7 Normal/biasa

12 7 Rusak 4 Batang kecil

13 8 Rusak 5 Bawah terbakar

14 2 Rusak 2 Mengelupas/rusak

Tabel 2. Pengamatan gebang di Resort Bama No Tinggi

(m)

Kondisi Tajuk Jumlah Pelepah (Hijau/kering) Kondisi Batang 1 16 Bagus/normal 35 / 16 Normal/biasa 2 24 Bagus/normal 33 / 13 Normal/biasa 3 19 Bagus/normal 38 / 9 Normal/biasa 4 16 Bagus/normal 22 / 14 Normal/biasa 5 27 Bagus/normal 32 / 10 Normal/biasa 6 23 Bagus/normal 24 / 12 Normal/biasa 7 23 Bagus/normal 28 / 11 Normal/biasa

(7)

B. Pembahasan

Pada lokasi pengamatan di Resort Pandean selain tegakan dewasa hidup ditemukan 22 anakan gebang dan 7 gebang yang mati. Kondisi anakan yang diamati sebagian besar dalam kondisi rusak. Rata-rata tinggi tegakan di lokasi ini kurang lebih 6 m, sedangkan kondisi tajuk : 96 % rusak dengan jumlah reta-rata pelepah : 3,5 pelepah/tegakan. Kondisi batang : 57 % tidak normal, yaitu dengan kondisi bekas terbakar, batang kecil – melengkung dan kulit batang mengelupas.

Sedangkan pengamatan pembanding di lokasi Resort Bama diperoleh kondisi tegakan gebang yang rata-rata dalam kondisi normal dengan pertumbuhan optimal dan belum terkena gangguan. Tinggi rata-rata : 21 meter, kondisi tajuk bagus/normal dengan rata-rata jumlah pelepah (hijau / kering) : 33 / 12 per tegakan gebang. Begitu juga dengan kondisi batang yang lurus dan tumbuh normal.

Potensi gebang di TN Baluran dapat ditemukan mulai dari Wilayah Pandean, yaitu blok Perengan. Lokasi ini berada berbatasan dengan PT. Baluran Indah Kapuk. Lokasi ini merupakan perbatasan sebelah timur dari kawasan taman nasional. Ketika memasuki kawasan dari arah ini, langsung terdapat luasan areal yang didominasi oleh tegakan gebang. Akan tetapi kondisi gebang di lokasi tersebut sangat meprihatinkan, karena kerusakan tegakan gebang di lokasi tersebut sangat parah. Hal ini dapat terlihat dari fisik gebang yang masih ada, serta kondisi habitatnya. Kondisi fisik tanaman yang rusak, baik pada gebang dalam pertumbuhan awal (anakan) atau pada gebang dewasa, ditandai dengan tinggi tanaman yang tidak merata dengan tinggi rata-rata hanya 6 meter karena pertumbuhan yang terganggu. Kondisi tegakan gebang di lokasi tersebut, tanaman dewasa rata-rata (ditandai dengan mulai munculnya tandan bunga/biji (malai)). Juga kondisi daun yang tidak normal, yaitu banyak tangkai daun yang patah atau akibat pemotongan dan pengambilan daun muda/pupus. Banyak diantaranya yang nampak mati sebelum keluar malai karena pengambilan daun muda yang tanpa perhitungan. Dan sejak anakan, dimana dianggap oleh masyarakat pencari tenaman gebang telah menghasilkan daun muda/kobel yang secara kriteria telah memenuhi standart untuk diambil, maka tanpa perduli mereka mengambilnya juga. Hal tersebut disimpulkan dari ditemukannya bekas pemotongan pada anakan gebang (dengan tinggi kurang dari 3 meter). Sedangkan dari kondisi habitatnya, di lokasi tersebut nampak areal-areal terbuka yang merupakan akibat dari matinya tegakan gebang pada pertumbuhan awal. Hal ini juga mengurangi kerapatan dari tegakan gebang di lokasi tersebut, Gebang sering ditemukan tumbuh mengelompok, hal ini

(8)

diperkirakan karena sifat biji yang keras sebesar kelereng yang sulit untuk diterbangkan angin hingga jauh dari pohon induk.

Kondisi tegakan gebang di lokasi lain, yaitu lokasi Bama dijumpai kondisi tegakan gebang yang masih cukup bagus. Akan tetapi juga tidak lepas dari pengaruh perlakuan perusakan oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut nampak dari beberapa titik lokasi bekas pemisahan daun muda dari tulang daunnya.

Lokasi lain yang ditemukan tegakan gebang antara lain di BlokPopongan, Dadap hingga ke Blok Semiang dan Candibang. Walaupun tanpa pengamatan secara kuantitatif, kondisi pertumbuhan tegakan gebang bervariasi dari kondisi rusak hingga cukup bagus, karena tegakan gebang yang ada lebih menyebar. Pada Blok Siruntuh sebelah dalam hingga ke Popongan dijumpai tegakan gebang dengan kondisi yang lebih menyebar. Banyak diantaranya juga telah terkena perusakan dan pengambilan daun muda/pupus.

Kegiatan manusia yang mengakibatkan rusaknya tanaman gebang yaitu karena pengambilan daun muda/pupus dan biji gebang/klanting. Dari masing-masing kegiatan ini juga mengakibatkan efek pengaruh negatif. Pengambilan daun muda dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengambilan dengan bantuan galah bambu dengan pisau kait di ujungnya. Apabila panjang galah tidak mencapai sasaran maka dilakukan pengambilan secara langsung dengan menaiki/memanjat gebang yang dimaksud. Bahkan, tanpa memperhatikan keselamatan diri, mereka dapat berjalan di tangkai daun gebang yang saling bersinggungan untuk menuju gebang lain yang besebelahan. Selain mengambil daun muda dengan galah, biasanya para pencari juga akan memotong tangkai-daun yang menghalangi pengambilan daun muda, sehingga memperparah kondisi kerusakan gebang tersebut.

Pengambilan daun muda/kobel di dalam kawasan TN Baluran sebenarnya telah dilakukan masyarakat sekitar sejak lama, akan tetapi secara kuantitas (baik pencari maupun volume kobel yang diambil) masih relatif sedikit. Seiring dengan perjalanan waktu dan semakin terbukanya informasi tentang kegunaan dan pemanfaatan kobel sebagai bahan baku kualitas ekspor, maka masyarakat pencari dengan dukungan dari orang yang siap menampung hasil (juragan pengepul).

Apabila gebang mencapai titik pertumbuhan dengan keluarnya tandan bunga berbentuk malai membebar, dan kemudian menjadi biji, juga dimanfaatkan oleh masyarakat. Biji gebang/klanting tersebut biasanya digunakan dalam kerajinan tasbeh dan sandaran jok mobil. Pengambilan biji tersebut dilakukan dengan menaiki batang gebang yang telah dipasang anak tangga. Kegiatan pengambilan klanting berakibat

(9)

berkurangnya prosentasi regenerasi alami gebang. Apabila kegiatan ini terus berlangsung maka kondisi tegakan gebang yang telah rusak akibat dari pengambilan daun muda menjadi diperparah dengan berkurangnya potensi regenerasi gebang muda. Bisa dibayangkan bahwa dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama tegakan gebang akan habis.

Dari kondisi tersebut diatas, merupakan ancaman terhadap kelestarian gebang di TN Baluran. Banyaknya volume pengambilan daun gebang maupun bijinya, serta banyaknya jumlah masyarakat pengambil mengakibatkan percepatan rusaknya tegakan gebang tersebut. Apabila kegiatan masyarakat tersebut semakin tidak terkendali, maka dalam hitungan tahun keberadaan gebang di TN Baluran semakin parah dan tidak menutup kemungkinan akan habis.

Penanganan yang dilakukan untuk mengendalikan kegiatan masyarakat tersebut diantaranya yaitu dengan memberikan penyuluhan dan menanamkan pemahaman kepada masyarakat akan akibat/dampak negatif dari perusakan tersebut. Disamping itu perlu juga patroli lapangan secara rutin/terpadu untuk mencegah masyarakat melakukan pengambilan bagian-bagian gebang tersebut. Upaya lainnya, yaitu dengan berupaya memberikan alternatif lapangan kerja lain tanpa masuk ke kawasan taman nasional. Langkah lainnya dengan pendekatan kepada para pengepul/juragan, sebagai pemilik modal, agar jangan mengarahkan anak buahnya untuk mengambil daun dan biji gebang dari dalam kawasan taman nasional, juga berupaya membatasi volume pencarian sehingga tegakan gebang mempunyai tenggang waktu untuk regenerasi secara optimal.

(10)

Gambar 1. Kondisi Pertumbuhan Gebang yang Normal / Tanpa Gangguan

(11)

Berdasarkan hasil pengamatan, ditetapkan kriteria kerusakan gebang sebagai berikut :

1. Ringan

• Tegakan gebang yang berada di lokasi tersebut kondisi masih utuh. (> 80 %)

• Tajuk gebang hanya mengalami kerusakan ringan/sedikit (ada bekas pemotongan akan tetapi telah tumbuh pupus yang baru). Jumlah pelepah yang > 30 buah per tegakan (pelepah hijau : kering ; 70 % : 30 % ) • Disekitar lokasi hanya ditemukan sedikit sisa daun muda dengan kondisi

lama.

• Tinggi rata-rata tegakan hampir sama dan lebih dari 20 meter. • Tidak ada bekas pengambilan klanting/biji gebang.

• Tidak ditemukan gebang yang mati sebelum muncul malai atau karena rusaknya tajuk.

2. Sedang

• Tegakan gebang yang berada di lokasi tersebut sebagian rusak. ( 50 – 80 %)

• Tajuk gebang mengalami kerusakan cukup parah (ada bekas pemotongan dan belum nampak pertumbuhan pupus baru)

• Disekitar lokasi hanya ditemukan cukum banyak dan menyebar sisa daun muda dengan kondisi baru dan lama.

• Tinggi rata-rata tegakan hampir sama, yaitu antara 10 – 20 meter. • Ada bekas pengambilan klanting/biji gebang.

3. Berat

• Tegakan gebang yang berada di lokasi tersebut kondisi rusak. ( < 50 %) • Tajuk gebang mengalami kerusakan parah (ada bekas pemotongan dan

tidak ada pertumbuhan pupus yang baru, karena daun yang tersisa juga telah rusak), jumlah pelepah < 20 % dari kondisi normal.

• Disekitar lokasi tidak ditemukan lagi sisa daun muda karena pertumbuhan daun muda hampir tidak ada. Kalupun ada dalam kondisi tidak normal sehingga tidak diminati)

• Tinggi tegakan tidak merata dan rata-rata kurang dari 10 meter. • Terdapat banyak bekas pengambilan klanting/biji gebang.

(12)

Kriteria diatas masih perlu penyempurnaan karena pengamatan masih terbatas pada 2 (dua) lokasi. Untuk menentukan kriteria yang lebih tepat perlu pengamatan pada lokasi-lokasi yang mewakili dari penyebaran tegakan gebang yang ada di kawasan TN Baluran.

(13)

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengamatan penentuan kriteria kerusakan tegakan gebang dilakukan di Resort Perengan dan Bama.

2. Beberapa parameter yang diamati dari tegakan gebang tersebut antara lain kondisi tajuk, jumlah pelepah, kondisi batang, tanda-tanda gangguan oleh manusia dan kondisi spesifik lainnya.

3. Pada lokasi pengamatan di Resort Pandean. Rata-rata tinggi tegakan : 6 m, kondisi tajuk : 96 % rusak, jumlah rata-rata pelepah : 3,5 pelepah/tegakan. Kondisi batang : 57 % tidak normal, yaitu dengan kondisi bekas terbakar, batang kecil – melengkung dan kulit batang mengelupas.

4. Pengamatan di Resort Bama, kondisi tegakan gebang rata-rata dalam kondisi normal dengan pertumbuhan optimal dan minimal akan gangguan. Tinggi rata-rata : 21 meter, kondisi tajuk bagus/normal dengan rata-rata jumlah pelepah (hijau / kering) : 33 / 12 per tegakan gebang. Kondisi batang lurus dan tumbuh normal.

5. Disusun penentuan kriteria kerusakan gebang di TN Baluran yaitu tingkat ringan, sedang dan berat.

B. Saran

1. Pengamatan dalam rangka penentuan kriteria kerusakan tegakan gebang perlu dilakukan meliputi beberapa lokasi lain yang diharapkan mewakili luasan dan penyebaran gebang di kawasan TN Baluran.

2. Penyempurnaan pengamatan terhadap parameter–parameter yang diamati, sehingga data yang diperoleh lebih lengkap.

3. Diperlukan penanganan terhadap kerusakan gebang secara lebih serius sebagai antisipasi kerusakan yang lebih parah.

Gambar

Tabel 1. Pengamatan gebang di Resort Pandean  No  Tinggi
Gambar 1. Kondisi Pertumbuhan Gebang yang Normal / Tanpa Gangguan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tradisional “MEUNASAH” di Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah.. Untuk mengetahui

Hasil wawancara dengan Drs. Qomaroni, MH., Hakim Mediator, Pengadilan Agama Boyolali, tanggal 23 Agustus 2017.. persidangan para pihak untuk selalu memikirkan akibat dari

pencucian etanol bertingkat pada tepung porang kasar dengan metode maserasi dan ultrasonik dapat meningkatkan derajat warna putih, meningkatkan kadar glukomanan dan

Proyek Rencana Rehabilitasi &amp; Rekonstruksi Mendesak untuk Kota Banda Aceh (Studi Pembangunan mendesak, “Program Bantuan Rehabilitasi &amp; Rekonstruksi Mendesak untuk

Event A adalah terjadinya kelambatan pelayanan karena ada seorang nasabah yang memerlukan pelayanan lama di teller pertama, dan event B adalah terjadinya peristiwa

Modul Keempat kemudian akan menelaah konsep administrasi peradilan dan Hak Asasi Manusia, dimana akan dijelaskan tentang hubungan antara kedua konsep ini, serta prinsip-prinsip

Pada aspek operasi dilakukan penyebaran kuesioner kepada karyawan PT Wellgan Gmilang Surabaya, untuk mengetahui ada tidaknya resistensi karyawan terhadap kemungkinan perubahan

Untuk mengetahui adanya hubungan yang linier antara kedua variabel yaitu jika nilai signifikan lebih besar dari 0.05 maka dapat dinyatakan antara kedua variabel mempunyai