• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kehidupan manusia dimuka bumi ini selalu berdampingan dengan lingkungan sebagaimana manusia memanfaatkan lingkungan sebagai tempat tinggalnya. Hal tersebut dapat dilihat adanya pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, sebagai salah satu faktor berkurangnya ruang terbuka hijau yang diakibatkan perubahan fungsi lahan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan kedepannya. Kondisi ini tidak mengherankan karena pada dasarnya manusia dalam mempertahankan kehidupannya selalu bergantung pada alam dan ini akan terjadi secara terus menerus seiring dengan meningkatnya kebutuhan dari hari ke hari.

Maka seharusnya manusia sebagai mahkluk sosial selalu bersikap peduli terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungannya. Karena lingkungan merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dimana lingkungan tersebut merupakan tempat menjalankan segala bentuk aktivitas. Ketika tempat beraktivitas dilingkungannya gersang dengan sedikit tanaman-tanaman yang tumbuh dan dengan sampah-sampah yang berserakan, ini dapat menyebabkan ketidak nyamanan dalam melakukan aktivitas.

Keberadaan lingkungan yang kurang nyaman seperti yang digambarkan diatas merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan yang lama kelamaan akan semakin memprihatinkan. Sehingga kualitas lingkungan hidup akan semakin memburuk, seperti kondisi tanah menjadi tidak subur untuk ditanami pohon dan bahkan berdampak pada polusi udara yang bukan tidak mungkin akan terjadi sehingga kualitas udara menjadi tidak layak untuk dihirup.

Permasalahan yang terjadi pada aspek lingkungan tersebut menjadi isu yang sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup setiap makhluk hidup yang ada di

(2)

bumi. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaraan manusia sebagai makhluk hidup dalam menjaga lingkungan sekaligus dalam melestarikan lingkungan.

Kerusakan lingkungan yang terjadi sekarang ini merupakan suatu bentuk ketidak pedulian mengenai dampak buruk yang akan terjadi dikemudian hari, kerusakan tersebut diakibatkan perubahan zaman yang semakin maju pada berbagai sektor, misalnya melihat beberapa contoh disamping pertumbuhan penduduk, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang hasil pembakarannya menyebabkan polusi udara, bahkan bukan hanya itu dengan banyak berdirinya pabrik-pabrik semakin menambah banyak permasalahan yang melanda negeri tercinta ini.

Pentingnya pelestarian lingkungan terkadang sering dilupakan oleh sebagian manusia dan mengakibatkan kurang terpeliharanya lingkungan tersebut, jika keadaan ini terus dibiarkan dikhawatirkan keadaan tersebut akan semakin parah.

Pemahaman yang rendah akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar dapat berakibat pada kerusakan lingkungan. Sebagaimana yang digambarkan oleh Capra (2002:11-12) bahwa:

Seiring dengan berakhirnya abad ke 20, masalah lingkungan menjadi hal yang utama. Kita dihadapkan pada serangkaian masalah-masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan manusia dalam bentuk-bentuk yang sangat mengejutkan yang dalam waktu dekat akan segera menjadi tak dapat dikembangkan lagi (irreversible).

Oleh sebab itu manusia memberikan andil besar bagi kelangsungan kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini, maka perlu adanya suatu tindakan untuk mengembalikan keadaan alam menjadi lebih baik lagi. Bagi Brown (Capra, 2002:13) “Sebuah masyarakat yang mampu mempertahankan kehidupan ialah yang mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhannya tanpa mengurangi prospek generasi-generasi masa depan”. Jelas bahwa yang dimaksud Brown jangan sampai terlalu memanfaatkan kekayaan alam secara berlebihan hal ini dimaksudkan untuk melindungi kehidupan yang akan datang, selanjutnya yang ditawarkan Capra (2002:13) ….satu-satunya solusi yang berkelanjutan (sustainable).

(3)

Senada dengan pernyataan Capra di atas, Elliott dan Davis (2009:67) menyatakan bahwa:

In practice, environmental education has tended to focus on „green‟ issues

such as nature conservation and the promotion of human connections with the natural environment. However, a reexamination of the Declaration suggests that its original intention does, in fact, align with the intentions of the newly emerging „education for sustainability‟ – seen as replacing „environmental education‟. In effect, the recent change in terminology from Environmental Education to Education for Sustainability. In effect, the recent change in terminology from Environmental Education to Education for Sustainability (EfS) attempts to redress the perceived „greenness‟ of environmental education and to focus more explicitly on the pedagogies of humans as agents of change.

Ketika di cermati yang memberikan andil besar dalam terjadinya kerusakan alam ini yaitu manusia yang tidak memikirkan dampak dari tindakan yang dilakukannya, oleh Buchanan (2012:109) dikatakan bahwa: "There are several barriers to be surmounted if education for sustainability is to improve in order to meet the complex challenges presented by human impact on the planet.”

Di sinilah ada suatu pesan agar manusia sebagai makhluk hidup apa yang diinginkan saat ini jangan sampai melupakan masa depan, hal ini jelas bahwa konsep berkelanjutan yang ditawarkan merupakan suatu bentuk pemahaman akan prilaku yang di lakukan oleh setiap manusia sebagai agen perubahan yang sekarang jangan sampai merugikan orang lain di masa yang akan datang.

Ada sebuah pernyataan pada kegiatan yang diselenggarakan komisi dunia untuk pembangunan dan lingkungan (WCED) pada tahun 1984 di stocholm swedia, dalam Koosbandiah Surtikanti (2009:3) bahwa:

Manusia pada prinsipnya memiliki kemampuan untuk membuat pembangunan berkelanjutan sehingga terjamin pemenuhan kebutuhan manusia untuk hari ini tanpa mengurangi hak generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya akan sumber daya alam.

Sebagai contoh yang paling dekat yaitu lingkungan pendidikan seperti sekolah kurang memperhatikan ruang terbuka hijau ini berdampak pada kualitas lingkungan

(4)

yang kurang sehat, padahal dengan kondisi lingkungan sekolah yang hijau dan nyaman dapat menunjang proses belajar mengajar.

Kesadaran yang kurang akan kebersihan lingkungan sekolah salah satu akibat penyebab kerusakan lingkungan yang berdampak pada pencemaran tanah yang dapat mempengaruhi kualitas tanah yang subur.

Sebuah pernyataan Oberlin (Stone,M. and Barlow, Z. 2005), yang membahas tentang lingkungan yang berkaitan dengan pendidikan yaitu sebagai berikut:

“All education is environmental education," writes Oberlin environmental sciences professor David Orr in his foreword. "The ecological crisis is in every way a crisis of education." Calling on a tradition that stretches from Plato to John Dewey, Orr insists on defining good education not simply as mastery of subject matter but also as cultivation of values. "Education," he writes, "[has] to do with the timeless question of how we are to live."

Berikut adalah pernyataan yang senada dari Pollan (Stone,M and Barlow, Z. 2005) dengan pernyataan diatas yang menyangkut pada masalah pendidikan dengan pendidikan lingkungan. "The ecological crisis is in part a crisis of education. This highly original volume makes a critical contribution to rethinking how we teach our children about their place in nature.”

Kedua pernyataan diatas mengemukakan permasalahan yang sama mengenai ruang lingkup pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan lingkungan, oleh karena itu ada sebuah permasalahan yang komplek sehingga berujung pada penanganan yang melibatkan kesadaran dari setiap orang, sekaligus menciptakan kepudulian sosial yang tanggap akan kondisi lingkungan setempat.

Dengan demikian harus ada jalan keluar yang dapat memberikan pengaruh yang besar bagi terciptanya suasana lingkungan yang nyaman, sehat, bersih dan tentunya dapat menjadikan bumi ini lebih baik lagi, menurut Hart (Buchanan 2012:109) yaitu :

Ultimately, prominence of sustainability issues will need the support of all, or at least the vast majority of, teachers and teacher educators; as Hart (2003) points out, teachers and teacher educators‟ thinking, values and

(5)

practices matter in the provision of sustainability education.As Hart (2003, p. 17) goes on to assert: „environment matters in the school curriculum‟.

Dalam upaya ini tentunya peran pendidik mempunyai andil besar bagi terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat sekaligus bisa memberikan pemahaman bagi seluruh siswa agar pentingnya kesadaran lingkungan bahkan diharapkan dapat membentuk kepribadian atau karakter yang baik dan nantinya tercerminkan pada setiap prilaku di kehidupan sehari-hari, dengan cara melibatkan peserta didik untuk peran serta menjaga lingkungan sekolah yang sehat sehingga menciptakan suasana yang asri dan membuat nyaman bagi seluruh orang yang berada dilingkungan sekolah.

Kegiatan yang seperti ini diharapkan menjadikan suatu pembelajaran yang menyenangkan untuk proses belajar peserta didik karena dapat langsung terlibat dalam pelestarian lingkungan setempat, hal ini bertujuan agar siswa lebih peduli terhadap permasalahan yang terjadi apalagi lingkungan yang paling dekat dengan kondisi peserta didik, yang nantinya dapat berpengaruh terhadap sikap dan prilaku yang selalu peduli terhadap kondisi-kondisi sosial yang dapat merugikan bagi orang banyak.

Peran siswa secara aktif menjaga lingkungan sekolah dapat memberikan dampak positif bagi terciptanya keadaan lingkungan yang bersih dan sehat. Oleh karena itu kebiasaan yang baik seperti ini dapat memunculkan suatu kepedulian sosial yang tertanam disetiap prilaku peserta didik.

Sangat ironis ketika melihat dari banyaknya permasalahan yang muncul dan bahkan terus bermunculan tanpa ada tindakan langsung, meskipun ide-ide yang luar biasa bermunculan dengan konsep yang menakjubkan bukan tidak mungkin solusi itu akan menjadi mustahil terlaksana dalam menangani permasalahan ini.

Peningkatan ecoliteracy dengan cara bertanam yang dilakukan oleh setiap siswa yang langsung praktik sebagai bentuk kepedulian akan kondisi lingkungan sekitar sekaligus dapat meningkatkan kepedulian sosial yang berpengaruh terhadap

(6)

pembentukan karakter. Dengan kata lain guru mempunyai peranan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik oleh karena itu kemampuan seorang guru harus benar-benar sebagai professional di bidangnya.

Peranan yang diemban oleh seorang pendidik bukan perkara mudah dalam hal menjalankannya, Seperti yang kita tahu kebanyakan pendidik pasti mengetahui kemampuan kognitif setiap peserta didik memungkinkan untuk berkembang sehingga disinilah tuntutan untuk bisa melihat dan membuka mata kita sebagai seorang pendidik untuk berusaha keras memberikan yang terbaik bagi perkembangan setiap anak didiknya. Sebenarnya kemampuan setiap individu itu tidak hanya dilihat dari aspek kognitifnya tetapi banyak yang perlu diperhatikan misalnya kemampuan sosial anak ataupun psikomotor dengan tuntutan seperti itu guru pasti bisa asalkan kesungguhan untuk memperbaiki keadaan yang awalnya kurang maksimal menjadi lebih baik menuju arah yang maksimal.

Proses pembelajaran yang kurang maksimal yang dilakukan oleh guru mencerminkan kompetensi yang masih harus terus diperbaiki. Oleh sebab itu guru seyogyanya harus bisa bercermin kepada anak didiknya agar mempunyai gambaran apa yang menjadi kebutuhan setiap anak didik agar di setiap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru bisa memfasilitasi kebutuhan setiap anak didiknya.

Pada hakekatnya pendidik dipersiapakan untuk bisa mengembangkan kreativitasnya dalam memfasilitasi setiap peserta didik untuk terus berusaha mengembangkan potensinya. Hal tersebut berkaitan dengan peran seorang guru sebagai fasilitator dan motivator, dengan adanya peran guru tersebut dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan peserta didik.

Melihat kenyataan di satuan pendidikan sekolah dasar berdasarkan observasi yang dilakukan, kebanyakan pendidik sangat kurang dalam mengembangkan pemahaman akan kesadaran menjaga lingkungan setempat (ecoliteracy) dengan cara berpartisipasi aktif dalam bertindak.

(7)

Ekoliterasi ketahanan hayati (EKH) adalah literasi yang mengaplikasikan berbagai konsep ekologi untuk mempromosikan pemahaman yang mendalam, refleksi kritis, kesadaran diri, keterampilan sosial dan berkomunikasi, dalam menganalisis, dan mengelola isu yang terkait dengan kesehatan/kehidupan tanaman, kesehatan/kehidupan binatang, dan risiko yang terkait dengan lingkungan.

Berdasarkan pemaparan diatas maka secara umum ecoliteracy sebagai upaya untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya alam sekitar bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Oleh karena itu, kita sebagai manusia mempunyai peranan penting untuk bisa menjaga dan melestarikan alam ini, berkaitan dengan itu sebagai peneliti mempunyai tujuan untuk meningkatkan ecoliteracy tersebut dengan cara melibatkan peserta didik untuk dapat memahami pentingnya kehidupan yang sehat dengan cara bertanam berbagai macam pohon di lingkungan sekolah. Sehingga dari sinilah diharapkan peserta didik selalu bersikap dengan baik yang mencerminkan karakter yang baik pula.

Melihat dari ilmu pendidikan sosial (IPS) itu sendiri merupakan upaya membantu individu merealisasikan potensinya secara maksimal untuk membentuk sikap karena proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS tidak semata-mata harus tercapainya kemampuan pemahaman peserta didik pada setiap materi melainkan sikap setiap individu peserta didik harus lebih diperhatikan supaya peserta didik mempunyai dasar yang kuat untuk hidup bermasyarakat, oleh karena itu, pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang melibatkan pada praktik langsung.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian yang saya kembangkan yaitu lebih menitik beratkan pada “peningkatan ecolitercy melalui pembelajaran bertanam di lingkungan setempat (sekolah) pada anak usia sekolah dasar”.

(8)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran sangat komplek ketika melakukan proses observasi, berikut sebagian dari permasalahan yang terjadi, yaitu:

1. Rendahnya aspek pemahaman akan pengetahuan yang berakibat pada sikap ecoliterate peserta didik.

2. Rendahnya kesadaran lingkungan yang ditandai masih banyaknya peserta didik membuang sampah tidak pada tempatnya.

3. Rendahnya kepedulian sosial dalam bersikap yang belum menunjukkan sikap

ecoliterate.

4. Pendidik ataupun pihak sekolah belum bisa memfasilitasi pembelajaran di luar ruangan kelas.

Berbagai Masalah yang teridentifikasi peneliti memfokuskan masalah utama yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan ecoliteracy melalui pembelajaran bertanam dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembentukan sikap ecoliterate pada anak sekolah dasar?”.

1. Bagaimana hasil pembelajaran ecoliteracy melalui kegiatan bertanam pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di kelas IV sekolah dasar? 2. Bagaimana dampak pembelajaran ecoliteracy melalui kegiatan bertanam

terhadap pembentukan sikap ecoliterate pada peserta didik di sekolah dasar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menjawab perumusan permasalahan yang dimunculkan dengan menganalisis data yang didapat untuk mengetahui peningkatan ecoliteracy melalui pembelajaran bertanam.

(9)

1. Mengetahui hasil ecoliteracy melalui pembelajaran bertanam pada peserta didik sekolah dasar kelas IV.

2. Mengetahui dampak pembelajaran ecoliteracy melalui pembelajaran bertanam terhadap pembentukan sikap ecoliterate pada peserta didik di sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang diperoleh dalam Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama yang terkait dengan judul penelitian dan berguna bagi :

1. Siswa

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga siswa dapat memiliki sikap yang baik bagi dirinya maupun dapat memberikan contoh yang baik bagi orang lain.

2. Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu referensi pada pengembangan pembelajaran terutama dalam mengembangkan sikap peserta didik melalui kegiatan bertanam dengan tujuan untuk meningkatan ecoliteracy di sekolah dasar.

3. Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat memperkaya bahan bacaan di sekolah tersebut.

E. Struktur Organisasi Tesis

Pada bab pertama dimulai dari pendahuluan pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, struktur organisasi tesis. Selanjutnya bab II kajian teori yang membahas tentang Peningkatan Ecoliteracy Melalui Pembelajaran Bertanam Pada Peserta Didik Usia Sekolah Dasar yang terdiri dari pemaparan teori Ecoliteracy, Pentingnya Ecoliteracy pada Mata Pelajaran IPS, Pendidikan Lingkungan pada Mata

(10)

Pelajaran IPS, Pembelajaran Bertanam. Berlanjut ke bab III metodologi penelitian yang terdiri dari desain Lokasi dan Subyek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Analisis Data, selanjutnya pada bab IV hasil dan pembahasan Hasil Penelitian, dan bab V kesimpulan dan saran yang berisikan, Kesimpulan, dan Saran dan yang terakhir yaitu daftar pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Prahaditya (2012), perbedaan senyawa fenolik dalam hal ini senyawa kurkuminoid yang terkandung didalam kunyit asal Nagrak dengan kunyit lainnya disebabkan

Dalam triangulasi sumber, peneliti membandingkan data hasil observasi dengan hasil wawancara serta membandingkan hasil wawancara dengan dokumen berupa foto-foto yang

Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4 yang dihitung dengan membagi jumlah ibu hamil yang

Informasi yang lebih rinci untuk masing-masing fungsi tersedia pada bab lain dalam panduan ini, atau di layar HP Image Zone Help [Bantuan HP Image Zone] yang menyertai perangkat

Dan beberapa faktor yang berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena dapat berupa jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui vena seksi, kateter yang terpasang

Tes yang digunakan adalah Tes Lari 2,4 km (Cooper Test) yaitu tes lapangan 2400 meter atau 2,4 kilometer dimana tes tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat

Bila script berantakan, lakukan Format (source > format).. Lakukan RUN dan lihat hasilnya.. Seperti yang Anda jumpai pada mesin pencari Google, Anda cukup memasukkan 1

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, Luh Putu Kusuma, dkk (2014) menunjukkan bahwa konservatisme akuntansi berpengaruh terhadap tax avoidance.Hal ini