• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DAN METODE DAKWAH JAMAAH TABLIGH DI WILAYAH PEMERINTAH KOTA LHOKSEUMAWE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI DAN METODE DAKWAH JAMAAH TABLIGH DI WILAYAH PEMERINTAH KOTA LHOKSEUMAWE"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

355

STRATEGI DAN METODE DAKWAH JAMAAH TABLIGH DI

WILAYAH PEMERINTAH KOTA LHOKSEUMAWE

Nurdan

Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe

Jl. Banda Aceh-Medan km. 280 Buketrata – Lhokseumawe Abstrak

Kegiatan Dakwah Jamaah Tabligh di wilayah pemerintah kota Lhokseumawe masih kurang mendapat dukungan dari masyarakat banyak, oleh karena itu perlu diteliti kekurangannya agar dapar diperbaiki semestinya. Untuk itu diperlukan informasi yang jelas dari masyarakat dan dari ulama di wilayah tersebut. Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan deskriptif analitis dan teknik snowball sampling. Data penelitian ini didapatkan melalui wawancara dengan masyarakat sebanyak 20 responden, ulama dayah tradisional 3 responden, dan ulama dayah modern 3 responden serta observasi partisipan dalam kegiatan dakwah Jamaah Tabligh di wilayah pemerintah kota Lhokseumawe. Sebagian masyarakat dan ulama dayah merespon metode dakwah Jamaah Tabligh baik sekali perlu dikembangkan ditengah-tengah masyarakat, hanya saja teknik pelaksanaan metode-metode tersebut yang masih kurang sempurna, maka untuk itu perlu diperbaiki semestinya agar melahirkan simpatisan masyarakat umum. Bila masyarakat dan ulama dayah memberi dukungan dengan baik dan serius, maka dakwah Jamaah Tabligh akan mendapat kelancaran dan keberhasilan dalam menyeru umat kepada kebenaran di masa yang akan datang.

Kata kunci: Strategi, Metode dakwah, Jamaah Tabligh, Ulama Dayah.

Pendahuluan

Dakwah adalah tulang punggung islam. Nabi Muhammad Saw dilahirkan kedunia untuk mengajak umat kejalan yang diridhai Allah Swt, mulai di Mekkah sampai di Madinah, kegiatan tersebut dilaksanakan dengan pengorbanan harta benda dan waktu disepanjang hidupnya dengan dedikasi tinggi tanpa kenal lelah dan pantang menyerah begitu juga para shahabatnya. Perjuangan dan pengorbanan beliau telah banyak diutarakan dalam kitab-kitab/buku-buku yaitu hampir seluruh waktu, harta benda bahkan jiwanya digunakan untuk memperjuangkan dakwah islam di bumi Allah Swt.

Dalam masyarakat, khususnya Aceh yang dikenal sangat kental religius, ulama menempati posisi dan peran signifikan. Kelebihan tingkat intensitas keilmuan (capable) dan pengamalan terhadap ajaran Islam (credible) serta reputasi keilmuannya diakuai masyarakat (acceptable). Jadi ulama dipandang sebagai sumber kekuatan moral spiritual umat, sumber sosialisasi Islam dan sumber kekuatan ikatan solidaritas sosial umat dalam ikatan emosional keagamaan yang kuat. Dengan demikian, kedudukan ulama dalam masyarakat merupakan salah satu kekuatan yang mampu menyeru dan menggerakkan massa dalam jumlah besar sepanjang sejarah. Mereka berhasil merebut hati rakyat melalui cara-cara yang tidak bersifat material.[1]

(2)

356 Dakwah merupakan salah satu usaha yang berupa ajakan dengan sadar dan terencana untuk mengajak seseorang agar lebih sadar dan mengamalkan ajaran Islam pada setiap aspek kehidupan dengan murni dan konsekuen[2]. Juga sebagai upaya transformasi dan internalisasi nilai-nilai kebaikan dan kebenaran prinsipil dan universal, serta berusaha dengan dedikasi tinggi mencegah dan menjauhkan perbuatan yang diingkari nurani (al-mungkar) demi terwujudnya umat pilihan (khayr

ummah)[1]. Tanggung jawab dakwah adalah tanggung jawab semua muslim yang

dituntut untuk berpartisipasi sesuai kemampuanya masing-masing, untuk melaksanakannya kita wajib mengikuti dakwah Rasul Saw mengajak manusia agar beriman kepada Allah dengan hikmah dan nasehat yang baik.[3]

Mereka yang praktek dalam dunia dakwah pada umumnya berpendapat bahwa keberhasilan dakwah itu sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, termasuk satretegi dakwah yang diterapkan mencakup di dalamnya metode dan sarana-sarana dakwah yang ada. Selain itu, juga pendekatan dakwah yang digunakan oleh praktisi dakwah sangatlah urgen dan signifikan dalam mewujudkan keberhasilan dakwah.

Keberhasilan dakwah ini dapat dilihat dari bagaimana para komunikan bisa memahami pesan-pesan yang disampaikan oleh da’i, tidak hanya sampai di situ, keberhasilan dakwah juga dilihat pengaruh dakwah tersebut dalam kehidupan para komunikan setelah dakwah disampaikan. Dakwah dilakukan bertujuan merubah kegelapan jahiliah kepada cahaya Islam. Pengertian dakwah mencakup beberapa komponen yaitu sasaran, orientasi, dan cara dakwah.[4]

Jamaah tabligh merupakan sebuah organisasi yang pada awalnya dipelopori oleh Maulana Muhammad Ilyas, seorang ’alim yang hidup di sebelah Utara ibu kota India, New Delhi. Kelompok ini merupakan kelompok yang bergerak dalam bidang dakwah Islam yang sudah dikenal oleh masyarakat pada umumnya baik dalam negeri maupun di luar negeri [5].

Jamaah tabligh di wilayah Pemerintah Kota Lhokseumawe memiliki motivasi sungguh-sungguh, bersemangat dan memiliki dedikasi tinggi serta tulus ikhlas dalam menjalankan dakwah Islam di dalam masyarakat. Mereka mampu memberi teladan yang baik bahkan mereka dengan sungguh-sungguh mengamalkan sunnah Rasul Saw dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan kenyataan di atas, seharusnya ulama dayah merespon terhadap kelompok jamaah tabligh. Seandainya ulama dayah memberikan respon yang tinggi dan menjelaskan kepada masyarakat tentang kebenaran kegiatan yang mulia ini, maka pesan-pesan dakwah yang selalu disampaikan oleh jamaah tabligh akan mudah diterima dan memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat umum untuk menerima dakwah tersebut dengan baik.

Secara sederhana pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh jamaah tabligh adalah kembali dan mengikuti sunnah Rasulullah Saw hingga hal-hal yang terkecil dan menyemarakkan gerakan dakwah seperti yang tergambar dalam ushul as-sittah mereka.[5] Dengan kata lain, bahwa pemurnian ajaran Islam juga merupakan salah satu pesan dakwah yang terdapat dalam dakwah jamaah tabligh.

Metode

Untuk memperoleh data mengenai respon masyarakat terhadap strategi dan metode dakwah jamaah tabligh di dalam wilayah Pemerintah Kota Lhokseumawe, dibutuhkan informan penelitian dari masyarakat lingkungan di sekitar markas jamaah tabligh bertempat di Mesjid Jamik Kota Lhokseumawe yaitu 10 responden

(3)

357 dan markas jamaah tabligh Keude Penteut bertempat di Mesjid ’Ubudiyah Keude Penteut 10 responden, ulama dayah tradisional 3 responden, dan ulama dayah moderen 3 responden.

Penarikan informan penelitian ini berhenti manakala informasi yang dibutuhkan telah dianggap memadai. Oleh karenanya, metode penetapan jumlah informan penelitian ini menggunakan teknik Snowball Sampling.[6]

Pengumpulan data. Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan dari informan penelitian, dengan melakukan wawancara dan observasi secara sistimatik. Sedangkan data skunder diperoleh secara cermat melalui dokumentasi dan buku-buku yang relevan.

Analisis data dalam penelitian ini digunakan analisis secara induktif yaitu fakta dikatagorikan menuju ke tingkat abstraksi yang lebih tinggi melakukan sintesis dan mengembangkannya. Setelah data dikumpulkan dari lokasi penelitian melalui wawacara, observasi dan dokumen, maka dilakukan pengelompokan dan pengurangan yang tidak penting. Setelah itu, dilakukan analisis penguraian dan penarikan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan

Respon masyarakat terhadap strategi dan metode dakwah jamaah tabligh.

Masyarakat menilai strategi dakwah jamaah tabligh bagus mencakup semua lapisan masyarakat, namun pelaksanaan metode dakwahnya masih kurang baik. Sejumlah metode dakwah mereka waktu dilaksanakan kurang disukai masyarakat karena bersifat memaksa audiennya. Di sisi lain, dipandang mereka bukan da’i atau orang-orang alim, hanya saja memiliki motivasi berdakwah yang menggebu-gebu. Jamaah tabligh sering tergopoh-gopoh, misalnya pelaksanaan metode khuruj (keluar desanya), pada waktu berangkat khuruj kadang-kadang kurang menyediakan biaya hidup yang memadai untuk keluarganya yang ditinggalkan, sehingga timbul percekcokan dengan keluarga waktu kembali bersama keluarganya. Demikian juga, dalam pelaksanaan metode jaulah yaitu selaturrahmi atau kunjungan ke tempat orang yang dikunjungi kadang-kadang kurang memperdulikan orang atau audien punya waktu senggang atau tidak. Sikap mereka yang kurang memperhitungkan waktu senggang orang yang dikunjungi maka para masyarakat menilai mereka memaksakan orang yang didakwahkan sesuai keinginan mereka.

Justru demikian, para masyarakat sedikit sekali yang menarik perhatian kepada dakwah Jamaah tabligh, bahkan mengucilkan jamaah tabligh oleh sebagian masyarakat, dan bahkan ada yang mencemoohkan setelah mereka meninggalkan tempat yang dikunjungi. Memang hal itu tidak diinginkan terjadi oleh sebagian orang tapi itu yang terjadi.

Metode bayan (ceramah) dalam memberikan ceramah selalu menyampaikan prinsip yang enam, yang menitik beratkan pada iman dan ibadah dilakukan di dalam mesjid atau di bagian teras mesjid. Mereka yang mengikutinya pada umumnya anggota jamaah tabligh itu sendiri. Sedangkan masyarakat umum enggan mengikutinya karena sistem pelaksanaannya diatur secara ketat yaitu duduk rapat-rapat berhadapan dengan da’i yang mereka sebut karkun. Karkun duduk di atas kursi menghadap audiennya.

Dalam pelaksanaan metode ta’lim wa ta’allum (pengajian), mereka selalu mengambil tempat di mesjid atau di mushalla, sistem duduknya juga rapat-rapat dan

(4)

358 berhadapan dengan gurunya dan tidak di sukai bertanya, hanya menerima yang disampaikan. Di sini terkesan sangat kaku dan seolah-olah pengajian itu diperuntukkan kepada anggota-anggota jamaah tabligh saja.

Sasaran dakwah jamaah tabligh ditujukan kepada semua (lapisan masyarakat), pada umumnya kepada kaum laki-laki baik pemuda maupun orang tua yang mau mengikutinya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan iman dan amal shaleh serta menjadi anggota jamaah tabligh yang mau menjadi pengembang dakwah di masyarakat di mana saja mereka berada dan disenangi bila mau berpakaian gamis serta mau memelihara jenggot.

Respon ulama dayah tradisional terhadap strategi dan metode dakwah jamaah tabligh. Metode dakwah jamaah tabligh baik dan perlu dikembangkan secara baik

dan cermat, sehingga mendapat simpati masyarakat. Bila dilihat dari metode-metodenya sangat mengena. Hal ini merupakan senjata yang ampuh dalam penyebaran dan penyadaran umat terhadap ajaran Islam di dalam wilayah Kota Lhokseumawe khususnya, di mana masyarakat sekarang sudah kurang tertarik dengan dakwah umum yang sering dilakukan.

Namun demikian, metode dakwah yang selalu dipraktikan jamaah tabligh dalam berdakwah memang sangat baik akan tetapi teknik pelaksanaan metode-metodenya yang dinilai kurang bijak. Misalnya, pelaksanaan dakwah khuruj (meninggalkan kampung halaman untuk berdakwah) sering mereka kurang mampu meninggalkan biaya hidup yang cukup untuk keluarganya yang ditinggalkan. Hal seperti itu sering menjadi masalah pada saat mereka kembali dan berada dalam keluarganya. Cara seperti itu terlarang dalam Islam. Justru demikian, di dalam Al-Qur’an sendiri dilarang bila semua kaum muslimin maju ke medan perang tanpa meninggalkan bekal untuk keluarga yang ditinggalkan.

Pada aspek lain, anggota jamaah tabligh yang ikut khuruj tidak semuanya mampu berdakwah atau memiliki ilmu pengetahuan yang memadai, yang semestinya membekali diri sebelum berangkat khuruj atau berdakwah sehingga tidak terjadi kesimpang-siuran dalam penyampaian materi dakwah Islam nantinya.

Dalam pelaksanaan metode jaulah (mengujungi/silaturrahmi) ke rumah orang-orang yang dituju, ke pertokoan atau kepasar-pasar mengajak orang untuk shalat berjamaah, meningkatkan iman, dan memperbanyak amal kebaikan, kadang-kadang mereka sangat emosional dan terkesan memaksa diri, kurang mempertimbangkan waktu yang tepat dan adat-istiadat masyarakat setempat. Keadaan seperti itu kurang tepat dan kurang menguntungkan semua pihak, sehingga melahirkan antipati masyarakat terhadap dakwah jamaah tabligh itu sendiri.

Pelaksanaan metode bayan (ceramah) di markas, teknis pelaksanaannya yaitu semua orang yang mengikutinya harus duduk mendekati pemberi materi secara rapat-rapat. Pada akhir ceramah tersebut, semua yang ikut bayan dianjurkan menyisihkan waktu untuk pergi berdakwah ke luar desanya dengan pengetahuan apa adanya masing-masing, maka sangat dikhawatirkan materi-materi dakwah Islam yang dimiliki dan dibawa untuk berdakwah sangat dangkal dan ditakuti keliru dari kebenaran Islam itu sendiri.

Selanjudnya metode ta’lim wa ta’allum (belajar-mengajar) pengajian yang dilakukan jamaah tabligh di mesjid atau musalla terkesan asing, seolah-olah hanya diperuntukkan untuk anggotanya saja. Hal ini dikarenakan mereka sering mengambil tempat di bagian pojok-pojok mesjid yang terkesan asing dam tidak memasyarakat bila diperhatikan.

(5)

359

Respon ulama dayah modern terhadap strategi dan metode dakwah jamaah tabligh. Strategi dakwah jamaah tablig mencakup semua lapisan masyarakat,

khusus kepada kaum pria di dalam wilayah Pemerintah Kota Lhokseumawe yang markasnya di Mesjid Jamik Kota Lhokseumawe. Sedangkan metode dakwahnya berbeda dengan dakwah pada umumnya. Metode dakwah yang mereka miliki unik kalau dilihat pada jaman sekarang. Mereka tidak menggunakan media modern seperti internet, radio, T V, dan media massa. Akan tetapi, dakwah jamaah tabligh hanya disampaikan melalui dakwah lisan dan uswatunhasanah dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan masyarakat meniru dan mencontohinya.

Dakwah jamaah tabligh menjadi bahan pembicaraan atau perbincangan dalam masyarakat, sehingga hal ini mendapat merespon dari sebagian para ulama, terutama dalam wilayah Pemerintah Kota Lhokseumawe. Di lihat dari gerakan jamaah tabligh dalam berdakwah memakai beberapa metode yaitu metode jaulah,

bayan, ta’lim wa ta’allum, khidmad, dan khuruj atau keluar dari desanya/ke daerah

orang untuk berdakwah dan sasaran dakwah mereka dipergunakan untuk semua lapisan masyarakat:

1. Pelaksanaan metode jaulah yaitu berjalan atau berkeliling menemui individu-individu secara tatap muka satu persatu dilakukan penyadaran tentang ketauhidan dan memperbanyak amal ibadah serta diajak menggalakkan shalat berjamaah di mesjid-mesjid atau di musalla-musalla.

Model dakwah yang dilakukan mereka dalam wilayah Pemerintah Kota Lhokseumawe, yaitu:

a. Dakwah ijtima’i untuk anggota mereka sendiri. b. Dakwah infiradi diperuntukkan untuk diri pribadi.

c. Dakwah khususi untuk orang-orang yang dikhususkan mereka misanya pejabat-pejabat, tokoh-tokoh, dan orang-orang tertentu.

d. Dakwah umumi yang diperuntukkan bagi masyarakat umum.

2. Metode bayan yaitu memberi ceramah kepada siapa saja yang mau mengikutinya dan tempatnya di mesjid atau di musalla-musalla di tempat mereka berkumpul. Biasanya materi yang diberikan meliputi sejarah kehidupan para shahabat Rasulullah Saw, berhubungan dengan mental kesabaran, perjuangan dakwah Islam dan menjelaskan enam sifat para shahabat Rasul Saw.

3. Metode ta’lim wa ta’allum (pengajian) pelaksanaannya semua pengikut harus mengikuti perintah untuk duduk rapat di atas lantai dan melingkar menghadap

karkun (pemberi materi), materinya meliputi:

a. Belajar tajwij/ cara-cara membaca Al-Qur’an yang benar. b. Halakah kitab fadhilah amal.

c. Muzakarah sifat-sifat para shahabat Rasul Saw.

4. Metode khidmat artinya memuliakan semua orang, terutama diperuntukkan kepada:

a. Khidmad amir yaitu memuliakan amir mereka dalam jaulah (saat jaulah ditunjuk satu orang sebagai amir dari sejumlah anggota) rombongan, juga dalam khuruj.

b. Khidmad jamaah yang mereka maksud adalah jamaah tabligh sesama anggota jamaah tabligh. Mereka saling hormat-menghormati. Sifat seperti itu sangat penting diamalkan dan dipraktikkan sesama anggota jamaah di mana saja mereka bertemu kenal atau belum kenal.

c. Khidmad diri yang dimaksud adalah menghormati, memuliakan dirinya dengan banyak berzikir, rajin beribadah, dan membersihkan diri dari dosa, memperbanyak do’a, menghindarkan diri dari ucapan sia-sia, membersihkan

(6)

360 badan dari segala najis, pakaian dan tempat yaitu tempat mereka berkumpul (mesjid).

d. Khidmad makhluk yaitu memuliakan makhluk yaitu manusia, hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan, dan mesjid yang mereka tempati

Dengan demikian, metode-metode tersebut di atas sesuai dengan ajaran Islam dan sangat besar manfaatnya bila mampu dilaksanakan sesuai dengan metode dan teknik-teknik tertentu yang dapat menarik hati masyarakat untuk mengikutinya secara ikhlas dalam semua lapisan masyarakat. Sehingga dakwah jamaah tabligh di masyarakat akan mendapat kelancaran dan kemajuan dalam kegiatan seruan umat kepada mengamalkan ajaran Islam di masa yang akan datang.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Jamaah tabligh adalah kelompok dakwah yang sangat gigih dan sabar bahkan rela berkorban harta dan waktu untuk kepentingan dakwah, mereka telah mengajak dan mendorong masyarakat di wilayah Pemerintah Kota Lhokseumawe untuk mengamalkan perintah Allah Swt dan Raul-Nya agar kembali menyadari dirinya sebagai hamba yang harus menyembah Allah dan taubat dari kelalaian dan kesalahan sikap dan mental sepritual sebelumnya. 2. Sebagian masyarakat umum menilai metode dakwah jamaah tabligh kurang

sepadan diterapkan di kalangan mereka. Hal ini dikarenakan, masyarakat merasa dipaksa dalam seruan saat mereka melakukan jaulah kerumah atau ke tempat mereka tinggal.

3. Ulama dayah sebagian besar menilai bahwa metode-metode jamaah tabligh baik sekali dan sangat perlu diteruskan di kalangan umat Islam dewasa ini, mengingat masyarakat dewasa ini kurang tertarik tabligh bersifat umum.

4. Ulama dayah memperhatikan jamaah tabligh masih kurang mempersiapkan diri sebagai da’i sehubungan dengan penguasaan pengetahuan keislaman yang kurang mendalam dan luas. Pelaksanaan bayan, ta’lim wa ta’allum masih terkesan kurang terbuka untuk masyarakat umum. Demikian pula jaulah yaitu kunjungan ke rumah-rumah dan ketempat-tempat mad’u yang dituju masih kurang menyesuaikan waktu kunjungan atau silaturrahmi yang tepat sesuai kondisi kerja dan budaya masyarakat setempat. Pada saat kuruj atau berangkat ke luar daerah untuk tujuan dakwah masih ada anggota yang kurang mampu menyediakan biaya untuk dirinya dan keluarga yang ditinggalkan.

5. Strategi dakwah jamaah tabligh meliputi semua lapisan masyarakat, khususnya bagi kaum pria baik kaum muda maupun orang tua dalam wilayah Pemerintah Kota Lhokseumawe.

Saran

1. Bagi jamaah tabligh perlu lebih persuasif untuk mengadakan pendekatan dengan ulama dayah. Karena ulama dayah masih banyak yang belum begitu mengenal tentang metode dakwah jamaah tabligh.

(7)

361 2. Jamaah tabligh semestinya memperdalam pengetahuan agama Islam pada ulama dayah agar terhindar dari kecurigaan masyarakat terhadap materi dakwah jamaah tersebut.

3. Ulama dayah semestinya berperan aktif sebagai kontrol dalam masyarakat, seyogyanya mengetahui kegiatan dakwah jamaah tabligh yang ada di dalam masyarakatnya dan merespon serta mendukung, mengarahkan, dan mem-bimbing terhadap kelancaran jalannya pelaksanaan dakwah Islamiah dalam wilayahnya.

4. Diharapkan ulama dayah dan jamaah tabligh dapat bekerja sama dengan baik dan harmonis dalam menyeru dan mengajak umat, sehingga melahirkan kekuatan dakwah yang dahsyat di tengah-tengah masyarakat Islam di era globalisasi budaya massa yang begitu ketat dan lebih berdampak negatif dewasa ini .

5. Semua individu muslim atau muslimah harus berdakwah di mana saja berada sesuai kemampuannya masing-masing dalam rangka menyeru umat kepada kebenaran dan mencegah kemungkaran.

Referensi

[1] N. Syamsuddin, Revolusi di Serambi Mekkah: Perjuangan Kemerdekaan dan Pertarungan Politik di Aceh 1945-1949. Jakarta, UI-Press 1998. h12.

[2] T.A. Latif Rusdy, Retorika Komunikasi dan Informasi. Medan, Rainbow 1985. h39. [3] I. Prayitno, Kepribadian Da’i. Bekasi, Pustaka Tarbiatun. 2002.h529.

[4] S. Khalil, Metodelogi Penelitian Komunikasi. Bandung, Citra Pustaka Media 2006. h102. [5] Nadhar M. dan I. Shahab, Khuruj Fi Sabilillah, Sarana Tarbiyah Ummat untuk

Membentuk Sifat Imaniah. Bandung, Pustaka Billah, tt. h37.

[6] I. Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Tehnik Penelitian Bidang Kesejahtraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung, Remaja Rosdakarya. 1995. h63.

[7] A. Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an. Bandung, Pustaka Setia 2000.

[8] S. Abu Al-Hasan ’Ali an-Nadwi, M. M. Ilyas (terj Masru khan Ahmad), Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulana Muhammad Ilyas. Jakarta Ash-Shaf 1997. h5.

Referensi

Dokumen terkait

Dari temuan penelitian diperoleh data bahwa cara dan solusi yang dilakukan SMP Negeri 1 Kota Bengkulu dalam mengatasi hambatan yang ada lebih sesuai dengan

Berdasarkan hasil pengloahan data N-gain dan uji independent samples t-test antara kedua kelas dapat disimpulkan, Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa SMA N 7

Berdasarkan studi pelacakan pihak fakultas maupun Program Studi menindak/ dan akan menindak lanjuti hasil studi tersebut, baik berkaitan dengan perbaikan kurikulum,

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara bepikir positif dengan perilaku menyontek.Artinya secara empirik

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh variabel perilaku konsumen (X) terhadap keputusan pembelian Mitra

Dalam konteks ini “2uhan sudah mati” tidak boleh ditanggapi seara har$iah, bah9a “2uhan seara $isik sudah mati”F atau 2uhan tidak lagi mampu untuk berperan

rata-rata z-score TBIU cenderung lebih rendah sehingga prevalensi anak pendek dan sangat pendek pada anak balita lebih tinggi dibanding standar NCHS." Hal ini

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkah dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul