• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 5.IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Dalam implementasi sistem jaringan ini akan menerapkan semua yang telah direncangkan dan didesain pada tahap sebelumnya yaitu tahap design dan simulasi. Untuk perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan di tahap implementasi ini juga sesuai dengan analisa kebutuhan.

5.1. Desain Topologi Network Cisco IP Telephony

PT XYZ memiliki kantor pusat di Jakarta dan kantor cabang di Surabaya, untuk menunjang komunikasi, maka dirancang topologi network Cisco IP Telephony seperti gambar 5.1.

Gambar 5.1 Topologi Network Cisco IP Telephony Sumber: (Hasil olah data Penulis)

Dengan desian jaringan yang ada di PT XYZ, maka dapat dilakukan implementasi penggunaan metode Tail End Hop Off (TEHO) untuk mengoptimasi jaringkan komputer existing agar tercapai tujuan efektifitas dan reliabilitas jaringan komunikasi, desain call routing pada saat belum diimplementasikan metode Tail End Hop Off (TEHO) dapat dilihat pada gambar 5.2.

(2)

Gambar 5.2 Desain Call Routing tanpa Tail End Hop Off (TEHO) Sumber : (Hasil olah data Penulis)

Setelah dilakukan implementasi metode Tail End Hop Off (TEHO), desain Call Routing akan menjadi seperti 5.3.

Gambar 5.3 Desain Call Routing dengan Metode Tail End Hop Off (TEHO) Sumber: (Hasil olah data Penulis)

(3)

5.2. Implementasi Tail End Hop Off (TEHO) 5.2.1. Lingkungan Implementasi

Pada penelitian ini lingkungan implementasi meliputi lingkungan perangkat keras 5.2.1.1. Perangkat Keras

Spesifikasi hardware yang digunakan pada implementasi metode Tail End Hop Off (TEHO) pada jaringan komunikasi sebagai berikut:

1. Cisco Unified Communication Manager Server - vCPU 2 - vRAM 4GB - vDisk 80GB 2. Router Cisco 2801 -2 port ethernet 100 Mbps -IOS I86BI_LINUX-ADVENTERPRISEK9-M -RAM 256 MB 3. Switch Cisco -24 port fastethernet 100 Mbps 4. IP Phone 5.2.2. Implementasi

Pada gambar 5.1 memaparkan topologi jaringan PT XYZ antara kantor pusat (HQ) di Jakarta dan kantor cabang (Branch) di Surabaya. Konfigurasi yang dilakukan pertama ialah pengalamatan IP pada router yang ada di kantor Jakarta dan Surabaya. Setelah konfigurasi pengalamatan IP pada router dilakukan selanjutnya adalah konfigurasi routing dan di disertai konfigurasi call routing. Selanjutnya adalah implementasi metode Tail End Hop Off (TEHO) dimana kedua router sudah berfungsi sebagai router voice gateway dan terhubung dengan koneksi WAN dan PSTN. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan :

(4)

5.2.2.1.IP Address pada Router A. Jakarta

Konfigurasi IP Address di interface Etherface0/0 interface Ethernet0/0

description ### Connection to Network ## ip address 172.16.10.52 255.255.255.0 duplex auto speed auto ! ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 172.16.10.1 B. Surabaya

Konfigurasi IP Address di interface Ethernet0/0: interface Ethernet0/0

description ### Connection to Network ## ip address 172.16.10.53 255.255.255.0 duplex auto

speed auto !

ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 172.16.10.1

5.2.2.2. Membuat SIP Trunk di CUCM

SIP Trunk digunakan sebagai koneksi dari Cisco Unified Communication Manager menuju router voice gateway. berikut diagram alur proses pembuatan SIP Trunk dapat dilihat pada gambar 5.4.

(5)

Gambar 5.4 Diagram Alur Pembuatan SIP Trunk Sumber: (Hasil olah data Penulis)

Untuk hasil konfigurasi bisa dilihat pada hasil screen shot berikut: A. Jakarta

(6)

Gambar 5.5 Konfigurasi SIP Trunk Jakarta Sumber: (Hasil olah data Penulis)

(7)
(8)

Gambar 5.6 Konfigurasi SIP Trunk Surabaya Sumber: (Hasil olah data Penulis) 5.2.2.3.Membuat Route Group di CUCM

Untuk membuat route group di Cisco Unified Communication Manager (CUCM) dapat mengikuti diagram alur proses pada Gambar 5.7

Gambar 5.7 Diagram Alur Pembuatan Route Group Sumber: (Hasil olah data Penulis)

Berikut informasi dan tampilan dari hasil pembuatan route group: A. Jakarta

(9)

Gambar 5.8 Konfigurasi Route Group Jakarta Sumber: (Hasil olah data Penulis) B. Surabaya

Route group Surabaya berisikan koneksi SIP Trunk Surabaya.

Gambar 5.9 Konfigurasi Route Group Surabaya Sumber: (Hasil olah data Penulis)

(10)

5.2.2.4. Membuat Route List di CUCM

Untuk membuat route List di Cisco Unified Communication Manager (CUCM) dapat mengikuti diagram alur proses pada Gambar 5.10

Gambar 5.10 Diagram Alur Pembuatan Route List Sumber: (Hasil olah data Penulis) Berikut informasi dan tampilan dari hasil pembuatan Route List:

A. Jakarta

Pada route list Jakarta, pilih route group Jakarta yang berisikan koneksi SIP Trunk menuju router voice gateway Jakarta sebagai primary dan route group Surabaya yang berisikan koneksi SIP Trunk menuju router voice gateway Surabaya semagai Backup.

Gambar 5.11 Konfigurasi Route List Jakarta Sumber: (Hasil olah data Penulis)

(11)

B. Surabaya

Pada route list Surabaya, pilih route group Surabaya yang berisikan koneksi SIP Trunk menuju router voice gateway Surabaya sebagai primary dan route groupJakarta yang berisikan koneksi SIP Trunk menuju router voice gateway Jakarta sebagai Backup.

Gambar 5.12 Konfigurasi Route List Surabaya Sumber: (Hasil olah data Penulis) C. Route List Local Route Group

Panggilan yang melalui Route List ini akan dikeluarkan dari Local Route Group pemanggil. Informasi Local Route Group pemanggil didapatkan dari parameter Local Route Group di Device Pool yang diberikan kepada IP Phone.

(12)

Gambar 5.13 Konfigurasi Device Pool Jakarta Sumber: (Hasil olah data Penulis)

Gambar 5.14 Konfigurasi Device Pool Surabaya Sumber: (Hasil olah data Penulis)

(13)

Gambar 5.15 Konfigurasi Route List Sumber: (Hasil olah data Penulis)

5.2.2.5. Membuat Route Pattern di CUCM

Route Pattern digunakan untuk me-routing panggilan menuju jalur yang sesuai seperti routing tabel pada jaringan data.Untuk membuat route pattern di Cisco Unified Communication Manager (CUCM) dapat mengikuti diagram alur proses pada gambar 5.16.

Gambar 5.16 Diagram Alur Pembuatan Route Pattern Sumber: (Hasil olah data Penulis)

(14)

Berikut informasi dan tampilan dari hasil pembuatan route pattern: Konfigurasi route pattern dapat dlihat pada tabel 5.1:

No Pattern Route Partition Route List Description Transformations Called Party 1 9.[1-9][0-9]! PT_Local RL_Local_RG Route Pattern to Local Discard Digit - PreDot 2 9.0[2-79]! PT_Interlocal RL_Local_RG Route Pattern to Interlocal Discard Digit - PreDot 3 9.! PT_All RL_Local_RG Route Pattern to All Discard Digit - PreDot 4 9021.! PT_Interlocal RL_JKT Route Pattern TEHO Discard Digit - PreDot 5 9031.! PT_Interlocal RL_SBY Route Pattern TEHO Discard Digit - PreDot

Tabel 5.1 Daftar Route Pattern

Dari tabel route pattern diatas diketahui bahwa terdapat 5 route pattern, 3 route pattern digunakan untuk melakukan panggilan menuju pstn dengan 3 level menuju lokal, menuju interlokal, dan HP/SLI. 2 route pattern digunakan untuk mengarahkan panggilan TEHO.

Gambar 5.17 Tampilan Route Pattern Pada CUCM Sumber: (Hasil olah data Penulis) 5.2.2.6.Membuat Dial Peer

Dial peer secara umum terbagi menjadi 2, dial peer outgoing dan dial peer incoming. Dial peer outgoing digunakan untuk route panggilan telepon keluar dari router voice gateway, dial peer incoming digunakan untuk route panggilan masuk menuju router voice gateway. Dial peer outgoing akan melempar panggilan

(15)

menuju PSTN untuk dial peer incoming akan melempar panggilan menuju CUCM.

Berikut konfigurasi dial peer pada kedua router voice gateway A. Jakarta

dial-peer voice 10 voip destination-pattern .T session protocol sipv2

session target ipv4:172.16.10.54 voice-class codec 1

dial-peer voice 11 voip session protocol sipv2 incoming called-number . voice-class codec 1 dial-peer voice 20 voip destination-pattern 2567.... session protocol sipv2

session target ipv4:172.16.10.63 voice-class codec 1

B. Surabaya dial-peer voice 10 voip destination-pattern .T session protocol sipv2

session target ipv4:172.16.10.54 voice-class codec 1

dial-peer voice 11 voip session protocol sipv2 incoming called-number . voice-class codec 1 dial-peer voice 20 voip destination-pattern 6725.... session protocol sipv2

session target ipv4:172.16.10.63 voice-class codec 1

(16)

5.3. Pengujian

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengujian terhadap metode Tail End Hop Off yang dibangun. Pengujian dilakukan untuk menguji Efisiensi dan Reliabilitas jaringan setelah menggunakan metode Tail End Hop Off (TEHO) serta kelayakan juga analisa pada penggunaan codec, bandwidth, jitter, packet loss yang terjadi pada traffic suara over WAN.

5.3.1. Metode Pengujian

Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Black Box sehingga tidak memperhatikan kode program. Pengujian yang dilakukan dilihat dari sudut pandang pengguna.

5.3.2.Pengujian Efisiensi jaringan pada metode TEHO

Tail End Hop Off memungkinkan panggilan telepon dialihkan melewati infrastruktur jaringan eksisting. Pada pengujian ini akan dilalukan testing panggilan telepon menuju area PSTN Surabaya, objective keberhasilan metode Tail End Hop Off ialah panggilan telepon dapat menggunakan pstn pada kantor cabang area tertuju, dan mengubah panggilan Interlocal menjadi Local.

5.3.2.1.Definisi Efisiensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Efisiensi merupakan ketepatan cara, usaha, kerja dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya.

Efisiensi pada jaringan merupakan pemanfaatan infrastruktur jaringan yang telah ada untuk difungsikan secara optimal guna menghemat biaya operasional komunikasi.

Efisiensi pada kasus ini terdapat pada penggunaan link WAN koneksi antar kantor cabang. Koneksi antar kantor cabang yang telah disewa dan dikenakan biaya fix prize digunakan hanya untuk komunikasi data saja dapat dioptimalkan untuk digunakan dan dilalui komunikasi suara tanpa biaya tambahan. Sehingga biaya operasional komunikasi dapat ditekan dengan memanfaatkan koneksi WAN eksisting untuk melalui panggilan interlocal.

5.3.2.2.Pengujian Efisiensi Panggilan Telepon Menggunakan Metode Tail End Hop Off (TEHO)

(17)

A. Berikut merupakan tabel Skenario Pengujian Panggilan dan TEHO, pengujian yang dilakukan dilihat dari sudut pandang pengguna

No Panggilan Kondisi yang

diterima

Hasil

Catatan

Dari Menuju Berhasil Gagal

1 IP Phone Jakarta IP Phone Surabaya panggilan dapat berlangsung dan terhubung dengan baik

IP Phone surabaya akan melihat caller id extension jakarta

2 IP Phone Surabaya IP Phone Jakarta panggilan dapat berlangsung dan terhubung dengan baik

IP Phone Jakarta akan melihat caller id Surabaya 3 IP Phone Jakarta Nomer pstn area Jakarta panggilan dapat berlangsung dan terhubung dengan baik

Pemanggil menekan nomer tujuan tanpa kode area, ANI merupakan

nomer pstn jakarta 4 IP Phone Jakarta Nomer pstn area Surabaya panggilan dapat berlangsung dan terhubung dengan baik, panggilan keluar melalui VG Surabaya

Pemanggil menekan nomer tujuan dengan kode area surabaya, ANI merupakan

nomer teho surabaya

Tabel 5.2 Skenario Pengujian Panggilan dan TEHO Sumber: (Hasil olah data Penulis)

(18)

B. Pengecekan pada router voice gateway

“show call active voice compact” di router Voice Gateway Jakarta

Gambar 5.18 Show Call Active Voice Compact di Jakarta Saat TEHO Jakarta ke Surabaya

Sumber: (Hasil olah data Penulis)

Dari gambar 5.18 kita ketahui bahwa router voice gateway Jakarta tidak menangani panggilan, dapat kita simpulkan panggilan tidak melalui PSTN Jakarta

Gambar 5.19 Show Call Active Voice Compact di Surabaya Saat TEHO Jakarta ke Surabaya

Sumber: (Hasil olah data Penulis)

Dari gambar 5.19 kita ketahui bahwa router voice gateway Surabaya sedang menangani panggilan dari 10.10.24.192 (IP Address IP Phone Jakarta) menuju 172.16.10.54 (PSTN).

(19)

Gambar 5.20 Show Call Active Voice brief di Surabaya Saat TEHO Jakarta ke Surabaya Sumber: (Hasil olah data Penulis)

Dari gambar 5.20 menunjukan router voice gateway Surabaya sedang menangani panggilan yang masuk melalui Peer ID (PID) 10 dan keluar melalu Peer ID (PID) 11 menggunakan Caller ID 67250000 yaitu nomer TEHO Surabaya.

Hasil pengujian Panggilan dan TEHO diatas diketahui bahwa panggilan interlocal Jakarta Menuju Surabaya telah berhasil diarahkan menggunakan infrastruktur jaringan PT XYZ dan panggilan keluar melalui PSTN kantor cabang Surabaya sehingga panggilan menjadi local. Dari hasil “scenario pengujian Panggilan dan TEHO” dapat disimpulkan Metode Tail End Hop Off telah melakukan efesiensi terhadap infrastruktur jaringan eksisting yang dimanfaatkan dan digunakan untuk merubah panggilan interlocal menjadi local dan berdampak positif bagi biaya komunikasi di PT XYZ.

5.3.2.3.Analisa Biaya

Analisa biaya sebelum dan sesudah implementasi Tail End Hop Off (TEHO). Analisa biaya terkait pada komponen-komponen berikut:

1. Tarif Telkom

2. Jarak antara area pemanggil dan tertuju. Dalam penelitian ini ialah jarak antara Jakarta dengan Surabaya

3. Waktu panggilan berlangsung 4. Lama waktu panggilan berlangsung 5. Jumlah Panggilan

(20)

A. Tarif Panggilan Telkom

Berikut acuan tarif biaya telepon dari Telkom berdasarkan jarak dan waktu penggunaan telepon.

TIPE

PANGGILAN Jenis JARAK (KM) HARI JAM HARGA SATUAN WAKTU

PSTN Lokal 0-20 Minggu Senin - 00.00 - 09.00 Rp 250 3 Menit 09.00 - 15.00 Rp 250 2 Menit 15.00 - 24.00 Rp 250 3 Menit 20-30 Minggu Senin - 00.00 - 09.00 Rp 250 2 Menit 09.00 - 15.00 Rp 250 1,5 Menit 15.00 - 24.00 Rp 250 2 Menit SLJJ >500 Senin - Sabtu 06.00 - 07.00 Rp 113 6 Detik 07.00 - 20.00 Rp 210 6 Detik 20.00 - 23.00 Rp 113 6 Detik 23.00 - 06.00 Rp 32 6 Detik Minggu 06.00 - 23.00 Rp 113 6 Detik 23.00 - 06.00 Rp 32 6 Detik Tabel 5.3 Tarif Telkom

Sumber: http://www.telkom.co.id/ UHI2011/ID/tarif.html Ket:

Warna Hijau Tarif setelah Implementasi TEHO Warna Orange tarif sebeulm Implementasi TEHO

(21)

B. Jarak Jakarta-Surabaya

Pengukuran jarak Jakarta-Surabaya menggunakan aplikasi pada website geobytes.com

Gambar 5.21 Jarak Antara Jakarta Dengan Surabaya Sumber: geobytes.com/citydistancetool/

Pada gambar 5.21 diketahui bahwa Jarak antara Jakarta Surabaya ialah ± 668 KM. C. Tarif Lokasi Panggilan di PT XYZ

Lokasi Jarak JAM Harga persatuan Waktu

Tanpa

TEHO Surabaya Jakarta – 668 Km 07.00 - 20.00 210 / 6 detik Dengan

TEHO Surabaya Jakarta – 668 Km

00.00 - 09.00 250 / 180 detik 09.00 - 15.00 250 / 120 detik 15.00 - 24.00 250 / 180 detik

(22)

D. Asumsi penggunaan telepon pada PT XYZ dalam 1 bulan. 1. User melakukan panggilan pada hari Senin - Jumat

2. User melakukan panggilan pada jam 07.00 - 17.00 3. Rata rata panggilan adalah 15 menit

(23)

E. Analisa biaya sebelum dan sesudah dilakukan implementasi TEHO

Jam Panggilan Jumlah Durasi Satuan Waktu Harga BiayaPerhari Beban Beban Biaya Perbulan Total

Tanpa TEHO 00.00 - 09.00 5 menit 15 6detik 210 157.500 3.150.000 12.600.000 09.00 - 15.00 10 menit 15 6detik 210 315.000 6.300.000 15.00 - 24.00 5 menit 15 6detik 210 157.500 3.150.000 Dengan TEHO 00.00 - 09.00 5 menit 3menit/180detik 15 250 9.375 187500 625.000 09.00 - 15.00 10 menit 2menit/120detik 15 250 12.500 250.000 15.00 - 24.00 5 menit 3menit/180detik 15 250 9.375 187500

Tabel 5.4 Perbandingan biaya non TEHO dan TEHO Sumber: (Hasil olah data Penulis)

Formula Tanpa TEHO

15menit x 60detik x 5: 6detik x 210 15menit x 60detik x 10 : 6detik x 210

(24)

Dengan TEHO

15menit x 60detik x 5: 120detik x 250 15menit x 60detik x 10 : 180detik x 250

Perbandingan penggunaan metode Tail End Hop Off (TEHO) dan tidak menggunakan metode Tail End Hop Off (TEHO) dalam segi biaya dalam 1 bulan 20 hari kerja.

Berdasarkan Tabel 5.4 untuk perbandingan tagihan telepon Jakarta – Surabaya mengalami penurunan tagihan sebesar 11.975.000 setelah menggunakan metode Tail End Hop Off (TEHO).

(25)

5.3.3.Pengujian Reliabilitas Jaringan Komunikasi 5.3.3.1.Definisi Reliabilitas Jaringan Komunikasi

Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.

Dalam kasus ini alur ukur merupakan infrastruktur jaringan komunikasi, gejalanya adalah kondisi PSTN down. Reliabilitas jaringan komunikasi merupakan kemampuan jaringan komunikasi menangani panggilan saat kondisi PSTN primary down, dan dikatakan reliable bila saat kondisi PSTN down jaringan komunikasi tetap dapat menangani panggilan menuju PSTN.

Reliabilitas jaringan komunikasi diwujudkan dengan Metode Tail End Hop Off (TEHO), mengantisipasi kegagalan router voice gateway primary dengan menyediakan router voice gateway backup untuk menangani panggilan saat kondisi PSTN down pada router voice gateway primary dan keluar menuju PSTN melalui router voice gateway backup. Jaringan komunikasi yang dapat diandalkan dengan mengantisipasi panggilan telepon tidak dapat dilakukan karna ketidaktersediaan jaringan komunikasi yang disebabkan oleh koneksi PSTN down.

5.3.3.2.Pengujian Reliabilitas Jaringan Komunikasi Menggunakan Metode Tail End Hop Off (TEHO)

. Objective keberhasilan pada pengujian ini ialah panggilan telepon menuju pstn tetap dapat dilakukan walaupun dalam kondisi koneksi PSTN router voice gateway primary down dan panggilan akan

(26)

melalui PSTN voice gateway backup.Sehingga reliabilitas jaringan komunikasi dapat tercipta.

5.3.3.2.1.Kondisi Koneksi PSTN Down

Capture status interface pada router voice gateway Jakarta (primary GW untuk user Jakarta).

Gambar 5.22Capture Router VG JKT kondisi PSTN down Sumber: (Hasil olah data Penulis)

Capture pada router voice gateway Surabaya kondisi PSTN down dan panggilan berlangsung.

Gambar 5.23 Capture Router VG SBY Menangani Panggilan Sumber: (Hasil olah data Penulis)

Pada hasil capture di dua router, router voice gateway Jakarta dan router voice gateway Surabaya, diketahui bahwa koneksi PSTN pada router voice gateway Jakarta down(pada gambar 5.22), dan panggilan dapat keluar melalui router voice gateway Surabaya (gambar 5.23).

(27)

5.3.3.2.2.Tabel Pengujian Reliabilitas Jaringan Komunikasi

No Status Panggilan Kondisi yang

diterima

Hasil

Catatan

Dari Menuju Berhasil Gagal

1 Kondisi Koneksi PSTN router Jakarta down IP Phone Jakarta Nomer pstn area Jakarta panggilan dapat berlangsung dan terhubung dengan baik

Panggilan akan melalui router backup selama router primary unavailable 2 Kondisi Koneksi PSTN router Surabaya down IP Phone Surabaya Nomer pstn area Surabaya panggilan dapat berlangsung dan terhubung dengan baik

Panggilan akan melalui router backup selama router primary unavailable Tabel 5.5 Pengujian Failover

Sumber: (Hasil olah data Penulis) 5.3.4.Analisa Traffic Voice over WAN

5.3.4.1. Analisa Codec

Codec adalah kependekan dari compression/decompression, mengubah signal audio dan dimapatkan ke bentuk data digital untuk ditransmisikan kemudian dikembalikan lagi ke bentuk signal audio seperti data yang dikirim. Codec berfungsi untuk penghematan bandwidth di jaringan.

(28)

Gambar 5.24 Panggilan Jakarta Menuju Surabaya Sumber: (Hasil olah data Penulis)

Dari gambar 5.24 memberikan informasi paket stream RTP dari IP Address 10.10.24.185 (CIPC Jakarta) Menuju Surabaya melalu 172.16.10.53 (VG Surabaya) menggunakan codec G.729.

5.3.4.2. Analisa Bandwidth

Pada analisa codec kita ketahui bahwa traffic suara dari Jakarta menuju Surabaya menggunakan codec G.729, codec ini mengkonversi paket suara menjadi 8kbps perpaket, selanjutnya kita akan melakukan analisa bandwidth dengan melakukan tiga kali perulangan panggilan telepon apakah sudah sesuai dengan codec yang ditetapkan.

(29)

Gambar 5.25 Hasil Capture Panggilan TEHO JKT-SBY Pengujian 1 Sumber: (hasil olah data Penulis)

Gambar 5.26 Hasil Capture Panggilan TEHO JKT-SBY Pengujian 2 Sumber: (hasil olah data Penulis)

(30)

Gambar 5.27 Hasil Capture Panggilan TEHO JKT-SBY Pengujian 3 Sumber: (hasil olah data Penulis)

Berdasarkan tiga hasil capture pada gambar 5.25-27 diketahui bahwa panggilan dari 10.10.24.192 (CIPC Jakarta) menuju 172.16.10.53 (VG Surabaya) bandwidth yang dikirim untuk melakukan panggilan adalah sebesar ±24kbps

Berikut formula perhitungan bandwidth Codec Rate Bit

(Kbps)

Sample Size

(ms) Sample Interval (ms)

G.729 8 20 20

Tabel 5.6 kompresi codec G.729 standar ITU-T Paket per detik (pps) = 1 detik : 20 ms = 50pps Playload = 8Kbps = 8000bps : 50pps = 160 bit Header IP 20byte = 160 bit

Header UDP 8 byte = 64 bit Header RTP 12byte = 96 bit

Bandwidth = Playload + Header x Packet per second 160 + (160+64+96) x 50pps = 24000bps = 24kbps.

(31)

Hasil capture wireshark pada paket suara panggilan TEHO menggunakan bandwidth ±24Kbps dimana jumlah bandwidth tersebut telah sesuai dengan perhitungan penggunaan bandwidth pada codec G.729.

5.3.4.3. ITU Telecommunication Standardization

Berikut adalah tabel Standard penilaian kualitas suara yang ditentukan oleh ITU Telecommunication Standardization

Nilai Jitter Kualitas

0-20 ms Baik

20-50 ms Cukup, masih dapat diterima >50 ms Buruk, tidak dapat diterima Tabel 5.7 Standard ITU-T parameter Jitter Paket Loss Kualitas

0-0.5 % Baik

0.5-1.5 % Cukup, masih dapat diterima > 1.5 % Buruk, tidak dapat diterima Tabel 5.8 Standard ITU-T parameter Packet loss 5.3.4.4. Analisa Jitter

Jitter adalah perbedaan selang waktu kedatangan antar paket di terminal tujuan, atau dengan kata lain jitter merupakan variasi dari delay. Besarnya nilai jitter mengakibatkan rusaknya data yang diterima, baik itu berupa penerimaan yang terputus-putus atau hilangnya data akibat overlap dengan paket data yang lain. Banyak hal yang dapat menyebabkan jitter, diantaranya adalah peningkatan traffic secara tiba-tiba sehingga menyebabkan penyempitan bandwidth dan menimbulkan antrian. Untuk kualitas Jitter dikatakan baik apabila waktunya hanya sekitar 0–20 ms.

5.3.4.4.1.Tujuan Pengukuran

Untuk mengetahui besarnya Jitter pada panggilan telepon pada saat kondisi TEHO. Selain itu juga untuk mengetahui kelayakan paket suara

(32)

yang melalui WAN apakah berpengaruh terhadap kuliatas VoIP yang dihasilkan.

5.3.4.4.2.Sistematika Pengukuran

Pengukuran dilakukan pada panggilan telepon dalam kondisi TEHO, dimana traffic suara akan diarahkan melalui koneksi WAN menuju area tertuju. Hasil pengukuran berdasarkan tiga panggilan yang dilakukan berurutan.

5.3.4.4.3.Hasil Pengukuran

Gambar 5.28 Hasil Capture Panggilan TEHO JKT-SBY Pengujian 1 Sumber: (Hasil olah data penulis)

(33)

Gambar 5.29 Hasil Capture Panggilan TEHO JKT-SBY Pengujian 2 Sumber: (Hasil olah data penulis)

Gambar 5.30 Hasil Capture Panggilan TEHO JKT-SBY Pengujian 3 Sumber: (Hasil olah data penulis)

Pada Gambar 5.28-30 dapat dilihat hasil pengukuran nilai jitter pada panggilan TEHO. Nilai rata-rata jitter pada forward paket ialah 3.01 ms, dan pada reverse packet ialah 4.23 ms.

(34)

5.3.4.4.4.Analisa Pengukuran

Dari hasil pengukuran jitter pada Traffic Voice pada kondisi TEHO Gambar 5.28-5.30 merupakan hasil pengujian jitter pada panggilan TEHO. Besarnya nilai jitter sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya kongesti. Semakin besar beban trafik, maka akan semakin besar pula peluang terjadinya kongesti, sehingga nilai jitter akan semakin besar. Berdasarkan ITU Telecommunication Standard untuk menghasilkan kualitas suara yang baik nilai jitter harus berada pada 0-20 ms, dengan demikian hasil dari pengukuran jitter dapat membuktikan kualitas suara pada panggilan TEHO dinyatakan baik.

(35)

5.3.4.5. Analisa Paket Loss

Packet Loss yaitu jumlah paket yang hilang dalam suatu pengiriman paket data pada suatu jaringan. Beberapa penyebab terjadinya packet loss adalah adanya noise,collision dan congestion yang disebabkan oleh terjadinya antrian yang berlebihan dalam jaringan. Packet Loss pada VoIP dikatakan baik apabila jumlah tingkatan paket yang hilang berkisar antara 0 s/d 0.5 % dari pengiriman data.

5.3.4.5.1.Tujuan Pengukuran

Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui packet loss yang terjadi pada panggilan TEHO. Sehingga dapat diketahui kualitas panggilan TEHO.

5.3.4.5.2.Sistematika Pengukuran

Pengukuran ini dikhususkan pada pengukuran packet loss pada panggilan TEHO. Pengukuran dilakukan di sisi IP Phone. Hasil pengukuran berdasarkan tiga panggilan yang dilakukan berurutan.

5.3.4.5.3.Hasil Pengukuran

Gambar 5.31 Hasil Capture Panggilan TEHO JKT-SBY Pengujian 1 Sumber: (hasil olah data Penulis)

(36)

Gambar 5.32 Hasil Capture Panggilan TEHO JKT-SBY Pengujian 2 Sumber: (hasil olah data Penulis)

Gambar 5.33 Hasil Capture Panggilan TEHO JKT-SBY Pengujian 3 Sumber: (hasil olah data Penulis)

Pada Gambar 5.31-33 menunjukan ratio packet loss selama panggilan berlangsung.

(37)

5.3.4.5.4.Analisa Pengukuran

Packet loss dapat diketahui dari sequence(urutan) paket yang diterima, jika terdapat packet loss kita akan lihat sequence number tidak berurut atau lompat beberapa nomor. Pada hasil pengukuran packet loss diatas kita dapat melihat persentase packet loss 0.0% dan kita dapat memastikan dengan melihat urutan dari sequence number paket yang diterima. Berdasarkan ITU Telecommunication Standard untuk menghasilkan kualitas suara yang baik persentase packet loss harus berada pada 0-0.5%, dengan demikian hasil dari pengukuran packet loss dapat membuktikan kualitas suara pada panggilan TEHO dinyatakan baik.

Gambar

Gambar 5.3 Desain Call Routing dengan Metode Tail End Hop Off (TEHO)  Sumber: (Hasil olah data Penulis)
Gambar 5.5 Konfigurasi SIP Trunk Jakarta  Sumber: (Hasil olah data Penulis)
Gambar 5.6 Konfigurasi SIP Trunk Surabaya  Sumber: (Hasil olah data Penulis)  5.2.2.3
Gambar 5.9 Konfigurasi Route Group Surabaya  Sumber: (Hasil olah data Penulis)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu singkat dibandingkan mikroorganisme yang sama di

Dengan demikian, maka dakwah Islam pada hakikat adalah membawa perubahan; perubahan dari yang tidak beriman menjadi beriman, dari yang beriman menjadi lebih

Sifat kesakitan pasien dalam beberapa keadaan, dapat berkontribusi pada ketidakpatuhan. Pada pasien dengan gangguan psikiatrik, kemampuan untuk bekerja sama, demikian juga

Pada Universitas Al Azhar Indonesia, rektor universitas merupakan pemegang tanggung jawab tertinggi seluruh aktivitas dan operasional universitas, wakil rektor II

Opini audit going concern menggunakan variabel dummy, diberi kode 1 untuk yang menerima opini audit going concern dan kode 0 untuk yang non going concern opinion 9

Dapatan kajian daripada soal selidik yang diedarkan mendapati bahawa apabila pelajar menyelesaikan masalah pengaturcaraan, kemahiran menterjemah penyelesaian merupakan kemahiran

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda untuk menguji pengaruh karakteristik komite audit terhadap pengungkapan modal intelektual dengan

Tujuan jangka panjang penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana kualitas semen beku Sapi Simmental meliputi motilitas, viabilitas, Membran Plasma Utuh (MPU) dan Tudung