• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desinfektan - Efektivitas Desinfektan Pine Oil Terhadap Jumlah Angka Kuman Pada Lantai Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Deli Medan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desinfektan - Efektivitas Desinfektan Pine Oil Terhadap Jumlah Angka Kuman Pada Lantai Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Deli Medan 2013"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desinfektan

Desinfektan adalah substansi kimia yang dipakai untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi /merusaknya dan biasa digunakan pada benda-benda mati (Depkes RI, 1996).

2.2 Ciri-ciri Desinfektan

Ciri-ciri desinfektan yang ideal yaitu : a. Aktivitas antimicrobial.

Kemampuan subtansi untuk mematikan berbagai macam mikroorganisme. b. Kelarutan.

Substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-pelarut lain sampai pada taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.

c. Stabilitas.

Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan beberapa lama harus seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat antimikrobialnya

d. Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup.

(2)

e. Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.

Sebaiknya desinfektan tersebut tidak berbau atau hendaknya menimbulkan bau sedap.

f. Berkemampuan sebagai detergen

Suatu desinfektan juga merupakan detergen yang efeknya juga sebagai pembersih.

g. Ketersediaan dan biaya

Desinfektan harus tersedia dalam jumlah besar dan dengan harga yang pantas.

h. Keserbasamaan (homogenity)

Dalam penyiapan komposisinya harus seragam.

i. Aktifitas antimikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh.

Aktifitas desinfektan digunakan pada suhu yang biasa dijumpai pada lingkungan untuk penggunaan senyawa yang bersangkutan.

j. Kemampuan untuk menembus.

Bila substansi dapat menembus permukaan, maka aksi antimikrobialnya hanya terbatas pada siklus aplikasinya saja.

k. Tidak menimbulkan karat dan warna

(3)

l. Tidak bergabung dengan bahan organik, karena apabila bergabung dengan bahan organik, maka sebagian besar desinfektan tersebut akan menjadi aktif. ( Pelcjar, 1986).

2.3 Pemilihan Bahan Desinfektan

Untuk mencapai tujuan yang maximal dalam pemilihan bahan desinfektan, faktor–faktor yang harus diperhatikan adalah:

a. Kosentrasi dan intensitas zat antimikrobial.

Makin tinggi konsentrasi atau makin besar intensitas yang diberikan maka makin cepat sel – sel atau sasaran akan mati dan terbunuh.

b. Jumlah Mikroorganisme

Diperlukan waktu yang lama untuk membunuh populasi. Bila jumlah selnya banyak maka perlakuan diberikan lebih lama supaya yakin bahwa sel tersebut akan mati.

c. Suhu

Kenaikkan suhu dapat mempercepat atau menaikkan keefektifan suatu desinfektan.

d. Spesies mikroorganisme.

(4)

e. Adanya bahan mikroorganisme lain

Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia dengan cara menginaktifkan bahan – bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme.

f. pH

Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu singkat dibandingkan mikroorganisme yang sama di lingkungan pH basa.

g. Sifat bahan yang akan diberi perlakuan

Desinfektan yang digunakan untuk perabotan yang terkontaminasi , maka tidak boleh kontak langsung dengan kulit. ( Pelcjar, 1986 ).

2.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Aktivitas Desinfektan

1. Sifat bahan yang akan didesinfeksi

Permukaan benda yang paling mudah didesinfeksi adalah permukaan benda yang sifatnya licin tanpa pori-pori dan mudah dibersihkan. Permukaan yang berpori-pori sulit untuk didesinfeksi terutama bila mikroorganisme terperangkap di dalam pori-pori tersebut bersamaan dengan bahan-bahan organik.

(5)

3. Sifat mikroorganisme itu sendiri

Sifat mikroorganisme mempengaruhi daya tahannya terhadap desinfektan. Yang paling tahan terhadap desinfektan adalah spora bakteri. 4. Jumlah bahan organik yang mencemari alat yang akan didesinfeksi.

Darah, lender atau feses yang mencemari alat/bahan yang akan didesinfeksi memegang peranan penting dalam keberhasilan tindakan desinfeksi, karena dengan adanya bahan organik tersebut, mikroorganisme terlindung dari aktifitas desinfektan.

5. Jenis dan konsentrasi desinfektan yang digunakan.

Umumnya bila konsentrasi desinfektan dinaikkan, waktu pemaparan makin pendek.

6. Lama dan suhu pemaparan

Secara umum, makin lama waktu pemaparan terhadap desinfektan, makin besar daya bunuh kuman terjadi. Tetapi hal ini tidak berlaku terhadap desinfektan tingkat rendah karena walau berapa lama pun pemaparan dilakukan, hanya mampu membunuh mikroorganisme tertentu sesuai dengan kemampuannya.

(6)

2.5 Penggolongan Desinfektan

Desinfektan dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yakni (Harper & Row, 1984) :

1. Senyawa halogen

Klor dan yodium merupakan dua unsur halogen yang dalam banyak hal telah digunakan karena sifatnya yang anti mikroorganisme.

a. Yodium

Yodium telah digunakan secara luas untuk desinfeksi kulit dan bersifat germisida terhadap hampir semua kuman pathogen, termasuk fungi dan virus. Begitu pula spora, walaupun diperlukan waktu lebih lama. Yodium mungkin pula digunakan untuk mendesinfeksi berbagai barang peralatan dan untuk sanitasi instrumen tertentu.

b. Klor

Elemen berbentuk gas ini berkhasiat bakterisid kuat yang dalam konsentrasi kecil dapat dengan cepat membunuh kebanyakan bakteri, spora, fungi, dan virus. Penggunaan utamanya adalah sebagai desinfeksi lantai, air minum, dan kolam renang (Dwidjoseputro, 1978). 2. Senyawa Fenol

a. Fenol

(7)

b. Kresol

Merupakan derivate metal dengan minimal 50% metakresol, khasiatnya 3 kali lebih kuat daripada fenol, sedangkan toksisitasnya sama. Digunakan sebagai desinfektan rumah tangga dan peralatan, misalnya lysol dan kreotin.

3. Zat-zat dengan aktifitas permukaan a. Zat non ionogen

Dalam larutan tidak terurai menjadi ion. Khasiat anti bakterinya ringan.

b. Zat ionogen

Zat-zat ini dapat dibagi dalam senyawa anionaktif dan kationaktif. a) Zat anionaktif (sabun, bahan pembersih sintetis, Na laurilsulfat).

Zat-zat ini memiliki khasiat bakteriostatis terhadap kuman gram positif, sedangkan terhadap kuman gram negative tidak aktif. b) Zat kationaktif, kerjanya lebih kuat terhadap kuman gram positif

daripada terhadap kuman gram negative, tidak aktif terhadap mycobacteriae, virus dan spora.

c. Sabun

(8)

d. Basa ammonium kuarterne : Quats

Senyawa ini berkhasiat bakterisid dan fungisid kuat kecuali terhadap basil TBC/lepra, terhadap spora dan virus kurang aktif. Daya kerjanya lebih lambat daripada yodium dan etanol.

Quats sering sekali digunakan sebagai desinfektan kulit. Penggunaan lainnya adalah sebagai desinfektan instrument ditambah dengan natriumnitrit guna mencegah timbulnya karat dan antiseptikum pra bedah.

4. Alkohol, Aldehida, dan Asam a. Etanol

Etanol murni kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Etanol dan juga isopropanol pada kadar 60-80% dalam air berkhasiat bakterisid dan fungisid kuat, yang bekerja cepat. Spectrum kerjanya meliputi kuman gram negatif dan gram positif, termasuk basil TBC, tetapi tidak efektif terhadap spora. Terhadap virus dibutuhkan konsentrasi yang relative lebih tinggi dan dalam lingkungan basa.

b. Formaldehid

Larutan gas ini dalam air berkhasiat bakterisid, fungisid dan virusid, termasuk terhadap basail TBC, tetapi kerjanya relatif lambat (beberapa jam).

c. Asam asetat

(9)

5. Senyawa logam berat

a. Merkuriklorida, berkhasiat bakteriosatis dan fungistatis.

b. Merbromin peraknitrat, bekerja bakteriostatis lemah terhadap staphylococci dan streptococci.

c. Peraknitrat, ion perak bersifat bakterisid kuat.

d. Silversulfadiazin, senyawa kompleks dari perak dengan sulfaidiazin ini memiliki kerja bakterisid kuat terhadap banyak bakteri.

e. Sengsulfat, berkhasiat bakteriostatis lemah 6. Oksidansia

a. Hydrogenperoksida, merupakan antiseptikum yang relative lemah dengan kerja singkat.

b. Kaliumpermanganat, daya kerjanya agak lambat.

c. Kaliumklorat, zat ini merupakan suatu oksidator yang berkhasiat bakteriostatis.

d. Natriumperborat, digunakan sebagai desinfektan dan deodorans mulut. 7. Lain-lain

a. Belerang, elemen ini memiliki khasiat bakterisid dan fungisid lemah. b. Ichtammol, memiliki kerja bakteriostatis lemah, juga anti radang dan

anti gatal.

c. Balsam peru, berkhasiat bakteriostatis lemah.

(10)

e. Nitrofural, memiliki sifat bakterisid etilenoksida, bersifat bakterisid, fungisid, virusid dan juga sporosid.

f. Heksetidin, berkhasiat terhadap kuman gram positif dan gram negatif, protozoa dan ragi Cadinda albicans.

2.6 Mekanisme Kerja Desinfektan

Cara kerja desinfektan berdasarkan proses-prosesnya adalah sebagai berikut (Tan & Kirana, 2002) :

1. Kerusakan pada dinding sel

Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai dibentuk.

2. Perubahan permeabilitas sel

Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.

3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat

Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau subtansi mengubah keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa diperbaiki kembali.

4. Penghambatan kerja enzim

(11)

kimia diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.

5. Penghambatan sintetis asam nukleat dan protein

DNA, RNA, dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.

2.7 Penggunaan Desinfektan

Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus digunakan secara tepat.

a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan : 1. Golongan pertama

a) Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B. 1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon).

2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon). 3. Fenol-fenol (Dettol).

Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :

(12)

2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena darah.

3. Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit 4. fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot

seperti meja dan almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.

2. Golongan kedua

b) Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatitis B. a). Desinfektan yang melepaskan klorin.

Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih). b). Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine

(Betadine, Iodine lemah)

1. Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol. 2. Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).

3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2.

2.8 Jenis – Jenis Desinfektan Yang Biasa Dipakai Di Rumah Sakit

(13)

c. So klin lantai mengandung Benzalkonium Klorida 1,5%,

d. Rinso mengandung Natrium Alkilbenzena Sulfonat 22%, Natrium Fosfat 10% dan Natrium Karbonat 30%

e. Bayclin mengandung NaClO 5,25%

f. Karbol mengandung Pine Oil dan Creasylic Acid

g. Wipol mengandung bahan aktif minyak atsiri yaitu minyak cemara. Menurut Lutony dan Rahmayati ( 2002 ), salah satu kegunaan minyak atsiri yaitu pembunuh bakteri, sehingga dapat digunakan dalam membersihkan lantai rumah sakit sebagai upaya mencegah infeksi nosokomial.

2.9 Pengertian Pine Oil

2.9.1 Pine Oil

(14)

mentagrophytes . Ini akan membunuh agen penyebab tipus , gastroenteritis ( beberapa agen ), rabies , demam enterik, kolera , beberapa bentuk meningitis , batuk rejan , gonore dan beberapa jenis disentri. Hal ini tidak efektif terhadap spora terkait illneses seperti tetanus atauantraks atau melawan virus non-menyelimuti seperti virus polio , rhinovirus , hepatitis Batau hepatitis C.

( Des W. Connel, dkk, 1995 ).

2.9.2 Fungsi Pine Oil

1. Pembersih lantai sekaligus pembunuh kuman, bakteri maupun jamur, tidak hanya cocok untuk di kamar mandi saja, tetapi untuk semua ruangan dirumah, perkantoran, rumah sakit dll.

2. Mengatasi bau yang sangat membandel. ( Des W. Connel, dkk, 1995 ).

2.10 Turunan Benzena Pine Oil

(Des W. Connel, dkk, 1995 )

Gambar 1. Benzena

2.11 Creasylic Acid

(15)

siklik ke nada, Furan dan toluic eter bila terkena mengoksidasi agen. Oksidasi kuat dapat memecah cincin fenolik. Hal ini tidak mempengaruhi kinerja produk yang dihasilkan.

Creasylic Acid Merupakan derivate metal dengan minimal 50% metakresol, khasiatnya 3 kali lebih kuat daripada fenol, sedangkan toksisitasnya sama. Digunakan sebagai desinfektan rumah tangga dan peralatan, misalnya lysol dan kreotin. Campuran Creasylic Acid digunakan sebagai disinfektan, pengawet dan pengawet kayu. Creasylic Acid juga digunakan sebagai pelarut, disinfektan, dan kimia menengah. Selain itu Creasylic Acid juga digunakan untuk memproduksi herbisida tertentu, sebagai pendahulu kepada piretroid insektisida, untuk menghasilkan antioksidan, dan untuk memproduksi bahan peleda.

2.12 Desinfeksi

Desinfeksi adalah suatu cara untuk mematikan bakteri vegetative, virus dan jamur tetapi tidak mematikan spora. Bahan yang biasa digunakan sebagai desinfektan ada yang berbentuk padat, cair dan butiran. ( Sanropie, 1989 ).

(16)

2.13 Rumah sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.986 Tahun 1992/MENKES/XI/1992, Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. ( Permenkes RI, 1992 ).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004, Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.

( Kepmenkes RI, 2004 ).

Sedangkan menurut WHO, Rumah Sakit adalah suatu badan usaha yang menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medic jangka pendek dan jangka panjang yang terdiri dari tindakan observasi diagnostic terapetik dan rehabilitatif untuk orang yang menderita sakit, terluka dan untuk mereka yang mau melahirkan.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang memberikan jasa pelayanan umum baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang kepada orang yang menderita sakit.

2.14 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

(17)

tersebut, rumah sakit memiliki 3 ( tiga ) fungsi yang telah ditetapkan oleh WHO, yaitu sebagai tempat pengobatan, perawatan dan penelitian yang terdiri dari beberapa kegiatan seperti pelayanan dan penunjang medis, pelayanan kedokteran kehakiman, pelayanan medis khusus, pelayanan rujukan kesehatan, pelayanan kedokteran gigi, pelayanan social, pelayanan penyuluhan kesehatan, pelayanan darurat, pelayanan administratif, pendidikan para medis, membantu pendidikan tenaga medis umum dan spesialis. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan serta membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi.

Fungsi rumah sakit dalam pelaksanaan tugas tersebut adalah : a. Menyelenggarakan pelayanan medis

b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang non medis d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

g. Menyelenggarakan administrasi dan keuangan. (Permenkes RI, 1992).

2.15 Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

(18)

rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan yang diatur dalam Permenkes No. 986 /MENKES/XI/1992.

Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi : 1. Penyehatan bangunan dan ruangan termasuk

a. Pencahayaan b. Ventilasi c. Kebisingan

2. Penyehatan Makanan dan Minuman 3. Penyehatan air termasuk kualitasnya 4. Penanganan sampah dan limbah 5. Penyehatan serangga dan tikus 6. Sterilisasi / desinfektan

7. Perlindungan radiasi

8. Penyuluhan kesehatan lingkungan

2.16 Ruang rawat inap

Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit . Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang sekaligus.( Surbakti, 2003 ).

(19)

air, mudah dibersihkan, suhu diusahakan sekitar 22-240C dan kelembaban 50-60%, pencahayaan saat tidak tidur 100-200 Lux, saat tidur minimal 50 Lux.

( Depkes RI, 1994 ).

2.17 Mikroorganisme

2.17.1 Pengertian Mikroorganisme

Mikroorganisme merupakan jasad renik yang bentuknya sangat kecil, sehingga akan kelihatan jelas apabila diamati dengan menggunakan mikroskop. (Pelcjar, 1988 ).

2.17.2 Mikroorganisme Patogen

Mikroorganisme yang terdapat di lingkungan ruang rawat inap terdiri atas kuman patogen dan non patogen. jenis kuman yang dapat menyebabkan infeksi adalah jenis kuman patogen. Jenis kuman Patogen itu sendiri adalah Staphylococcus, Streptococcus, dan Clostridium. ( Wheeler, 1989 ).

Staphylococcus

Staphylococcus adalah parasit manusia yang terdapat dimana-mana, sumber utama infeksi dapat diperoleh dari lesi-lesi manusia, benda-benda yang terkontaminasi, saluran pernafasan dan kulit manusia ( Reddish George, 1957 ).

Ciri-ciri Staphylococcus a. Berbentuk bola/bulat b. Gram positif

c. Dapat menghemolisis darah

(20)

f. Mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakterologik dalam keadaan aerobik atau mikroaerofilik

g. Tumbuh cepat pada suhu 370C dan dapat membentuk pigmen pada suhu kamar ( 20-350C )

h. Tahan terhadap pengeringan, terhadap panas 500C selama 30 menit Streptococcus

Streptococcus adalah mikroorganisme bulat tersusun secara khas dalam rantai dan tersebar luas dalam alam. Beberapa diantaranya adalah anggota flora normal. Streptococcus berhubungan dengan penyakit - penyakit infeksi penting pada manusia. Kuman ini dapat menghasilkan berbagai zat ekstraseluler dan enzim-enzim ( Reddish George, 1957 ).

Ciri-ciri Streptococcus

a. Kokus yang sendirian berbentuk bola/bulat b. Mampu menghemolisis darah

c. Flora normal pada manusia

d. Tumbuh dalam media padat sebagai koloni e. Tumbuh cepat pada suhu 370C

Streptococcus ini dapat menyebabkan penyakit pada benda pada bagian-bagian tubuh. Streptococcus ini dapat menyebar dari orang ke orang lain melalui saluran pernafasan atau kulit.

Clostridium

(21)

Hidupnya di tanah, usus manusia, dan binatang. Pada infeksi clostridia, spora mencapai jaringan melalui kontaminasi pada daerah-daerah yang terbuka ( tanah, feses ) atau saluran usus ( Reddish George, 1957 ).

Ciri-ciri Clostridium a. Batang besar

b. Gram positif

c. Dapat menghasilkan spora d. Hidup dalam keadaan anaerobik

e. Kebanyakan spesies tumbuh pada suhu 370C

2.17.3 Mikroorganisme Patogen dan Penyakitnya

Mikroorganisme parasit dan yang menyebabkan penyakit pada manusia merupakan jenis mikroorganisme pathogen seperti bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme ada yang bermanfaat dalam tubuh manusia yang sehat, misalnya usus yang membentuk vitamin K dan membantu absorbsi makanan dan ada juga yang merugikan manusia. Mikroorganisme patogen antara lain dapat menimbulkan penyakit pada saluran pencernaan, saluran pernapasan dan saluran air seni. Kelompok mikroorganisme yang paling banyak menyebabkan penyakit adalah bakteri. ( Pelcjar, 1986 ).

2.17.4 Pertumbuhan Mikroorganisme

Pertumbuhan mikroorganisme dibagi dalam beberapa fase, yaitu : a. Fase Adaptasi ( penyesuaian )

(22)

1. Medium dan lingkungan pertumbuhan 2. Jumlah inokulum

b. Fase Pertumbuhan Awal

Pada fase pertumbuhan awal sel mulai membelah dengan kecepatan yang masih rendah karena baru selesai tahap penyesuaian diri.

c. Fase Pertumbuhan Logaritmik

Pada fase ini sel mikroorganisme membeleh dengan kecepatan dan konstan. Karena pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya, seperti pH, kandungan nutrient dan kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembapan udara.

d. Fase Pertumbuhan Lambat

Sebab perlambatan pertumbuhan populasi mikroorganisme fase ini adalah 1. Zat nutrisi di dalam medium berkurang

2. Adanya hasil – hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapt menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

e. Fase Pertumbuhan Tetap

Jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Pada fase ini, sel – sel menjadi lebih tahan terhadap kondisi ekstrim seperti panas, dingin, radiasi dan bahan kimia.

f. Fase Kematian

(23)

1. Nutrien di dalam medium sudah habis

2. Energi cadangan di dalam sel habis. ( Pelcjar, 1986 ).

2.17.5 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.

Pada pertumbuhan mikroorganisme, tidak semua sel yang terbentuk akan terus hidup. Hal ini dikarenakan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme :

a. Tersedia Nutrien

Mikroorganisme membutuhkan nutrient untuk kehidupan pertumbuhannya sebagai :

1. Sumber karbon 2. Sumber nitrogen 3. Sumber energi

4. Faktor pertumbuhan yaitu mineral dan vitamin. b. Tersedianya air

Sel mikroorganisme memerlukan air dalam berkembang biak, tetapi tidak semua air dapat digunakan oleh mikroorganisme. Kondisi atau keadaan air yang tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme yaitu :

1. Adanya salut dan ion yang dapat mengikat air di dalam larutan 2. Koloid hidrofilik (gel) dapat mengikat air

3. Air berbentuk Kristal es atau hidrasi c. Nilai pH

(24)

d. Suhu

Mikroorganisme mempunyai suhu optimum, minimum dan maksimum untuk pertumbuhannya., tetapi ada juga pengaruh suhu terhadap kecepatan pertumbuhan sel yaitu:

1. Pertumbuhan mikroorganisme terjadi pada suhu dengan kisaran 30°C 2. Kecepatan pertumbuhan mikroorganisme meningkat lambat dengan

naiknya suhu sampai mencapai kecepatan pertumbuhan maksimal 3. Diatas suhu maksimum, kecepatan pertumbuhan menurun dengan

cepat dengan naiknya suhu. e. Tersedianya O2

Konsentrasi O2 di lingkungan mempengaruhi mikroorganisme yang dapat tumbuh. Berdasarkan kebutuhan O2 jasad renik dibedakan menjadi jasad renik yang bersifat aerobik, anaerobik dan aerobik fakultatif. ( Pelcjar, 1986 ).

2.17.6 Pengendalian Mikroorganisme

(25)

2.18 Bakteri Gram Positif ( + ) dan Gram Negatif ( - )

2.18.1 Gambaran Bakteri Gram Positif dan Negatif

Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram negatif zat lipidnya akan larut selama pencucian dengan alkohol, pori – pori pada dinding sel akan membesar, permeabilitas dinding sel menjadi besar, sehingga zat warna yang sudah diserap mudah dilepaskan dan kuman menjadi tidak berwarna. Sedangkan pada bakteri Gram Positif akan mengalami denaturasi protein pada dinding selnya oleh pencucian dengan alkohol. Protein menjadi keras dan kaku, pori – pori mengecil, permeabilitas kurang sehingga kompleks ungu kristal yodium dipertahankan dan sel kuman tetap berwarna ungu. ( Staf Pengajar FKUI, 1993 ).

2.18.2 Contoh Bakteri Gram Positifdan Gram Negatif

a. Staphylococcus aureus Ciri – ciri Staphylococcus aureus

a. Kokus yang sendirian berbentuk bola/bulat b. Mampu menghemolisis darah

c. Flora normal pada manusia

d. Tumbuh dalam media padat sebagai koloni e. lurus

(26)

b. Bacillus subtilis

Kuman ini berbentuk batang lurus gram positif berukuran 1,5 x 4,5 µ, sendiri – sendiri atau tersusun dalam bentuk rantai, bergerak dan tidak bersimpai. Bersifat aerob tumbuh pada agar darah membentuk zona hemolisis beta yang lebih lebar. Dapat juga tumbuh pada kaldu, agar gizi dan lain – lain.

c. Escheria Coli

Kuman ini berbentuk batang pendek gemuk berukuran 2,4µ x 0,4µ sampai 0,7µ gram negatif tak bersimpai bergerak aktif dan tidak berspora. Bersifat aerob atau fakultatif anaerob dan tumbuh pada perbenihan biasa. Suhu optimum pertumbuhan adalah 370C. Kuman ini dapat tahan berbulan – bulan pada tanah dan dalam air. Kuman ini juga peka terhadap tetrasiklin. ( Pelcjar, 1988 ).

d. Pseudomonas

(27)

Pseudomonas lebih resisten terhadap desinfektan dari pada bakteri lain. Bakteri senang berada dalam suasana lembab. Kebanyakan antibiotika atau antimikroba tidak efektif terhadap bakteri ini.

( Staf Pengajar FKUI, 1993 ).

2.19 Infeksi

2.19.1 Pengertian Infeksi

Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia yang rentan sehingga menimbulkan masalah kesehatan ( Pelcjar, 1988 ). 2.19.2 Infeksi Nosokomial

Infeksi Nosokomial adalah suatu penyakit yang terjadi baik pada pasien, pengunjung maupun petugas rumah sakit yang terjadi pada saat berada di lingkungan rumah sakit. ( Mukono, 1955 ).

Suatu infeksi didapat di rumah sakit apabila :

1. Pada saat masuk rumah sakit, tidak ada gejala / tanda atau tidak dalam masa inkubasi infeksi tersebut.

2. Infeksi yang terjadi dalam 3 x 24 jam setelah pasien dirawat di rumah sakit. 3. Infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh mikroorganisme yang

berbeda dari mikroorganisme pada saat masuk rumah sakit atau mikroorganisme penyebab yang sama tetapi lokasi infeksi berbeda.

(28)

2.19.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Infeksi

1. Adanya kuman pada tempat tersebut dan tergantung pada jenis, virulensi, jumlah dan lamanya kontak

2. Adanya sumber infeksi

3. Adanya perantara / pembawa kuman aktif menular 4. Adanya tempat masuk kuman pada hospes baru

5. Daya tahan tubuh hospes baru dalam keadaan rendah. ( Depkes RI, 1994 )

2.19.4 Sumber Infeksi

Sumber infeksi adalah suatu tempat bersarangnya kuman dimana kuman penyebab infeksi itu keluar / dikeluarkan untuk mencapai hospes baru yang rentan. Sumber infeksi nosokomial di rumah sakit dapat berasal dari :

A. Animate ( suatu yang bernyawa ) 1. Manusia

a) Carier : orang sehat yang mengandung kuman dimana ia tidak menunjukan gejala penyakit, contoh : Typus Abdominali.

b) Penderita : Penderita yang dalam tubuhnya mengandung kuman dan dapat menular pada orang lain, contoh : TB Paru.

2. Binatang

Binatang / hewan dapat menjadi sumber infeksi terutama dapat berperan sebagai vektor, seperti golongan serangga.

B. Inanimate ( suatu yang tidak bernyawa )

(29)

1. Benda / bahan mati yang kering seperti : debu, udara dan permukaan benda dapat menjadi tempat hidup kuman beberapa hari sampai bulanan.

2. Benda / bahan mati yang cair atau lembab seperti : air cuci tangan, kain lap, handuk, sarung tangan juga bisa menjadi tempat hidup kuman selama berbulan – bulan ( Permenkes RI, 1992 ).

2.19.5 Penyebab Infeksi

Penyebab infeksi nosokomial adalah kuman ( bakteri, virus, fungi atau parasit ). Kuman yang mampu menyebabkan / menimbulkan penyakit disebut kuman patogen. Beribu jenis mikroorganisme yang terdapat di alam, hanya ada beberapa ratus yang bersifat pathogen pada manusia diantaranya : Bakteri jenis Staphlococcus, Streptococcus, Clostridia, Bakteriodes dan Enterobakteriae.

(30)

2.20 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Andang (2014:55) kemampuan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah adalah kemampuan kepribadian, manajerial, supervisi, kewirausahaan dan sosial.

Metode yaitu peraturan standar pelaksanaan program pengendalian TB, dalam hal ini berarti pedoman, dan SOP yang digunakan dalam penyelenggaraan program TBi kepada pasien

Penelitian ini bertujuan mempelajari perubahan hara seperti C organik, nitrogen total, amonium, nitrat serta nisbah C/N pada tanah sebelum perlakuan pupuk organik dan setelah

KONSTRUKSI MEDIA DALAM PEMBERITAAN PABRIK SEMEN DI PEGUNUNGAN KENDENG (Analisis Framing Tentang Pemberitaan Pabrik Semen di Pegunungan Kendeng, Kabupaten Rembang

Pada umumnya topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik Indonesia/RI) adalah daerah pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan merupakan

Terwujudnya sampel probabilitas yang sempurna adalah tidak mungkin. Bahkan metode yang dirancang dengan baik untuk pengambilan sampel akan sering agak menyimpang karena populasi

merupakan responden yang berwibawa dalam masyarakat Semai di kampung berkenaan. Kelima-lima mereka merupakan antara individu-individu yang dipercayai oleh ahli-ahli

Disediakan dua paragraph beraksara Jawa yang menggunakan sandhangan mandaswara, peserta didik dapat mengemukaka n pokok-pokok isi yang terkandung dalam dua paragraph