• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELASI SEMANTIK KATA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK MEMPAWAH Nunik Fauziah, Sisilya Saman, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email : fauziahnunik3yahoo.com Abstrak: Penelitian ini mendeskripsikan relasi se

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RELASI SEMANTIK KATA DALAM BAHASA MELAYU DIALEK MEMPAWAH Nunik Fauziah, Sisilya Saman, Agus Syahrani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email : fauziahnunik3yahoo.com Abstrak: Penelitian ini mendeskripsikan relasi se"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 RELASI SEMANTIK KATA DALAM BAHASA MELAYU

DIALEK MEMPAWAH

Nunik Fauziah, Sisilya Saman, Agus Syahrani

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak Email : fauziahnunik3@yahoo.com

Abstrak: Penelitian ini mendeskripsikan relasi semantik kata dalam bahasa Melayu dialek Mempawah di 2 kecamatan yang ada di Kabupaten Mempawah. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan relasi semantik kata sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan polisemi dalam BMDM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan bentuk penelitian kualitatif. Relasi semantik kata pada penelitian ini yakni terdapat lima puluh empat pasang sinonim dalam penelitian ini yang dibagi menjadi empat jenis sinonim, yaitu sinonim total dan komplet, sinonim tidak total tetapi komplet, sinonim total tetapi tidak komplet, dan sinonim tidak total dan tidak komplet. Terdapat tiga puluh empat pasang antonim dalam penelitian ini yang dibagi menjadi lima jenis antonim, yaitu antonim mutlak, antonim hubungan, antonim kutub, antonim hierarkial, dan antonim majemuk, sebelas homonim, delapan hiponim, dan enam belas polisemi.

Kata kunci: relasi, semantik, dan kata.

Abstract: This research describes the semantic relation in the Malay Language of Mempawah Dialect in two subdistricts in Mempawah Regency. This research aims to describe the semantic relation of synonyms, antonyms, homonyms, hyponym, and polysemy in the MLMD. The method used in this research is descriptive research method and in the form of qualitative research. Semantic relation in this study resulted in There are fifty-four pairs of synonyms in this research which are divided into four types of synonyms, i.e. synonyms that are total and complete, synonyms that are not total but complete, synonyms that are total but not complete, and synonyms that are not total and complete. There are thirty-four pairs of antonyms in this research which are divided into five types of antonyms, i.e. absolute antonyms, relational antonyms, polar antonyms, hierarchical antonyms and compound antonyms, eleven homonyms, eight hyponyms and sixteen polysemies.

(2)

2 Kajian linguistik khususnya dalam bidang semantik terdapat relasi semantik atau relasi makna. Relasi semantik merupakan hubungan suatu makna antara suatu kata dengan kata lainnya. Relasi semantik tentunya memiliki hubungan dengan bahasa, seperti yang terdapat pada bahasa daerah.

Indonesia memiliki warisan bahasa daerah yang dimiliki oleh setiap suku mulai Sabang sampai Marauke. Bahasa daerah merupakan suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dan memiliki ciri khas. Bahasa daerah berfungsi bagi masyarakat di suatu wilayah tertentu dalam berkomunikasi sehari-hari, sebagai ciri khas suatu daerah, dan sebagai alat pengembangan serta pendukung kebudayaan suatu daerah.

Bahasa daerah yang ada di Indonesia beraneka ragam, seperti bahasa Melayu, bahasa Dayak, bahasa Jawa, dan sebagainya. Bahasa Melayu khususnya tidak hanya ada satu, tetapi terbagi menjadi berbagai macam bahasa Melayu. Satu di antaranya ada Bahasa Melayu Dialek Mempawah (BMDM). BMDM merupakan ragam bahasa Melayu yang ada di Kalimantan Barat yang berada di Kabupaten Mempawah. BMDM adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Suku Melayu di Mempawah, bahkan Suku Dayak dan suku lainnya yang ada di Kabupaten Mempawah dalam berkomunikasi.

BMDM yang memiliki peran penting dalam berkomunikasi sehari-hari tentu menemui kendala di era globalisasi khususnya bagi generasi muda. Karena, sekarang banyak generasi muda yang lebih menyukai menggunakan bahasa asing dan bahasa gaul yang disisipkan dalam bahasa daerah saat berkomunikasi kepada masyarakat. Faktor penyebabnya karena generasi muda merasa bagus saat menggunakan bahasa asing maupun bahasa gaul. Faktor penyebab lainnya adalah orang tua yang mengajarkan anak-anaknya untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk berkomunikasi dalam keluarga sehingga membuat BMDM akan memudar seiring berjalannya waktu yang akan berpengaruh dalam berkomunikasi pada masyarakat pemakai BMDM. Banyaknya tempat les keterampilan berbahasa asing di era globalisasi ini pun membuat memudarnya kecintaan generasi muda dalam menggunakan bahasa daerah yang ada. Beberapa faktor tersebut akan membuat lenyapnya keeksistensian bahasa daerah. Bahasa daerah tidak dapat dikatakan hanyalah sebuah bahasa untuk berkomunikasi antara sesama masyarakat tetapi bahasa daerah merupakan kekayaan budaya yang beragam di setiap daerah di Indonesia yang harus selalu dijaga dan dilestarikan dari generasi ke generasi berikutnya agar bahasa daerah tidak akan punah tanpa disadari.

Penelitian bahasa Melayu dialek Mempawah ini difokuskan pada relasi semantik kata. Semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda dengan objek-objek yang ditandainya atau mengacu pada studi tentang makna. Dalam bidang semantik terdapat subbidang tentang relasi makna. Relasi semantik merupakan hubungan kebermaknaan antara sebuah kata dengan kata lainnya antara lain sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan polisemi. Adapun contohnya sebagai berikut.

1) Sinonim (persamaan makna)

(3)

3 2) Antonim (lawan makna)

Kata [giget] >< [kulom] artinya artinya “gigit” >< “kulum” Kata [kci] >< [bsa] artinya artinya “kecil” >< “besar” 3) Homonim (kelainan makna)

[paku] artinya tanaman sayur.

[paku] artinya benda bulat panjang dari logam besi yang berkepala dan berujung runcing

4) Hiponim (ketercakupan makna)

[binata฀] (binatang) berhiponim dengan kata [tikos] (tikus), [bo฀o฀ pipt] (burung pipit), [ke฀a] (kera), [si฀e] (singa), [buaya] (buaya) dan [kud] (kuda).

5) Polisemi (kegandaan makna)

Kata [mat] (mata) memiliki beberapa makna antara lain:

[kaki] artinya anggota badan yang menopang tubuh dan dipakai untuk berjalan (dari pangkal paha ke bawah).

[kaki lima] artinya toko yang terdapat di pinggir jalan.

[kaki ta฀an] artinya orang yang diperalat orang lain untuk membantu.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti dalam penelitian ini mendeskripsikan relasi semantik kata antara lain sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan polisemi berdasarkan kelas kata. Sinonim dalam BMDM yang difokuskan dalam pendeskripsian pasangan sinonim antara lain verba, adjektiva, nomina, dan numeralia. Antonim dalam BMDM yang difokuskan dalam pendeskripsian pasangan antonim antara lain verba, adjektiva, nomina, dan numeralia. Homonim dalam BMDM yang difokuskan dalam pendeskripsian pasangan homonim antara lain verba, adjektiva, dan nomina. Hiponim dalam BMDM yang difokuskan dalam pendeskripsian pasangan hiponim berupa nomina. Polisemi dalam BMDM yang difokuskan dalam pendeskripsian pasangan polisemi antara lain verba, adjektiva, nomina, dan numeralia.

Subroto (2011:59) mengatakan bahwa “Relasi makna adalah satuan-satuan leksem dalam sebuah bahasa juga berelasi dalam hal makna. Relasi makna antarleksem di dalam sebuah bahasa juga bersifat internal bahasa”. Relasi semantik adalah hubungan antara makna sebuah kata dengan makna kata yang lainnya dalam suatu bahasa yang meliputi sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan polisemi (Chaer, 2013:83).

Tarigan (2009: 14) mengatakan bahwa kata sinonim terdiri atas sin (“sama” atau “serupa”) dan akar kata onim “nama” yang bermakna “sebuah kata yang dikelompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkan makna umum”. Dengan kata lain, sinonim adalah kata-kata yang mengandung makna pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai rasa, atau secara singkat sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi.

Chaer (2013:88) mengatakan bahwa “Kata antonim berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu anoma yang artinya “nama” dan anti yang artinya “melawan”. Maka secara harfiah antonim berarti “nama lain untuk benda lain pula”. Antonim terbagi berdasarkan sifatnya sebagai berikut.

(4)

4 Terdapat pertentangan makna secara mutlak (Chaer, 2013:90). Makna secara mutlak maksudnya adalah makna dari suatu kata sudah pasti dan tidak dapat diubah dengan kata lain untuk menggantikan maknanya. Seperti antara kata hidup dan mati. Antara kata hidup dan mati terdapat batas yang mutlak karena sesuatu yang hidup tentu tidak (belum) mati; sedangkan sesuatu yang mati tentu sudah tidak hidup lagi.

b. Oposisi Kutub

Makna kata-kata yang termasuk oposisi kutub ini pertentangan tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat gradasi (Chaer, 2013:91). Artinya terdapat tingkat- tingkat makna pada kata- kata tersebut, misalnya kata kurus dan gendut. Orang yang tidak kurus belum tentu merasa gendut, dan begitu juga orang yang tidak gendut belum tentu merasa kurus. Jadi, kata-kata yang beroposisi kutub bersifat tidak mutlak.

c. Oposisi Hubungan

Makna kata-kata yang beroposisi hubungan (relasional) ini bersifat saling melengkapi yang berarti bahwa adanya kata yang satu karena ada kata yang lain yang menjadi oposisinya (Chaer, 2013:92). Tanpa ada keduanya maka oposisi ini tidak ada. Umpamanya, kata mengirim beroposisi dengan kata menerima. Kata mengirim dan menerima walaupun maknanya berlawanan, tetapi proses secara bersamaan. Sehingga dapat dikatakan tidak ada proses mengirim jika tidak ada proses menerima.

d. Oposisi Hierarkial

Makna kata- kata yang beroposisi hierarkial ini menyatakan suatu deret jenjang tingkatan (Chaer, 2013:93). Menurut Keraf (2010:41) “Oposisi hirarkis adalah oposisi yang terjadi karena tiap istilahnya menduduki derajat yang berlainan. Oposisi ini sebenarnya sama dengan oposisi majemuk, namun terdapat suatu kriteria tambahan yaitu tingkat”. Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa oposisi hiererkial adalah oposisi yang memiliki tingkatan antara satu kata dengan kata lainnya yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), nama satuan hitungan dan penanggalan, nama jenjang kepangkatan, dan sebagainya. Contoh kata komandan dan pasukan adalah dua buah kata yang beroposisi secara hierarkial karena berada dalam deretan nama jenjang kepangkatan..

e. Oposisi Majemuk

(5)

5 Verhaar (dalam Pateda 2010:211) mengatakan bahwa “Homonimi adalah ungkapan (kata atau frasa atau kalimat) yang bentuknya sama dengan suatu ungkapan lain, tetapi dengan perbedaan makna di antara kedua ungkapan tersebut”.

Djajasudarma (2012:48) mengatakan bahwa “Hiponim adalah hubungan makna yang mengandung pengertian hierarki”.

Parera (2004:81) mengatakan bahwa “Polisemi adalah satu ujaran dalam bentuk kata yang mempunyai makna berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan dan kaitan antara makna-makna yang berlainan tersebut. Misalnya, kata “kepala” dapat bermakna “kepala manusia, kepala jawatan, dan kepala sarung”.

METODE

Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Mempawah. Kabupaten Mempawah merupakan kabupaten yang terdapat di Kalimantan Barat. Kabupaten Mempawah memiliki luas wilayah yaitu 1,276,90 km2. Kabupaten Mempawah memiliki 9 kecamatan yaitu Kecamatan Siantan, Segedong, Sungai Pinyuh, Anjongan, Mempawah Hilir, Mempawah Timur, Sungai Kunyit, Toho, dan Sadaniang. Namun, dalam penelitian ini peneliti memilih dua kecamatan yaitu Kecamatan Mempawah Hilir dan Kecamatan Mempawah Timur. Mengingat begitu banyak desa yang terdapat di Kabupaten Mempawah yaitu terdapat 60 desa. Peneliti memfokuskan pada Desa Tengah, Desa Tanjung, dan Desa Pulau Pedalaman.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan unutk menggambarkan dan merincikan fakta yang ada secara apa adanya tanpa mengurangi maupun melebih-lebihkan. Penelitian menggunakan metode ini bertujuan untuk menggambarkan dan memberikan fakta yang ada mengenai relasi semantik kata bahasa Melayu dialek Mempawah di Kabupaten Mempawah.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud unutk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2010:6).

Data dalam penelitian ini adalah kata-kata yang mengandung relasi semantik dalam BMDM di Kabupaten Mempawah yang digunakan masyarakat Melayu yang bertempat tinggal di Desa Tengah, Desa Tanjung, dan Desa Pedalaman di Kabupaten Mempawah. Adapun kriteria informan yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini yaitu berjenis kelamin pria atau wanita, berusia antara 35-65 tahun (tidak pikun), bersuku Melayu, penduduk asli desa tersebut, sehat jasmani dan rohani, dan tidak cacat alat ucap.

(6)

6 merekam informan ketika bertutur dalam hal ini yang berhubungan dengan relasi semantik kata bahasa Melayu dialek Mempawah. Teknik catat yaitu peneliti akan mencatat tuturan informan yang berhubungan dengan relasi semantik kata bahasa Melayu dialek Mempawah.

Peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian akan menggunakan alat pengumpul data yaitu buku catatan, daftar pertanyaan, daftar gambar, dan alat perekam seperti tape recorder. Pada teknik analisis data yang dilakukan peneliti yaitu mentranskripsikan data, menterjemahkan data, mengklasifikasikan data, menganalisis data (berdasarkan relasi semantik yang antara lain sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan polisemi), dan simpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini dilakukan di desa Tengah, desa Tanjung, dan desa Pulau Pedalaman, Kabupaten Mempawah. Dalam penelitian ini diwawancarai 6 informan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, nelayan, dan petani. Penelitian ini berhasil mengumpulkan 123 pasang kata antara lain 54 pasang sinonim dalam penelitian ini yang dibagi menjadi 4 jenis sinonim, yaitu sinonim total dan komplet, sinonim tidak total tetapi komplet, sinonim total tetapi tidak komplet, dan sinonim tidak total dan tidak komplet. Terdapat 34 pasang antonim dalam penelitian ini yang dibagi menjadi 5 jenis antonim, yaitu antonim mutlak, antonim hubungan, antonim kutub, antonim hierarkial, dan antonim majemuk, 11 homonim, 8 hiponim, dan 16 polisemi.

Pembahasan

Keseluruhan data yang diperoleh peneliti, dianalisis berdasarkan relasi semantik yaitu sinonim, antonim, homonim, hiponim, dan polisemi. Pada analisis sinonim terdapat 4 jenis sinonim yaitu sinonim total dan komplet, sinonim total tetapi tidak komplet, sinonim tidak total tetapi komplet, dan sinonim tidak total dan tidak komplet berdasarkan verba, adjektiva, nomina, dan numeralia. Antonim terdapat 5 jenis antonim yaitu antonim mutlak, antonim hubungan, antonim kutub, antonim hierarkial, dan antonim majemuk berdasarkan verba, adjektiva, nomina, dan numeralia. Homonim berdasarkan verba, adjektiva, dan nomina. Hiponim berdasarkan nomina. Polisemi berdasarkan verba, adjektiva, nomina, dan numeralia. Selanjutnya akan dipaparkan hasil analisis relasi semanti kata dalam bahasa Melayu dialek Mempawah di Kabupaten Mempawah. Adapun penjabarannya sebagai berikut.

1. Sinonim dalam Bahasa Melayu Dialek Mempawah

Analisis sinonim dalam penelitian ini ada empat jenis. Keempat jenis sinonim BMDM dipaparkan sebagai berikut.

1.1 Sinonim Total dan Komplet

(7)

7 1.1.1 Sinonim Total dan Komplet Verba

Pada sinonim total dan komplet verba terdapat enam pasang kata antara lain [minom] dan [tgo] [a฀os] dan [฀to฀], [jawa] dan [฀aloy], [posoh] dan [s฀eh], [jmo฀] dan [ddai],dan [฀฀ek] dan [฀goso], [nubi]. Berikut ini

penjelasan tentang sinonim total dan komplet verba pada kata [a฀os] dan [฀to฀]. 1) Kata [a฀os] dan [฀to฀]

Kata [a฀os] maknanya ‘hangus’ dan kata [฀to฀] maknanya juga ‘hangus’. Kedua kata tersebut dapat bertukar pada semua konteks dan memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama.

1.1.2 Sinonim Total dan Komplet Adjektiva

Pada sinonim total dan komplet adjektiva terdapat tujuh pasang kata antara lain [seke] dan [masin], [kdkot], [gil] dan [pni฀], [li฀au], [lteh] dan [lmah], [฀akos] dan [sla], [tama], [฀lohom], [takot] dan [฀฀i], [g฀un],

[gmo] dan [gdmpo฀], [gndut], dan [k฀del] dan [ktu] [kendet], [pnde]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim total dan komplet

adjektiva pada kata [seke] dan [masin], [kdkot]. 1) Kata [seke] dan [masin], [kdkot]

Kata [seke] maknanya ‘pelit’ dan kata [masin] maknanya juga ‘pelit’ serta kata [kdkot] maknanya juga ‘pelit’. Ketiga kata tersebut dapat bertukar pada semua konteks dan memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama.

1.1.3 Sinonim Total dan Komplet Nomina

Pada sinonim total dan komplet nomina terdapat dua puluh empat pasang kata antara lain [nanti] dan [ka฀a฀], [list฀e] dan [anem], [jmbatan] dan [g฀ta], [slimot] dan [gba฀], [ploh] dan [k฀i฀at], [ktombe] dan [klmumo฀], [clan] dan [slua฀], [speda] dan [le฀e฀], [pi฀e฀] dan [pi฀gan], [tlo฀an] dan [ti฀kap], [buloh] dan [bambu], [ku฀o฀an] dan [฀ban], [juadah] dan [tambol], [puace฀], [jamo฀] dan [kulat], [cento฀] dan [timba], [gayo฀], [sendo] dan [sudu], [p฀pel] dan [slaba฀], [ho฀den] dan [tabe฀], [ti฀ai], [seki฀am], [pnsil] dan [ptlot], [j฀igen] dan [ken], [ppaya] dan [bte], [koboan], dan [cembokan], [tembokan], [฀i฀u] dan [pnampi], [beskom] dan [sa฀gan]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim total dan komplet nomina pada kata [slimot] dan [gba฀].

1) Kata [slimot] dan [gba฀]

Kata [slimot] maknanya ‘selimut’, kata [gba฀] maknanya juga ‘selimut’. Kedua kata tersebut dapat bertukar pada semua konteks dan memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama.

1.1.4 Sinonim Total dan Komplet Numeralia

Pada sinonim total dan komplet numeralia terdapat dua pasang kata antara lain [smu] dan [slu฀oh], [sgal] dan [st฀ah] dan [sparoh]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim total dan komplet numeralia pada kata [st฀ah] dan [sparoh].

1) Kata [st฀ah] dan [sparoh]

Kata [st฀ah] maknanya ‘setengah’, kata [sparoh] maknanya juga ‘setengah’. Kedua kata tersebut dapat bertukar pada semua konteks dan memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama.

(8)

8 Sinonim total tetapi tidak komplet yang dianalisis, yaitu verba, adjektiva, dan nomina.

1.2.1 Sinonim Total tetapi Tidak Komplet Verba

Pada sinonim total tetapi tidak komplet verba terdapat dua pasang kata antara lain [abes] dan [psai], [฀anap], dan [tamba฀] dan [bi฀al]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim total tetapi tidak komplet verba pada kata [tamba฀] dan [bi฀al].

1) Kata [tamba฀] dan [bi฀al]

Kata [tamba฀] dan kata [bi฀al] sama-sama menyatakan makna ‘membangkang’ dan dapat saling bertukar dalam semua konteks. Namun, kedua kata-kata tersebut tidak memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama. Kata [tamba฀] terasa lebih halus dan digunakan sehari-hari, sedangkan kata [bi฀al] terasa lebih kasar dan biasanya juga digunakan untuk menyindir.

1.2.2 Sinonim Total tetapi Tidak Komplet Adjektiva

Pada sinonim total tetapi tidak komplet verba terdapat tiga pasang kata antara lain [tuli] dan [pka], [฀osa] dan [pke฀], dan [pusi฀] dan [mdam], [pni฀]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim total tetapi tidak komplet adjektiva pada kata [฀osa] dan [pke฀].

1) Kata [฀osa] dan [pke฀]

Kata [฀osa] dan kata [pke฀] sama-sama menyatakan makna ‘rusak’ dan dapat saling bertukar dalam semua konteks. Namun, kedua kata-kata tersebut tidak memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama. Kata [฀osa] terasa lebih halus dan digunakan sehari-hari, sedangkan kata [pke฀] terasa lebih kasar dan biasanya juga digunakan untuk menyindir.

1.2.3 Sinonim Total tetapi Tidak Komplet Nomina

Pada sinonim total tetapi tidak komplet nomina terdapat satu pasang kata antara lain [klpe] dan [kcoa]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim total tetapi tidak komplet nomina pada kata [klpe] dan [kcoa].

1) Kata [klpe] dan [kcoa]

Kata [klpe] dan kata [kcoa] sama-sama menyatakan makna ‘kecoa’ dan dapat saling bertukar dalam semua konteks. Namun, kedua kata-kata tersebut tidak memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama. Kata [klpe] terasa lebih kasar, sedangkan kata [kcoa] terasa lebih halus.

1.3 Sinonim Tidak Total tetapi Komplet

Sinonim total tetapi tidak komplet yang dianalisis, yaitu verba, adjektiva, dan nomina.

1.3.1 Sinonim Tidak Total tetapi Komplet Verba

Pada sinonim tidak total tetapi komplet verba terdapat satu pasang kata antara lain [tsando฀] dan [t฀anto], [t฀udu]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim tidak total tetapi komplet verba pada kata [tsando฀] dan [t฀anto], [t฀udu]. 1) Kata [tsando฀] dan [t฀anto], [t฀udu]

(9)

9 memiliki kegunaan khusus. Kata [tsando฀] digunakan untuk menyatakan ‘kaki yang tersandung benda keras seperti batu, kayu, dan sebagainya’, kata [t฀anto] digunakan untuk menyatakan ‘kepala yang tersandung benda keras’ sedangkan kata [t฀udu] digunakan untuk menyatakan ‘badan yang tersandung benda keras’. Jadi, kata [tsando฀], kata [t฀anto], dan kata [t฀udu] tidak dapat ditukar, walaupun makna kognitif dan nilai emotif yang sama.

1.3.2 Sinonim Tidak Total tetapi Komplet Adjektiva

Pada sinonim tidak total tetapi komplet adjektiva terdapat dua pasang kata antara lain [se฀et] dan [me฀e฀], dan [jangko฀] dan [mlajo฀]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim tidak total tetapi komplet adjktiva pada kata [se฀et] dan [me฀e฀].

1) Kata [se฀et] dan [me฀e฀]

Kata [s฀t] dan kata [m฀฀] sama-sama menyatakan makna ‘miring’ artinya kedua kata tersebut memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama, tetapi kedua kata tersebut tidak dapat ditukarkan pada semua konteks kalimat karena kata [s฀t] dan kata [m฀฀] memiliki kegunaan khusus. Kata [s฀t] digunakan untuk menyatakan ‘benda yang terbang miring’, sedangkan kata [m฀฀] digunakan untuk menyatakan ‘benda dengan posisi miring’. Jadi, kata [s฀t] dan kata [m฀฀] tidak dapat ditukar, walaupun makna kognitif dan nilai emotif yang sama.

1.3.3 Sinonim Tidak Total tetapi Komplet Nomina

Pada sinonim tidak total tetapi komplet nomina terdapat dua pasang kata antara lain [pupo฀] dan [bda], dan [sa฀gol] dan [sipot]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim tidak total tetapi komplet nomina pada kata [sa฀gol] dan [sipot]. 1) Kata [sa฀gol] dan [sipot]

Kata [sa฀gol] dan kata [sipot] sama-sama menyatakan makna ‘sanggul’ artinya kedua kata tersebut memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama, tetapi kedua kata tersebut tidak dapat ditukarkan pada semua konteks kalimat karena kata [sa฀gol] dan kata sipot] memiliki kegunaan khusus. Kata [sa฀gol] digunakan untuk menyatakan ‘ukuran gulungan rambut yang besar dan digunakan untuk acara khusus’, sedangkan kata [sipot] digunakan untuk menyatakan ‘ukuran gulungan rambut yang kecil’. Jadi, kata [sa฀gol] dan kata [sipot] tidak dapat ditukar, walaupun makna kognitif dan nilai emotif yang sama.

1.4 Sinonim Tidak Total dan Tidak Komplet

Sinonim total tetapi tidak komplet yang dianalisis, yaitu verba dan nomina. 1.4.1 Sinonim Tidak Total dan Tidak Komplet Verba

Pada sinonim tidak total dan tidak komplet verba terdapat satu pasang kata yaitu [bkumpol] dan [bkrumon], [bk฀omo]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim tidak total dan tidak komplet verba pada kata [bkumpol] dan [bkrumon], [bk฀omo].

1) Kata [bkumpol] dan [bkrumon], [bk฀omo]

(10)

10 ‘berkumpul secara berdesakkan’, sedangkan kata [bk฀omo] digunakan untuk menyatakan ’binatang yang berkumpul’. Jadi, kata [bkumpol], kata [bkrumon] dan [bk฀omo] tidak dapat ditukar dan tidak memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama.

1.4.2 Sinonim Tidak Total dan Tidak Komplet Nomina

Pada sinonim tidak total dan tidak komplet nomina terdapat dua pasang kata yaitu [katel] dan [฀osba฀], dan [ayonan] dan [toja฀]. Berikut ini penjelasan tentang sinonim tidak total dan tidak komplet nomina pada kata [ayonan] dan [toja฀].

1) Kata [ayonan] dan [toja฀]

Kata [ayonan] dan kata [toja฀] memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang berbeda. kata [ayonan] nilai rasanya berbeda dengan kata [toja฀] dan kedua kata tersebut tidak dapat ditukarkan pada semua kalimat. Kata [ayonan] maknanya ‘ayunan yang dapat terbuat dari kayu, rotan, dan kain’, sedangkan kata [toja฀] maknanya ‘ayunan yang terbuat dari kain yang digunakan untuk menindurkan bayi’. Jadi, kata [ayonan] dan kata [toja฀] tidak dapat ditukar dan tidak memiliki makna kognitif dan nilai emotif yang sama.

2. Antonim dalam Bahasa Melayu Dialek Mempawah

Lima jenis antonim, yaitu 1) antonim mutlak, 2) antonim hubungan, 3) antonim kutub, 4) antonim hierarkial, dan 5) antonim majemuk. Kelima jenis antonim itu akan dianalisis sesuai dengan data yang diperoleh dalam BBDM. Analisis antonim juga dipilah berdasarkan kelas kata, yaitu verba, adjektiva, nomina, dan numeralia.

2.1 Antonim Mutlak

Antonim mutlak adalah kedua kata yang memiliki makna yang saling berlawanan. Penyangkalan terhadap kata yang satu berarti penegasan terhadap kata yang lain, penegasan terhadap kata yang satu berarti penyangkalan terhadap kata yang lain. Analisis antonim berdasarkan kelas kata yang mengandung antonim mutlak, yaitu verba, adjektiva, dan nomina.

2.1.1 Antonim Mutlak Verba

Pada antonim mutlak verba terdapat tujuh pasang kata antara lain [tido] dan [ba฀on], [฀aja฀] dan [blaja฀], [klua฀] dan [maso], [nae] dan [tu฀on], [idop] dan [mni฀gal], [dudo] dan [bdi฀i] , dan [go฀฀] dan [฀bos]. Berikut ini penjelasan tentang antonim mutlak verba pada kata [tido] dan [ba฀on]. 1) Kata [tido] >< kata [ba฀on]

Kata [tido] ‘tidur’ merupakan pasangan antonim mutlak kata [ba฀on] ‘bangun’ dalam BMDM. Kata [tido] hanya berantonim dengan kata [ba฀on]. Penyangkalan terhadap kata [tido] merupakan penegasan terhadap kata [ba฀on] dan sebaliknya penyangkalan terhadap kata [ba฀on] merupakan penegasan terhadap kata [tido]. Ketika tidur pasti tidak bangun, sedangkan ketika bangun pasti tidak tidur.

2.1.1 Antonim Mutlak Adjektiva

(11)

11 [bo฀ko] dan [tgap]. Berikut ini penjelasan tentang antonim adjektiva pada kata [ba฀u] dan [lama].

1) Kata [ba฀u] >< kata [lama]

Kata [ba฀u] ‘baru’ merupakan pasangan antonim mutlak kata [lama] ‘lama’ dalam BMDM. Kata [ba฀u] hanya berantonim dengan kata [lama]. Penyangkalan terhadap kata [ba฀u] merupakan penegasan terhadap kata [lama] dan sebaliknya penyangkalan terhadap kata [lama] merupakan penegasan terhadap kata [ba฀u]. Sesuatu yang baru pasti tidak lama, sedangkan sesuatu yang lama pasti tidak baru.

2.1.1 Antonim Mutlak Nomina

Pada antonim mutlak nomina terdapat enam pasang kata antara lain [timo฀] dan [ba฀at], [gul] dan [ga฀am], [ko฀si] dan [mej], [buah] dan [sayo], [puteh] dan [itam], dan [kot] dan [ds]. Berikut ini penjelasan tentang antonim mutlak nomina pada kata [timo฀] dan [ba฀at].

1) Kata [timo฀] >< kata [ba฀at]

Kata [timo฀] ‘timur’ merupakan pasangan antonim mutlak kata [ba฀at] ‘barat’ dalam BMDM. Kata [timo฀] hanya berantonim dengan kata [ba฀at]. Penyangkalan terhadap kata [timo฀] merupakan penegasan terhadap kata [ba฀at] dan sebaliknya penyangkalan terhadap kata [ba฀at] merupakan penegasan terhadap kata [timo฀]. Mata angin yang arahnya timur pasti tidak barat, sedangkan mata angin yang arahnya barat pasti tidak timur.

2.2 Antonim Hubungan

Antonim hubungan adalah kedua kata saling berlawanan tetapi memiliki hubungan yang bersifat saling melengkapi yang berarti adanya kata yang satu disebabkan ada kata yang lain yang menjadi posisinya. Analisis antonim berdasarkan kelas kata yang mengandung antonim hubungan, yaitu verba dan nomina.

2.2.1 Antonim Hubungan Verba

Pada antonim hubungan verba terdapat lima pasang kata antara lain [฀asi] dan [n฀ima], [bale] dan [pgi], [ta฀] dan [ulo฀], [฀uci] dan [jmo฀], dan [฀apo฀] dan [t฀glam]. Berikut ini penjelasan tentang antonim mutlak nomina pada kata [ta฀] dan [ulo฀]

1) Kata [ta฀e] >< kata [ulo฀]

Kata [ta฀e] ‘tarik’ dan [ulo฀] ‘ulur’ merupakan kata-kata yang mengandung antonim hubungan. Kata [ta฀e] memiliki relasi yang bertentangan dengan kata [ulo฀], walaupun kedua kata tersebut merupakan kata-kata yang saling bertentangan, tetapi keduanya saling berhubungan dan melengkapi. Dikatakan [ta฀e] karena telah [ulo฀], jika tidak [ulo฀] maka tidak bisa dikatakan [ta฀e]. Begitu juga sebaliknya, dikatakan [ulo฀] karena telah [ta฀e], jika tidak [ta฀e] maka tidak bisa dikatakan [ulo฀]. Seandainya disebutkan kata [ta฀e] maka kata [ulo฀] yang paling tepat untuk melengkapinya.

2.2.2 Antonim Hubungan Nomina

Pada antonim hubungan nomina terdapat tiga pasang kata antara lain [ma] dan [bapa], [dolo] dan [ska฀a฀], dan [nene] dan [dato]. Berikut ini penjelasan tentang antonim mutlak nomina pada kata [ma] dan [bapa].

(12)

12 Kata [ma] ‘ibu’ dan [bapa] ‘bapak’ merupakan kata-kata yang mengandung antonim hubungan. Kata [ma] memiliki relasi yang bertentangan dengan kata [bapa], walaupun kedua kata tersebut merupakan kata-kata yang saling bertentangan, tetapi keduanya saling berhubungan dan melengkapi. Dikatakan [ma] karena telah [bapa], jika tidak [bapa] maka tidak bisa dikatakan [ma]. Begitu juga sebaliknya, dikatakan [bapa] karena telah [ema], jika tidak [ema] maka tidak bisa dikatakan [bapa]. Seandainya disebutkan kata [ma] maka kata [bapa] yang paling tepat untuk melengkapinya.

2.3 Antonim Kutub

Antonim hubungan adalah kedua kata yang bertentangan memiliki tingkatan-tingkatan pada maknanya. Analisis antonim berdasarkan kelas kata yang mengandung antonim kutub, yaitu adjektiva.

2.3.1 Antonim Kutub Adjektiva

Pada antonim kutub adjektiva terdapat tiga pasang kata antara lain [koto฀] dan [b฀seh], [kci] dan [bsa], dan [ba฀a] dan [sikit]. Berikut ini penjelasan tentang antonim kutub adjektiva pada kata [koto฀] dan [b฀seh]. 1) Kata [koto฀] >< [b฀seh]

Kata [koto฀] ‘kotor’ dan kata [b฀seh] ‘bersih’ merupakan kata-kata yang berantonim kutub. Antonim kutub menunjukkan bahwa makna yang bertentangan itu merupakan ada tingkatan-tingkatan pada maknanya. Antara kata [koto฀] dan kata [b฀seh] terdapat tingkat, seperti: sa฀at koto฀ ‘sangat kotor’, lbh koto฀ ‘lebih kotor’, koto฀ ‘kotor’, sa฀at b฀sh ‘sangat bersih’, lbh b฀sh ‘lebih bersih, b฀sh ‘bersih’.

2.4 Antonim Hierarkial

Antonim hierarkial adalah kata yang berlawana dan memiliki suatu deret jenjang atau tingkatan. Analisis antonim berdasarkan kelas kata yang mengandung antonim hierarkial, yaitu numeralia.

2.4.1 Antonim Hierarkial Numeralia

Pada antonim hierarkial numeralia terdapat satu pasang kata antara lain [satuan] dan [pulohan], [฀atosan]. Berikut ini penjelasan tentang antonim hierarkial numeralia pada kata [satuan] dan [pulohan], [฀atosan].

1) Kata satuan >< kata pulohan, ฀atosan

Kata satuan >< kata pulohan, ฀atosan merupakan antonim hierarkial karena menyatakan suatu deret jenjang atau tingkatan.

2.5 Antonim Majemuk

Antonim majemuk adalah satu kata berlawanan dengan dua kata atau lebih. Analisis antonim berdasarkan kelas kata yang mengandung antonim majemuk, yaitu adjektiva.

2.5.1 Antonim Majemuk Adjektiva

Pada antonim majemuk adjektiva terdapat satu pasang kata yaitu [jujo฀] dan [฀akal], [m฀ampot]. Berikut ini penjelasan tentang antonim majemuk adjektiva pada kata [jujo฀] dan [฀akal], [m฀ampot].

1) Kata [jujo฀] >< kata [฀akal], [m฀ampot]

(13)

13 3. Homonim dalam Bahasa Melayu Dialek Mempawah

Analisis homonim dalam BMDM tidak dipilih berdasarkan kelas kata karena kata berhomonim maknanya tidak tetap sesuai kelas katanya. Pada homonim terdapat sebelas pasang kata antara lain [bis] ‘mampu’dan [bis] ‘bisa ular’, [tka] ‘tenggorokan’ dan [tka] ‘suara’, [mdam] ‘pusing’ dan [mdam] ‘cepat’, [timba] ‘timba’ dan [timba] ‘mengambil air’, [sla฀] ‘pipa’ dan [sla฀] ‘antara’, [ga฀am] ‘garam’ dan [ga฀am] ‘pelit’, [bu฀i] ‘bicara’ dan [bu฀i] ‘bunyi’, [฀apat] ‘dekat’ dan [฀apat] ‘rapat’, [abes] ‘habis’ dan [abes] ‘selesai’, [paku] ‘pakis’ dan [paku] ‘paku’, dan [gasa] ‘berkelahi’ dan [gasa] ‘makan’. Berikut ini penjelasan tentang homonim pada kata [jujo฀] dan [฀akal], [m฀ampot]. 1) Kata [gasa] ‘berkelahi’ dan [gasa] ‘makan’

Kata [gasa] merupakan homonim karena kata [gasa] memiliki makna ganda. Terdapat [gasa] I dan [gasa] II. Dua kata tersebut memiliki tulisan dan lafal yang sama, tetapi makna dari kedua kata tersebut berbeda. [gasa] I bermakna bertengkar saling adu kata-kata dan tenaga. [gasa] II bermakna memasukkan makanan ke dalam mulut, dan mengunyah serta menelannya..

4. Hiponim dalam Bahasa Melayu Dialek Mempawah

Analisis kata yang mengandung hiponim dalam BMDM yang ada hanya kata nomina. Kata-kata yang mengandung hiponim dalam BMDM antara lain [ja฀om] dan kata [jat], [pntol], [sonte], [sayo] dan kata [ka฀ko฀], [pi฀ia], [jago฀], [timon], [slad], [buah] dan kata [ma฀g], [sma฀k], [j฀o], [฀ambotan], [klapa], [bte], [na฀ka], [nag], [binata฀] dan kata [buaya], [kambe฀], [kud], [tikos], [cca], [si฀], [k฀a], [a฀s], [sa฀o฀] dan kata [bantal], [guli฀], [tilam], [plekat], [ta฀an], [tali] dan kata [spatu], [฀apia], [klaya฀], [tamba฀],[panci฀], [ikan] dan kata [sabo฀], [pa฀i], [hiu], [blida], [bao฀], [gmbo฀], [paten], [tia฀] dan kata [bnde฀], [list฀], [jmo฀an]. Berikut ini penjelasan tentang homonim pada kata [tia฀] dan kata [bnde฀], [list฀], [jmo฀an].

1) Kata [tia฀] dan kata [bnde฀], [list฀], [jmo฀an]

Kata [tia฀] dan kata [bnde฀], [list฀], [jmo฀an] merupakan hiponim. Kata [tia฀] merupakan kelas atas sedangkan kata [bnde฀], [list฀], [jmo฀an] merupakan kelas bawah. Kata [bnde฀], [list฀], [jmo฀an] adalah hiponim terhadap kata [tia฀] dan kata [tia฀] merupakan hipernim dari kata [bnde฀], [list฀], [jmo฀an].

5. Polisemi dalam Bahasa Melayu Dialek Mempawah

Polisemi adalah suatu kata dengan kata lainnya yang memiliki makna berbeda-beda, tetapi masih saling berkaitan. Analisis polisemi mencakup verba, adjektiva, nomina dan numeralia. Analisisnya dipaparkan sebagai berikut.

5.1 Polisemi Verba

(14)

14 polisemi verba pada kata [nae], [nae klas], [nae pa฀kat], [nae daon], [nae da฀ah], dan [nae aji].

1) Kata [nae], [nae klas], [nae pa฀kat], [nae daon], [nae da฀ah], dan [nae aji]

Kata [nae], [nae klas], [nae pa฀kat], [nae daon], [nae da฀ah], dan [nae aji] disebut polisemi karena kata-kata tersebut maknanya masih saling berkaitan. Polisemi merupakan kata yang masih dalam satu bentuk, tetapi memiliki beberapa makna yang masih dalam satu hubungan arti. Kata [nae] ‘naik’ bermakna gerakan atau kejadian dari rendah ke yang lebih tinggi. Kata [nae klas] ‘naik kelas’ bermakna berganti kelas dari kelas tingkat rendah ke kelas tingkat tinggi karena memenuhi nilai dan syarat yang ditentukan. Kata [nae pa฀kat] ‘naik jabatan’ bermakna perubahan jabatan seseorang yang sebelumnya rendah menjadi tinggi. Kata [nae daon] ‘naik daun’ bermakna orang yang sebelumnya kehidupannya biasa saja menjadi sangat beruntung. Kata [nae da฀ah] ‘naik pitam’ bermakna sikap seseorang yang sebelumnya biasa saja menghadapi sesuatu menjadi sangat marah. Kata [nae aji] ‘naik haji’ bermakna seseorang yang sebelumnya mendambakan ingin menunaikan rukun islam yang kelima dan akhirnya dapat menunaikan. Keenam makna kata [nae] tersebut mempunyai makna berbeda-beda tetapi masih saling berkaitan antara makna-makna yang satu dengan makna-makna yang lain, yaitu perubahan sesuatu dari atas ke bawah.

5.2 Polisemi Adjektiva

Pada polisemi adjektiva terdapat empat polisemi adjektiva antara lain [ba฀a], [ba฀a duet], dan [ba฀a ana], [k฀as], [k฀as ati], dan [k฀as kpala], [bsa], [bsa kpala], dan [bsa omo฀], dan [฀ajn], [฀ajn blaja฀], dan [฀ajn bkmas]. Berikut ini penjelasan tentang polisemi adjektiva pada kata [bsa], [bsa kpala], dan [bsa omo฀].

1) Kata [bsa], [bsa kpala], dan [bsa omo฀]

Kata [bsa], [bsa kpala], dan [bsa omo฀] disebut polisemi karena kata-kata tersebut maknanya masih saling berkaitan. Polisemi merupakan kata yang masih dalam satu bentuk, tetapi memiliki beberapa makna yang masih dalam satu hubungan arti. Kata [bsa] ‘besar’ bermakna sesuatu yang tidak kecil. Kata [bsa kpala] ‘besar kepala’ bermakna sifat yang merasa paling hebat. Kata [bsa omo฀] ‘besar bicara’ bermakna omongan yang terlalu dibesar-besarkan tidak sesuai. Ketiga makna kata [bsa] tersebut mempunyai makna berbeda-beda tetapi masih saling berkaitan antara makna-makna yang satu dengan makna yang lain, yaitu sesuatu yang besar.

5.3 Polisemi Nomina

Pada polisemi nomina terdapat empat polisemi nomina antara lain [kpala], [kpala klua฀g], dan [kpala di฀in], [mat], [mat duetan], [mat ae], dan [mat panci฀], [jalan], [jalan ฀ay], [jalan buntu], dan [jalan tmbos], dan [kaba฀], [kaba฀ a฀n], [kaba฀ ba], dan [kaba฀ duk]. Berikut ini penjelasan tentang polisemi nomina pada kata [jalan], [jalan ฀ay], [jalan buntu], dan [jalan tmbos].

(15)

15 Kata [jalan], [jalan ฀ay], [jalan buntu], dan [jalan tmbos] disebut polisemi karena kata-kata tersebut maknanya masih saling berkaitan. Polisemi merupakan kata yang masih dalam satu bentuk, tetapi memiliki beberapa makna yang masih dalam satu hubungan arti. Kata [jalan] ‘jalan’ bermakna tempat untuk lalu lintas orang maupun berkendara. Kata [jalan ฀ay] ‘jalan raya’ bermakna jalan yang lebar dan besar. Kata [jalan buntu] ‘jalan buntu’ bermakna jalan yang ujungnya tidak ada terusannya dan tertutup. [jalan tmbos] ‘jalan pintas’ bermakna jalan yang lebih dekat untuk sampai di tempat tujuan. Keempat makna kata [jalan] tersebut mempunyai makna berbeda-beda tetapi masih saling berkaitan antara makna-makna yang satu dengan makna yang lain, yaitu tempat untuk lalu lintas orang.

5.4 Polisemi Numeralia

Pada polisemi numeralia terdapat tiga polisemi numeralia antara lain [dua mej], [dua pi฀฀], dan [dua cincen], [tig kalo฀], [tig bakol], dan [tig p฀io], [lima lso฀], [lima plit], dan [lima kacu]. Berikut ini penjelasan tentang polisemi numeralia pada kata [tig kalo฀], [tig bakol], dan [tig p฀io].

1) Kata [tig kalo฀], [tig bakol], dan [tig p฀io]

(16)

16 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Relasi semantik kata pada penelitian ini yakni terdapat lima puluh empat pasang sinonim dalam penelitian ini yang dibagi menjadi empat jenis sinonim, yaitu sinonim total dan komplet, sinonim tidak total tetapi komplet, sinonim total tetapi tidak komplet, dan sinonim tidak total dan tidak komplet. Terdapat tiga puluh empat pasang antonim dalam penelitian ini yang dibagi menjadi lima jenis antonim, yaitu antonim mutlak, antonim hubungan, antonim kutub, antonim hierarkial, dan antonim majemuk, sebelas homonim, delapan hiponim, dan enam belas polisemi.

Saran

Ada beberapa hal yang ingin peneliti sampaikan yakni sebagai berikut: 1) peneliti berharap ada penelitian selanjutnya tentang BMDM dari berbagai aspek kebahasaan dan 2) peneliti juga berharap hasil penelitian tentang relasi semantik ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang relasi semantik dan satu diantara bahasa Melayu yang terdapat di Kalimantan Barat.

DAFTAR RUJUKAN

Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, T. Fatimah. 2012. Semantik 1. Bandung: Eresco.

Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi. Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Parera, Jos Daniel. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga Pateda, Manseor. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Subroto, Edi. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Daftar Perusahaan yang memenuhi kriteria sample.. No Nama Perusahaan

Dalam kodifikasi hukum Islam (fikih) tidak ditemukan ketentukan hukum yang secara khusus menjelaskan perkawinan sejenis. Hal ini karena perbuatan homoseksual adalah

Anketni upitnik pokazao je kako učenici prvog i trećeg razreda vole nastavu glazbene kulture te je svim učenicima na održanim satima bilo zanimljivo što je i potvrđeno

Dalam rangka untuk memastikan bahwa keputusan Dewan mengenai kegiatan tertentu yang diidentifikasikan untuk pendanaan tidak menciptakan masalah hukum atau politik bagi

1) Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak memerlukan penanganan khusus, cukup konseling saja. Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implan

Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh penggunaan model kooperatif tipe STAD berbantuan LKS berbasis pendekatan

Merujuk kepada hasil analisis statistik inferensial seperti sudah dikemukakan pada bagian sebelumnya, simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah:

Sedangkan pada tingkat mikro, diposisikan pada &#34;Rencana Detail Tata Ruang&#34; yang mengatur pemanfaatan blok di kecamatan (Lokpri) yang berbatasan langsung