• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Geomorfologi Kolom Geomorfologi P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Profil Geomorfologi Kolom Geomorfologi P"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

8GEOMORFOLOGI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Geomorfologi Indonesia

Yang dibina oleh Drs. Sudarno Herlambang, M.Si

Oleh

Arizky Putra Perdana Zulmi 130721616011 Dyan Permana Putra 130721611771 Faza Difa Setiyanti Fuadi 130721611762 Muhammad Ra’ad Assidiqy 130721616013 Teddy Heryanto Saputro 130721616008 Yusuf Yudhistira 130721611773

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul “GEOMORFOLOGI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN” dengan baik tanpa suatu halangan yang berarti. Tulisan ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia.

Selesainya penulisan makalah ini adalah berkat dukungan dari semua pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada: 1. Drs. Sudarno Herlambang, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Geomorfologi Indonesia yang membimbing dan memberikan arahan kepada penulis. 2. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doanya.

3. Segenap pihak yang telah ikut andil dalam proses penyelesaian penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Dengan sepenuh hati penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat dan sumbangan ilmiah yang sebesar-besarnya bagi penulis dan pembaca.

Malang, Februari 2015

(3)

DAFTAR ISI Hal

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

1. PENDAHULUAN...4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Tujuan...6

2. PEMBAHASAN...6

2.1 Kondisi Umum Kalimantan...6

2.2 Stratigrafi-Fisiografis dan Pengembangan Wilayah Kalimantan Tengah...11

2.3 Stratigrafi-Fisiografis dan Pengembangan Wilayah Kalimantan Timur...18

2.4 Stratigrafi-Fisiografis dan Pengembangan Wilayah Kalimantan Selatan...32

2.5 Stratigrafi-Fisiografis dan Pengembangan Wilayah Kalimantan Barat...47

3. PENUTUP...61

3.1 Simpulan...61

3.2 Saran...62

(4)

GEOMORFOLOGI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo Besar; yaitu pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau Irian. Kalimantan meliputi 73 % massa daratan Borneo. Terdapat empat propinsi di Kalimantan, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, luas seluruhnya mencapai 549.032 km2. Luasan ini merupakan 28 % seluruh daratan Indonesia. Kalimantan Timur saja merupakan 10% dari wilayah Indonesia. Bagian utara Pulau Borneo meliputi negara bagian Malaysia yaitu Serawak dan Sabah, dan Kesultanan Brunei Darusallam. Batasan wilayah secara politik yang ada sekarang ini mencerminkan kepentingan penjajah masa lampau.

Secara geografis pulau Kalimantan (Indonesia), terletak diantara 40 24` LU -40 10` LS dan anatara 1080 30` BT - 1190 00` BT dengan luas wilayah sekitar 535.834 km2. Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) di sebelah utara yang panjang perbatasannya mencapai 3000 km mulai dari proinsi Kalimantan Barat sampai dengan Kalimantan Timur.

Pulau Kalimantan sebagaian besar merupakan daerah pegunungan / perbukitan (39,69 %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai/ pasang surut (11,73 %) dataran aluvial (12,47 %), dan lain lain (0,93 %). Pada umumnya topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik Indonesia/RI) adalah daerah pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan merupakan kawasan hutan dan hutan lindung yang harus dipertahankan agar dapat berperan sebagai fungsi cadangan air dimasa yang akan datang.

(5)

adalah tanah yang sangat miskin, sangat rentan dan sangat sukar dikembangkan untuk pertanian. Lahan daratan memerlukan konservasi yang sangat luas karena terdiri dari lahan rawa gambut, lahan bertanah asam, berpasir, dan lahan yang memiliki kelerengan curam. Kalimantan dapat dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas ekologis yang agak ketat dan dengan kewaspadaan tinggi.

Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama yang menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan antar wilayah dan eksport-import. Sungai-sungai di Kalimantan ini cukup panjang dan yang terpanjang adalah sungai Kapuas (1.143 km) di Kalbar dan dapat menjelajah 65 % wilayah Kalimantan Barat.

Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di bagaian tengah dan hulu sungai. Deposit pertambangan yang cukup potensial adalah emas, mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang minyak dan gas alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan lepas pantai. Kegiatan perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran rendah. Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah : sawit, kelapa, karet, tebu dan perkebunan tanaman pangan. Usaha perkebunan ini sudah mulai berkembang banyak dan banyak investor mulai datang dari negara jiran, karena keterbatasan lahan di negara jiran tersebut. Untuk terus dikembangkan secara ekonomis dengan memanfaatkan lahan yang sesuai. Namun sekarang ini pengembangan perkebunan juga mengancam kawasan perbukitan dataran tinggi, namun diduga areal yang sebenarnya kurang cocok untuk perkebunan hanya sebagai dalih untuk melakukan eksploitasi kayu.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah gambaran umum mengenai Kalimantan?

(6)

1.2.3 Bagaimanakah stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Timur?

1.2.4 Bagaimanakah stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Selatan?

1.2.5 Bagaimanakah stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Barat?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mendeskripsikan gambaran umum mengenai Kalimantan.

1.3.2 Untuk mendeskripsikan stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Tengah.

1.3.3 Untuk mendeskripsikan stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Timur.

1.3.4 Untuk mendeskripsikan stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Selatan.

1.3.5 Untuk mendeskripsikan stratigrafi-fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Barat.

2. Pembahasan

2.1 Gambaran umum mengenai Kalimantan.

(7)

yang mengeras dan tidak mengeras, dan batuan aluvial serta endapan muda yang dangkal.

Kompleks batuan dasar di Kalimantan di bagian barat dan bagian tengah Kalimantan (termasuk pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami metamorfosis bela terkena panas. Hasil metamorfosis batuan ini yang khas adalah batu pualam yang berasal dari batu kapur; bati sekis hijau yang berasal dari batuan vulkanik, batu gneis yang berasal dari batu pasir atau granit. Daerah batuan metamorfosis atau batuan dasar adalah jenis kerak benua yang sering dipengaruhi oleh batuan intrusi muda. Kompleks batuan dasar Kalimantan terdiri dari atas sekis dan gneis yang tercampur dengan granit dari Era Palaezoikum dan Periode Terseir membentuk daerah kristal yang sangat luas.

Batuan yang berasosiasi dengan pinggir lempeng Kalimantan mencakup opiolit (kerak samudera) dan melange. Potongan lantai samudera (kerak samudera) terdapat beberapa tempat didaratan Kalimantan. Potongan-potongan ini dicirikan oleh susunan batuan beku yang padat gelap tipe basa dan ultra basa dengan komponen granit. Endapan batu kersik samudera dan karbonat mungkin juga terdapat deretan batuan ini disebut opiolit. Sebagian pengganti jalur penunjaman, opiolit-opiolit ini terbentuk oleh tubrukan lempeng ketika kerak samudera terperangkap oleh gerakan tektonik lempeng dan tertekan ke pinggir lempeng yang berdekatan dan di sini opiolit-opiolit ini tetap terlindungi. Proses pencuatan ini sering disertai oleh rubuh dan retaknya batuan. Kompleks opiolit di Pulau Laut dan Pegunungan Meratus terbentuk dengan cara ini.

(8)

merupakan perpaduan antara bahan-bahan yang terkikis dari lempeng samudera yang bergerak turun dengan endapan yang berasal dari massa daratan atau lengkung vulkanik di dekatnya. Seluruh massa ini tergesek dan terpotong karena desakan ke bawah dari lempeng yang bergerak turun. Batuan yang terbentuk dengan cara ini berasosiasi dengan desakan keatas lempeng opiolit yang besar di Pegunungan Meratus.

Daerah melange yang luas di bagian tengah Kalimantan, yaitu yang terbentang di perbatasan antara Kalimantan dan Malaysia, masih belum diketahui dengan baik. Daerah melange ini merupakan zona batuan hancur, sering mengandung potongan-potongan opiolit, tetapi luas dan umur geologinya (akhir mesozoikum sampai periode tersier yang lebih tua) sulit untuk dijelaskan dalam peristilahan lempeng tektonik sederhana (williams dkk, 1989)

Sebagian besar Kalimantan terdiri dari batuan yang keras dan agak keras, termasuk batuan kuarter di semenanjung Sangkulirang dan jajaran pegunungan meratus, batuan vulkanik dan endapan tersier. Kalimantan tidak memiliki gunung api yang aktif seperti yang terdapat di Sumatera dan Jawa, tetapi memiliki daerah batuan vulkanik tua yang kokoh di bagian barat daya dan bagian timur Kalimantan. Hal-hal tersebut merupakan peninggalan sejarah geologis Indonesia yang mencakup berbagai masa kegiatan vulkanik dari 300 juta tahun yang lalu sampai sekarang. Batuan vulkanik terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi yang mencapai permukaan. Ketika magma menjadi dingin dan membeku, dibawah permukaan bumi terbentuk sebagai hasil magma dari perut bumi yang mencapai permukaan. Ketika magma menjadi dingin dan membeku, dibawah permukaan bumi terbentuk batuan intrusi seperti granodiorit. Ditempat batuan vulkanik tua Kalimantan yang telah terkikis, intrusi yang mengandung cadangan emas, semula di bawah gunung api merupakan bagian penting dari proses utama pembentukan mineral seperti emas.

(9)

lebih tua di Kalimantan Barat, kebanyakan formasi sedimen relatif muda dan mencakup batu bara dan batuan yang mengandung minyak bumi. Bagian selatan Kalimantan terutama tersusun dari pasir keras yang renggang dan teras kerikil yang sering dilapisi oleh timbunan gambut muda yang dangkal dan kipas aluvial yang tertimbun karena luapan sungai

Setidaknya di Kalimantan terdapat 205 formasi batuan. Formasi batuan di Kalimantan, terdapat banyak patahan di Kalimantan Timur dan Barat, sedikit di Kalimantan Selatan dan sangat sedikit di Kalimantan Barat. Sebaran patahan yang paling sedikit berada di bagian selatan sampai barat dari Pulau Kalimantan.

Kalimantan Utara membentuk sebagian arah pokok Kepulauan Filipina. Rangkaian pulau Palawan berakhir pada Pegunungan Kinibalu dan rangakaian Pulau Sulu berakhir di daerah Teluk Darvel. Pegunungan Kinibalu yang membujur arah timur laut barat daya terdiri dari lapisan Pra-tertier yang terlipat tinggi dan lapisan Tertier tang terlipat lebih rendah, yang terganggu oleh granodiorit dari massa batuan massif Kinibalu. Pegunungan di sebelah utara Teluk Darvel yang membujur arah timur barat juga tersusun dari batuan Pre tertier dan Tertier bawah. Lapisan Tertier yang lebih muda yang kurang terlipat terdapat pada sisi rangkaian ini serta pada basin di antaranya yang meluas ke arah barat palung Sulu.

Kalimantan Utara yang komplek ini mempunyai hubungan geologis dengan Kepulauan Filipina, yang dipisahkan oleh massa Neogen yang membentang melintasi pulau itu dari Basin Sulawesi di bagian timur sampai teluk Labuhan di pantai barat laut.

(10)

(1933),hanya Kalimantan barat daya yang boleh disebut daratan tua (Alte Rumpfebene).

Teras kontinen ini membentuk bagian massa daratan Sunda tua. Batas utaranya dibentuk oleh kelompok pegunungan yang membentang dari Ujung Datuk melalui gunung Niut dan Plato Madi ke arah Pegunungan Muller. Tepi selatan dibentuk oleh Pegunungan Schwaner dan pegunungan rendah yang membentang ke pantai selatan. Kedua jalur batuan selanjutnya ditandai dengan intrusi volkanis dan ekstrusi Tertier. Jalur volkan Tertier ini bertemu di Pegunungan Muller dan selanjutnya membentang ke arah timur laut melalui Batuayan (1652 m) ke Kongkemal (2053 m) dan berakhir pada Pegunungan Datong yang rendah disebelah barat Tarakan. Di dekat ujung utara massa kontinen Kalimantan Barat, jalur basalt Kuarter terdapat di sekeliling Gunung Niut yang tua dan sepanjang ujung barat daya terdapat beberapa volkan Kuarter yang telah padam, seperti Murai, Seluh, dan Bawang Aso. Dari Kongkemal sebuah pegunungan yang kompleks bercabang ke arah timur menuju Niapa (1275 m) dan dari tempat tersebut basement kompleks merosot dengan teratur da bawah lapisan Tertier semenanjung Mangkaliat.

Massa tanah Sunda itu menyusup ke Kalimantan seperti sebuh baji besar yang lebar dasarnya 600 km, sepanjang pantai barat daya antara Ujung Datuk dan Ujung Sambar, membentang ke timur laut sampai pulau itu, serta berangsur angsur menyempit. Bagian timur laut Pegunungan Schwaner mulai merosot di bawah lapisan marin Tertier, tetapi kemudian dapat diikuti lebih jauh ke arah timur laut sampai Kongkemal, kemudian meruncing keluar ke pegunungan Latong di Kalimantan timur laut. Baji batuan Pre Tertier ini membentuk kerangka struktural Kalimantan Sunda.

(11)

yang tingginya berangsur -angsur berkurang dari 1000 m, yang juga cekung ke arah barat laut. Pegunungan ini merupakan antiklinorium yang sebagian besar terdiri dari lapisan Tertier, dipisahkan dari pantai Serawak dan Brunei oleh jalur agak sempit dari tanah pegunungan rendah. Pegunungan Kapuas Hulu Iran dan Punggungan Ularbulu merupakan rangkaian pegunungan Tertier yang termasuk kedalam Sistem Pegunungan Sunda. Di sebelah tenggara dan timurkerangka struktural Kalimantan, basement kompleks Pre tertier menghilang di bawah basin bagian selatan dan timur dan di tempat itu terjadi pengendapan ribuan meter sidimen Tertier.

Basement kompleks itu muncul lagi ke arah pantai timur, merosot membentuk palung di Selat Makasar dan muncul lagi sebagai Pulau Laut dan Sebukku di luar sudut tenggara Kalimantan. Pada bagian tepi ini basin Tertier Kalimantan tenggara dan timur berupa pegunungan membujur barat daya timur laut. Pegunungan tersebut berawal di Meratus di bagian selatan, terdiri dari batuan Pre tertier dan berhubungan dengan antiklinorium Samarinda. Dari antiklinorium Samarinda, pada bagian yang terpotong oleh sungai anteseden Mahakam, sumbu itu muncul lagi ke arah utara ke ambang melintang yang dibentuk oleh Sistem Kongkemal Niapa Mangkaliat.

Rangkaian Pegunungan Meratus Samarinda merupakan hasil orogenesis Tertier pada sisi tenggara kerangka struktural kalimantan. Orogenesis itu membentuk bagian yang berlawanan dari rangkaian pegunungan Tertier Serawak pada sisi barat lautnya.

2.2 Stratigrafi-Fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Tengah. A. Stratigrafi dan Fisiografi Kalimantan Tengah

(12)

ini pada dasarnya merupakan kawasan geantiklin yang mana pada beberapa tempat penyebarannya sudah tidak lagi menunjukkan aktivitas vulkanis aktif, semisal sebagai contohnya adalah pegunungan iran. Menurut Herlambang, rangkaian pegunungan iran merupakan pegunungan yang tersusun atas batuan marin pre-tersier dan pre-tersier bawah yang mana mengalami proses terlipat secara intensif serta tertekan mengarah ke barat laut (Herlambang, 2015:36). Pegunungan iran merupakan pegunungan yang strukturnya terpisah oleh adanya lembah rejang dari sebuah punggungan atau Igir Ularbulu yang mengalami penurunan ketinggian hingga menjadi 1000m, dengan kondisi cekung kearah barat laut. Igir tersebut merupakan anticlinorium yang terdiri dari lapisan tersier terpisahkan oleh pantai Serawak dan Brunei oleh jalur sempit tanah pegunungan rendah. Pegunungan iran merupakan rangkaian pegunungan tersier, pegunungan sunda.

Selain adanya kompleks pegunungan iran, di Kalimantan tengah juga merupakan mengalirnya sungai besar, yaitu sungai Kapuas. Pada zona sungai Kapuas, merupakan zona endapan yang notabene berumur cukup tua dan lebih sering disebut dengan formasi danau. Mata air sungai Kapuas terletak di Cemaru, yaitu berada pada bagain tengah Kalimantan. Sungai Kapuas merupakan sungai yang mengalir ke barat, menuju palung yang bermuara dengan beberapa cabang ke dalam laut. Menurut Verstappen, bagian hulu yang dekat dengan aliran sungai Kapuas merupakan zona yang sebanding dengan di barat laut, yang mana merupakan sinklinal Silat dan jalur lipatan di sekelilingnya , zona piedmont dan beberapa bagian yang lebih tinggi , tempat batuan tersier muncul (Verstappen, 2013:10).

(13)

lahan berupa kompleks pegunungan tua yang sudah mati dan mengalami proses patahan, pelipatan, dan bekas intrusi vulkanik.

B. Pengembangan Wilayah Kalimantan Tengah

Propinsi Kalimantan Tengah terletak ditengah-tengah pulau Kalimantan dan dapat dijadikan sebagai titik poros penghubung atau interconnection antara propinsi-propinsi lainnya di pulau Kalimantan, disamping itu letaknya juga dekat dan berhadapan langsung dengan laut/ pulau Jawa.

Hal ini tentu berpotensi dan memberikan peran yang sangat penting untuk suatu prospek kegiatan pembangunan dan pengembangan perekonomian Kawasan Pulau Kalimantan dimasa yang akan datang, khususnya yang menyangkut rencana realisasi kesepakatan para Gubernur se- Kalimantan untuk membangun jalan Trans Kalimantan dan jalur jalan Kereta Api di Kalimantan .

Topografi Propinsi Kalimantan Tengah merupakan dataran rendah, dengan ketinggian 0-150 meter dari permukaan laut. Wilayah Utara sebagian kecil merupakan daerah perbukitan dimana terbentang pegunungan Muller-Schwanner dengan puncak tertingginya mencapai 2.278 meter dari permukaan laut. Dengan sebelas sungai besar dan tidak kurang dari 33 sungai kecil/anak sungai. Sungai Barito merupakan salah satu sungai yang ada di Kalimantan Tengah dengan panjang mencapai 900 km dengan rata-rata kedalaman 8m.

1. Sektor Perkebunan

Berdasarkan hasil penelitian tanah, agroklimat dan komoditas/budidaya, Pemerintah Propinsi Kalimantan Tengah telah menetapkan Rencana Induk Pembangunan Perkebunan dan lahan yang sesuai untuk pengembangan berbagai komoditi perkebunan dicadangkan seluas 3.139.500 Ha (20,4 %) dari luas wilayah Kalimantan Tengah.

(14)

pekebun maupun oleh perusahaan perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kelapa dan lada.

Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan utama yang dikelola oleh perusahaan besar swasta/nasional/asing yang bergerak dibidang perkebunan, sedangkan tanaman karet dan kelapa sebagai tanaman utama yang dikembangkan pada perkebunan rakyat.

Tabel E-1 Luas areal dan produksi tanaman perkebunan sampai tahun 2008 adalah sebagai berikut :

(15)

demikian sampai saat ini sudah saatnya untuk dapat dibangun Pabrik Industri Hilir CPO. Sedangkan luas areal yang sudah tertanam sampai dengan tahun 2008 adalah 712.025,76 Ha.

Pada saat ini telah berdiri pabrik minyak goreng (PT. Sinar Alam Permai) yang berada di Pangkalan Bun kabupaten Kotawaringin Barat yang menggunakan bahan baku CPO. Namun demikian pabrik tersebut sampai saat ini masih belum beroperasi secara optimal mengingat Perusahaan tersebut tidak memiliki kebun sawit di Kalimantan Tengah.

Pengembangan Industri Karet

Potensi produksi karet di Kalimantan Tengah cukup besar yaitu 254.735,64 Ton karet kering/tahun (2008). Sementara dari ketiga pabrik Crumb Rubber yang ada belum mampu menampung hasil karet yang ada sehingga masih ada peluang investasi untuk pembangunan Pabrik Crumb Rubber baru. Disamping itu untuk meningkatkan nilai tambah dari produksi Crumb Rubber yang ada tersedia peluang investasi untuk industri hilirnya seperti pembangunan Pabrik Ban kendaraan bermotor.

3. Sektor Peternakan

Tujuan Pembangunan Kehewanan di Kalimantan Tengah adalah untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak, meningkatkan pendapatan peternak, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan gizi masyarakat serta meningkatkan pendapatan asli daerah. Sampai saat ini usaha peternakan/kehewanan di Kalimantan Tengah sebagian besar merupakan peternakan rakyat yang bersifat tradisional, dimana jumlah pemilikan ternak masih berskala kecil, permodalan terbatas, keterampilan dan teknologi yang digunakan relatif rendah.

Potensi Ternak Sapi Potong

(16)

dapat diperbaiki, maka peternakan akan tetap mampu menjadi sektor yang tangguh yang mampu menopang pengembangan ekonomi regional.

Potensi Pengembangan Peternakan Kambing

Kalimantan Tengah ditinjau dari luas wilayah dapat memberikan dukungan yang memadai bagi pengembangan peternakan kambing. Dengan potensi lahan yang sesuai untuk usaha peternakan kambing sekitar 1.215.106 hektar, dimana dapat menampung sekitar 6.075.530 Satuan Ternak, maka terbuka peluang yang sangat besar untuk pengembangan ternak kambing. Lokasi Pengembangan Peternakan Kambing diarahkan kepada daerah yang mempunyai potensi untuk keberhasilan usaha dan adanya peternak yang sudah berpengalaman dalam memelihara ternak kambing.

Adapun lokasi tersebut adalah : a. Kota Palangka Raya b. Kabupaten Pulang Pisau c. Kabupaten Kapuas Lokasi Potensi Pengembangan Ternak di Kalimantan Tengah

Penggemukan Sapi Potong : a. Pulang Pisau b. Kapuas

c. Palangka Raya d. Kotawaringin Barat e. Kotawaringin Timur f. Gunung Mas

g. Seruyan 2. Kemitraan Pengembangan Ayam Broiler/Layer :

a. Kapuas

b. Palangka Raya c. Kotawaringin Timur

(17)

Kondisi morfologi pegunungan di bagian Utara juga membentuk tipe aliran sungai yang memiliki air terjun yang dapat dikembangkan.

Potensi Batubara Kalimantan Tengah:

1 Sumber daya Tereka 1.050.749.643 Ton

2 Sumber daya Terunjuk 774.660.937 Ton

3 Sumber daya Terukur 407.801.954 Ton

4 Cadangan Terbukti 40.000.000 Ton

Infrastruktur Daerah

Meski investasi di bidang pertambangan tidak menuntut infrastruktur yang lengkap, tetapi di Kalimantan Tengah telah tersedia infrastruktur penunjang yang cukup memadai seperti sarana dan prasarana transportasi baik darat, udara dan laut/sungai. Ke 9 Sungai yang ada semuanya dapat dilayari oleh kapal berkapasitas 3000 – 7000 ton hingga jauh ke pedalaman. Juga tersedia 6 lapangan udara, 2 pelabuhan laut dan 6.700 Km jalan darat.

Potensi Sumber Daya Mineral

Disamping potensi sumberdaya logam mulia, batu mulia, logam dasar dan mineral industri, Kalimantan Tengah adalah satu-satunya daerah di Indonesia yang memiliki sumberdaya batubara metalurgi. Pada saat ini telah ditemukan potensi batubara metalurgi (Coking Coal) sebanyak 100.000.000 ton sumberdaya tereka dan 6.500.000 ton cadangan terbukti. Di pasar internasional, batubara ini memiliki harga antara $ 40 s/d $ 50 per ton.

Sektor Prasarana Wilayah (Jalan Darat)

(18)

luar biasa. Dan apabila jalan lintas terbuka dan berfungsi dengan baik maka hal ini akan dapat menjadi stimulan bagi pengembangan wilayah dibidang lainnya seperti kehutanan perkebunan dan pertambangan, pariwisata, tranmigrasi, aktifitas perdagangan / jasa dan lain sebagainya.

Sektor Pehubungan dan Telekomunikasi

Kalimantan Tengah merupakan wilayah yang luas dengan penduduk tersebar dengan kepadatan rendah dalam jangkauan permukiman yang amat variatif, baik lokasi mau pun tipografinya. Untuk membangun Kalimantan Tengah menjadi daerah tujuan nasional masyarakat Indonesia dalam rangka mengatasi persoalan-persoalan ekonomi di wilayah lainnya di Indonesia, diperlukan pembangunan infrastruktur ekonomi yang dipercepat. Potensi dan peluang investasi di sektor ini adalah : Pembangunan/ peningkatan kualitas Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya. Pembangunan Pelabuhan laut Pulang pisau dan pelabuhan laut Kumai.

2.3 Stratigrafi-Fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Timur. A. Stratigrafi dan Fisiografi Kalimantan Timur

(19)

Menurut herlambang, puncak tertinggio pegunungan meratus adalah gunung besar (1892m), yang mana sistemnya memanjang sebagai kongkemal-niapa-mangkiliat, serta bagian tenggaranya merupakan terisolir (Herlambang, 2015:34).

Selain kompleks Meratus, terdapat endapan di depresim Mahakam yang mana membentuk delta yang cukup mengalami perkembangan. Sungai Mahakam yang mana bermuara pada mata air Cemaru, memotong sumbu pre-tersier Kalimantan. Sehingga kondisi tersebut menjadikan perkembangan sistem delta Mahakam mengalami perkembangan yang cukup signifikan.

B. Pengembangan Wilayah Kalimantan Timur Kondisi Umum

1. Keadaan Geografis

Letak geografis provinsi Kalimantan timur yaitu 02°27’20” Lintang Selatan -04°24’55” Lintang Utara dan 113°49’00 - 119°57’ Bujur Timur. panjang pantai 1.185 km yang terbentang dari selatan di kabupaten pasir sampai di utara di kabupaten nunukan. Provinsi Kalimantan timur terdiri dari 14 kabupeten /kota dan sejumlah 19 di antaranya memiliki wilayah perairan laut dengan letak geografis (darat sampai kelaut).

Ibu kota provinsi Kalimantan timur adalah Samarinda yang terletak di tepi sungai mahakam. Samarinda dapat dicapai lewat darat darat dan udara, meskipun harus transit di kota Balikpapan yang merupakan tempat beradanya bandara internasional sepinggan. Batas wilayah provinsi yang menjadi pintu gerbang utama pembangunan Indonesia di bagian timur ini adalah :

Utara : Negara bagian sabah (Malaysia Timur).

Timur : Selat Makasar, laut Sulawesi dan selat Sulawesi. Selatan : Kalimantan Selatan.

Barat : Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat dan Negara bagian Serawak (Malaysia timur).

(20)

Karakteristik iklim provinsi Kalimantan timur termasuk iklim tropika humida dengan curah hujan berkisar antara 1500-4500 milimeter per tahun. Temperatur udara rata-rata 26 derajat celcius dengan perbedaan temperatur Siang dan malam antara 5- 7 derajat celcius. Kelembaban udara relative tinggi dengan rata-rata berkisar antara 83,30-91,80 persen dengan kecepatan angin ratarata 2-5 knot per jam. Selanjutnya curah hujan di Kalimantan timur pada tahun 2009 sangat beragam menurut bulan dan letak stastiun pengamat. Catatan rata-rata curah hujan di Kalimantan timur berada pada kisaran 116,50 – 232,50 mm per tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa hujan di Kalimantan timur masih cukup besar walau pun pada musim kemarau pernah mencapai di atas 100 mm per bulan.

3. Topografi

Provinsi Kalimantan Timur memiliki luas wilayah sebesar 20.865.774 ha meliputi wilayah daratan seluas 19.844.117 ha (95,1%) dab wilayah lautan sejauh 12 mil laut dari garis pantai terluar kearah laut seluas 1.021.657 ha (4,9%). Wilayah kemiringan landai hingga curam, dengan ketinggian berkisar antar 0-1.000 meter dari permukaan laut (dpl) dengan kemiringan 0-40%. Adapun wilayah provinsi Kalimantan timur berdasarkan kelas lereng, meliputi : 1. Lahan datar, kemiringan 0-2% dengan luas wilayah mencapai 2.093677 ha 2. Lahan bergelombang, kemiringan 2-15% dengan luas wilayah mencapai 4.476.122 ha 3. Lahan curam, kemiringan 15-40% dengan luas wilayah mencapai 4.476.122 ha 4. Lahan sangat curam, kemiringan > 40% dengan luas wilayah mencapai 10.842.516 ha

4. Luas Wilayah

Luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur meliputi luas wilayah daratan 47.349,90 km² dan luas wilayah perairan ± 200.000 km².

5. Pemerintahan

(21)

Pemerintah Nomor 20 Tahun 1989, maka dibentuk pula Kota Madya Tarakan di wilayah Kabupaten Bulungan. Dalam perkembangan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan di dalam Undang – Undang No.22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, maka di bentuk 2 kota dan 4 Kabupaten, yaitu :

1. Kabupaten Kutai Barat, beribukota di Sendawar

2. Kabupaten Kutai Timur,beribukota di Sangatta

3. Kabupaten Malinau, beribukota di Malinau

4. Kabupaten Nunukan, beribukota Nunukan

5. Kota Tarakan (peningkatan kota administratif tarakan menjadi kotamadya)

6. Kota Bontang (peningkatan kota administratif bontang menjadi kotamadya)

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2002, maka Kabupaten Pasir mengalami pemekaran dan pemekarannya bernama Kabupaten Panajam Paser Utara. Pada tanggal 17 juli 2007, DPR RI sepakat menyetujui berdirinya Tana Tidung sebagai Kabupaten baru di Kalimantan Timur, maka jumlah keseluruhan Kabupaten/ Kota di Kalimantan timur menjadi 14 wilayah. Pada tahun yang sama, nama Kabupaten Pasir berubah menjadi Kabupaten Paser berdasarkan PP No.49 Tahun 2007.

6. Pendidikan

Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas serta berpendidikan tinggi adalah upaya mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global. Berdasarkan hasil SP2010, penduduk Provinsi Kalimantan Timur usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/sederajat sebesar 25,52 persen, tamat DI/DII/DIII sebesar 2,31 persen, tamat DIV/S1 sebesar 3,78 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,28 persen.

(22)

Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 1.477.917 orang, di mana sejumlah 1.423.257 orang diantaranya bekerja, sedangkan 54.660 orang merupakan pencari kerja. Dari hasil SP 2010, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 60,24 persen, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu masing-masing sebesar 83,05 persen dan 34,55 persen. Sementara itu, bila dibandingkan menurut perbedaan wilayah, TPAK di perkotaan lebih rendah daripada perdesaan, masing-masing sebesar 58,36 persen dan 63,42 persen. Tiga kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten Malinau (67,97), Kabupaten Kutai Barat (67,46), dan Kabupaten Penajam Paser Utara (63,70).

8. Penduduk

Jumlah penduduk Kalimantan timur pada Tahun 2010 mencapai angka 3.550.586 jiwa, perkembangan jumlah penduduk Kalimantan timur hingga tahun 2010 menunjukan pertumbuhan yang masih di kategorikan tinggi yaitu 3,81 persen dan masih lebih tinggi di bandingkan angka rata-rata nasional. Kondisi ini tidak terlepas pertumbuhan dari penduduk migrasi yang masuk ke daerah ini sebagai konsekwensi dari era otonomi dimana daerah yang masih menjanjikan peluang kerja dan pendapatan akan menjadi tujuan migran. Hal ini ditunjukkan dari jumlah migrasi dan tujuan dari pendatang tersebut yang sebagian besar karena pekerjaan/mencari pekerjaan yaitu sebesar 46,7 persen (sumber; Survei penduduk antara sensus/SUPAS 2005).

(23)

0,85%. Sementara itu sembilan kabupaten terbebani jumlah penduduk hanya sebesar 44,42 persen dengan menempati luas wilayah 99,15 persen.

9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011 berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 mengalami peningkatan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

10. Budaya dan nilai

(24)

daerah di Kalimantan timur merupakan bahasa Austronesia dari rumpun Malayo-Polynesia, diantaranya adalah bahasa tidung, bahasa banjar, bahasa berau dan bahasa kutai. Bahasa lainya adalah bahasa Lundayeh.

Potensi Wilayah

1. Luas Kawasan Hutan

Luas Kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Timur sesuai SK Menhut No. 79/ KptsII/2001 tanggal 15 Maret 2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Timur adalah seluas 14.651.553 ha, sedangkan luas daratan kawasan hutannya mencapai 14.651.053 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi : 1. Hutan Konservasi seluas 2.165.198 ha

2. Hutan Lindung seluas 2.751.702 ha

3. Hutan Produksi Terbatas seluas 4.612.965 ha

(25)

Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 34.96% kawasan hutan (daratan) yang ada di Provinsi Maluku merupakan Hutan produksi tetap, 31.48% produksi terbatas, 18.78% hutan lindung, 14.78% hutan konservasi.

2. Luas Penutupan Lahan

Kondisi penutupan lahan di Provinsi Kalimantan Timur berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut :

3. Penggunaan dan Tukar Menukar Kawasan Hutan

Kegiatan Pinjam Pakai Kawasan Hutan telah diatur dengan Peraturan Menteri Khutanan No. 43/Menhut-II/2008, tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Penggunaan Kawasan Hutan melalui Izin Pinjam Pakai sampai saat ini mencapai luasan 115.779,06 Ha (0,79 %) dari total luas kawasan hutan di Provinsi Kalimantan Timur yang lebih banyak digunakan untuk kegiatan Pertambangan, sedangkan sebagian kecil untuk pembangunan repeater Telekomunikasi, fasilitas PLN, jalan, dan rumah sakit.

(26)

Rata-rata potensi tegakan kayu untuk semua jenis di Kalimantan Timur berdasarkan hasil Re-Enumerasi PSP tahun 1996-2009 yaitu jumlah pohon dengan diameter >20cm sebanyak 74 pohon/ha dengan volume 103.37 m3/ha, diameter >50cm sebanyak 16 pohon/ha dengan volume 64.92 m3/ha dan diamater >60cm sebanyak 10 pohon/ha volumenya mencapai 51.5 m3/ha.

5. Potensi Non Kayu

Saat ini pemanfaatan hasil hutan bukan kayu masih bertumpu pada pemungutan dan belum berbasis pada budidaya sehingga kelestarian dari hasil hutan bukan kayu belum terjamin ketersediaanya. Kedepan pembangunan kehutanan diharapkan tidak lagi hanya berorientasi pada hasil hutan kayu tetapi sudah selayaknya mengali potensi hasil hutan bukan kayu dan hendaknya didukung dengan kebijakan yang sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku dan untuk pengembangan hasil hutan bukan kayu agar lebih selektif maka kebijakan dan strategi pengembangan di daerah di arahkan dan dilakukan secara selektif terhadap jenis tertentu yang nantinya dapat di tetapkan melalui penetapan jenis unggulan.

6. Produksi Kayu

Produksi kayu bulat di Provinsi Kalimantan Timur berasal dari Izin Usaha Pemanfaatan Kayu (IUPHHK) Hutan Alam, Izin Usaha Pemanfaatan Kayu (IUPHHK) Hutan Tanaman, Izin lainnya yang sah (IPK/ILS), dan Hutan Rakyat. Total produksi kayu bulat pada tahun 2011 mencapai 3.276.331,84 m3. Produksi kayu bulat terbanyak berasal dari IUPHHK-HT yaitu sebanyak 2.102.616,50 m3, kemudian dari IUPHHK-HA sebanyak 926.605,27 m3. Sedangkan kayu yang berasal dari Izin lainnya yang sah sebanyak 180.374,83 m3, dan kayu yang berasal dari huta rakyat yaitu 66.735 m3.

(27)

Kalimantan memiliki keanekaragaman jenis satwa yang tergolong tinggi. Setidaknya terdapat 222 spesies mamalia, (44 spesies endemik), 13 spesies primata yang semuanya endemik, 10 spesies, 420 spesies burung (37 spesies endemik), 166 spesies endemik ular, lebih dari 100 spesies amphibi, 394 spesies ikan (149 spesies diantaranya endemik). Tipe hutan Kalimantan sangat beragam, diantaranya hutan bakau, hutan rawa gambut dan hutan air tawar, hutan kerangas, hutan Dipterocarpaceae dataran rendah, hutan kayu besi (ulin), hutan pada batu kapur dan tanah ultra basa, hutan bukit Dipterocarpaceae dan beberapa formasi hutan pegunungan, kalimantan memiliki lebih dari 3.000 pohon, termasuk 267 jenis Dipterocapaceae, lebih dari 2.000 jenis anggrek dan lebih dari 1.000 jenis pakis, lebih dari 146 rotan, dan pusat distribusi karnivora kantung semar (Nepenthes sp.).

Sebagaimana halnya terjadi di belahan dunia lain, keanekaragaman hayati di provinsi Kalimantan timur dalam status terancam karena terjadinya kerusakan habitat tempat flora dan fauna itu hidup. Kerusakan itu umumnya terjadi di daerah pantai dan tempat-tempat dan mudah di akses oleh masyarakat. Padahal, melindungi keanekaragaman hayati adalah melindungi kehidupan manusia karena manusia bergantung kepada keanekaragaman hayati yang digunakan sebagai makanan, obat, devisa Negara dan lainya. Salah satu upaya konservasi yang dilakukan di Kalimantan timur adalah perlindungan sistem penyangga kehidupan melalaui pengelolaan kawasan konservasi. Di Kalimantan timur, terdapat sembilan kawasan konservasi yaitu cagar alam (CA) Teluk Adang, CA Teluk Apar, CA Muara Kaman Sedulang, CA Padang Luway, Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Sangalaki dan Suaka Margasatwa (SM) Pulau Semama, Taman Nasional (TN) Kutai, TN Kayan Mentarang dan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto.

(28)

lindung diharapkan menjadi penyangga yang efektif, mengingat saat ini tekanan perusakan terhadap keduanya juga dipertimbangkan semakin besar (Wijaya et. al. 2008).

Flora, Vegetasi mangrove di SM pulau semama didominasi oleh avicennia sp,. Sonneratia sp. dan rhizophora sp. vegetasi ini umumnya tumbuh pada daerah pasang surut yang cukup mendapat aliran air. Fauna yang dapat dijumpai di SM pulau semama diantaranya ikan karang, udang, ketam kelapa, teripang, berbagai jenis karang (acropora sap. dan montipora sap.), kima raksasa (tridacna gigas), penyu hijau (chelonian mydas) dan penyu sisik (eretmochelys imbricata).

8. Perdagangan karbon

Hutan Kalimantan Timur tidak hanya berperan ekologis sebagai penyeimbang iklim global antara lain melalui fungsi pengurangan emisi namun sekaligus juga memberikan peluang ekonomi dalam konteks perdagangan karbon baik melalui skema sukarela (voluntary), maupun wajib (mandatory). REDD+ (Reducing Emisions from Deforestation Forest Degradation Plus) merupakan suatu mekanisme global yang bertujuan untuk memperlambat perubahan iklim dengan memberikan kompensasi kepada Negara berkembang untuk melindungi hutannya. Perkembangan Kegiatan REDD+ s/d Tahun 2010 telah menyentuh Wilayah Prov. Kaltim yaitu Kabupaten Berau, Kutai Barat, Kutai Timur dan Malinau.

9. Jasa Lingkungan Air

Selain karbon, hutan juga menyediakan jasa lingkungan berupa air untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia dan mahkluk hidup lainnya. Sebagai contoh di Prov. Kalimantan Timur adalah Taman Nasional Kutai, yaitu daerah aliran sungai Sangata, Santan, Menamang dan daerah tangkapan air pantai (coastal).

(29)

Cagar Alam Teluk Adang

Kawasan teluk adang yang berada di kabupaten paser ditunjuk sebagai cagar alam berdasarkan SK Gubernur Kalimantan timur No. 46/1982 tanggal 1 Maret 1982 dengan luas 53.800 Ha. CA teluk adang mempunyai tipe ekosistem hutan mangrove, hutan rawa air tawar, hutan kerangas dan hutan dataran rendah jenis mangrove yang dominan di CA teluk adang adalah Rhizophora mucronata lmk yang tumbuh di bagian paling depan pantsi. Ciri khas tumbuhan ini berupa akar tunjang yang besar dan buah yang sangat panjang. Jenis ini juga digunakan masyarakat untuk merehabilitas daerah pantai yang mengalami abrasi. Kemamapuan regenerasi R. mucronata sangat tinggi, hal ini dapat dilihat di arealbe kas tambak yang di tumbuhi jenis tersebut. Selain berbagai jenis mangrove, di kawasan ini juga terdapat flora hutan tropis lain seperti jenis-jenis dipterokarpa dan pohon penghasil kayu lainya.

Cagar Alam Teluk Apar

Cagar alam teluk apar di tetapkan berdasarkan surat keputusan mentri kehutanan nomor. 86/Kpts-II/1993 dengan luas 46.900 Ha. Tujuan penetapan kawasan ini adalah untuk melindungi keadaan alam yang khas yang merupakan tempattumbuh dan berkembangnya aneka flora dan fauna. CA teluk apar telah ditata batas tahun 1991 dengan panjang batas + 62,3 km. Kawasan ini masuk dalam wilayah administrasi Kec. Batu Engau (desa riwang dan desa segendang) dan Kec. Tanjung Harapan (desa pasir baru, desa lori, desa labungkallo, desa selengot dan desa tanjung aru). Kawasan Cagar Alam Teluk Apar luasnya mencapai 46.900 ha dan telah dilakukan tata batas sepanjang 62.300 km.

Cagar Alam Muara Kaman Sedulang

(30)

ekosistem rawa sehingga memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Hampir 85% penduduk sekitar kawasan CA Muara Kaman Sedulang bermatapencaharian sebagai nelayan dan sangat tergantung pada kelestarian cagar alam ini. Secara administrasi, CA Muara Kaman Sedulang terletak di dua kabupaten yaitu di Kab. Kutai kartanegara (Kec. Muara Kaman) dan Kab. Kutai timur (Kec. Muara Bengkel dan Kec. Muara Ancalong).

Cagar Alam Padang Luway

Cagar Alam Padang Luway oleh sebagian orang di kenal sebagai kersik luway. Dalam bahasa dayak tanjung kersik bararti “pasir” dan luway bararti “sunyi”. CA Padang luway merupakan komplek hutan yang terdiri dari lima kersik yaitu kersik luway, kersik kerbangan, kersik lepok, kersik meraduk dan kersik serai (BKSDA V Banjar Berau, 1982).

(31)

Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Sangalaki

Taman wisata alam (TWA) pulau sangalaki merupakan kawasan konservasi yang peruntukkan sebagai kawasan wisata alam, walaupun demikian secara ekologi pulau ini memiliki fungsi penting sebagi pelestarian biota laut terutama habitat peneluran penyu hijau (Chelonian mydas) dan penyu sisik (Eritmochelysimbricata). Secara adminitrasi TWA pulau sangalaki terletak di kecamatan pulau derawan kabupaten berau. Secara astronomi kawasan ini terletak pada 02 1’ 11” LU dan 115 45’ 14” BT. Pulau sangalaki ditunjuk sebagai taman wisata alam melalui tanggal 19 agustus 1982 dengan luas + 280 ha yang terdiri dari daratan (+15,9 ha) dan perairan.

Iklim TWA pulau sangalaki yang sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim di samudera pasifik. Musim hujan berlangsung pada bulan oktober hingga mei dengan jumlah hari hujan rata-rata perbulan 15 – 20 hari. Curah hujan terbesar terjadi pada akhir atau awal musim hujan. Musim kemarau berlangsung antara bulan juli sampai September dengan curah hujan terendah pada bulan juli (Wiryawan, et al.2005). TWA pulau sangalaki memiliki ekosistem hutan pantai alami, padang lamun dan terumbu karang. Selain berbagai 40 konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di Kalimantan timur konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di Kalimantan timur 41 jenis biota laut, TWA pulau sangalaki juga dihuni oleh berbagai jenis fauna. Formasi vegetasi pulau sangalaki adalah hutan pantai dengan luasan yang relative kecil. Beberapa jenis flora yang dominan adalah nyamplung (Calophylum Inophyllum), kelapa (Cocos Nucifera), simpur ( Dilenia sp.), beringin (Ficus Anulata), waru laut (Hibiscus Tiliaceus), Ketapang (Terminalia Cattapa), pandan (Pandanus sp.) dan bengkirai ( shorea leavis).

Suaka Margasatwa Pulau Semama

(32)

keputusan manteri pertanian No.604/kpts/um/8/1982 tanggal 19 agustus 1982, dengan luas 220 ha. Secara adminitrasi kawasan ini berada dalam wilayah kecamatan pulau derawan, kabupaten berau dan secara astronomi terletak pada 02 1’ 08” LU dan 118 19’ 20” BT. Pulau yang dikelilingi oleh hutan mangrove ini mempunyai sedikit pantai berpasir tempat penyu mendarat dan bertelur. Kondisi pantai yang baik merupakan tempat pemijahan bagi biota perairan, Keanekaragaman hayati.

2.4 Stratigrafi-Fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Selatan. A. Stratigrafi dan Fisiografi Kalimantan Selatan

Di Pulau Kalimantan Selatan sendiri memiliki beberapa sungai besar, diantaranya Sungai Kapuas, Sungai Barito, Sungai Negara, dan Sungai Kahayan. Sungai Barito merupakan sungai terbesar kedua di Pulau Kalimantan. Sungai Barito ini berhulu di Pegunungan Muller dan menghasilkan Cekungan Barito (Gambar 3) yang dibatasi oleh Pegunungan Meratus pada bagian timur. Sungai-sungai di daerah Kalimantan Selatan ini berhulu di bagian tengah Pulau Kalimantan yaitu pada Pegunungan Schwaner dan juga Pegunungan Muller.

Pegunungan Schwaner dan Muller ini memiliki ketinggian antara 200-2000 meter di atas permukaan laut. Sedangkan arah aliran sungai-sungai ini relatif berarah utara-selatan dan bermuara di Laut Jawa. Sungai-sungai ini mengalir pada ketinggian antara 0-200 meter diatas permukaan laut. Daerah aliran sungai-sungai besar ini menempati sebagian besar dari bagian selatan Pulau Kalimantan. Di bagian timur Provinsi Kalimantan Selatan terdapat Pegunungan Kompleks Meratus yang merupakan jejak adanya kegiatan subduksi pada umur Kapur (Rotinsulu dkk., 2006).

(33)

Cekungan yang terdapat di Kalimantan Selatan yaitu Cekungan Barito dan Cekungan Asam-asam. Cekungan Barito dan Cekungan Asam-asam ini dipisahkan oleh Pegunungan Meratus. Pada bagian utara berbatasan dengan Cekungan Kutai, yang dipisahkan oleh Sesar Andang. Sedangkan pada bagian barat dibatasi oleh Paparan Sunda. Pada mulanya Cekungan Barito dan Cekungan Asam-asam merupakan satu cekungan yang sama, hingga pada Miosen Awal terjadi pengangkatan Pegunungan Meratus yang menyebabkan terpisahnya kedua cekungan tersebut (Satyana, 1995).

Stratigrafi daerah Kalimantan Selatan meliputi beberapa formasi, yaitu Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Warukin, dan Formasi Dahor. Formasi-formasi ini berumur Eosen sampai Pliosen. Formasi Tanjung,memiliki ciri litologi berupa batulempung karbonan dan terdapat lapisan batubara dan diendapkan di atas basement Pre-Tersier. Formasi Tanjung ini berumur pertengahan Miosen Awal sampai Miosen Akhir. Pada bagian atas formasi ini terdapat endapan karbonat yang merupakan awal dari terbentuknya Formasi Berai.

Formasi Berai, memiliki ciri litologi berupa endapan karbonat. Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Tanjung, tetapi pada beberapa bagian terdapat hubungan yang menunjukkan adanya ketidak selarasan. Tetapi secara umum formasi ini diendapkan selaras di atas Formasi Tanjung dan berumur Oligosen Awal sampa Miosen Tengah.

Formasi Warukin, terdiri dari litologi batulempung karbonan, batupasir karbonan, dan batubara. Formasi ini diendapakan secara selaras di atas Formasi Berai. Formasi ini diendapkan pada Miosen Tengah hingga awal Miosen Akhir.

Formasi Dahor, memiliki litologi berupa batulempung pasiran, berumur Miosen Akhir hingga Pliosen. Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Warukin (Final Report PT Arutmin Indonesia, 2010).

(34)

Struktur geologi yang terdapat di Kalimantan Selatan adalah antiklin, sinklin, sesar naik, sesar mendatar, dan sesar turun. Sumbu lipatan umumnya berarah timurlaut-baratdaya dan umumnya sejajar dengan arah sesar normal. Kegiatan tektonik daerah ini diduga telah berlangsung sejak Zaman Jura, yang menyebabkan bercampurnya batuan ultramafik dan batuan malihan. Pada Zaman Kapur Awal atau sebelumnya terjadi penerobosan granit dan diorit yang menerobos batuan ultramafik dan batuan malihan. Pada akhir Kapur Awal terbentuk Kelompok Alino yang sebagian merupakan olistostrom, diselingi dengan kegiatan gunungapi Kelompok Pitanak. Pada awal Kapur kegiatan tektonik menyebabkan tersesarkannya batuan ultramafik dan malihan ke atas Kelompok Alino. Pada Kala Paleosen kegiatan tektonik menyebabkan terangkatnya batuan Mesozoikum, disertai penerobosan batuan andesit porfiri. Pada awal Eosen terendapkan Formasi Tanjung dalam lingkungan paralas (Sikumbang dan Heryanto, 2009).Pada saat bersamaan Kompleks Meratus telah ada, namun hanya berupa daerah yang sedikit lebih tinggi di bagian cekungan dan diendapkan berupa lapisan sedimen yang lebih tipis dari daerah sekitarnya (Hamilton, 1979). Pada Kala Oligosen terjadi genang laut yang membentuk Formasi Berai. Kemudian pada Kala Miosen terjadi susut laut yang membentuk Formasi Warukin (Sikumbang dan Heryanto, 2009).

Gerakan tektonik yang terakhir terjadi pada Kala Miosen yang menyebabkan batuan yang tua terangkat membentuk Tinggian Meratus dan melipat kuat batuan Tersier dan Pre-Tersier. Sejalan dengan itu terjadilah pensesaran naik dan geser yang diikuti sesar turun dan pembentukan Formasi Dahor pada Kala Pliosen. (Sikumbang dan Heryanto, 2009).

(35)

adalah regim transpression dan transtension. Struktur yang didapati adalah lipatan yang berarah utara timurlaut - selatan baratdaya (NNE-SSW) pada bagian utara cekungan. Sedangkan pada Pegunungan Meratus terdapat sesar-sesar yang membawa basement. Sesar–sesar ini ditandai dengan adanya drag atau fault bend fold dan sesar naik. Sedangkan lipatan-lipatan yang terdapat di Pegunungan Meratus yaitu di bagian utara pegunungan ini berarah utara timurlaut -selatan baratdaya (NNE-SSW) dan yang berada di bagian selatan berarah utara-selatan. Lipatan yang banyak ditemui berupa antiklin dan beberapa sinklin. Sesar-sesar naik banyak terdapat pada daerah Pegunungan Meratus dengan arah umum utara timurlaut – selatan baratdaya (NNE-SSW). Sesar-sesar mendatar juga banyak ditemui di Pegunungan Meratus ini, umunya tidak terlalu panjang, berbeda dengan sesar naik yang memiliki kemenerusan yang pajang. Sesar-sesar mendatar umumnya berupa sesar mengiri dan berarah baratlaut-tenggara (Satyana,2000).

B. Pengembangan Wilayah Kalimantan Selatan Kondisi Umum

1. Keadaan Geografis

Provinsi Kalimantan Selatan secara geografis terletak di antara 114° 19' 33" - 116° 33' 28" Bujur Timur dan 1° 21' 49" - 1° 10" 14" Lintang Selatan. Provinsi Kalimantan Selatan terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan dengan batas-batas : Sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa dan sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan Timur.

2. Iklim

(36)

dan di antara kedua musim tersebut terdapat musim pancaroba. Data temperatur udara yang dilaporkan Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Syamsuddin Noor, temperatur udara maksimun di daerah Kalimantan Salatan berkisar antara 33,1°C 35°C , temperatur udara minimun berkisar antara 22,6°C -23,8°C. Temperatur rata-rata berkisar antara 15,6°C sampai 26,9°C. Sedangkan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 77%91% tiap bulan. Kelembaban udara maksimun di daerah ini berkisar antara 96%-98% dan kelembaban minimun berkisar antara 35%-58%, sedangkan rata-ratanya tiap bulan 60%-87%.

3. Topografi

Dari segi topografi, wilayah Provinsi Kalimantan Selatan terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu dataran Aluvial, dataran Rawa, Perbukitan dan Pegunungan. Jenis tanah yang dominan adalah podsolik merah kuning dan aluvial.

4. Luas Wilayah

Luas wilayah provinsi Kalimantan Selatan 37.530,52 km2 atau 3.753.052 ha. Sampai dengan tahun 2004 membawahi kabupaten/kota sebanyak 11 kabupaten/ kota dan pada tahun 2005 menjadi 13 kabupaten/kota dengan rincian 11 Kabupaten, 2 Kota, 151 Kecamatan, 142 Kelurahan dan 1.842 Desa.

5. Pulau dan Sungai

Daerah aliran sungai yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan adalah : Barito, Tabanio, Kintap, Satui, Kusan, Batulicin, Pulau Laut, Pulau Sebuku, Cantung, Sampanahan, Manunggal dan Cengal. Dan memiliki catchment area sebanyak 10 (sepuluh) lokasi yaitu Binuang, Tapin, Telaga Langsat, Mangkuang, Haruyan Dayak, Intangan, Kahakan, Jaro, Batulicin dan Riam Kanan.

(37)

Provinsi Kalimantan Selatan terbagi kedalam 13 kabupaten/kota sebagai akibat dari adanya pemekaran wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara dengan Kabupaten Balangan dan Kabupaten Kotabaru dengan Kabupaten Tanah Bumbu. Terdiri dari 134 kecamatan, 119 kelurahan dan 93 desa.

7. Pendidikan

Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 5 tahun yang berpendidikan minimal tamat SMP/Sederajat sebesar 38,16 persen, dan AMH penduduk berusia 15 tahun ke atas sebesar 95,36 persen yang berarti dari setiap 100 penduduk usia 15 tahun ke atas ada 95 orang yang melek huruf.

8. Tenaga Kerja

Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 1.693.285 orang, di mana sejumlah 1.665.945 orang diantaranya bekerja, sedangkan 27.340 orang merupakan pencari kerja. Dari hasil SP 2010, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 66,12 persen, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu masingmasing sebesar 83,54 persen dan 48,59 persen. Sementara itu, bila dibandingkan menurut perbedaan wilayah, TPAK di perkotaan lebih rendah daripada perdesaan, masing-masing sebesar 58,96 persen dan 71,39 persen. Tiga kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten Balangan (77,38), Kabupaten Tabalong (73,89), dan Kabupaten Tapin (72,64).

9. Penduduk

(38)

Banjarmasin yakni sebesar 17,25 persen. Kabupaten/Kota dengan penyebaran penduduk terbesar berikutnya adalah Kabupaten Banjar sebesar 13,96 persen, Kabupaten Tanah Laut sebesar 8,17 persen serta Kabupaten Kotabaru sebesar 8,02 persen, sedangkan kabupaten/kota lainnya di bawah 8 persen.

10. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 8,16% per tahun, perubahan struktur ekonomi berkembang kearah keseimbangan antara sektor pertanian (24,20%) dan sektor industri (20,99%). Pendapatan per kapita tahun 1994 tercatat sebesar Rp. 1.605.600,-. Kontribusi dari sektor kehutanan belum bisa dicatat secara detail.

11. Budaya

Suku Bangsa di Kalimantan Selatan (dalam sensus belum disebutkan beberapa suku kecil yang merupakan penduduk asli), yaitu:

(39)

Mayoritas penduduk Kalimantan Selatan beragama Islam. Suku Banjar yang mendiami sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan menganut Agama Islam, demikian pula Suku Dayak Bakumpai di daerah aliran Sungai Barito. Suku Bukit di kawasan Pegunungan Meratus umumnya masih mempertahankan Kepercayaan Kaharingan dan sebagian lainnya menganut Agama Kristen. Suku Dayak Maanyan Warukin di Kabupaten Tabalong dan Samihim di Kabupaten Kotabaru mayoritas beragama Kristen, sementara Suku Dayak Dusun Balangan di Kecamatan Halong menganut agama Buddha.

Rumat adat Kalimantan Selatan, khususnya dari etnis Banjar adalah Rumah Banjar dan ikon utamanya adalah Bubungan Tinggi. Untuk tarian tradisional secara garis besar seni tari dari Kalimantan Selatan adalah dari adat budaya etnis Banjar dan etnis Dayak. Tari Banjar berkembang sejak masa Kesultanan Banjar dan dipengaruhi oleh budaya Jawa dan Melayu, misalnya Tari Japin dan Tari Baksa Kembang.

Potensi Wilayah

1. Luas Kawasan Hutan

(40)

daratan kawasan hutannya mencapai 1.779.982 ha. Kawasan hutan tersebut meliputi

:

1. Hutan Konservasi seluas 213.285 ha

2. Hutan Lindung seluas 526.425 ha

3. Hutan Produksi Terbatas seluas 126.660 ha

4. Hutan Produksi Tetap seluas 762.188 ha

5. Hutan Produksi yang dapat dikonversi 151.424 ha

(41)

2. Luas Penutupan Lahan

Kondisi penutupan lahan di Provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan hasil penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut :

3. Penggunaan dan Tukar Menukar Kawasan Hutan

(42)

4. Potensi Kayu

Potensi kayu semua jenis di Provinsi Kalimantan Selatan terdapat di kawasan hutan mangrove, hutan tanah basah (rawa) dan hutan tanah kering. Potensi kayu terbesar terdapat di hutan tanah kering yaitu 1684,3 m3/ha, kemudian potensi terbesar kedua yaitu di hutan tanah basah (rawa) sebesar 1062,7 m3/ha. Potensi semua jenis kayu terkecil terdapat di hutan mangrove yaitu sebesar 795,7 m3/ha. Potensi semua jenis kayu secara rinci dalam kondisi kondisi penutupan lahan dapat dilihat pada tabel berikut :

5. Potensi Non Kayu

(43)

6. Produksi Kayu Bulat

Realisasi produksi kayu bulat Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2012 sebesar 130.134,83 M3 yang berasal dari :

a. Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Alam sebanyak 20.290,30 m3,

b. Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Tanaman sebanyak 109.457,03 M3,

c. Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) 287,50 M3,

d. Ijin Pemanfaatan Kayu Rakyat (IPKR) 7.125,57 M3

(44)

Realisasi produksi kayu olahan di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2012 sebesar 303.741,3078 M3 yang terdiri dari jenis plywood, blockboard, veneer, particleboard, swan timber dan moulding. Jenis produksi beserta volumenya secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

8. Produksi Non Kayu

(45)

9. Flora dan Fauna

Hutan di Kalsel sebagai bagian dari hutan ”Borneo” sangat terkenal dengan keanekaragaman hayati. Tanaman dan satwa yang hidup dalam hutan merupakan potensi hutan yang tidak boleh diabaikan. Berbagai spesies binatang menyusui, reptil dan amfibi, burung dan ikan air tawar. Dalam kaitan dengan keanekaragaman hayati, komponen-komponen hutan di Kalsel menyediakan berbagai tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai penyedia oksigen, bahan makanan, bahan bangunan, serta obatobatan. Tidak ketinggalan, hutan merupakan obyek wisata. Diperkaya oleh satwa yang menghuni hutan, semakin lengkap peranan hutan sebagai kawasan yang kaya unsurunsur kehidupan yang ada di dalamnya.

Kekayaan flora dan fauna di Kalimantan Selatan sedapat mungkin dipelihara sebagai bagian dari kekayaan sumber daya alam. Dalam hal ini dilakukan upaya konservasi sumber daya alam yang meliputi konservasi di dalam kawasan hutan dan konservasi diluar kawasan hutan. Khususnya konservasi didalam kawasan hutan dilakukan dengan melalui pembangunan suaka margasatwa, suaka alam, dan taman wisata serta taman hutan raya. Berbagai fauna yang tergolong satwa langka yang dilindungi yang tersebar pada hutan suaka alam dan wisata yaitu:

(46)

2. Kera Abu-abu (Maccaca Irrus)

3. Elang (Butatstur sp)

4. Beruang Madu (Hylarotis Malayanus)

5. Kijang Pelaihari (Muntiacus Salvator)

6. Owa - Owa (Hylobatus Mulleri)

7. Elang Raja Udang (Palargapais Carpusis)

8. Cabakak (Hakyan Chalaris)

9. Rusa Sambar (Cervus Unicular)

10. Biawak (Varanus Spesi)

11. Kuau (Argusianus Argus)

12. Pecuk Ular (Prebytus Rubicusida)

Selain itu, dalam usaha menjaga kelestariaan tumbuh-tumbuhan yang sudah mulai langka telah dikembangkan penanaman tumbuhan langka khas Kalimantan Selatan di Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat yang dikelola oleh Fakultas Pertanian.

Wilayah provinsi Kalimantan Selatan kaya akan sumber plasma nutfah dan dianggap sebagai tempat asal dari berbagai tumbuhan seperti :

1. Durian (Duriospesi)

2. Tebu (Sacharum Officinarum)

3. Kasturi (Mangifera Delmiana)

4. Rambutan (Nephelium Lappocum)

Hutan Daratan rendah dan tinggi didominasi oleh spesies :

(47)

2. Hopea (Hopea spesia)

3. Ulin (Eusideroxlyon)

4. Kempos (Komposia Spesi)

5. Damar (Agathis bornensis)

6. Sindor (Sindora Spesi)

Di daerah hutan tanah bergambut pepohonan utamanya meliputi :

1. Ramin (Gonostylus Bancadud)

2. Jeluntung (Dura Spesi)

3. Ebony (Displyros Spesi)

Di daerah hutan rawa dibagian barat Kalimantan Selatan banyak ditemui :

1. Xylopia Spesi

2. Tarantang (Comnaperma Spesi)

3. Nipah (Nipahfruitcans)

Di daerah hutan air payau banyak terdapat :

1. Bakau (Rhizospora spesi)

2. Prapat (Soneratia spesi)

3. Api - Api (Avicenia spesi)

4. Bruguira spesies

(48)

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi Bekantan (Nasalis Larvatus), Kera Abu-abu (Macaca Fasicularis) dan lain-lain.

Cagar Alam Gunung Kentawan

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi angrek alam, owa-owa (Hylobatus Muelleri), bekantan dan beberapa jenis burung.

Suaka Margasatwa Pelaihari - Martapura

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi Beruang Madu (Helarctus Malayanus), Kuwau (Argusianus Argus), Pecuk Ular (Cervus Unicolor), dan Kijang Pelaihari (Muntiacus Pleiharicus).

Suaka Alam Pelaihari Tanah Laut

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi bekantan, burung raja udang (Palargopsis Capengis), rusa sambar, dan biawak (Varanus Salvator).

Taman Wisata Pulau Kembang

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi bekantan , kera abu-abu, bajing tanah (Laricus Insignis) dan elang abu-abu (Butartur sp).

Taman Hutan Raya Sultan Adam

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi berbagai jenis flora dan fauna, sekaligus sebagai kawasan Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas lambung Mangkurat.

2.5 Stratigrafi-Fisiografi dan pengembangan wilayah Kalimantan Barat. A. Stratigrafi dan Fisiografi Kalimantan Barat

(49)

1850 penambangan emas aluvial dilakukan secara kecil-kecilan dan tidak teroganisir sehingga disebut sebagai Pertambangan Rakyat Pertambangan Tanpa Izin (PETI), kegiatan penambangan ini merambah ke daerah Sanggau juga ke daerah lainya.

Secara geologi regional batuan yang terdapat di daerah Sanggau, Kalimantan Barat ini terdiri serpih, serpih sabakan, batulumpur karbonan, batau lanau dan batupasir, setempat gampingan, sedikit batugamping dan tufa dari Formasi Pendawan berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos setempat oleh Intrusi Sintang berumur Tersier. Karakteristik geologi (stratigrafi, struktur dan litologi) daerah Kalimantan Barat, terutama penyebaran batuan volkanik dan intrusif Tersier serta batuan plutonik Kapur yang mengintrusi formasi sedimen Mesozoikum menjadi salah satu petunjuk akan terdapatanya bahan galian di Kalimantan Barat.

Umumnya ditutupi oleh lapisan tanah penutup berwarna merah atau putih kekuningan dengan ketebalan sekitar 1,0 m sampai 5,0 m. Endapan aluvial yang mengandung emas mempunyai ketebalan bervariasi antara 0,5 m sampai 1,5 m terutama terdiri dari pasir kuarsa, fragmen batuan kuarsa, kwarsit dan limonit, serta mineral zirkon, magnetit, turmalin dan mineral berat lainnya. Di bawah endapan aluvial ditemukan batuan sedimen berupa batupasir kotor/grewacke berwarna abu-abu tua kehijauan hingga hitam kehijauan, berbutir sedang hingga kasar, porositas jelek, bersudut tanggung, sorting jelek, sebagian mengandung pirit, urat halus kuarsa hingga 1,5 cm. dan batulempung berwarna abu-abu tua kehitaman, lengket dalam keadaan basah, lunak, sebagian masif dan juga mengalami perlipatan kuat, mengandung urat kuarsa, pirit, tembaga sekunder berupa malakit dan mengandung emas. Kedua batuan ini disebut “kong” yang merupakan batuan yang mendasari endapan aluvial.

B. Pengembangan Wilayah Kalimantan Barat 1. Kabupaten dan Kota

(50)

yang terdapat pada lambang daerah. Sesuai yang tertulis pada Peraturan Daerah No. 4 tahun 1964 dan berdasarkan Surat Keputusan DPRD-GR Daerah Kalimantan Barat No. 2/SK/UM/1964 tgl. 24 Maret 1964, Tulisan "AKCAYA" adalah bahasa Jawa Kuno yang bermaksud "Tak Kunjung Binasa": kata-kata ini dalam sekali artinya, karena menggambarkan/mencerminkan sifat Rakyat dan Daerah Kalimantan Barat yang pantang menyerah dalam melaksanakan tugas Revolusi dengan 3 (tiga) kerangka Revolusinya yang digambarkan dalam tiga lipatan.

Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km² (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang diantaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.

Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia. Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2004 berjumlah 4.073.304 jiwa (1,85% penduduk Indonesia).

(51)

8 afdeeling Sintang) terdiri atas: Dayak (43,02%), Melayu (29,74%), Banjar (1,06%), Bugis (9,85%), Jawa (2,99%), suku lainnya (0,47%), tidak diketahui (12,88%). Sukubangsa tahun 1930 di seluruh Kalbar pada keempat afdeeling yang dominan besar yaitu Dayak (40,4%), Melayu (27,7%), bumiputera lainnya (18,3%) dan Tionghoa (13%) adapun komposisi sukuk bangsa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

*) berdasarkan database Biro Pusat Statistik KalBar (2000)

(52)

3. Tanaman Pangan

Tidak berbeda jauh dengan tahun 2005 beberapa Sub sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kalimantan Barat tahun 2006 beberapa komoditi mengalami penurunan produksi seperti padi sawah, kacang hijau, dan beberapa sayuran. Variasi luas panen dan tingkat produktivitas antar kabupaten/kota yang cukup tinggi membuat beberapa kabupaten/kota mendominasi produksi komoditi tertentu.

Pertanian tanaman padi misalnya, pada tahun 2006 didominasi produksi dari Kab. Sambas, Kab. Pontianak dan Kab. Landak yang mencapai 58,28 persen dari total produksi propinsi sebesar 1.107.662 ton (Tabel 6.1.3). Produktivitas padi pada tahun 2006 ini tidak berbeda jauh dengan tahun 2005, yaitu dari 2,906 ton perhektar menjadi 3,073 ton perhektar, jika dilihat dari jenis padi, produktivitas meningkat tetapi terjadi penurunan luas panen, sehingga menyebabkan turunnya jumlah produksi padi sawah. Sedangkan padi ladang selain produktivitas meningkat juga terjadi peningkatan luas panen, yang mempengaruhi meningkatnya jumlah produksi.

Untuk tanaman palawija, produksi jagung terbesar di Kabupaten Bengkayang yaitu 74,34 persen dari total produksi Kalimantan Barat sebesar 136 782 ton atau naik 7,14 persen dari tahun 2005. Sedangkan untuk ubi kayu naik 2,85 persen dengan produksi terbesar dari Kabupaten Landak yaitu 47,51 persen dari 250.175 ton produksi ubi kayu Kalimantan Barat.

Untuk ubi jalar produksi terbesar adalah Kabupaten Pontianak yaitu 19,00 persen. Sementara produksi Kacang Tanah terbesar Kabupaten Landak sebesar 54,50 persen. Kacang Kedelai dan Kacang Hijau didominasi oleh Kabupaten Sambas yaitu masing-masing 69,85 persen dan 70,77 persen.

(53)

Untuk buah-buahan hampir seluruh komoditi mengalami peningkatan produktivitas, yang sangat drastis yaitu Nanas dan jeruk (tabel 6.1.6). Produksi buah-buahan di Kalimantan Barat cukup tersebar di seluruh Kabupaten/Kota, hanya beberapa komoditi yang terpusat di beberapa Kabupaten/Kota, seperti jeruk di Kabupaten Sambas, mangga di Kabupaten Ketapang, nenas dan pisang di Kabupaten Pontianak.

4. Perkebunan

Data yang disajikan pada sub bab ini adalah data tanaman perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar adalah usaha perkebunan yang dilakukan oleh suatu badan usaha/hukum di atas tanah negara dan mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang. Di luar batasan tersebut merupakan perkebunan rakyat.

Berdasarkan data yang dikirim oleh Dinas Perkebunan propinsi, dari beberapa jenis tanaman yang diusahakan oleh perkebunan besar (diantaranya karet, kelapa sawit dan kelapa hibrida), hanya kelapa sawit yang sudah beroperasi secara konsisten. Untuk komoditi kelapa sawit khusus perkebunan besar selama kurun waktu 2003-2005 luas tanaman trendnya mengalami kenaikan, tahun 2005 naik 4,33 persen dari tahun sebelumnya, sedangkan produksinya naik 35,34 persen, hal ini disebabkan tanaman yang tahun sebelumnya belum produksi tahun 2005 mulai produksi. Tetapi untuk perkebunan rakyat pertumbuhan luas tanam dan produksi hanya sebesar 3,25 persen dan 2,89 persen. Perbandingan produktivitas perkebunan besar dan perkebunan rakyat tahun 2005 yaitu 2,22 ton per Ha berbanding 1,69 ton per Ha.

Penghasil kelapa sawit terbesar adalah Kabupaten Sanggau yang mencapai 171.472 ton atau 40,05 persen dari total produksi Kalimantan Barat. Persentase ini menurun dibanding tahun sebelumnya, hal ini mengindikasikan kabupaten lain juga mulai menanam/memproduksi kalapa sawit.

Gambar

Tabel E-1 Luas areal dan produksi tanaman perkebunan sampai tahun 2008

Referensi

Dokumen terkait

Sungai2 yang berada di Nusa Tenggara pada umumnya pendek2 disebabkan oleh adanya topografi yang didominasi oleh perbukitan dan pegunungan di zone tengah lebih luas

Untuk wilayah daratan Bali petir umumnya terjadi pada daerah ketinggian 200-1000 m DPL dengan topografi lereng pegunungan selatan dengan kemiringan curam.. Namun, pada

Pada umumnya kawasan garis pantai utara maupun selatan pulau Adonara memiliki bentang alam yang landai, walaupun demikian ada kawasan pesisir yang bertebing curam di pantai utara

Wilayah topografi terendah pada umumnya di bagian selatan yang merupakan daerah pesisir dengan ketinggian antara 6 – 12 m dpl, yang meliputi dari wilayah Cilacap Timur

Utara. Kondisi kelerengan Kawasan Danau Toba ini dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Pada bagian utara Kawasa Danau Toba yakni wilayah yang merupakan bagian dari

Sedangkan kelerengan wilayah yang cukup ekstrim yakni di atas 40 % (> 40 %) terdapat pada bagian utara yang meliputi sebagian wilayah Kecamatan Kapala Pitu, sebagian

Wilayah topografi terendah pada umumnya di bagian selatan yang merupakan daerah pesisir dengan ketinggian antara 6 – 12 m dpl, yang meliputi dari wilayah Cilacap Timur

Kawasan karst Pegunungan Sewu dianggap sebagai wilayah yang berpotensi untuk dijadikan pusat pengembangan ilmu speleologi.. Karst Gunung Sewu berada di bagian