• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi Jenis Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Speies) di DTA Danau Toba Keamatan Silahisabungan dan Pangururan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Inventarisasi Jenis Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Speies) di DTA Danau Toba Keamatan Silahisabungan dan Pangururan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Inventarisasi

Inventarisasi dalam arti luas (konseptual) adalah mencari dan menyajikan data secara keseluruhan atas hutan meliputi pertumbuhan pepohonan didalamnya. Arti sempit (operasional) adalah mencari data dan menyajikan data petensi produksi hutan meliputi luasan, volume kayu – standing stock, growing stock dan struktur tegakan yang ada didalamnya (Putranto, 2010).

Inventarisasi hutan pada umumnya dilakukan melalui pengamatan sebagian dari tegakan hutan untuk menjelaskan sifat-sifat dari keseluruhan hutan yang menjadi objek pengamatan. Yang diamati disebut sampel (contoh), dan totalitas obyek pengamatan disebut populasi. Sehubungan dengan itu, prosedur inventarisasi hutan harus diawali dengan pemberian batasan secara jelas terhadap populasi yang menjadi objek yang diamati (termasuk batasan unit populasi yang akan digunakan), dan pemilihan atau penentuan contoh (bagian populasi yang diamati). Selanjutnya dilakukan pendugaan terhadap ukuran-ukuran yang menyatakan sifat populasi berdasarkan hasil pengamatan terhadap ukuran-ukuran yang menyatakan sifat contoh (Malamassam, 2009).

(2)

berguna bagi masyarakat, baik membantu secara ekonomi maupun secara ekologi. Karena selain dapat mengembalikan hutan di DTA Danau Toba yang sudah gundul rehabilasi dengan tanaman ini juga akan membantu perekonomian masyarakat yang tinggal di DTA Danau Toba (Marpaung et all, 2015).

MPTS ( Multy Purpose tree species)

Sesuai dengan pernyataan Permenhut (2012), jenis tanaman serbaguna (MPTS/Multy Purpose Tree Species) adalah jenis tanaman yang menghasilkan kayu dan bukan kayu (getah, buah, daun, bunga, serat, pakan ternak, dan sebagainya).

Jenis-jenis tanaman serbaguna (MPTS/Multy Purpose Tree Species) mempunyai fungsi ganda sejak memasuki umur produktif, selain hasil hutan non kayu berupa buah-buahan, getah, nira, sabut dan sebagainya, setelah dewasa dan tidak produktif lagi pohonnya dapat ditebang dan dimanfaatkan kayunya untuk dijual (Suyanto et al, 2009).

Jenis-jenis Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Spesies)

Masyarakat pengelolah kawasan penyangga pada umumnya menanam jenis MPTS (Multy Purpose Tree Species) adalah seperti durian (Durio zibethinus), rambutan (Nephelium lappaceum), alpukat (Persea Americana), langsat (Lansium domesticum), nangka (Artocarpus heterophyllus),

(3)

1. Durian (Durio zibethinus)

Sinar Tani (2010), menyatakan bahwa Tanaman durian (Durio zibethinus) termasuk dalam famili Bombaceae yang dikenal sebagai buah tropis basah asli Indonesia. Tanaman durian merupakan buah asli Indonesia yang menempati posisi ke-4 buah nasional dengan produksi yang tidak merata sepanjang tahun, lebih kurang 700 ribu ton per tahun. Secara nasional, tanaman durian mengalami musim panen yang tidak serentak yang berlangsung dari bulan September sampai Februari serta mengalami masa paceklik bulan April sampai Juli.

Pada tahun 2004 terjadi penurunan produksi buah durian nasional sebanyak 8,8 % dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh gangguan iklim berupa curah hujan yang tinggi dan serangan organisme pengganggu tanaman (Dinas Pertanian, 2004).

Pohon durian tumbuh dengan baik pada ketinggian 1-800 meter diatas permukaan laut (mdpl) dan dapat tumbuh optimal pada ketinggian 50-600 meter diatas permukaan laut (Soedarya, 2009).

Menurut Yuniarti (2011), Selain gangguan hama tanaman durian saat ini juga mengalami gangguan karena maraknya penebangan pohon durian akibat sulitnya untuk mendapatkan kayu di hutan. Untuk itu diperlukan pelestarian pohon durian dengan melakukan penangkaran untuk mengoleksi tanaman durian induk sebagai plasma nutfah.

2. Rambutan (Nephelium lappaceum)

(4)

sampai kaku. Kulit buah berwarna hijau, dan menjadi kuning atau merah kalau sudah masak. Dinding buah tebal. Biji berbentuk elips, terbungkus daging buah berwarna putih transparan yang dapat dimakan dan banyak mengandung air. Rasanya bervariasi dari masam sampai manis. Kulit biji tipis berkayu. Umumnya rambutan berbunga pada akhir musim kemarau dan membentuk buah pada musim hujan, sekitar November sampai Februari (Hanum, 2008).

Tanaman rambutan mulai menghasilkan buah pada umur 5 tahun, serta tingkat produksi buah rambutan yang stabil berkisaran pada umur 10-12 tahun dan terus meningkat sampai tanaman rambutan berumur 20 tahun kemudian produksinya menurun pada umur diatas 20 tahun (Rukmana dan Yuyun, 2006). 3. Alpukat (Persea Americana)

(5)

1000-2000 m dpl ,sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl (Prihatman, 2000).

Walaupun keuntungan bertanam alpukat di Indonesia belum begitu bisa dirasakan karena pengelolaannya tidak intensif, namun karena permintaannya naik maka pertanaman alpukat dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Prospek ke depan bisnis alpukat semakin cerah sehubungan dengan semakin terbukanya peluang pasar. Tetapi sayangnya masih banyak wilayah yang merupakan sentra produksi belum tergali, sehingga kesulitan mendapatkan buah masih tetap dirasakan oleh para pedagang, baik di pasar lokal maupun eksportir.

4. Duku (Lansium domesticum)

Jenis duku yang banyak ditanam di Indonesia adalah jenis duku unggul seperti duku komering, duku metesih dan duku condet. Sedangkat duku dapat tumbuh dan berbuah baik di dataran randah hingga ketinggian 600 mdpl. Duku dapat tumbuh dan berbuah baik pada tipe tanah latasol, podsolik kuning dan alluvial. Tanaman lebih subur jika ditanam ditempat terlindung. Oleh karena itu tanaman ini biasa ditanam di pekarangan atau tegalan, bersama tanaman tahunan lainnya (Mayanti, 2009).

(6)

5. Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus) adalah jenis tanaman tropis yang banyak ditemukan di Indonesia. Tanaman nangka berbuah sepanjang tahun jika dirawat dengan baik dan tidak ada kemarau yang terlalu panjang. Di Indonesia masih memiliki keterbatan dalam memanfaatkan nangka, sehingga masyarakat hanya mengkonsumsi daging buah segarnya saja, yaitu dami nangka yang dibuat manisan kering dan campuran sayur gudangan. Biasanya nangka muda dibuat gudeg dan campuran sayur seperti pecel maupun lodeh, sedangkan nangka matang dibuat sirup, dodol, keripik, kolak, puding atazzu dimakan dalam keadaan segar dan lain sebagainya.

Menurut Sunarjono (2005), Tanaman nangka diduga merupakan tanaman asli India yang kini telah menyebar luas keseluruh dunia, termasuk Asia Tenggara.

6. Mangga (Mangifera indica)

Dalam upaya pengembangan hortikultura, Departemen Pertanian RI mengembangan suatu proyek terpadu pada komoditi mangga di beberapa sentra tanaman mangga di Jawa Barat (Mahendra et all, 2002). Adapun salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan income penduduk pada daerah sebaran mangga secara agrobisnis melalui peningkatan produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran. salah satu daerah persebaran mangga lainnya yang juga berpotensi untuk dikembangkan adalah Jawa Timur (Said, 2002).

(7)

genetika berjalan sangat cepat yang juga terjadi pada tanaman mangga. Hal ini disebabkan oleh beberapa kasus, misalnya penurunan populasi tanaman mangga karena daerah persebarannya dibangun menjadi kota dan pemukiman. Kultivar impor dijual dengan harga lebih murah dibandingkan kultivar lokal, dan masyarakat hanya membudidayakan mangga yang mempunyai nilai ekonomi tinggi misalnya mangga gadung, manalagi, dan lain-lain, sehingga mangga yang nilai ekonominya lebih rendah karena rasanya kurang enak misalnya mangga kopyor, kapuk dan lain-lain mulai ditinggalkan pembudidayaannya (Sumiasari et all, 2005).

Sampai saat ini penanganan pasca panen buah mangga di Madiun dan sekitarnya belum dikembangkan secara intensif. Pada umumnya buah mangga dijual sebagai buah segar baik yang sudah maupun belum matang. Pada umumnya petani memanen atau menjual mangga ketika buahnya sudah cukup tua (kematangan 60%), sedangkan kegiatan pemasakan (pemeraman atau pengkarbitan) dilakukan oleh para pedagang. Akibatnya mutu produk masih beragam, tampilan fisik belum menarik, dan keragaman varietas (Supriatna, 2005). Penjualan buah yang belum matang biasanya untuk keperluan rujak. Mangga muda juga dapat diawetkan dengan kadar gula tinggi menjadi manisan baik dalam bentuk basah atau kering (Anonim, 2001).

7. Kenitu (Chrysophillum cainito)

(8)

bulletin No. 37 Musium Kolonial, Kwast mendeskripsikan buah kenitu sebagai buah yang lembut, berair, menyegarkan, dan enak rasanya (Hayne, 1987).

Diketahui bahwa di pulau Jawa, terdapat dua jenis tanaman kenitu yang dapat dibedakan melalui daun dan buahnya, yakni kenitu kenitu merah dan kenitu hijau. Menurut Moch Amrun et all (2007), dari hasil pengamatan makroskopis sampel buah kenitu diperoleh hasil sebagai berikut : bentuk buah bulat dan lonjong, daging buah berwarna putih susu dengan serat yang kasar. Jika dilakukan irisan melintang terhadap buah maka kedudukan biji akan berbentuk seperti bintang, sesuai namanya: star apple. Pada berbatasan antara kulit buah dengan daging buah sering dijumpai getah berwarna putih. Permukaan daun atas berwarna hijau tua dengan tekstur licin dan mengkilat seperti daun jeruk nipis, sedangkan permukaan bawah daun berwarna coklat tua dengan tekstur kasar. 8. Kedondong (Spondias dulcis)

Tanaman kedondong (Spondias dulcis) adalah tanaman yang memiliki buahyang dapat dimakan langsung, dan dapan di olah dengan berbagai olahan seperti, sirup, jus, manisan, keripik, selai, jeli dan lain sebagainya.

Menurut Balai Perbenihan Tanaman Hutan Sulawesi (2013), Buah yang masih hiajau biasanya digunakan sebagai bahan rujak. Buah terdiri dari 64% bagian yang dapat dimakan dan 36% yang merupakan bijinya. Kedondong memiliki kulit buah yang tipis berwarna berwarna hijau ketika buah masih muda hingga kekuningan apabila buah telah masak.

9. Kemiri (Aleuurites moluccana)

(9)

sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat dan dikenal sebagai tung oil. Tanaman kemiri dapat juga tumbuh pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur dan pada tanah-tanah latosol. Pohon kemiri tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0 - 800 m di atas permukaan laut, walaupun di beberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketinggian sampai 1200 m di atas permukaan laut.

Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan Ditjen Perkebunan Departemen Pertanian (2006), menyatakan tinggi pohon kemiri dapat mencapai 40 meter dengan diameter batang mencapai 1 meter. Pada umur 2 tahun tinggi tanaman mencapai 1,25-3 m. Pohon mulai bercabang pada tinggi tanaman mencapai 0,25-0,5 m atau pada umur 1 tahun. Cabang-cabang kemiri pada umumnya berjarak 0,25-1 m pada umur 1-3 tahun. Tiap kumpulan cabang terdiri dari 3-6 cabang. Untuk memperbanyak cabang dapat dilakukan pemangkasan.

10. Sirsak (Annona muricata)

Sirsak merupakan tanaman dengan tinggi pohon sekitar delapan meter. Batang coklat berkayu, bulat bercabang. Mempunyai daun berbentuk telur atau lanset, ujung runcing tapi rata, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang tangkai lima mm, hijau kekuningan. Bunga terletak pda batang atau ranting, daun kelopak kecil, kuning keputih-putihan, benang sari banyak berambut, buahnya bukanlah buah sejati, yang dinamakan “bua” sebenarnya adalah kumpulan buah

(10)

hitam. Akar berwarna coklat muda, bulat dengan perakaran tunggang (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).

11. Jambu air (Eugenia aquea)

Menurut Cahyono (2010), tanaman jambu air sangat mudah dikenalai. Dilihat dari bentuk fisik tanaman dan buahnya yang sangat mudah diketahui bahwa tanaman tersebut adalah jambu air. Tanaman jambu air termasuk tanaman tahunan yaitu hidup menahun (Parenial). Umur tanaman mencapai puluhan tahun dan pohonnya dapat tumbuh besar dan tinggi. Tanamn jambu air berbuah sepanjang tahun (berbunga tidak mengenal musim).

(11)

Keadaan Umum Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba

Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba seluas lebih kurang 369.854 Ha, terdiri dari 190.3124 Ha daratan di Pulau Sumatera (keliling luar danau), 69.280 ha daratan Pulau Samosir (ditengah danau) dan 110.260 ha berupa perairan Danau Toba (luas permukaan). Secara geografis, Ekosistem Kawasan Danau Toba (EKDT) terletak diantara koordinat 2˚10’LU dan 98˚20”BT -99˚50”BT. EKDT terdapat di pegunungan Bukit Barisan, Propinsi Sumatera

Utara. Menurut wilayah administrasi pemerintah, EKDT meliputi tujuh kabupaten yaitu : (1) Kabupaten Tapanuli Utara, (2) Kabupaten Humbang Hasundutan, (3) Kabupaten Toba, (4) Kabupaten Samosir, (5) Kabupaten Karo, dan (7) Kabupaten Dairi (ITB, 2001).

Topografi

Kondisi tofografi Kawasan Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerenganlapangan terdiri dari datar dan kemeringan (0-8%), landai (8-15%), agak curam (15-25%), curam (25-45%), sangat curam sampai dengan terjal (> 45%).

(12)

2. Kearah Timur dan Tenggara di daerah Perapat-Porsea-Balige memiliki relief dating hingga bergunung. Di sisi Timur dan Tenggara kearah batas DTA terdapat dataran yang relief luas yang digarap oleh masyarakat setempat sebagai lahan sawah. Tepi batas DTA merupakan wilayah berbukit hingga bergunung dengan kemiringan lahan mencapai > 75%. 3. Bagian Selatan Kawasan Danau Toba merupakan dataran hingga wilayah

berbukit kearah batas DTA. Pada daerah yang datar dengan kemiringan lahan < 3%, diusahakan oleh masyarakat setempat sebagai lahan pertanian, sedangkan kearah batas DTA memiliki kontur relief berbukit hingga bergunung.

4. Di bagian Barat hingga Utara merupakan dataran dan perbukitan hingga bergunung, dengan lereng terjal kea rah tepi danau, seperti di sekitar Tele, Silalahi dan Tongging. Lereng terjal di wilayah ini mencapai kelerengan > 75%.

5. Pulau Samosir memiliki dataran yang relatif luas di tepian Danau Toba dengan kemiringan < 3%. Kea rah tengah pulau relifnya bergunung dan berlereng terjal dengan kemeringan lahan antara 30,5 hingga > 75%. Dataran yang terdapat dibagian Barat dan Selatan pulau ini relative lebih luas disbanding di sisi Utara dan sisi Timur.

Iklim

Menurut klasifikasi iklim Oldemen maka Kawasan Danau Toba termasuk kedalam tipe iklim B1, C1, C2, dan E2. Dengan demikian bulan basah (Curah

Hujan ≥ 200 mm/bulan) berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara dari 3

(13)

mm/bulan) berturut-turut antara 2-3 bulan. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Scmidt dan ferguson maka Kawasan Danau Toba ini termasuk kedalam tipe iklim A,B dan C.

Hidrologi

Air yang masuk kedalam Danau Toba berasal dari air hujan yang langsung jatuh ke Danau Toba dan air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke dalam danau. Di sekeliling danau terdapat 19 sub DTA yang merupakan daerah tangkapan air 19 sungai yang masuk kedalam danau. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Sigubang, Bah Bolon, Sungai Guloan, Sungai Arun, Sungai Tomok, Sungai Pulau Kecil/Sibanding, Sungai Halian, Sungai Simare, Sungai Aek Bolon, Sungai Mandosi, Sungai Gongpan, Sungai Bah Tongguran, Sungai Mongu, Sungai Kijang, Sungai Sinabung, Sungai Ringo, Sungai Prembakan, Sungai Supultakhuda, dan Sungai Silang.

Fungsi dan Manfaat Danau Toba

1. Cadangan Air (Air Baku Air Minum)

Pada umumnya Air Danau Toba digunakan atau dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai air baku dan air minum yang dapat digunakan sehari-hari. 2. Objek Wisata

Danau Toba yang memiliki pemandangan alam yang menakjubkan sangat berpotensi sebagai objek wisata.

3. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

(14)

4. Transportasi

Danau Toba juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sarana transportasi di Kawasan Danau Toba.

5. Budidaya Pertanian

Budidaya pertanian meliputi budidaya : tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan.

Sosial, Ekonomi dan Budaya

Kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan ekosistem Danau Toba dapat dilihat dari aspek mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, prasarana dan sarana pendukung. Dari aspek sosial budaya, masyarakat di kawasan tersebut hidup dalam beragam marga dan tradisi yang tetap dipegang teguh hingga kini. Kearifan lokal tersebut banyak mewarnai seluk-beluk masyarakat sehingga tidak dapat diabaikan dalam menyusun perencanaan pembangunan setempat. Sedangkan kegiatan perekonomian sebagian masyarakat di Kawasan Danau Toba masih mengandalkan pada sektor pertanian, termasuk kegiatan peternakan dan perikanan.

Kecamatan Silahisabungan

Kecamatan Silahisabungan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Dairi, yang memiliki luas areal wilayah 7.562 km². Kecamatan Silahisabungan merupakan kecamatan termuda di Kabupaten Dairi yang berdiri sejak tahun 2014. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Silahisabungan adalah :

(15)

Sebelah Timur berbatasan dengan Danau Toba dan Kabupaten Samosir Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi (2015), Kecamatan Silahisabungan mempunyai 5 desa yaitu, Desa Silahi I, Desa Silahi II, Desa Silahi III, Desa Paropo dan Desa Paropo I. Jumlah rumah tangga sebanyak 1.178 rumah tangga.

Kecamatan Pangururan

Kecamatan Pangururan adalah sebuah Kecamatan di kabupaten Samosir, Kecamatan Pangururan juga merupakan ibu kota Kabupaten Samosir. Kecamatan Pangururan mempunyai luas areal 121,43 km² dan berada pada 50,37 meter diaatas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pangururan adalah :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Simanindo Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Palipi

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sianjur Mulamula Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ronggur Nihuta.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pendidikan seni musik saat ini sering diidentikkan dengan hal-hal yang berbau kearifan lokal dan bagaimana cara untuk mencapai target agar musik di daerah tertentu terbawakan

permasalahan dalam soal penerjemahan karena banyaknya penerjemah yang tidak profesional dalam bekerja dan sempitnya waktu kita sebagai editor untuk mendeteksi keseluruhan

Narasumber Poin 16 pembinaan yang dilakukan adalah melibatkan para kakak- kakak peserta didik dalam melakukan kegiatan wirausaha, misalnya membuat sebuah usaha

Misalnya, kalau kita tulis model (M/M/1) : FIFO// ∞/∞ , ini berarti bahwa model menyatakan kedatangan distribusikan secara Poisson, waktu pelayanan distribusikan secara

Anak kelas 3 dan 4 SD Negeri Payung setelah pendidikan kesehatan personal hygiene gigi dan mulut mempunyai perilaku yang baik karena mereka menerima materi di pelajari

Berdasarkan analisa tersebut, tema sharing economy paling banyak dipilih sebagai subjek kajian di di benua Eropah iaitu sebanyak 34.5% (69 artikel), tempat kedua di negara

Aset keuangan dan liabilitas keuangan dilakukan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian jika, dan hanya jika Bank