• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PLASMA NUTFAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN PLASMA NUTFAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PLASMA NUTFAH

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN

CHEPPY SYUKUR

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Jl. Tentara Pelajar-Kanpus Penelitian Pertanian No. 1, Bogor

ABSTRAK

Plasma nutfah mencakup keanekaragaman bahan genetika baik dalam bentuk varietas tradisional dan mutakhir maupun kerabat liarnya. Bahan genetika ini merupakan bahan mentah yang sangat penting bagi para pemulia tanaman, hewan dan ikan, terutama untuk merakit varietas atau galur baru. Dapat dikatakan bahwa bahan genetika ini merupakan cadangan penyesuaian genetika untuk mengatasi lingkungan yang membahayakan dan perubahan ekosistem. Perhatian yang lebih besar terhadap plasma nutfah yang ada, perlu ditingkatkan terutama varietas-varietas lokal melalui upaya pengelolaan plasma nutfah secara optimal dalam bentuk kegiatan inventarisasi (koleksi), pendataan (dokumentasi) dan pelestarian (konservasi) yang selanjutnya diikuti dengan upaya identifikasi karakter-karakter penting melalui kegiatan karakterisasi dan evaluasi secara sistematis. Semuanya harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga akan memudahkan dalam upaya pemanfaatannya. Menyadari pentingnya arti plasma nutfah, maka sejak beberapa tahun terakhir Puslitbang Perkebunan dengan Balit-Balit dibawahnya mulai berkonsentrasi untuk melakukan pengelolaan plasma nutfah secara sungguh-sungguh dengan tujuan utama meningkatkan pemanfaatan plasma nutfah untuk kesejahteraan masyarakat luas dan berpedoman pada azas kelestarian yang berkelanjutan. Langkah awal yang dilakukan adalah memperbaiki sistem konservasi yang selama ini telah terabaikan yang mengakibatkan punahnya ribuan genotipe dari kekayaan plasma nutfah pada semua komoditas perkebunan. Sampai dengan tahun 2006, kekayaan plasma nutfah yang dimiliki oleh Puslitbang Perkebunan terdiri dari 708 spesies dan 3431 aksesi (Balittro dan Balittri), 43 spesies dan 4167 aksesi (Balittas), 4 spesies dan 144 aksesi (Balitka), tersebar di kebun-kebun koleksi plasma nutah di lapangan dan laboratorium. Pemanfaatan dari koleksi plasma nutfah tersebut telah diperoleh 44 varietas unggul.

Kata kunci: Plasma nutfah, pengelolaan, perkebunan

PENDAHULUAN

Indonesia dengan wilayah yang membentang luas dan kondisi geografi dan ekologi yang bervariasi telah menciptakan keanekaragaman plasma nutfah yang sangat tinggi, dan terbuka peluang yang besar pula bagi upaya mencari dan memanfaatkan sumber-sumber gen penting yang ada untuk program pemuliaan. Oleh karena itu, tingginya keanekaragaman plasma nutfah memiliki aspek yang sangat penting untuk dipertahankan.

Pengertian tentang konsep plasma nutfah (PN) sering dicampur-adukkan dengan pengertian keaneka-ragaman hayati (KH). Konsep KH mencakup semua keanekaragaman organisme di alam ini, baik yang liar maupun yang telah dibudi-dayakan termasuk pula lingkungan hidupnya. Guna memudahkan pemahaman, KH dibagi dalam tiga tingkatan, yakni ekosistem, jenis dan didalam jenis. Di dalam pengertian ini PN termasuk didalam

pengertian yang paling sempit, yaitu keanekaragaman didalam jenis atau keanekaragaman sumber daya genetik (SDG) (SASTRAPRADJA, 1992 disitasi DIWYANTO dan SETIADI, 2003).

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh masyarakat yang mengakibatkan adanya pengaruh negatif terhadap kelestarian plasma nutfah melalui hilangnya habitat, eksploitasi secara berlebihan tanpa diikuti dengan upaya reklamasi, pengaruh polusi, kebakaran, juga pengaruh yang ditimbulkan akibat adanya bencana alam, dan sebagainya. Semakin intensifnya penggunaan varietas-varietas unggul baru tanpa diimbangi dengan upaya mempertahankan penggunaan varietas-varietas lokal (land race) juga telah menambah percepatan terjadinya erosi genetik plasma nutfah. Keadaan tersebut makin bertambah parah dengan masih tingginya kegiatan pengambilan serta pertukaran materi plasma nutfah secara ilegal.

(2)

Perhatian yang lebih besar terhadap plasma nutfah yang ada, perlu ditingkatkan terutama varietas-varietas lokal melalui upaya pengelolaan plasma nutfah secara optimal dalam bentuk kegiatan inventarisasi (koleksi), pendataan (dokumentasi) dan pelestarian (konservasi) yang selanjutnya diikuti dengan upaya identifikasi karakter-karakter penting melalui kegiatan karakterisasi dan evaluasi secara sistematis. Semuanya harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga akan memudahkan dalam upaya pemanfaatannya.

Di dalam perkembangannya, PN tidak lain adalah substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dalam rekayasa penciptaan bibit unggul maupun rumpun baru (KOMNAS PN, 1999 disitasi DIWYANTO dan SETIADI, 2003). Dalam kaitannya dengan tanaman, PN dapat berupa biji, jaringan tanaman, dan tanaman muda/dewasa; sedangkan pada ternak hal tersebut dapat berbentuk jaringan, semen, telur, embrio dan hewan hidup muda/dewasa (NATIONAL RESEARCH COUNCIL, 1993, dan KOMNAS PN, 1999 disitasi DIWYANTO dan SETIADI, 2003).

Dalam Undang Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Pasal 1 butir 2, yang dimaksud dengan PN adalah substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup, dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Dengan demikian menurut undang-undang tersebut PN merupakan keseluruhan keanekaragaman genetik yang terdapat dalam makhluk hidup (tumbuhan, satwa dan mikroorganisme). Diantara berbagai KH yang dipengaruhi oleh keragaman dalam lingkungan dan keragaman dalam jenis (plasma nutfah), PN pertanian (agrobiodiversity) merupakan salah satu PN yang sangat mendesak untuk diamankan dari kepunahan maupun terjadinya erosi potensi genetiknya. Sebab PN pertanian atau juga sering disebut dengan sumber daya genetik (SDG) pertanian secara riil telah dan terus akan dimanfaatkan bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

POKOK BAHASAN

Disadari ataupun tidak, plasma nutfah memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Semua kegiatan yang mendukung kehidupan di muka bumi dapat berlangsung karena adanya plasma nutfah. Mengacu kepada hasil Convention on Biological Diversity, PN diartikan sebagai “bahan tanaman, hewan, mikroba atau makhluk lainnya yang mengandung satuan-satuan fungsional pewarisan sifat yang mempunyai nilai, baik aktual maupun potensial” (KOMNAS PN, 2000 disitasi DIWYANTO dan SETIADI, 2003). PN mencakup keanekaragaman bahan genetika baik dalam bentuk varietas tradisional dan mutakhir maupun kerabat liarnya. Bahan genetika ini merupakan bahan mentah yang sangat penting bagi para pemulia tanaman, hewan dan ikan, terutama untuk merakit varietas atau galur baru. Dapat dikatakan bahwa bahan genetika ini merupakan cadangan penyesuaian genetika untuk mengatasi lingkungan yang membahayakan dan perubahan ekosistem.

Menyadari pentingnya arti plasma nutfah, maka sejak beberapa tahun terakhir Puslitbang Perkebunan dengan Balit-Balit dibawahnya mulai berkonsentrasi untuk melakukan pengelolaan plasma nutfah secara sungguh-sungguh dengan tujuan utama meningkatkan pemanfaatan plasma nutfah untuk kesejah-teraan masyarakat luas dan berpedoman pada azas kelestarian yang berkelanjutan. Langkah awal yang dilakukan adalah memperbaiki sistem konservasi yang selama ini telah terabaikan yang mengakibatkan punahnya ribuan genotipe dari kekayaan plasma nutfah pada semua komoditas perkebunan.

Sampai dengan tahun 2006, kekayaan plasma nutfah yang dimiliki oleh Puslitbang Perkebunan sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 4.

Koleksi plasma nutfah tersebut tersimpan di Balit-Balit komoditas, baik berupa ”biji” di ruang-ruang penyimpanan (seed storage), berupa jaringan tanaman di media-media kultur jaringan, maupun berupa tanaman muda/ dewasa di kebun-kebun koleksi. Pengelolaan plasma nutfah yang dilakukan di Balit-Balit meliputi kegiatan eksplorasi, konservasi, karakterisasi, evaluasi, rejuvenasi dan dokumentasi.

(3)

Tabel 1. Koleksi plasma nutfah di Puslitbang Perkebunan s/d 2006

No. Unit kerja Spesies yang dimiliki Total aksesi

1. Balittro dan Balittri 708 3.431

2. Balittas 43 4.167

3. Balitka 4 144

Jumlah 755 7.752

Sumber: LAPORAN AKHIR PN PERKEBUNAN, 2006

Tabel 2. Koleksi plasma nutfah di Balittas s/d 2006

Entry data Nomer dan

nama aksesi Morfologi

Komoditas Jumlah koleksi

(aksesi)

Jumlah karakter/ aksesi

Aksesi % Aksesi Karakter/aksesi %

Tembakau 1355 55 1355 100 1094 25 80,74

Kapas 678 55 642 94,69 642 26 94,69

Kenaf dan sejenisnya 1553 47 1553 100 978 25 62,97

Wijen 70 42 70 100 65 20 92,86 Kapuk 146 31 146 100 60 19 41,10 Rami 102 51 58 56,82 58 24 56,86 Jarak 175 - 0 0 0 0 Abaca 64 49 0 0 0 0 Agave 11 - 0 0 0 0 Linum 13 - 0 0 0 0 Jumlah 4.167 3.824 91,77 2.897 69,52

Tabel 3. Koleksi plasma nutfah di Balitka s/d 2006

Entry data

Nomer dan nama aksesi Morfologi

Komoditas Jumlah koleksi (aksesi) Jumlah karakter/ aksesi

Aksesi % Aksesi Karakter/aksesi %

Kelapa 90 64 42 46,6 42 35 46,6

Pinang 27 33 27 100 21 26 77,7

Sagu 19 7 0 0 0 0 0

Aren 8 15 0 0 0 0 0

Jumlah 144 69 47,92 63 43,75

Sistem dokumentasi diharapkan tidak hanya digunakan untuk kebutuhan akses informasi (information retrieval), akan tetapi juga sebagai media untuk penyimpanan data (data storage) secara aman, pemeliharaan data (data updating), pengolahan data (data processing) serta pertukaran data (data sharing). Oleh karena itu, adanya sistem dokumentasi yang baik akan sangat membantu dalam kegiatan perencanaan, operasional serta monitoring pengelolaan plasma nutfah (PAINTING et al., 1993 disitasi KURNIAWAN, 2005).

PELUANG PASAR

Peluang pasar Indonesia untuk memasok bahan baku tanaman obat ke pasar dunia masih sangat terbuka, hal ini dikarenakan trend masyarakat untuk menggunakan bahan baku alam dalam pengobatan dan peningkatan daya tahan tubuh. Pada tahun 2002 diperkirakan nilai pasar dunia tumbuhan yang digunakan untuk obat mencapai US $ 30,7 milyar, dan yang dijual sebagai “food suplement” mencapai US $ 8.200 juta (ANON, 2000).

(4)

Tabel 4. Koleksi plasma nutfah di Balittro/Balittri s/d 2006

Entry data

Nomer dan nama aksesi Morfologi

Komoditas Jumlah koleksi(aksesi) karakter/aksesi Jumlah

Aksesi % Aksesi Karakter/aksesi %

Adas 5 3 5 100 5 3 100 Akar tuba 3 3 100 Akar wangi 42 8 42 100 42 8 100 Bambu 11 11 100 Cabe jawa 10 36 10 100 10 36 100 Cengkeh 16 16 100 Garut 20 2 20 100 20 2 100 Hydnocarpus 4 4 100 Jahe 17 3 17 100 17 3 100 Jambu mente 175 2 175 100 175 2 100 Jarak pagar 4 4 100 Jati belanda 5 8 5 100 5 8 100 Kalapa 6 6 100 Kapolaga 3 3 100 Kapuk 10 10 100 Karet 5 5 100 Katuk 8 8 100 kayu manis 19 19 100 Kayu putih 9 9 100 Kedawung 4 4 100 Kemiri 8 8 100 Kenari 5 5 100 Kencur 40 4 40 100 40 4 100 Ketumbar 6 6 100 Kicongcorang 4 4 100 Kopi 5 5 100 Kunyit 67 6 67 100 67 6 100 Lada 57 57 100 Lame 7 7 100 Macadamia 3 3 100 Mahoni 11 11 100 Marasi 5 5 100 Melinjo 6 6 100 Mengkudu 11 19 11 100 11 19 100 Meniran 7 26 7 100 7 26 100 Mentha 22 3 22 100 22 3 100 Mindi 7 7 100 Nilam 18 12 18 100 18 12 100 Ocimum 17 9 17 100 17 9 100 Pacing 12 12 100 Pala 437 437 100 Panili 35 35 100 Pegagan 12 30 12 100 12 30 100 Pinang 7 7 100 Piretrum 90 90 100 Pongporang 4 4 100 Purwoceng 4 3 4 100 4 3 100 Rami 29 29 100 Sawo 9 9 100 Serai wangi 7 7 100 Spesies Kalteng 431 431 100 Spesies Papua 154 154 100 Tamarin 10 10 100 Temulawak 21 7 21 100 21 7 100 Terong 9 9 100 Tongka 6 6 100 Ylang-ylang 10 10 100 Jumlah 1.969 1.969 100 493 25,04

(5)

Sedangkan pada tahun 2003 nilai ekspor tanaman obat Indonesia baru mencapai US$ 6,66 juta. Dan untuk memenuhi kebutuhan produk sekunder, Indonesia mengimpor tanaman obat senilai US$ 7,83. (RENSTRA, 2006).

Pangsa pasar lima komoditas atsiri, seperti nilam, pala, serai wangi, akar wangi dan kenanga, mencapai 56% dari minyak atsiri dunia dan mampu menghasilkan devisa senilai US$ 44,32 juta, namun kita juga mengimpor senilai US$ 8,2 juta pada tahun 2003. Pada tahun 2001 ekspor bahan tanaman yang digunakan sebagai pestisida nabati mencapai US$ 0,57 juta, tetapi Indonesia juga mengimpor sebesar US$ 0,1 juta. (RENSTRA, 2006)

PEMANFAATAN PLASMA NUTFAH Saat ini Puslitbang Perkebunan telah melepas 1 varietas jahe (Cimanggu 1), 3 varietas kencur (Galesia 1, Galesia 2, dan Galesia 3), 3 varietas kunyit (Turina 1, Turina 2, Turina 3), 3 varietas serai wangi (G1, G2, G3), 3 varietas nilam (Lhokseumawe, Sidikalang dan Tapak Tuan), 1 varietas jarak kepyar (ASB 81), 1 varietas jarak pagar (IP 1), 4 varietas kapas (Kanesia 7, Kanesia 8, Kanesia 9, ISA 205A), 3 varietas kapuk (Togo B, Muktiharjo 1, Muktiharjo 2), 2 varietas kenaf (KR6 – KR 11), 1 varietas rami (Pujon 10), 8 varietas tembakau (Kemloko 1, Sindoro 1, Prancak 95, Prancak N-1, Prancak N-2, Coker 176, Bojonegoro 1, Dixie Bright 101), 5 varietas lada (Natar 1, Natar 2, Petaling 1, Petaling 2), 6 varietas kelapa (Kelapa dalam Mapanget, Dalam Tenga, Dalam Palu, Dalam Bali, Kelapa Genjah Salak, Genjah Raja), (HASNAM dan RR.S. HARTATIK, 2006), dan pelepasan varietas tersebut didukung dengan teknologi budidaya mencakup perbenihan,

pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta teknologi pasca panen.

KESIMPULAN

Disamping usaha pelestariannya sendiri dengan jumlah koleksi yang terus bertambah, manfaat lain yang didapat dari keberadaan plasma nutfah dan melalui pengelolaan plasma nutfah litbang perkebunan yang tertata di kebun-kebun koleksi dan di laboratorium Balitka, Balittro, Balittas dan Balittri, sampai tahun 2006 sudah menghasilkan 44 varietas unggul.

DAFTAR PUSTAKA

DIWYANTO,K., dan B.SETIADI. 2003. Peran Komisi Nasional Plasma Nutfah dalam Pengelolaan Pemanfaatan dan Pelestarian Sumber Daya Genetik Pertanian. Makalah Apresiasi Plasma Nutfah di Bogor, Juni 2003. Bogor.

HASNAM dan RR.S. HARTATIK, 2006, Varietas Unggul Tanaman Perkebunan. Puslitbang Perkebunan. Bogor, 44 Hlm.

KURNIAWAN H., 2005. Dokumentasi Data. Buku Pedoman Pengelolaan Plasma Nutfah Per-kebunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Hlm 59-70.

LAPORAN AKHIR, 2006. Laporan Akhir Plasma Nutfah Perkebunan. Bogor. 12 Hlm.

PAINTING, K.A., M.C.PERRY, R.A.DENNING, and W.G. AYAD, 1993. Guidebook for Genetic Resources Documentation. A. Self-teaching Approach to the Understanding, Analysis and Development of Genetic Resources Documentation. International Board for Plant Genetic Resources. Regional Office for South and Southeast Asia, New Delhi.

RENSTRA, 2006. Rencana Strategis 2005 – 2009 Balittro. Bogor.

Gambar

Tabel 3. Koleksi plasma nutfah di Balitka s/d 2006
Tabel 4. Koleksi plasma nutfah di Balittro/Balittri s/d 2006

Referensi

Dokumen terkait

Biaya Administrasi adalah 5% dari total tagihan RS untuk pasien asuransi (tanpa batas maksimal), dan 5% dengan maksimal nilai Rp 600rb - Rp 900rb untuk pasien umum (tergantung

Penggunaan pendekatan STM dengan model pembelajaran GI diharapkan guru mampu mengajak siswa berperan aktif, yang ditekankan pada unjuk kerja, dimana siswa dibagi dalam

Berawal pada hari senin tanggal 9 Maret 2012, calon konsumen atau debitur mengajukan pembiayaan kepada Trihamas Finance Cabang Madiun untuk pembelian sebuah

Peningkatan  hormon  metabolisme  yang  distimulasi  perlakuan superovulasi juga disertai  oleh  peningkatan  konsentrasi  zat‐zat  nutrien  penting  bagi  induk 

Ruang lingkup pembahasan skripsi ini meliputi analisis peluang yang ada dalam pasar, analisis model bisnis yang dapat dipakai dalam implementasi e-commerce, perancangan

Kad marksistinė estetika turi tam tikrą dalį teorinių problemų, kurios gali būti sprendžiamos, interpretuojamos ir vertinamos pažinimo teorijos ir istorinio

Data-logger yang dibuat oleh IbIKK TE USD dapat mengukur tegangan, arus, daya dan energi yang dihasilkan oleh kincir angin dalam jangka waktu tertentu.. Perangkat

Berdasarkan pengertian tanah Hak Guna Usaha, asal tanah Hak Guna Usaha adalah tanah negara, apabila Hak Guna Usaha berupa tanah hak terlebih dahulu harus dilakukan penyerahan