• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AROMATERAPI MAWAR TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WARDHA UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH AROMATERAPI MAWAR TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WARDHA UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

PENGARUH AROMATERAPI MAWAR TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA

DI PANTI SOSIAL TRESNA WARDHA UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

FOERWANTO 3211022

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

(2)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(3)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

(4)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi rabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayangnya-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengaruh Aromaterapi Mawar Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Panti Sosial Tresna Wardha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta”.

Dalam penyusunan penelitian ini penulis memperoleh banyak bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Kuswanto Hardjo, dr., M. Kes selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

2. Dewi Retno Pamungkas, MNg selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

3. Wenny Savitri., MNS selaku dosen penguji yang berkenan meluangkan waktu menberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini

4. Muhamat Nofiyanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Tri Prabowo, S.Kp.,MSc selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah berkenan meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan, motivasi, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu baik moral maupun spiritual dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Kepada kedua orang tua bak, umak, keluarga besar, terima kasih kepada helda

septiani yang selalu memberi semangat, dan teman–teman yang telah memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu baik moral maupun spiritual dalam menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa peyusunan skripsi ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga karya ini dapat memberi manfaat dan tambahan pengetahuan bagi para pembaca.

Yogyakarta, Januari 2016

(5)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

v DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii INTISATI ... iii ABSTRACT ... iv HALAMAN PERYATAAN ... v KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR SKEMA ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tinjauan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian... 6 E. Keaslian Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 9

1. Lanjut Usia ... 9

a. Definisi Lansia ... 9

b. Klasifikasi Lansia ... 10

c. Proses Menua ... 10

d. Perubahan dan Penurunan Pada Lansia... 11

2. Tidur ... 12

a. Definisi ... 12

b. Fisiologi ... 12

c. Fase-fase Tudur ... 13

d. Tahapan Tidur ... 15

e. Pola dan Kebutuhan Tidur Lansia ... 17

f. Kualitas Tidur ... 18

g. Gangguan Tidur ... 19

h. Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tidur ... 20

3. Aromaterapi Mawar ... 22

a. Definisi Aromaterapi ... 22

b. Fungsi Aromaterapi ... 23

c. Manfaat Aromaterapi ... 24

d. Macam-macam Minyak Esensial ... 25

e. Cara Penggunaan Aromaterapi ... 27

f. Mekanisme Kerja Aromaterapi Mawar ... 29

B. Kerangka Teori ... 31

(6)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vi

D. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sempel Penelitian ... 34

1. Populasi ... 34

2. Cara Pemilihan Sampel ... 34

3. Besar Sampel ... 34

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Definisi Operasional Variabel ... 36

F. Instrumen Penelitian ... 37

1. Aromaterapi Mawar ... 37

2. Koesioner RSCQ ... 38

G. Validitas dan Reliabilitas ... 38

1. Validitas ... 38

2. Reliabilitas ... 39

H. Pengumpulan Data ... 39

I. Analisis dan Metode Statistik ... 40

1. Metode Pengolahan Data a. Editing... 40

b.Coding ... 41

c. Entry Data ... 41

d. Tabulating... 41

2. Analisa Data a. Analisis Statistik Deskriptif ... 41

b. Analisis Statistik Inferensial ... 42

J. Etika Penelitian ... 42 1. Sukarela ... 42 2. Informed Consent ... 42 3. Anonimity ... 43 4. Confidentiality ... 43 5. Resiko ... 43

6. Hak untuk mendapatkan perlakuan adil ... 43

K. Jalannya Penelitian ... 43

1. Tahap Persiapan ... 43

2. Tahap Pelaksanaan ... 44

3. Tahap Penyelesaian ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47

2. Analisa Data ... 48

a. Analisa Statistik Diskriptif ... 48

b. Analisa Statistik Inferensial ... 50

(7)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

vii

C. Keterbatasan Penelitian ... 59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 61 B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

viii

DAFTAR SKEMA

Hal Skema 2.1 Kerangka Teori... ... 31 Skema 2.2 Kerangka Konsep ... 32 Skema 3.1 Rancangan penelitian ... 33

(9)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

ix

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 36

Tabel 4.1 Karekteristi Responden ... 48

Tabel 4.2 Kualitas Tidur Sebelum Intervensi Aromaterapi ... 49

Tabel 4.3 Kualitas Tidur Sesudah Intervensi Aromaterapi ... 50

(10)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4. Kuesioner RCSQ

Lampiran 5. Protap Pelaksanaan Terapi Mawar

Lampiran 6. Surat Keterangan Izin Studi Pendahuluan dari Gubernur DIY Lampiran 7. Surat Keterangan Izin Studi Pendahuluan dari BAPPEDA Bantul Lampiran 8. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Gubernur DIY

Lampiran 9. Surat Keterangan Izin Penelitian dari BAPPEDA Bantul Lampiran 10. Data Penelitian

(11)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xi

PENGARUH AROMATERAPI MAWAR TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA

DI PANTI SOSIAL TRESNA WARDHA UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

Foerwanto1, Muhamat Nofiyanto2, Tri Prabowo3.

INTISARI

Latar Belakang: Kebutuhan untuk tidur sangat penting bagi setiap orang

terutama lansia di Panti Sosial Tresna Wardha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. Kualitas buruk pada lansia bisa menyebabkan gangguan–gangguan antara lain, seperti kecenderungan lebih rentan terhadap penyakit, pelupa, gangguan psikomotor, disorientasi, serta menurunnya kemampuan berkonsentrasi, dan membuat keputusan. Hal ini dapat diatasi dengan terapi farmakologis maupun non farmakologis. Salah satu terapi non parmakologis yang digunakan adalah aromaterapi mawar.

Tujuan Penelitian: Mengetahui adanya pengaruh aromaterapi mawar terhadap

kualitas tidur lansia di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian Quasy experiment.

Rancangan yang digunakan yaitu one group pretest-posttest design. Uji hipotesis menggunakan uji non parametrik yaitu uji Marginal-Homogeneity dengan kemaknaan α=0,05. Sempel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling dengan responden sebanyak 24 orang. Setiap responden diberikan perlakuan terapi aromaterapi mawar dengan terapi selama 5 menit dan dilaksanakan selama 5 hari berturut-turut.

Hasil penelitian: Hasil analisis statistic menggunakan uji Marginal-Homogeneity

menunjukan p value sebesar 0,000 (p value <0,05) artinya ada pengaruh terapi aromaterapi mawar terhadap kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Wardha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.

Kesimpulan: Terapi aromaterapi mawar memiliki pengaruh dalam meningkatkan

kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Wardha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.

Kata kunci: Lansia, PSTW, Kualitas tidur, Aromaterapi, Mawar

1

Mahasiswa Program Studi Keperawatan Stikes Jend. A. Yani Yogyakarta. 2

Dosen Program Studi Keperawatan Stikes Jend. A. Yani Yogyakarta. 3

(12)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

xii

THE EFFECT OF ROSE AROMATHERAPY SLEEP QUALITY OF ELDERLY IN TRESNA WARDHA SOCIAL PARLORS UNIT BUDI

LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

Foerwanto1, Muhamat Nofiyanto2, Tri Prabowo3

ABSTRACT

Background: The need for sleep is very important for everyone, especially the

elderly in social institutions. Tresna Wardha unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. Poor quality in the erdely can cause disturbance among other, as the tendency is more susceptible to disease, forgetful, psychomotor, disorientation and make decisions. This can be overcome by pharmacological and non pharmacological therapy. One non-pharmacologis therapies used is aromatherapy roses

Objective: To determine the effect of rose aromatherapy on the quality of sleep of

elderly in PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul, Yogyakarta.

Method: This study was research quasy-experiment. Used is one group

pretest-posttest design. Hypothesis test used non-parametric marginl homogenelty test with significance α = 0,05. Sempel taken using simple random sampling technique with respondents as many as 24 people. Each respondent was given therapy treatment aromatherapy rose to therapy for 5 minutes and held for 5 day in a row.

Result: Results of statistical analysis using the marginal-homogenelty test showed

P value 0,000 (p value < 0,05) means that there is an aromatherapy therapeutic effect on the quality of sleep of elderly rose in social isntitusions Tresna Wardha unit Budi Luhur Kasongan Bantul, Yogyakarta.

Conclusion: Therapy aromatherapy roses have effect in improving sleep quality

in the elderly social home Tresna Wardha unit Budi Luhur Kasongan Bantul, Yogyakarta.

Keywords: Elderly, PSTW, Sleep quality, Aromatherapy, Rose.

1

Student of Nursing Study Program of Stikes Jend. A. Yani Yogyakarta. 2

Lecturer of Nursing Study Program of Stikes Jend. A. Yani Yogyakarta. 3

Lecturer of Health Polytechnic of Health Ministry Yogyakarta.

(13)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi 10 tahun terakhir di Indonesia berdampak pada lebih terjaminnya kesehatan bagi masyarakat, sehingga usia harapan hidup (UHH) pada penduduk menjadi lebih meningkat (Nugroho, 2012). Berdasarkan data U.S. Census Bureau (2005) jumlah lansia di Indonesia mencapai 8,48% (19,9 juta jiwa), pada tahun 2010 mencapai 9,77% (23,9 juta jiwa), berdasarkan sensus yang dilakukan pada tahun 2010 di Indonesia, jumlah total lansia mencapai 9,77% (23,9 juta jiwa) dengan jumlah lansia terbanyak beturut – turut yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta (14,04%), Jawa Tengah (11,14%), Jawa Timur (11,14%), Bali (11,02%), dan Sulawesi Selatan (9,05%). Pada tahun 2015 jumlah lanjut usia (lansia) mencapai 10.0% (24,44 juta jiwa) Dan diperkirakan bahwa pada tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia mencapai 11,34% (28,8 juta jiwa)

Data Kantor Kementrian Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan bahwa di tahun 1980 UHH yaitu 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%). Pada tahun 2006 UHH yaitu 66,2 tahun dengan jumlah lansia sebanyak 19 juta orang (8,90%) (Hamid, 2007). Angka UHH lansia di tahun 2010 mencapai 67,4 tahun dengan jumlah lansia sebanyak 24 juta orang atau hampir 10 persen dari seluruh jumlah penduduk di Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2020 UHH pada lansia cenderung semakin meningkat yaitu 70 tahun dengan jumlah lansia 11,34% (28,82 juta jiwa) (Prawiro, 2012).

Secara biologis, lansia mengalami proses penuaan secara terus-menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan pada struktur fungsi sel, jaringan, dan sistem organ (Pho-Health, 2009). Menjadi tua merupakan proses alamiah dimana seseorang telah melalui dua tahap kehidupan yaitu anak dan dewasa. Salah satu kemunduran yang dialami oleh lansia yaitu kemunduran fisik yang ditandai kulit yang mengendur,

(14)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2

rambut yang memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan mulai kabur, dan gerakan semakin lambat. Lansia juga mengalami ketakutan, trauma, ketergantungan fisik, ekonomi, dan sakit yang kronis (Nugroho, 2012).

Lansia sering dianggap lamban, baik dalam berpikir maupun bertindak. Keterlibatan lansia dalam bersosialisasi dianggap penting untuk mendukung lansia dalam menghadapi masalah yang terjadi (Nugroho, 2012). Pada lansia, kondisi dan fungsi tubuh semakin menurun, sehingga semakin banyak keluhan yang terjadi. Beberapa masalah yang sering muncul pada lansia yaitu immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intelectual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), depresi, malnutrisi, gangguan tidur, hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh) (Nugroho, 2012).

Gangguan tidur merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh lansia. Kondisi ini membutuhkan perhatian yang serius. Buruknya kualitas tidur lansia disebabkan oleh berkurangnya efisiensi tidur, dan terbangun lebih awal karena proses penuaan. Proses penuaan tersebut menyebabkan penurunan fungsi neurotransmiter yang ditandai dengan menurunnya distribusi norepinefrin. Irama sirkadian mengatur irama tubuh antara lain irama tidur, temperatur tubuh, tekanan darah, dan pola sekresi hormon, irama sirkardian dipengaruhi lingkungan, rangsanan cahaya, dan produksi melatonin meningkat. Oleh karena itu, akan banyak terjadi konversi serotonin menjadi melatonin sehingga tidur akan berkurang, dimana terjadi perubahan tidur lansia pada fase NREM 3 dan 4. Sehingga lansia hampir tidak memiliki fase 4 atau tidur dalam (Stanley, 2006).

Lansia membutuhkan kualitas tidur yang baik untuk meningkatkan kesehatan dan memulihkan kondisi dari sakit. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan gangguan – gangguan antara lain, seperti: kecenderungan lebih rentan terhadap penyakit, gangguan pelupa, psikomotor, disorientasi, serta menurunnya kemampuan berkonsentrasi, dan membuat keputusan. Menurut National Sleep Foundation (2012) sekitar 67% dari 1.508 lansia di Amerika usia

(15)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3

65 tahun keatas dilaporkan mengalami gangguan tidur, sebanyak 7,3 % mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia. Kebanyakan lansia berisiko mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti pensiunan, kematian pasangan atau teman dekat, dan penyakit yang dialami (Nugroho, 2012). Di Indonesia gangguan tidur menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan, setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% lansia mengalami gangguan tidur atau insomnia, dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur serius yang menyebabkan seringnya terjadi insomnia dan gangguan tidur. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67% (Rubin 1999 dalam Budi, 2011). Menurut Hardiman (2004) di Indonesia, gangguan tidur ditemukan sekitar 7,3% disebabkan oleh penyakit, 18% disebabkan oleh kecemasan, sekitar 32,7% lansia mengalami stres, dan 42% disebabkan depresi. Gangguan tidur dapat mengakibatkan kemandirian lansia berkurang yang ditandai dengan menurunnya partisipasi dalam aktivitas harian. Hal ini tentu berdampak buruk terhadap kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, masalah kualitas tidur pada lansia harus segera ditangani (Perry & Potter, 2005).

Metode penatalaksanaan yang bertujuan meningkatkan kualitas tidur pada lansia pada umumnya terbagi atas terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis memiliki efek sangat cepat, penggunaan obat tidur golongan sedatif hipnotik seperti benzodiazepin (ativan, valium, diazepam), obat ini dapat menyebabkan anxietas, euporea, dan mudah tertidur. Terapi farmakologis obat – obatan, jika digunakan dalam jangka waktu panjang sangat berbahaya pada kesehatan lansia yang dapat menimbulkan efek samping toksisitas, karena pada lansia terjadi penurunan aliran darah, ketergantungan obat, penurunan motilitas pencernaan, serta penurunan fungsi ginjal, dan berefek samping seperti ketergantungan fisik dan psikologi, gangguan kognitif, pisikomotor, mengantuk, dan cemas. Obat antidepresan menjadi obat yang paling berefek dan paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan tidur karena depresi adalah kolinergik yang seharusnya dihindari oleh sebagian besar lansia (Stanley, 2006). Dari hasil penelitian Kamel dan Gammack (2006) pemberian obat golongan benzodiazepin

(16)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4

untuk mengobati gangguaan tidur, insomnia, serta stres, efek pada lansia yaitu terjadinya gangguan psikomotor dan memori pada lansia. Dalam penggunaan jangka waktu yang panjang akan menimbulkan risiko ketergantungan, daytime sedation, jatuh, fraktur, dan penurunan fungsi ginjal.

Banyak terapi non farmakologi dapat digunakan untuk menanggulangi masalah tidur, salah satunya adalah terapi relaksasi. Terapi relaksasi dapat dilakukan untuk jangka waktu yang lama dan biasanya tidak memiliki efek samping (Perry dan Potter, 2005). Aromaterapi merupakan salah satu bentuk terapi relaksasi. Aromaterapi merupakan proses penyembuhan kuno yang menggunakan sari tumbuhan aromaterapi murni yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran, dan jiwa. Beberapa minyak sari yang umum digunakan dalam aromaterapi karena sifatnya yang serbaguna adalah, geranium, Eucaliptus (minyak kayu putih), lavender, dan atsiri mawar (Sharma, 2009).

Menghirup aromaterapi mawar meningkatkan frekuensi gelombang alfa dan keadaan ini diasosiasikan dengan bersantai (relaksasi). Selain itu aromaterapi juga berguna untuk menenangkan rasa nyaman, keterbukaan, keyakinan, cinta kasih, mengurangi sakit kepala, stres, frustasi, mengobati kepanikan, mereda histeria, serta mengobati insomnia. Aromaterapi juga membantu penyembuhan depresi, gelisah, susah tidur, dan sakit kepala (Wahyuni, 2006).

Efek dari minyak ini biasa diperoleh melalui penggunaan inhalasi menggunakan pembakaran. Aromaterapi mendorong pelepasan neurotransmiter, seperti encephalines dan endorfin yang memiliki efek analgesik dan menghasilkan perasaan tenang. Neurotransmitter yang dikeluarkan dapat memperbaiki suasana hati. Minyak atsiri dapat secara positif mempengaruhi suasana hati seseorang, pola tidur, tingkat energi, rasa percaya diri, dan kontrol dalam manajemen nyeri (Jain, 2006).

Kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam bunga mawar adalah geraniol dan citronellol, linalool, citral, phenylethyl alcohol, nerol, farnesol, eugenol, serta nonylic aldehyde. Minyak mawar merah mengandung geraniol dan

(17)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5

citronellol dengan konsentrasi keduanya mencapai 75% dari minyak (Damayanti, 2012).

Zat linalool dan geraniol minyak atsiri bunga mawar merah aktif saat digunakan melalui inhalasi/hirup dapat bermanfaat meningkatkan kewaspadaan, menenangkan, anti cemas, manajemen stres, dan gangguan tidur. Bunga mawar merah bersifat anti depresi sehingga dapat membuat jiwa menjadi tenang (Koensoermardiyah, 2009)

Dari hasil studi pendahuluan di Panti Sosial Tresna Wardha (PSTW) Budi Luhur pada tanggal 10 Februari 2015 didapatkan data jumlah lansia 88 orang dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 31 orang, sedangkan jumlah perempuan 57 orang. Didapatkan informasi wawancara sebanyak 12 orang bahwa lansia di PSTW Budi Luhur Yogyakarta, kualitas tidur buruk karena lansia susah dalam memulai tidur, sering terbangun pada malam hari, terkadang sering terbangun awal, sulit untuk memulai tidur kembali, dan frekuensi tidur lansia rata – rata di panti berkisar 4 – 5 jam. Dari hasil studi pendahuluan menggunakan lembar Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) yang diambil secara acak setiap wisma, didapatkan hasil 9 orang lansia mengalami kualitas tidur buruk, dan 1 orang lansia mengalami kualitas tidur baik. Cara menangani gangguan tidur lansia di PSTW selama ini menggunakan terapi farmakologi obat-obatan seperti pemberian obat CTM (Chlorphheniramin Maelat).

Permasalahan kualitas tidur pada lansia di kehidupan sehari – hari di PSTW Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta akan menimbulkan dampak terhadap kualitas hidup lansia itu sendiri, sering mengantuk di siang hari, dan malas untk mengikuti kegiatan – kegiatan di panti. Menurut Amir (2007) Kekurangan tidur yang panjang dapat menyebabkan disorganisasi ego, halusinasi, dan waham. Oleh karena itu, penulis mengangkat permasalahan tersebut sebagai topik penulisan dengan judul Pengaruh Aromaterapi Mawar Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di PSTW Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta.

(18)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah pengaruh aromaterapi mawar terhadap kualitas tidur lansia di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya pengaruh aromaterapi mawar terhadap kualitas tidur lansia di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi kualitas tidur lansia sebelum dilakukan aromaterapi mawar di PSTW Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta.

b. Untuk mengidentifikasi kualitas tidur lansia sesudah dilakukan aromaterapi mawar di PSTW Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta.

c. Untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur, sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi mawar di PSTW Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan dan memperluas informasi dan ilmu keperawatan gerontik tentang pengaruh aromaterapi mawar terhadap kualitas tidur lansia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memperbaiki kualitas tidur lansia di panti sosial tresna wardha budi luhur bantul yogyakarta.

b. Bagi lansia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan untuk mengatasi gangguan tidur pada lansia melalui terapi non farmakologi menggunakan

(19)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

7

aromaterapi bunga mawar khususnya di PSTW Budi Luhur Bantul Yogyakarta.

c. Bagi peneliti Selanjutnya

Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar perkembangan untuk melakukan penelitian yang lebih besar.

E. Keaslian Penelitian

1. Dian Taviyanda (2013), dengan judul Pengaruh relaksasi (aromaterapi mawar) terhadap perubahan tekanan darah pada lansia hipertensi”. Metode penelitian quasy eksperiment. Populasinya adalah lansia hipertensi, sampelnya 44 responden menggunakan teknik purposive sampling. menggunakan uji paired sample t-test dan independent t-test. Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan dari terapi relaksasi (aromaterapi mawar) terhadap perubahan tekanan darah pada lansia hipertensi. Persamaan pada penelitian ini adalah variabel bebas aromaterapi mawar, penelitian menggunakan Metode penelitian quasy eksperiment. Perbedaan dari penelitian ini variabel terikat aromaterapi mawar dan variabel bebas kualitas tidur lansia.

2. Anggraini Dwi Kurnia dkk (2009), dengan judul “Aromaterapi Bunga Lavender Memperbaiki Kualitas Tidur pada Lansia”. Metode penelitian quasy eksperiment dengan randomized control group pretest posttest design. Pengambilan subyek dengan tehnik purposive sampling.Populasinya adalah 18 responden yang mempunyai kualitas tidur buruk, Subyek dialokasikan secara random pada kedua kelompok yaitu kelompok perlakuan (9 orang) dan kontrol (9 orang). Menggunakan uji Wilcoxon signed ranks test dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan data skor kualitas tidur pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi bunga lavender selama satu minggu menunjukkan penurunan yang sangat sedikit (0,78) dan tidak signifikan (p=0,317). Perbedaan variabel bebas aromaterapi mawar dan persamaan penelitian menggunakan Metode penelitian quasy eksperiment, randomized control group pretest posttest design, dan variabel terikatnya.

(20)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

8

3. Ariana Marlianti (2014), dengan judul Pengaruh terapi music terhadap kualitas tidur lansia penderita insomnia pada lansia di panti jompo graham kasih bapa kabupaten kubu raya”. Metode penelitian kuntitatif, dengan menggunakan desain penelitian pre eksprimental dengan desain one group pretest posttest design, pengambilan subyek dengan teknik Total Sampling dengan total responden 16 orang di Panti Jompo Graha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya. Hasil penelitian diketahui nilai signifikandari Shapiro-Wilk >0,05 penggunaan Shapiro Wilk karena sampel kecil (<50). mengetahui pengaruh terapi musik terhadap kualitas tidur yang mengalami insomnia pada lansia Variabel pengaruh (variabel independen) dalam penelitian ini adalah terapi musik, sedangkan variabel dipengaruhi (variabel dependen) dalam penelitian ini adalah insomnia, variable bebas kualitas tidur lansia. Perbedaan dari penelitian ini desain penelitian pre eksprimental dan variable terikat aromaterapi mawar.

(21)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PSTW merupakan salah satu lembaga pembimbingan dan pelayanan bagi lansia terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam kehidupan bermasyarakat baik di dalam panti maupun diluar panti. Jumlah lansia di PSTW Unit Budi Luhur berjumlah 88 orang, setiap ruangan mempunyai 2 sampai 3 orang penghuni, dan setiap penghuni masing-masing memiliki 1 lemari. Kondisi lingkungan sekitar wisma bersih dan teratur, kondisi dalam ruangan tempat tidur lansia ditemukan sangat kotor dimana terdapat tumpukan sisa makanan, ruangan dibersihkan hanya satu kali pada pagi hari, dan pencahayaan terlalu terang. PSTW mempunyai 7 tenaga kesehatan 3 orang PNS dan 4 honorer, upaya panti dalam menangani masalah kualitas tidur lansia hanya dengan pemberian obat tidur untuk memenuhi kebutuhan tidur lansia. Kegiatan di PSTW Unit Budi Luhur dilaksanakan di panti yaitu: senam lansia, dendang ria, pengajian atau pengarahan rohani, keterampilan, dan cek kesehatan. Beberapa program pelayanan baik dalam panti maupun luar panti, di antaranya program rutin (reguler), pelayanan khusus, day care service, home care service, truma service, dan tetirah (tinggal sementara).

Responden pada penelitian ini dalah lansia yang tinggal di dalam panti yaitu yang mendapat program rutin dan program pelayanan khusus. Program rutin (reguler) adalah program yang ditujukan untuk lansia terlantar baik secara sosial maupun ekonomi, yang terdiri dari 6 wisma biasa dan 1 isolasi dengan total lansia sebanyak 75 orang. Program pelayanan khusus adalah program yang ditunjukan pada lansia yang mengalami permasalahan sosial tetapi tidak secara ekonomi, yang terdiri dari 2 wisma dengan jumlah lansia 13 orang.

(22)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

48

2. Analisa Data

a. Analisis Statistik Deskriptif 1) Karateristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PSTW Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta, diperoleh hasil yang mengenai gambaran karakteristik responden yang dilihat pada tabel di bawah ini: Table 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Lansia, Jenis Kelamin, Kemampuan ADL, Lama Tinggal, Kegiatan di PSTW Budi Luhur Yogyakarta. Desember 2015.

Kategori Frekuensi Persentase (%) Usia Lansia 45-59 (Middle age) 60-74 (eldery) 75-90 (old) >90 (very old) 1 11 11 1 4,2 45,8 45,8 4,2 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 13 11 54,2 45,8 Kemampuan ADL Mandiri Tidak Mandiri 22 2 91,6 8,4

Lama Tinggal Tahun

0-5 Tahun 6-10 Tahun 11-15 Tahun 16-20 Tahun >20 Tahun 18 4 1 0 1 75,0 16,6 4,2 0,0 4,2 Kegiatan Program Rutin Program Khusus 22 2 91,6 8,4 Total 24 100,0

Berdasarkan tabel dapat dilihat jumlah responden sebanyak 24 responden menunjukan sebagian besar lansia umur 75-90 tahun (old) sebanyak 11 orang (45,8%), berdasarkan jenis kelamin menunjukan sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (54,2%), berdasarkan kemampuan ADL menunjukan sebagian besar jumlah lansia yang mandiri sebanyak 22 orang (91,6%), berdasarkan

(23)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49

lama tinggal menunjukan lansia yang lama tinggal di panti sebagian besar lansia selama 0-5 tahun di PSTW sebanyak 18 orang (75,0%), berdasarkan kegiatan menunjukan sebagian besar kegiatan rutin di PSTW sebanyak 22 orang (91,6%).

2) Kualitas Tidur Lansia Sebelum Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden berdasarkan Kualitas Tidur Lansia Sebelum Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.2 Kualitas Tidur Lansia Sebelum Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta

Kategori Frekuensi Persentasi % Baik Buruk Sangat Buruk 1 16 7 4,2 66,6 29,2 Total 24 100,0

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan Kualitas Tidur Lansia Sebelum Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, sebagian besar adalah responden adalah masuk kategori buruk yaitu sebanyak 16 responden (66,6%).

3) Kualitas Tidur Lansia Setelah Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden berdasarkan Kualitas Tidur Lansia Setelah Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Bantul Yogyakarta yaitu sebagai berikut :

(24)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

50

Tabel 4.3 Kualitas Tidur Lansia Setelah Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta

Kategori Frekuensi Persentase %

Baik Buruk 18 6 75,0 25,0 Total 24 100,0

Berdasarkan table dapat dilihat bahwa responden berdasarkan Kualitas Tidur Lansia Setelah Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur, sebagian besar adalah responden adalah masuk kategori baik yaitu sebanyak 18 responden (75,0%).

b. Analisis Statistik Inferensial

1) Kualitas Tidur Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden berdasarkan Kualitas Tidur Lansia Sebelum Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.3 Kualitas Tidur Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan Kualitas Tidur Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan

Kategori Kualitas Tidur Sesudah

Terapi Mawar Total P Value Baik Buruk Sangat Buruk F % F % F % F % Kualitas Tidur Sebelum Terapi Mawar Baik 1 4,2 0 0,0 0 0,0 1 4,2 Buruk 11 45,8 5 20,8 0 0,0 16 66,6 29,2 0.000 Sangat Buruk 6 25,0 1 4,2 0 0,0 7 Total 18 75,0 6 25,0 0 0,0 24 100

(25)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

51

Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, sebelum diberikan intervensi aromaterapi mawar kualitas tidur dikategorikan baik sebanyak 1 responden (4,2%), dan setelah diberiakan intervensi kualitas kategori baik sebanyak 18 responden (75,0%). Berdasarkan sebelum diberikan intervensi aromaterapi mawar kualitas tidur dikategorikan buruk sebanyak 16 responden (66,6%), setelah diberikan intervensi aromaterapi mawar responden yang mengalami perubahan kualitas tidur dikategorikan menjadi buruk sebanyak 6 responden (25,0%). Berdasarkan penelitian sebelum intervensi aromaterapi mawar didapatkan responden dikategorikan sangat buruk sebanyak 7 responden (29,2%), setelah dilakukan intervensi aromaterapi mawar responden dikategorikan sangat buruk menjadi tidak ada. Dapat dilihat bahwa ada Pengaruh Aromaterapi Mawar Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di PSTW Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta, dengan nilai significancy pada hasil menunjukan (p = 0,000 < 0,05).

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden berdasarkan umur paling banyak adalah lansia umur 75-90 tahun, sebanyak 11 orang (45,8%). Hasil Penelitian Ediyawati (2012) di PSTW Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur paling banyak adalah lansia umur 90 tahun (old) (80,9%). Menurut (WHO, 2010) lansia umur 75-90 tahun masuk dalam golongan old. Responden dalam penelitian ini rata-rata mengalami masalah kesehatan fisik, penurunan fungsi penglihatan dan penyakit kronis, Hal ini perkuat oleh penelitian Kurniawan (2008) bahwa lansia umur 75-90 tahun (old) beresiko mengalami masalah penurunan fungsi, kesehatan, penglihatan, pendengaran, dan perubahan fisik.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, sebanyak 13 orang (54,2%). Hasil penelitian yang dilakukan Rinajumita (2011) menunjukan hasil yang sama di PSTW Wining Wardoyo Ungaran menunjukan bahwa reponden berjenis

(26)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

52

kelamin perempuan lebih banyak yaitu sebesar (56,7%). Hasil wawancara dengan responden di PSTW Budi Luhur, lansia perempuan lebih sering memikirkan keluarga, cemas, stres. Menurut Widya (2010) secara fisikologis perempuan lebih sering mengalami banyak tekanan merasa takut, cemas, gelisah, tekanan yang mengakibatkan stress, dan depresi. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Kimura (2005) bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih cenderung mengalami cemas, stres, sering gelisah, dan depresi.

Berdasarkan penelitian ini, sebagian besar lansia tingkat kemampuan ADL adalah kategori mandiri sebanyak 22 orang (91,6%). Hasil Penelitian ini sama dengan Ediawati (2012) bahwa sebagian besar responden berkemampuan ADL di PSTW Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur adalah kategorinya mandiri sebanyak (97,9%). Menurut Maryam (2008) lansia tergantung pada kemampuan status fungsionalnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, toileting, berpindah kekamar mandi, dan berpakaian. Hasil penelitian Meiner & Leukenotte (2006) kemandirian lansia merupakan aktivitas sehari-hari, mandi, berpakaian, mencuci, toileting, dan makan. Dampaknya ketidakmandirian lansia akan mengalami penurunan fungsi fisiologis, keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehati-hari, dan bergantung pada orang lain. Lansia yang mandiri bisa untuk mempertahankan hidup, kesehatan, kesejahteraan, kualitas hidupnya, dan tidak bergantung dengan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Hardywinto, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat responden lama tinggal di panti selama 0-5 tahun di PSTW sebanyak 18 orang lansia (75,0%). Penelitian ini tidak sama dengan Rahmawati (2008) lansia yang tinggal di panti selama 7-10 tahun sebanyak 23 orang (46,0%) rata-rata waktu tersebut sangat lama bagi lansia. Menurut Indri (2015) lansia yang lama tinggal di panti dapat menyebabkan peningkatan keadaan stres, dan depresi. Kekhawatiran yang berlebih merupakan gejala fisiologis yang menunjukan adanya kecemasan, dan depresi (Silivia, 2010). Hasil Penelitian Agustin (2008) lansia yang tinggal lama di panti selama lebih dari 1 tahun mengalami gangguan fungsional,

(27)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

53

peningkatan stres, dan depresi.

Berdasarkan penelitian menunjukan lansia yang mengikuti program rutin di PSTW sebanyak 22 orang (91,6%), dan lansia yang mengikuti program khusus sebanyak 2 orang (8,4%%). Lansia yang mengikuti program rutin sebanyak 22 orang seperti senam lansia, dendang ria, pengajian atau pengarahan rohani, keterampilan, dan cek kesehatan. Sedangkan yang mengikuti pelayanan khusus sebanyak 2 orang seperti day care service, home care service, truma service, dan tetirah (tinggal sementara).

2. Kualitas Tidur Lansia Sebelum Diberikan Aromaterapi Mawar

Kualitas tidur lansia sebelum diberikan aromaterapi mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, sebagian besar adalah masuk kategori buruk yaitu sebanyak 16 responden (66,6%). Lansia di PSTW mengeluhkan ketidakmampuan memulai tidur, sering terjaga dimalam hari karena buang air kecil, dan sulit untuk memulai tidur kembali. Hasil penelitian ini rata-rata yang mengalami kualitas tidur buruk adalah responden usia 75-90 tahun, usia tersebut masuk dalam kategori old, dan usia tersebut bersiko untuk muncul masalah ganguan tidur (Rinajumita, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian Khasanah Dan Hidayanti, (2012) sebagian besar 75-90 tahun (old) mengalami kualitas tidur buruk, dimana lansia mengalami ketidak mampuan memulai tidur, sering terjaga dimalam hari, dan sulit untuk memulai tidur kembali. Menurut Kaswa (2006) pada usia lanjut sering mengalami penurunan fungsi sistem urinaria. Kondisi tersebut sesuai dengan penelitian Aswin (2008) bahwa sebagian besar lansia mengalami gangguan tidur karena masalah penurunan fungsi urinaria, sehingga lansia sering buang air kecil pada malam hari.

Berdasarkan hasil penelitian ini rata-rata jenis kelamin responden yang mengalami kulitas tidur buruk adalah perempuan. Menurut Arif (2014) jenis kelamin adalah salah satu faktor masalah gangguan tidur. Hal ini sesuai dengan penelitian Saputri (2009) bahwa jenis kelamin perempuan sebagian besar mengalami gangguan tidur. Menurut Widya (2010) bahwa jenis kelamin perempuan beresiko mengalami masalah gangguan tidur, disebabkan sering

(28)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

54

merasa takut, cemas, gelisah, mengalami tekanan yang mengakibatkan stres, dan depresi. Hal ini sesuai dengan penelitian Nasiri (2011) bahwa perempuan sering mengalami gangguan tidur karena sering cemas, gelisah, mengalami tekanan, stres, dan depresi.

Berdasarkan penelitian ini kemampuan ADL responden rata-rata adalah mandiri. Menurut Oliviera (2010) bahwa lansia mandiri kualitas hidupnya baik dan kualitas tidurnya juga lebih baik. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan temuan tersebut karena sebagian besar lansia yang melakukan aktivitas mandiri dan sebagian besar kualitas tidurnya buruk.

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata responden lama tinggal di panti adalah 0-5 tahun. Menurut Silivia (2010) lansia yang lama tinggal di panti akan mengalami stress, depresi, sehingga mengalami masalah gangguan tidur. Hal ini sesuai dengan peneliteian Rahmawati (2008) lansia di BPSTW Ciparay yang lama tinggal di panti akan mengalami cemas, stres, depresi, dan masalah gangguan tidur.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya mengenai kualitas tidur yang menyatakan bahwa sebelum diberikan aromaterapi lavender sebanyak 18 responden (100%) mengalami gangguan kualitas tidur buruk (Kurnia, Wardhani dan rusca, 2009).

Lansia yang mengalami kualitas tidur buruk terjadi karena gangguan fisik, mental, dan psikososial (Anwar 2010). Hal tersebut juga terjadi pada lansia di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. Menurut informasi dari pihak panti gangguan fisik yang terjadi antara lain timbulnya penyakit seperti pegal-pegal, pusing, gatal-gatal, dan hipertensi. Gangguan mental yang terjadi pada lansia antara lain curiga, mudah marah, dan egois. Gangguan psikososial berdasarkan pernyataan lansia yaitu kehilangan teman, jauh dari keluarga sehingga menyebabkan lansia merasa kesepian. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kualitas tidur pada lansia.

Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa gangguan tidur seperti insomnia terjadi pada lansia dengan keluhan mencakup ketidakmampuan untuk tidur, sering terbangun pada malam hari, dan ketidakmampuan untuk kembali

(29)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

55

tidur. Beberapa gejala tersebut dapat dikategorikan insomnia pada lansia (Adiyati, 2010). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden di PSTW Budi Luhur masalah gangguan tidur pada lansia adalah ketidakmampuan memulai tidur, sering terbangun pada malam hari dikarenakan buang air kecil, ketidakmampuan untuk tidur kembali, dan sering terbangun lebih awal.

Kualitas tidur yang kurang pada lansia terjadi karena adanya penurunan yang progresif pada tahap NREM 3 dan 4, beberapa lansia hampir tidak memiliki tahapan NREM 4 dan tidur yang dalam (Perry dan Potter, 2006). Akibat kualitas tidur kurang menyebabkan peningkatan kerja jantung, saat bangun di pagi hari seseorang akan merasa tidak segar, dan di siang hari merasa kelelahan atau sering mengantuk. Di PSTW Budi Luhur lansia yang mengalami kualitas tidur buruk mengatakan sering mengantuk di siang hari, merasa tidak segar, mudah merasa lelah, dan malas untuk melakukan kegiatan.

Menurut Asmadi (2008) ada beberapa faktor yang memengaruhi kualitas tidur lansia antara lain sakit, lingkungan, letih, gaya hidup, stres emosional, stimulan dan alkohol, diet, merokok, motivasi, dan obat-obatan. Pada penelitian ini rata-rata responden kualitas tidurnya buruk, berdasarkan hasil wawancara responden mengaku bahwa sulit memulai tidur, sering terbangun dikarenakan kondisi lingkungan yang kotor, teman sekamar berisik sebelum memulai tidur, pencahayaan, buang air kecil di malam hari, dan adanya perubahan suhu ruangan seperti pada malam hari menyebabkan lansia sering terbangun di malam hari.

3. Kualitas Tidur Lansia Setelah Diberikan Aromaterapi Mawar

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan Kualitas Tidur Lansia Setelah Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, sebagian besar responden masuk kedalam kategori baik yaitu sebanyak 18 responden (75,0%).

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya mengenai kualitas tidur sebelum diberikan aromaterapi lavender kualitas tidur semua responden (20 orang) buruk, dan setelah diberikan aromaterapi sebanyak 11

(30)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

56

responden (55%) kualitas tidurnya menjadi baik (Soemardini, Suharsono dan Kusuma, 2013).

Peningkatan kualitas tidur pada lansia dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal lansia yang nyaman, suhu ruangan yang sesuai dan pencahayaan yang baik dapat meningkatkan kualitas tidur lansia menjadi lebih baik. Gaya hidup lansia yang baik seperti olahraga teratur juga mempengaruhi kualitas tidur lansia dimana badan akan terasa lebih segar, tidak lemas dan tidak mudah kelelahan karena kondisi fisik yang baik. Sedangkan obat-obatan yang dikonsumsi secara terus menerus akan mengganggu kesehatan pada lansia yang telah rentan terhadap perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Dengan lebih mengutamakan pada kebutuhan nutrisi atau makanan yang sehat maka lansia tidak perlu mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk membantu tidurnya (Siregar, 2011). Pada penelitian ini, peneliti hanya mengontrol lansia yang mengkonsumsi obat-obatan tidur, lansia mempunyai komplikasi penyakit, mengkonsumsi alkohol, lansia yang merokok, lansia yang alergi mawar, dan penyakit epilepsy. Sedangkan dalam penelitian ini yang belum bisa di kontrol adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kialitas tidur seperti lingkungan, stres, letih, gaya hidup, dan motivasi. Fakto-faktor yang tidak dikontrol tersebut bisa menjadi perancu hasil penelitian. Karena faktor-faktor seperti lingkungan, stres, letih, gaya hidup, dan motivasi mampu memengaruhi kualitas tidur pada lansia di panti.

Aroma mawar merupakan aroma yang baik digunakan untuk mengatasi kualitas tidur buruk karena aromaterapi mawar memiliki kandungan kimia linalool dan geraniol yang berkhasiat menenangkan dan memberikan efek rileks sistem saraf pusat dengan menstimulasi saraf olfaktorius (Stanley, 2007). Semua impuls yang melewati saraf olfaktorius mencapai sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian dari otak yang berkaitan dengan suasana hati, emosi, memori dan belajar kita. Semua bau yang mencapai sistem limbik memiliki pengaruh kimia langsung pada suasana hati kita (Sharma, 2009). Hal ini sesuai dengan penelitian mengenai kualitas tidur dengan menggunakan aromaterapi lavender yang diberikan 7 hari berturut-turut memberikan perbaikan kualitas

(31)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

57

tidur yang besar dan signifikan pada lansia yang mengalami gangguan kualitas tidur (Kurnia, Wardhani dan Rusca, 2009).

Aromaterapi mawar ini merupakan terapi nonfarmakologi yang dapat meningkatkan kualitas tidur dan termasuk dalam relaxation therapy. Teknik relaxation therapy ini melatih otot dan pikiran menjadi rileks dengan cara yang cukup sederhana, selain aromaterapi terapi ini dapat dilakukan dengan meditasi, relaksasi otot dan mengurangi cahaya penerangan (Adesla, 2009).

Mekanisme kerja aromaterapi mawar dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Wewangian dapat memengaruhi kondisi psikis, daya ingat, dan emosi seseorang. Essensial oil rose merupakan jenis aroma terapi yang dapat digunakan untuk membantu meringankan depresi, ketegangan syaraf, sakit kepala dan insomnia (Sharma, 2009).

Rose dihirup molekul yang mudah menguap akan membawa unsur aromatik yang terkandung didalamnya (geraniol & linalool) kepuncak hidung dimana silia-silia muncul dari sel-sel reseptor. Apabila molekul-molekul menempel pada rambut-rambut tersebut, suatu pesan elektrokimia akan ditranmisikan melalui system limbik. Hal ini akan merangsang memori dan respon emosional. Hipotalamus yang berperan sebagai regulator memunculkan pesan yang harus disampaikan keotak yang diterima kemudian diubah menjadi tindakan berupa senyawa elektrokimia yang menyebabkan perasaan tenang dan rileks (Koensomardiyah, 2009). Setelah di berikan terapi mawar ada 6 lansia yang memiliki kualitas tidur buruk kerena lansia mengelukan tempat tidur yag kurang nyaman, masih merasa sulit memulai tidur, sering terbangun dimalam hari, dan sering buang air kecil sehingga sulit untuk memulai tidur kembali. 4. Pengaruh Aromaterapi Mawar Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di PSTW Unit

Budi Luhur Bantul Yogyakarta

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa p value sebesar 0,000 sehingga dapat diketahui ada pengaruh aromaterapi mawar terhadap kualitas tidur lansia di PSTW Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta. Aromaterapi mawar yang merupakan bagian dari terapi relaksasi yang di gunakan untuk mengatasi

(32)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

58

gangguan kualitas tidur. Aromaterapi mawar memiliki khasiat menenangkan, sedatif dan membantu meregulasi sistem saraf pusat (Sharma, 2011).

Mekanisme aromaterapi ini dimulai dari aromaterapi bunga mawar yang dihirup memasuki hidung dan berhubungan dengan silia, bulu-bulu halus di dalam lapisan dalam hidung. Penerima-penerima di dalam silia dihubungkan dengan alat penghirup yang berada di ujung saluran bau. Ujung saluran ini selanjutnya dihubungkan dengan otak itu sendiri. Bau- bauan diubah oleh silia menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak melaui sistem penghirup. Semua impulsi mencapai sistem limbik di hipotalamus. Selanjutnya akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan justru gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks (Sharma, 2011).

Posisi rileks inilah yang menurunkan stimulus ke Sistem Aktivasi Retikular (SAR), dimana (SAR) yang berlokasi pada batang otak teratas yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. Dengan demikian akan diambil alih oleh bagian otak yang lain yang disebut BSR (bulbar synchronizing region) yang fungsinya berkebalikan dengan SAR, sehingga bisa menyebabkan tidur yang diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas tidur (Potter dan Perry 2006).

Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa aromaterapi lavender mempengaruhi kualitas tidur pada lansia dimana terjadi peningkatan kualitas tidur setelah diberikan aromaterapi lavender (Kurnia, Wardhani dan rusca, 2009). Pemberian aromaterapi mawar membantu dalam memenuhi kebutuhan tidur pada lansia baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Pada penelitian ini peneliti berfokus pada kualitas tidur dimana banyak orang yang menganggap bahwa lamanya tidur akan membuat seseorang beristirahat dengan baik padahal dengan jam tidur yang terlalu banyak juga tidak akan bermanfaat bagi tubuh tanpa adanya kualitas tidur yang baik (Siregar, 2011). Berdasarkan hal tersebut peneliti menganggap bahwa kualitas tidur seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dimana faktor internal yaitu keadaan fisik dan psikologis pada seseorang berbeda satu sama lain sehingga apabila terjadi perubahan fisik dan psikologis berupa

(33)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

59

adanya penyakit dan gangguan mood dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Begitu pula dengan faktor eksternal yang dialami seseorang berupa perubahan lingkungan tempat tinggal, perubahan suhu ruangan tempat tidur menyebabkan seseorang lebih mudah terbangun di tengah malam dan sulit untuk memulai tidur. Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, gelisah, lesu dan apatis serta tidak adanya tanda kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006).

Dampak yang terjadi apabila kualitas tidur terpenuhi yaitu mengalami peningkatan kesehatan fisiologis maupun psikologis. Kesehatan fisiologis ditunjukkan dengan tidak pusing dan tidak merasa lesu setelah bangun tidur dan kesehatan psikologis ditunjukkan dengan tidak terjadi gangguan mood seperti mudah marah sehingga gejala-gejala yang menandakan kualitas tidur buruk menjadi menurun bahkan tidak terjadi (Kurnia, Wardhani dan rusca, 2009).

Aromaterapi yang diberikan memberi rangsangan pada korteks olfaktorius yang menstimulasi otak dan impuls mencapai sistem limbik sehingga mempengaruhi suasana hati (Sharma, 2011). Pemberian terapi tersebut dapat membuat seseorang menjadi rileks dan mempengaruhi suasana hati sehingga adanya pengaruh tersebut membuat lansia mudah untuk tertidur dengan nyenyak dan kualitas tidur akan menjadi baik.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan mengakibatkan hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan, Keterbatasan tersebut meliputi:

1. Pada penelitian ini peneliti tidak bisa mengamati pemberian intervensi aromaterapi mawar pada lansia secara langsung dikarenakan keterbatasan waktu penelitian yang di berikan pihak panti kepada peneliti.

(34)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

60

2. Peneliti belum mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur yaitu lingkungan, letih, gaya hidup, diet, motivasi, stres dan tigkat depresi.

(35)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

61 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan

1. Berdasarkan Kualitas Tidur Lansia Sebelum Diberikan Aromaterapi Mawar di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, sebagian besar adalah responden masuk kategori buruk yaitu sebanyak16 responden (66,6%). 2. Berdasarkan Kualitas Tidur Lansia Setelah Diberikan Aromaterapi Mawar

di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, sebagian besar responden adalah masuk kategori baik yaitu sebanyak18 responden (75,0%). 3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa p value sebesar 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat diketahui ada Pengaruh Aromaterapi Mawar Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di PSTW Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta.

B. Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan penelitian tentang pengaruh aromaterapi mawar terhadap kualitas tidur lansia di PSTW Unit Bdi Luhur Yogyakarta, beberapa diajukan sebagai bahan pertimbangan adalah:

1. Bagi Profesi Keperawatan

Dari hasil penelitian ini, pemberian aromaterapi mawar efektif untuk menangani kualitas tidur sehingga dapat dijadikan masukan untuk intervensi dalam asuhan keperawatan komplomenter.

2. Bagi Institusi Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Untuk institusi dibidang keperawatan, dapat mengajarkan masyarakat tentang manfaat aromaterapi mawar dalam meningkatkan kualitas tidur lansia.

3. Bagi PSTW Unit Budi Luhur yogyakarta

Diharapkan perawat/ petugas di PSTW Unit Bdi Luhur Yogyakarta dapat mengaplikasikan aromaterapi mawar ini di setiap wisma agar para

(36)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

62

lansia bisa menggunakan aromaterapi dalam penatalaksanan mengatasi kualitas tidur.

4. Bagipeneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih besar, lebih dispesifikan lagi dan dapat dan dapat mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur dan pada peneliti selanjutnya koesioner dalam penelitian ini harus di sederhanakan lagi agar mudah dipahami responden. Untuk metode penelitian bisa menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi, dan pengukuran kualitas tidur setiap hari setiap perlakuan terapi.

(37)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

DAFTAR PUSTAKA

Adesla, V. (2009). Gangguan tidur lansia, di akses 15 januari 2016, (http://www.emedicinehealth.com/gangguan tidur /articel/hmt)

Adiyati. (2010). Pengaruh Aromaterapi Terhadap Insomia Pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, diakses 5 Desember 2015. (http://journal.akbideub.ac.id/index.php/jkeb/articel/view /79/78) Agustin. (2008). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia Di

Desa Batu Kecamatan Likung Minasa Utara. E-jurnal keperawatan. Fakultas Kedokteran Menado. Vol 3 No 2.

Amir, N. (2007) Gangguan tidur pada lanjut usia diagnosis dan penatalaksanaannya. Cermin Dunia Kedokteran. 34 (4/157) : 196.

Anwar, (2010). Penanganan Gangguan Tidur Pada Lansia. diakses 7 November 2013.(http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-report/articel/ viewFile/341/453 umm research report full text.pdf)

Arif, Hariana. (2014). Hubungan Antara Kualitas Tidur Lansia Dengan Tingkat Kekambuhan Hipertensi. Skripsi. Stikes Kusuma Husada Surakarta. Arifin, A. R. Dkk. (2010). Fisikologi Tidur dan Pernafasan. Departemen

Pulmologi dam Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI – SMF Paru RSUP Persahabatan. Jakarta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmadi. (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar. Depok : Salemba Medika.

Aswin, (2008). Gamgguan - Gangguan Tidur Pada Lanjut Usia. http://mgaharu.multiply.com./journal/item/5/GANGGUAN-TIDUR-PADA-USIA-LANJUT.

Astuti, R. (2009). Pengaruh Aromaterapi Terhadap Nyeri Persalinan Kala I di Bidan Praktik Swasta Kecamatan Polokerto. Skripsi. Universitas Jendral Soedirman.

Baniyah, S. (2009). Lanjut Usia Keperawatan Gerontik. Nuha Medika. Yogyakarta.

Berman, et al. (2008). Buku ajar praktik keperawatan klinis. Jakarta: EGC

BKKN. (2009). Jumlah Lansia di Jateng Terbesar Kedua. http://www. bkkbn.go.id/popups/print/ php?itemID=339. November 2015.

Brambilla, P., Peres, J., Barale, F., Schettini dan Soares, JC. (2003). GABA ergic dysfinction in mood disorders. Nature Publishing Group Vol. 8 hal. 721-73

(38)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Buysse, D.J. (1988). The Pittsburgh Sleep Quality Index: A new instrument for psychiatric practice and research. Journal of Psychiatric Research, 28(2), 193-213.

Dahlan, M. S. (2006). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Damayanti, A., Fitriana, EA. (2012). Pemungutan minyak atsiri mawar (Rose Oil) dengan metode maserasi. Jurnal Bahan Alam Terbarukan ISSN 2303-0623; Dec :1(3).

Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan.

(2010). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Depkes.

Dharma, K. K. (2011). Metode Penelitian Keperawatan; Panduan Melaksanakandan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: CV Trans Info Media.

Dian, Taviyanda. (2013). Pengaruh Relaksasi (Aromaterapi Mawar) Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi. Jurnal Nursing Studies. Vol 6. No 1 84-98

Dinas kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2013) Profil Kesehatan Propinsi D.I.Yogyakarta tahun 2012. Yogyakarta: Dinkes Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ediawati, Eka. (2012). Gambaran tingkat kemandirian dalam activity of daily living dan resiko jatuh pada lansia di panti sosial tresna wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. Skripsi. FIK UI.

Efendi, Ferry., Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Ferry. Adhi, S. (2015). Penaruh Terapi Morotal Al-Quran Terhadap Kualitas Tidur Pasien ICU RSUD Penembahan Senopati. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad YaniYogyakarta.

Hamid, A. Y. S. (2007). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Hapsari, E. D. (2011). Perbedaan Skor Kepatuhan Anak Autis Saat Dilakukan Perilaku Applied Behavior Analysis (ABA) Dengan Aromaterapi. Jawa Tengah : Universitas Jendral Soedirman.

Hardiman, A. ( 2004) Insomnia: suatu tinjauan kesehatan jiwa. Majalah Dokter Keluarga. 8 (2): 107-12.

Hardywinto, (2005). Gambaran Tingkat Kemandirian Lansia dalam Memenuhi Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari (ADL) Di Gampong Sukon Kecamatan Darussalam Aceh Besar. Skripsi. Aceh: PSIK FK Syiah kuala.

(39)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Hidayat, A.A. (2006).Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

(2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayati, N.S. (2005). Terapial ternatif dan gaya hidup sehat. Yogyakarta: Pradipta Publishing.

Jaelani. (2009). Aromaterapi. Jakarta : Pustaka Populer Obor.

Japrdi, Iskandar. (2006). Gangguan Tidur. Fakultas Kedokteraan Bagian Bedah Universitas Sumatra Utara.

Kamel, N.S., Gammack, J.K. (2006). Insomnia in the Elderly: Cause, Approach, and Treatment. The American Journal of Medicine. 119:463-469.

Kaswa. (2006). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Khasanah, K. dan Hidayati, W. (2012). Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial “MANDIRI” Semarang. Jurnal Nursing Studies. I, 189 – 196. Kimura, M. (2005). Gender-spesific Sleep Reguletion. The journal of Ebscohost.

Diaksespadatanggal 10 Januari 2016 jam 14.00 WIB dari<search.epnet.com>.

Koensoemardiyah, (2009). A Z Aromaterapi Untuk Kesehatan, Kebugaran, dan Kecantikan. Yogyakarta : Lily Publisher.

Kurnia, A.D., Wardhani, V., & Rusca, (2009). Aromaterapi Bunga Lavendr Memperbaiki Kualitas Tidur Lansia. 5 Desember 2013. (http:// jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/articel/viewFile/174/164)

Kurnia, Anggraini Dwi, dkk. (2009). Aromaterapi Bunga Lavender Memperbaiki Kualitas Tidur Lansia. Fakultas Kedokteran Brawijaya. 83-86

Kurniawan, A.B. (2008). Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Keluarga Resiko Jatuh Pada lansia Di Desa Pondok Karanganom Klaten. Naskah Publikasi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Lenywati, Endang. (2005). Insomnia Gangguan Sulit Tidur. Yogyakarta: Kanisius.

Marliana, Ariana. (2014). Pengaruh Terapi Music Terhadap Kualitas Tidur Lansia Penderita Insomnia Pada Lansia Di Panti Jompo Graham Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya. Naskah Publikasi. Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Pontianak.

Maryam, R.S., Ekasari, M.F., Rosidawati., Jubaedi., & Batubara, I. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Meiner & Leukenotte, (2006). Insomnia in the Elderly: Cause, Approach, and

(40)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Mulyana, Y., Warya, S., Fika, Inayah. (2011). Efek aroma terapi minyak esensial mawar (Rosa Domacena Mill ) terhadap jumlah bakteri udara ruangan berpendingin. J Medika Planta; Okt:1(4).

National Sleep Foundation. (2012). New Research : Identify and Treat InsomniaEarly to Reduce Risk of Other Illnesses. http://www.sleepfoundation.org/alert/new-research-identify-andtreat insomnia -early-reduce-risk-other-illnesses, diunduh 8 April 2015

Nasiri, A. (2011). Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial. Semarang: Jurnal Nursing Studies. I, 189 – 196.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, W. (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Oliviera. (2010). Faktor-Faktor Kemandirian lansia. Katahati. Yogyakarta.

Perry, P.A., dan Potter, A.G.(2005). Buku Ajar Fundamental kererawatan : Konsep, Proses, dan praktek : jakarta. EGC.

(2006). Buku Ajar Fundamental kererawatan : Konsep, Proses, dan praktek. E/4, Vol 2 : jakarta. EGC.

Pho-Health. (2009). Pengetahuan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penuaan.//forbetterhealth.wordpres.com/2009/19/Pengetahuan-dan-Faktor-Faktor-Yang Mempengaruhi-Proses-Penuaan.

Prawiro, M. D. (2012). Usia Harapatan Hidup Bertambah Panjang. Jakarta : Bumi Askara.

Price, Shirley. (2007). Aromatherapy For Health Proffisinals. Philadelphia : Elsevier Science.

Rahmawati, L. (2008). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Senam Ergonamik Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Posyandu Lansia Harapan I dan II Kelurahan Pabuaran. Skripsi. Universitas Jendral Soedirman.

Richards, K.,O’Sullivan, P., Phillips, R.(2000). Mensurement of sleep in criticnily ill putionts. Juornal Of Nersing Mensurement, & 131-144.

Rinajumita. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirianlansia di Wilayah kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Urara. Padan. Skripsi. FK Universitas Andalas.

Ritu Jain. (2006). Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia.

Rubin 1999 dalam Budi. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia Di Dusun Krodan Depok. Naskah Publikasi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Depok.

(41)

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

Saputri, D.E. (2009). Pengaruh Keaktifan Olahraga Senam Jantung Sehat Terhadap Gangguan Tidur Pada Lansia Hipertensi. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sharma, S. (2009). Aromatwrapi. Kharisma Publishing Group. Tangerang Silber, M. (2005). Chronic Insomnia. N Engl J Med. 353. pp. 803-10.

Silivia. (2010). Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Tingkat Kemandirian Lansia Di Panti Sosial Tresna Wardha Budi Darma Bekasi. Naskah Publikasi. Sekolah Tinggi Kesehatan Medista Bekasi.

Siregar, M.H. (2011). Mengenal Sebab-Sebab, Akibat-Akibat Dan Cara Terapi Insomnia. Flesh Books. Jogjakarta.

Soemardani., Suharsono, T., Kusuma, AM. (2013). Pengaruh Aromaterapi Mawar Terhadap Kualitas Tidur Lansia Di Panti Werdha Pangasti Lawang. Majalah Kesehatan. Diakses 7 November 2013.

Stanley, M. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2 (Nety Juniarti & Sari Kurnianingsih, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.

Suryowinoto, S.M. (1997). Flora Eksotika Tanaman Hias Berbunga. Yogyakarta : Penerbit Kenisius : Hal 98-101.Tarwoto dan Wartonah, (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta. Salemba Medika.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta. Salemba Medika.

Taviyanda, Dian. (2013). Pengaruh Relaksasi (Aromaterapi Mawar) Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi. Jurnal Nursing Studies

U.S. Census Bureau, International Data Base. (2005). International Data Base Pupolation Estimate And Pojections Methology. http://www.census.gov/ipc/www/idb/index.php. Accessed 13 April 2010. Vitahelth. (2006). Seluk Beluk Pengobatan Alternatif dan Komplomenter. Jakarta:

PT. Bhuana Ilmu Populer.

Wahyuni, ES. (2006). Pengaruh aromaterapi bunga mawar terhadap tingkat kecemasan pada klienpreoperasi benign prostate hyperplasia (BPH). Malang Fakultas Kedokteran Brawijaya.

Widya. (2010). Mengatasi Insomnia. Katahati. Yogyakarta.

WHO. (2010). WHOQOLO Pro Measuring Qualitiy of Life. Diakses 5 januari

2015. Webset URL

http://www.who.int/mental_health/media/68.pdfWHO/MSA/MNH/PSF/9 7.4

Gambar

Table  4.1  Karakteristik  Responden  Berdasarkan  Usia  Lansia,  Jenis  Kelamin,  Kemampuan  ADL,  Lama  Tinggal,  Kegiatan  di  PSTW  Budi  Luhur Yogyakarta
Tabel 4.3 Kualitas Tidur Lansia Setelah Diberikan Aromaterapi Mawar  di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pemerintah atau raja harus mempunyai sikap yang dapat memahami tiga golongannya: yang rendah, sedang, tinggi. Lalu memahami sabda sang prabu, sang rama. Sang resi,

Manfaat dari tesis ini adalah hasil evaluasi yang telah dilakukan melalui pengujian secara eksperimen maupun parameter model dapat memberikan informasi apakah kapal perang

Tujuan pada tugas akhir ini adalah tercapainya koordinasi rele arus lebih yang tepat pada sistem distribusi mesh dengan pembangkit tersebar menggunakan metode Learning Vector

Serta dapat mengirimkan SMS mengenai jumlah paket data berdasarkan protocol dan juga dapat memberikan perintah untuk mematikan atau me- restart server.Kesimpulan yang

Sedangkan metode perancangan terdiri dari perancangan sistem yaitu dengan menggunakan metode waterfall yang merupakan salah satu tahapan dari Software Development Life Cycle

personal selling , publisitas, dan promosi penjualan terhadap keputusan pengambilan kredit pada Bank Danamon Indonesia Cabang

Menakar Media Massa dan Gaya Hidup Kita merupakan buku terbitan perdana Fakultas llmu Komunikasi (Fikom) Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) yang mencoba

SAPTA MITRA NUSANTARA “ sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan Program Diploma III Perpajakan pada Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.. kesempatan ini penulis