• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Interm Perencanaan JDU Blok Tegallega

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Interm Perencanaan JDU Blok Tegallega"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN INTERIM

Evaluasi Dan Pembuatan DED SPAM Regional

Akibat Adanya Perubahan Jalur Jaringan Pipa

Distribusi Utama Untuk Pelayanan Ke Kota

Bandung

(2)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Rinci Evaluasi Dan Pembuatan DED

SPAM Regional Akibat Adanya Perubahan Jalur Jaringan Pipa Distribusi Utama Untuk

Pelayanan Ke Kota Bandung, maka bersama ini kami sampaikan Laporan Interim dari

pekerjaan tersebut di atas. Laporan Interim ini sebagai realisasi Konsultan dalam

memenuhi salah satu kewajiban sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK).

Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memenuhi sasarannya.

Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya pekerjaan ini kami ucapkan

terima kasih.

Bandung, 2016

(3)

PT. ALOCITA MANDIRI i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... vi BAB 1 ... 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ... 3

1.3 SISTEMATIKA PELAPORAN ... 3

BAB 2 ... 5

GAMBARAN UMUM WILAYAH PELAYANAN PDAM TIRTAWENING ... 5

2.1 WILAYAH ADMINISTRATIF... 5

2.1.1 Kota Bandung ... 5

2.1.2 Wilayah Administrasi daerah perencanaan ... 6

2.2 KONDISI FISIK ... 7

2.2.1 Kondisi Topografi Kota Bandung ... 7

2.2.2 Kondisi Geologi ... 8

2.2.3 Kondisi Klimatologi... 8

2.2.4 Kondisi Hidrologi ... 9

2.2.5 Penggunaan Lahan ... 10

2.3 DEMOGRAFI dan KEPENDUDUKAN ... 11

2.3.1 Kependudukan ... 11

2.3.2 Kepadatan Penduduk ... 13

(4)

PT. ALOCITA MANDIRI ii

2.3.4 Kondisi eksisting sistem penyediaan air minum ... 21

2.4 RENCANA STRUKTUR RUANG BLOK TEGALEGA ... 26

2.4.1 Kebijakan Terkait Struktur Ruang ... 26

2.4.2 Rencana Sistem penyediaan air minum ... 27

BAB 3 ... 29

KONDISI EKSISTING SISTEM PERPIPAAN BLOK TEGALEGA ... 29

3.1 BLOK TEGALEGA ... 29

3.1.1 Kecamatan Bojongloa Kidul ... 30

3.1.2 Kecamatan Astanaanyar ... 32

3.1.3 Kecamatan Regol ... 33

3.1.4 Kecamatan Bandung Kidul ... 35

3.2 SUMBER AIR BAKU & UNIT PRODUKSI ... 37

3.2.1 Sumber Air Baku ... 37

3.2.2 Unit Instalasi ... 39

3.3 RESERVOIR PRODUKSI & DISTRIBUSI ... 40

3.4 SAMBUNGAN PELAYANAN & JARINGAN PERPIPAAN DISTRIBUSI ... 44

3.5 PELANGGAN EKSISTING ... 44

3.6 KONSUMSI AIR BERSIH EKSISTING ... 45

3.7 PENGUKURAN POTENSI ... 46

BAB 4 ... 48

KRITERIA PERENCANAAN ... 48

4.1 DASAR TEORI ... 48

4.1.1 Perencanaan Hidrolis Jaringan Perpipaan ... 48

4.1.2 Kapasitas Aliran ... 48

4.1.3 Kecepatan Aliran... 48

4.1.4 Tekanan Air ... 49

4.2 PERSYARATAN TEKNIS JARINGAN PIPA DISTRIBUSI ... 50

4.2.1 Pola Jaringan ... 50

(5)

PT. ALOCITA MANDIRI iii

4.3 KRITERIA PERENCANAAN PENGEMBANGAN ... 54

4.3.1 Proyeksi Penduduk ... 54

4.3.2 Standar Konsumsi Air Minum ... 55

4.3.3 Kebutuhan Air Minum ... 56

BAB 5 ... 58

ANALISA HIDROLIS JARINGAN PERPIPAAN EKSISTING ... 58

5.1 KRITERIA DESAIN ... 58

5.1.1 Metode Simulasi Hidrolis ... 60

5.1.2 Diameter Pipa ... 60

5.1.3 Kehilangan Tekanan ... 60

5.1.4 Perhitungan Kehilangan Tekanan ... 62

5.1.5 Profil Hidrolis ... 64

5.2 PEMBAGIAN NODE DAN PIPA PADA MODEL SIMULASI HIDROLIS ... 66

5.3 ANALISA KONDISI EKSISTING JARINGAN PERPIPAAN ... 72

BAB 6 ... 76

ANALISA PENGEMBANGAN BLOK TEGALEGA ... 76

6.1 KEBUTUHAN PENGEMBANGAN DAN RENCANA SUMBER AIR BAKU ... 76

6.2 PENGAMBANGAN JARINGAN PERPIPAAN ... 79

6.2.1 DMA (District Meter Area) ... 79

6.2.2 Karakteristik DMA ... 85

6.3 SAMPLING ... 88

6.3.1 Stratified Random Sampling ... 88

6.3.2 Penentuan Jumlah Sampling ... 90

(6)

PT. ALOCITA MANDIRI iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Luas Wilayah Regional Bandung Selatan ... 7

Tabel 2. 2 Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2016 ... 12

Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015 ... 13

Tabel 2. 4 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Kecamatan, Luas Wilayah Serta Kepadatan Tahun 2015 ... 14

Tabel 2. 5 Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Bandung Tahun 2014 ... 15

Tabel 2. 6 Sarana Kesehatan di Kota Bandung Tahun 2014-2015 ... 17

Tabel 2. 7 Kondisi Pelayanan PDAM Tirtawening Hingga Tahun 2014 ... 21

Tabel 2. 9 SPAM Non Perpipaan Dinas Tata Ruang dan CiptaKarya (Distarcip) Kota Bandung Tahun 2012-2014 ... 25

Tabel 2. 10 SPAM Non Perpipaan PNPM MP Kota Bandung ... 25

Tabel 2. 11 PersentaseFasilitas SPAM yangMemenuhiPersyaratan di Kota Bandung .... 25

Tabel 3. 1 Jumlah RT Dan RW Di Tiap Kelurahan ... 30

Tabel 3. 2 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Di Tiap Kelurahan... 31

Tabel 3. 3 Jumlah RT Dan RW Di Tiap Kelurahan ... 32

Tabel 3. 4 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Di Tiap Kelurahan... 33

Tabel 3. 5 Jumlah RT Dan RW Di Tiap Kelurahan ... 34

Tabel 3. 6 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Di Tiap Kelurahan... 34

Tabel 3. 7 Jumlah RT Dan RW Di Tiap Kelurahan ... 35

Tabel 3. 8 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Di Tiap Kelurahan... 36

Tabel 3. 9 Sumber Permukaan PDAM Tirtawening ... 37

Tabel 3. 10 Sumber Air Tanah Dalam PDAM Tirtawening ... 38

Tabel 3. 11 Kapasitas Produksi PDAM Tirtawening ... 39

Tabel 3. 12 Reservoir Distribusi Utama ... 41

Tabel 3. 13 Kelurahan yang sudah berlangganan PDAM di Wilayah Blok Tegalega ... 45

Tabel 3. 14 Jumlah Konsumsi Air Besih di Wilayah Blok Tegalega ... 45

Tabel 3. 15 Jumlah Potensi Kebutuhan Air Bersih di Wilayah Blok Tegalega ... 47

Tabel 4. 1 Kriteria Kecepatan Aliran Dalam Pipa ... 49

Tabel 4. 2 Beban Maksimum Tenakanan ... 49

Tabel 4. 3 Kriteria Teknis Sisa Tekanan Minimum ... 49

Tabel 4. 4 Proyeksi Penduduk Blok Tegalega ... 54

Tabel 4. 6 Total Kebutuhan Air Minum di Wilayah Blok Tegalega ... 56

(7)

PT. ALOCITA MANDIRI v Tabel 5. 2 Koefisien Kehilangan Tekanan Untuk Berbagai Perlengkapan Pipa ... 64 Tabel 6. 1 Karakteeristik DMA ... 85 Tabel 6. 2 Kondisi Rumah Permanen dan Semi Permanen Pada Setiap Kelurahan di

Wilayah Tegalega ... 88 Tabel 6. 3 Jumlah Sample Menggunakan Rumus Slovin ... 91

(8)

PT. ALOCITA MANDIRI vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Peta Admnistrasi Kota Bandung ... 6

Gambar 2. 1 Struktur Penggunaan Lahan Di Kota Bandung ... 11

Gambar 2. 3 Rasio Guru Murid Kota Bandung Tahun 2014 ... 16

Gambar 2. 4 Jumlah Posyandu Menurut Klasifikasi di Kota Bandung Tahun 2015 ... 17

Gambar 2. 5 Jumlah Pasangan Usia Subur dan Akseptor KB Aktif di Kota Bandung Tahun 2015 ... 18

Gambar 2. 6 Jumlah Akseptor KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Di Kota Bandung Tahun 2014-2015 ... 18

Gambar 2. 7 Persentase Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal Yang Ditempati Di Kota Bandung Tahun 2015 ... 19

Gambar 2. 8 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal di Kota Bandung Tahun 2015 ... 19

Gambar 2. 9 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap Terluas di Kota Bandung Tahun 2015 ... 20

Gambar 2. 10 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas di Kota Bandung Tahun 2015 ... 21

Gambar 2. 11 Peta Pelayanan Air Minum PDAM Tirtawening Kota Bandung ... 22

Gambar 2. 12 Skematik Pelayanan PDAM Tirtawening Zona Utara ... 23

Gambar 2. 13 Skematik Pelayanan PDAM Tirtawening Zona Tengah-Selatan ... 23

Gambar 2. 14 Skematik Pelayanan PDAM Tirtawening Zona Barat ... 24

Gambar 2. 15 Skematik Pelayanan PDAM Tirtawening Zona Timur ... 24

Gambar 3. 1 Peta Blok Tegalega ... 29

Gambar 3. 2 Skematik Sistem Penyediaan Air Minum PDAM Tirtawening Kota Bandung ... 43

Gambar 3. 3 Peta Jaringan Eksisting Perpipaan di Wilayah Blok Tegalega ... 44

Gambar 3. 4 Peta Titik Pelanggan Eksisting PDAM Di Blok Tegalega ... 45

Gambar 5. 1 Garis Energi dan Hidrolis (Harnold E. Babbit, 1955)... 62

Gambar 5. 2 Tekanan Negatif Pada Pipa (Harnold E. Babbit, 1955) ... 65

Gambar 5. 3 Pembagian Node dan Pipa Di simulasi Epanet Z 2.0 ... 66

Gambar 5. 4 Model Hidrolis Jalur IPA Regional – Titik Curah ... 73

Gambar 5. 5 Hasil analisa di titik curah saat jam puncak (Fungsi Pipa Distribusi) ... 73

Gambar 5. 6 Grafik Tekanan selama 24 jam di Titik Curah ... 74

(9)

PT. ALOCITA MANDIRI vii

Gambar 5. 8 Hasil analisa di titik curah saat jam puncak (Fungsi Pipa Transmisi) ... 74

Gambar 5. 9 Grafik Tekanan selama 24 jam di Titik Curah ... 75

Gambar 5. 10 Grafik Debit selama 24 jam di Titik Curah ... 75

Gambar 5. 11 Hasil analisa di titik curah saat jam puncak (Fungsi Pipa Distribusi) ... 76

Gambar 5. 12 Grafik Tekanan selama 24 jam di Titik Curah ... 77

Gambar 5. 13 Grafik Debit selama 24 jam di Titik Curah ... 77

Gambar 5. 14 Hasil analisa di titik curah saat jam puncak (Fungsi Pipa Transmisi) ... 78

Gambar 5. 15 Grafik Tekanan selama 24 jam di Titik Curah ... 78

Gambar 5. 16 Grafik Debit selama 24 jam di Titik Curah ... 78

Gambar 5. 17 Blok DMA di wilayah Blok tegalega ... 84

(10)

PT. ALOCITA MANDIRI 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Jumlah penduduk di Kota Bandung terus meningkat, akibatnya keperluan air minum akan terus mengalami peningkatan baik untuk keperluan domestik maupun non domestik. Kondisi tersebut dihadapkan kepada suplai dan pelayanan air bersih yang masih sangat terbatas, karena sulitnya perusahaan air minum untuk mengembangkan kapasitas penyediaan air bersih akibat kurangnya dana investasi serta kendala-kendala lainnya. Upaya terpasangnya air bersih tersebut juga dilakukan untuk mencapai target sustainable development goals (SDGs) yang dijewantahkan sebagai universal akses 100-0-100.

PDAM Kota Bandung saat ini melayani penyediaan air minum dengan kapasitas terpasang 3.237 liter/detik dan kapasitas produksi sebesar ± 2.914 liter/detik. Kapasitas tersebut, baru memberikan pelayanan melalui sambungan rumah (SR) sebanyak 155.000 unit, setara dengan ± 72 % dari jumlah penduduk kota saat ini, sedangkan kehilangan air masih > 30 %. Angka prosentase tersebut tentunya akan mempengaruhi tingkat kinerja pelayanan dan kinerja keuangan PDAM. Berdasarkan kondisi eksisting tersebut, jika dihadapkan dengan target MDGs saja tentunya diperlukan upaya peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas tidak hanya bagi 72% penduduk Kota Bandung yang telah terlayani, tetapi bagi 28% lainya agar dapat menggunakan air dari PDAM.

Program pengembangan SPAM yang saat ini telah dijalankan melalui Program Regional Bandung Selatan yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Jawa Barat. Program Regional Bandung Selatan merupakan program pembangunan SPAM baru dengan memanfaatkan sungai Cisangkuy sebagai sumber air bakunya. Kapasitas total SPAM yang dibangun sebesar 700 liter/detik, terbagi pada beberapa tahap. Kapasitas tersebut ditujukan untuk Kota Bandung dan Kabupaten Bandung, dengan kapasitas masing-masing

(11)

PT. ALOCITA MANDIRI 2 secara berurut adalah 400 liter/detik dan 300 liter/detik, sebagai air curah. Pada tahap pertama akan dibangun SPAM dengan kapasitas 350 liter/detik dengan alokasi 200 liter/detik untuk Kota Bandung dan 150 liter/detik untuk Kabupaten Bandung. Air dengan kapasitas 200 L/detik tersebut, direncanakan untuk melayani REGIONAL BANDUNG SELATAN BLOK TEGALEGA yang terdiri dari empat kecamatan dan kelurahan :

1. Kecamatan Bojongloa Kidul, yang terdiri dari:

 Kel. Mekarwangi

 Kel. Cibaduyut

 Kel. Cibaduyut Wetan

 Kel. Cibaduyut Kidul

2. Kecamatan Bandung Kidul, yang terdiri dari:

 Kel. Wates

 Kel. Mengger

3. Kecamatan Regol, yang terdiri dari:

 Kel. Pasirluyu

 Kel. Ciseureuh

4. Kecamatan Astana Anyar, yang terdiri dari:

 Kel. Karasak

PDAM sebagai suatu perusahaan, harus benar-benar memperhitungkan manfaat air curah tersebut sehingga akan berdampak positif terhadap perusahaan. Lebih lanjut, kondisi jaringgan di blok tersebut dirasakan sudah tidak layak. Selain waktu penggunaanya sudah cukup lama, pipa yang digunakan adalah asbes, material yang termasuk bahan yang membahayakan kesehatan. Merespon perubahan jalur yang dilakukan, maka perencanaan terdahulu menjadi tidak dapat diterapkan, sehingga agar jaringan yang ada berfungsi secara optimal, maka permasalahan yang harus di jawab pada studi ini adalah:

 Evaluasi perencanaan yang sudah dilakukan di blok Tegalega,

Head yang tersedia dari IPA (Instalasi Penyediaan Air) Sukamaju ke titik curah, dan dari titik curah ke daerah pelayanan,

 Identifikasi pelayanan PDAM dan non PDAM eksisting,

(12)

PT. ALOCITA MANDIRI 3

 Stratifikasi blok yang direncanakan dilayani dan survey potensi pelanggan untuk mengetahui kebutuhan nyata di lapangan /melalui survey potensi,

 Analisa hidrolis dengan menggunakan software EPANET, kalibrasi kondisi di lapangan berdasarkan analisa hidrolis, Evaluasi hidrolis eksisting dan rencana pengembangan dilakukan berdasarkan dengan memperhitungkan potensi penambahan pelanggan dan DED.

Oleh karena itulah, untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan akan air minum, di wilayah tersebut dimana jaringan pipa distribusinya ada yang sudah terpasang, dan arah pengembangannya maka diperlukan adanya Perencanaan Teknis Rinci EVALUASI DAN PEMBUATAN DED SPAM REGIONAL AKIBAT ADANYA PERUBAHAN JALUR JARINGAN PIPA DISTRIBUSI UTAMA UNTUK PELAYANAN KE KOTA BANDUNG.

1.2

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menyusun sebuah Perencanaan Teknis / DED Sistem Pelayanan Air Minum (SPAM) di Wilayah Pengembangan Tegalega untuk memanfaatkan air curah sebanyak 200 L/dt.

Sedangkan tujuan dari adanya Perencanaan Teknis / DED SPAM ini adalah Sebagai dokumen teknis yang menjadi acuan dalam pelaksanaan kontruksi yang memuat rancangan teknis sistem pengembangan, perhitungan dan gambar teknis serta dokumen pelaksanaan kegiatan berdasarkan norma, standar, pedoman dan manual yang berlaku.

1.3

SISTEMATIKA PELAPORAN

Dalam penyajian Laporan Pendahuluan Perencanaan Teknis Rinci Evaluasi Dan Pembuatan DED SPAM Regional Akibat Adanya Perubahan Jalur Jaringan Pipa Distribusi Utama Untuk Pelayanan Ke Kota Bandung, Konsultan menyusun dalam bentuk dan sistematika sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang, Maksud dan Tujuan dan Sistematika pelaporan .

(13)

PT. ALOCITA MANDIRI 4 BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH PELAYANAN PDAM TIRTAWENING

Pada Bab Ini Menjelaskan Tentang Wilayah Administratif, Kondisi Fisik, Demografi Dan Kependudukan, Rencana Struktur Ruang Blok Tegalega.

BAB 3 KONDISI EKSISTING SISTEM PERPIPAAN BLOK TEGALEGA

Pada bab ini menjelaskan tentang mengenai kondisi eksisiting blok tegalega (kecamatan bojongloa kidul, kecamatan astanaanyar, kecamatan regol dan kecamatan bandung kidul), sumber air baku & unit produksi, reservoir produksi & distribusi, sambungan pelayanan & jaringan perpipaan distribusi, pelanggan eksisting, konsumsi air bersih eksisting, pengukuran potensi.

BAB 4 KRITERIA PERENCANAAN

Pada bab ini menjelasakan tentang dasar teori, persyaratan teknis jaringan pipa distribusi, dan kriteria perencanaan pengembangan .

BAB 5 ANALISA HIDROLIS JARINGAN PERPIPAAN EKSISTING

Pada bab ini menjelasakan tentang kriteria desain, pembagian node dan pipa pada model simulasi hidrolis, dan analisa kondisi eksisting jaringan perpipaan.

BAB 6 ANALISA PENGEMBANGAN BLOK TEGALEGA

Pada bab ini menjelasakan tentang kebutuhan pengembangan dan rencana sumber air baku, pengambangan jaringan perpipaan (dma (district meter area dan karakteristik dma), sampling (stratified random sampling dan penentuan jumlah sampling), dan desain kuesioner

(14)

PT. ALOCITA MANDIRI 5

BAB 2

GAMBARAN UMUM WILAYAH PELAYANAN

PDAM TIRTAWENING

2.1

WILAYAH ADMINISTRATIF

2.1.1

Kota Bandung

Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107o36’ Bujur Timur, 6o55’ Lintang Selatan. Ketinggian tanah +791m di atas permukaan laut, titik terendah + 675 m berada di sebelah selatan dengan permukaan relatif datar dan titik tertinggi + 1.050 m berada di sebelah utara dengan kontur yang berbukit-bukit.

Luas wilayah Kota Bandung Berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung, luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65 Ha. Wilayah pemerintahan terbagi dalam 30 Kecamatan, 151 Kelurahan yan terdiri dari 1.558 Rukun Warga (RT), dan 9.678 Rukun Tetangga (RT). Bagian yang diarsir biru pada Gambar 2.1, merupakan wilayah administrasi perencanaan yang merupakan bagian dari wilayah regional Bandung Selatan yang akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.

(15)

PT. ALOCITA MANDIRI 6 Gambar 2. 1 Peta Admnistrasi Kota Bandung

2.1.2

Wilayah Administrasi daerah perencanaan

Regional Bandung Selatan memiliki luas wilayah 2162,9 Ha, terbagi menjadi 6 Kecamatan yang terdiri dari 20 kelurahan . Secara administratif Regional Bandung Selatan berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Sepanjang Jalan Soekarno - Hatta Sebelah Barat : Kota Cimahi

Sebelah Timur : Kecamatan Marga Cinta Sebelah Selatan : Jalan Tol Padalarang - Cileunyi

Adapun kelurahan-kelurahan beserta luas wilayah yang termasuk dalam Wilayah Regional Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(16)

PT. ALOCITA MANDIRI 7 Tabel 2. 1 Luas Wilayah Regional Bandung Selatan

No. Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (Ha) Koordinat Bujur Koordinat Lintang 1 Bandung Kulon Gempol Sari 103,30 107,56171 -6,935987 Cigondewah Kaler 142,00 107,56267 -6,941205 Cigondewah Kidul 60,00 107,56708 -6,946522 Cigondewah Rahayu 51,50 107,57217 -6,949818 2 Babakan Ciparay Margasuka 161,68 107,58248 -6,960046 Cirangrang 130,99 107,59061 -6,962479 Margahayu Utara 105,00 107,58374 -6,952603 Babakan Ciparay 138,18 107,58671 -6,94667 Babakan 115,36 107,58054 -6,938332 3 Bojongloa Kidul Cibaduyut Kidul 58,60 107,59667 -6,965629 Cibaduyut Wetan 97,35 107,60400 -6,963623 Mekar Wangi 128,59 107,61054 -6,956803 Cibaduyut 66,15 107,59931 -6,957231 Kebon Lega 110,00 107,60550 -6,949957 4 Astanaanyar Karasak 55,50 107,61246 -6,954538 5 Regol Ciseureuh 71,69 107,00000 -69,485646 Pasirluyu 90,00 107,62314 -6,948851 6 Bandung Kidul Wates 156,70 107,62244 -6,962078 Mengger 137,20 107,63699 -6,962977 Batununggal 183,11 107,63481 -6,957398

TOTAL 2162,9

Tabel 2.1 menegaskan bahwa dari 6 kecamatan yang ada di Kota Bandung, yang termasuk wilayah perencanaan adalah 4 kecamatan, dengan jumlah kelurahan 8 (yang terarsir). Luas total keseluruhan wilayah administratif perencanaan seluas 861,78 Ha setara dengan 39,84% wilayah regional Bandung Selatan.

2.2

KONDISI FISIK

2.2.1

Kondisi Topografi Kota Bandung

Kota Bandung terletak pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut (dpl). Titik tertinggi berada di Kelurahan Ledeng Kecamatan Cidadap dengan ketinggian 892 meter dpl dan titik terendah berada di Kelurahan Rancanumpang Kecamatan Gedebage dengan ketinggian 666 meter dpl. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan permukaan tanahnya relatif datar, sedangkan di wilayah kota bagian utara permukaannya berbukit-bukit. Wilayahnya yang dikelilingi oleh pegunungan membentuk Kota Bandung menjadi semacam cekungan (Bandung Basin).

(17)

PT. ALOCITA MANDIRI 8

2.2.2

Kondisi Geologi

Keadaan geologis di Kota Bandung dan sekitarnya terdiri atas lapisan aluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di wilayah bagian utara umumnya jenis tanah andosol, sedangkan di bagian selatan serta timur terdiri atas jenis aluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian tengah dan barat tersebar jenis tanah andosol. Secara geologis Kota Bandung berada di Cekungan Bandung yang dikelilingi oleh Gunung Berapi yang masih aktif dan berada di antara tiga daerah sumber gempa bumi yang saling melingkup, yaitu (i) sumber gempa bumi Sukabumi-Padalarang-Bandung, (ii) sumber gempa bumi Bogor-Puncak-Cianjur, serta (iii) sumber gempa bumi Garut-Tasikmalaya-Ciamis. Daerah-daerah ini aktif di sepanjang sesar-sesar yang ada, sehingga menimbulkan gempa tektonik yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Selain itu Kota Bandung yang berpenduduk banyak dan padat serta kerapatan bangunan yang tinggi juga berisiko tinggi pada berbagai bencana.

2.2.3

Kondisi Klimatologi

Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan di sekitarnya. Namun pada beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan suhu, serta musim hujan yang lebih lama dari biasanya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, musim hujan dirasakan lebih lama terjadi di Kota Bandung.

Secara alamiah, Kota Bandung tergolong daerah yang cukup sejuk. Selama tahun 2015 suhu tertinggi Kota Bandung terjadi pada bulan Oktober yakni mencapai 31,9oC. Sementara suhu terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 18,1oC. Pada tahun 2015, hujan terjadi hampir di sepanjang tahun. Musim kemarau yang ditandai dengan curah hujan kecil terjadi di rentang bulan Juni hingga Oktober. Rata-rata curah hujan di Kota Bandung pada tahun 2015 adalah 184,74 mm. Curah hujan tertinggi di Kota Bandung pada tahun 2015 terjadi di bulan November yaitu sebesar 322,4 mm. Sementara curah hujan terendah terjadi di bulan Juli sebesar 0,3 mm. Temperatur ini dipengaruhi oleh ketinggian dari permukaan laut, lingkungan pegunungan atau cekungan dan berbagai danau besar yang terletak di sekitarnya. Namun pengukuran kualitas udara ambien (SO2, CO, NOx, O3, HC, Pb, dan debu) di beberapa tempat menunjukkan masih terdapat parameter yang mendekati dan bahkan melebihi Baku Mutu (BM).

Semakin sedikitnya Ruang Terbuka Hijau (RTH), serta meningkatnya pencemaran udara karena aktivitas penduduk berkontribusi dalam meningkatkan iklim mikro di Kota Bandung. Aktivitas pencemar yang tergolong besar adalah dari pertumbuhan

(18)

PT. ALOCITA MANDIRI 9 jumlah kendaraan. Selain pertumbuhan jumlah kendaraan, keberadaan jalan Tol Cipularang turut meningkatkan jumlah kendaraan menuju Kota Bandung. Hasil penelitian Departemen Teknik Lingkungan ITB, menunjukkan bahwa keberadaan tol Cipularang telah berimplikasi terhadap kualitas udara di Kota Bandung. Di titik masuk Kota Bandung seperti gerbang tol Pasteur dan jembatan Cikapayang, kandungan CO rata-rata pada hari Jumat dan Sabtu meningkat sekitar 38% (di hari normal sekitar 1.800 kg/hari menjadi 2.500 kg/hari pada Jumat dan Sabtu), sedangkan NOx meningkat 59% dan HC meningkat 50%. Meningkatnya pencemaran udara di Kota Bandung juga dipengaruhi oleh tidak terawatnya mesin kendaraan. Data BPLH Kota Bandung menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor, lebih dari 60% kendaraan berbahan bakar solar tidak memenuhi baku mutu emisi, sementara untuk yang berbahan bakar bensin berfluktuasi dari sekitar 10% hingga 52%.

2.2.4

Kondisi Hidrologi

Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km, yaitu Sungai Cikapundung, Sungai Cipamokolan, Sungai Cidurian, Sungai Cicadas, Sungai Cinambo, Sungai Ciwastra, Sungai Citepus, Sungai Cibedung, Sungai Curug Dog-dog, Sungai Cibaduyut, Sungai Cikahiyangan, Sungai Cibuntu, Sungai Cigondewah, Sungai Cibeureum, dan Sungai Cinanjur. Sungai dengan aliran dari utara ke selatan, yaitu Sungai Cikapundung, dan dari selatan ke utara yaitu Sungai Citarum. Sungai-sungai tersebut selain dipergunakan sebagai saluran induk dalam pengaliran air hujan, juga oleh sebagian kecil penduduk masih dipergunakan untuk keperluan MCK.

Kota Bandung juga termasuk dalam wilayah Daerah Pengaliran Sungai (DPS) Citarum bagian hulu. Secara nasional, DPS ini sangat penting karena merupakan pemasok utama waduk Saguling dan Cirata yang digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, pertanian, dan lainnya.

Namun saat ini kondisi sebagian besar sungai di Kota Bandung telah mengalami pencemaran. Regulasi yang tidak tegas terhadap pengelolahan limbah pabrik menjadi salah satu penyebab tercemarnya sungai yang ada. Selain itu, penurunan kualitas sungai disebabkan oleh pembuangan air kotor oleh warga. Sungai Cikapundung yang merupakan salah satu sungai terpenting yang membelah Kota Bandung saat ini telah banyak kehilangan fungsi ekologisnya.

(19)

PT. ALOCITA MANDIRI 10

2.2.5

Penggunaan Lahan

1. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan lindung di Kota Bandung terdiri dari :

a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya b. Kawasan perlindungan setempat

c. Kawasan RTH

d. Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya e. Kawasan eks Industri

f. Kawasan rawan bencana g. Kawasan lindung lainnya

2. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya di Kota Bandung terdiri dari:

a. Kawasan permukiman b. Kawasan pertanian

c. Kawasan perdagangan dan jasa d. Kawasan industri

e. Kawasan perkantoran

Secara lengkap, struktur penggunaan lahan di Kota Bandung dapat dilihat dalam grafik berikut.

(20)

PT. ALOCITA MANDIRI 11 Gambar 2. 2 Struktur Penggunaan Lahan Di Kota Bandung

Sampai saat ini, perambahan kawasan terbangun (konversi lahan terbangun) semakin meluas ke daerah yang bukan peruntukannya, baik secara natural ataupun terencana. Semakin tinggi jumlah penduduk, disertai dengan kebutuhan ruang untuk tempat tinggal menjadi salah satu penyebab konversi lahan. Hal ini berimplikasi pada meningkatnya kerusakan lingkungan, terutama di bagian Utara dan Selatan. Kawasan Bandung Utara (KBU) yang utamanya sebagai kawasan lindung, saat ini telah banyak mengalami konversi lahan yang tidak sesuai peruntukannya. Bagi PDAM sendiri kondisi tersebut mengancam ketersediaan air baku untuk diolah maupun langsung didistribusikan ke konsumen.

2.3

DEMOGRAFI dan KEPENDUDUKAN

2.3.1

Kependudukan

Kondisi dan perkembangan demografi berperan penting dalam perencanaan pembangunan. Penduduk merupakan modal dasar keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Besaran, komposisi, dan distribusi penduduk akan mempengaruhi struktur ruang dan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Seluruh aspek pembangunan memiliki korelasi dan interaksi dengan kondisi kependudukan yang ada, sehingga informasi tentang demografi memiliki posisi strategis dalam penentuan kebijakan.

Menurut data Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Kota Bandung berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2016 sebanyak 2.481.469 jiwa yang terdiri atas 1.253.274 jiwa penduduk laki-laki dan 1.228.195 jiwa penduduk perempuan. Dibandingkan

(21)

PT. ALOCITA MANDIRI 12 dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2015, persentase jumlah penduduk mengalami pertumbuhan sebesar 0,432 persen. Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 102,04. Kepadatan penduduk di Kota Bandung tahun 2016 mencapai 14.831 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di 30 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Bojongloa Kaler dengan kepadatan sebesar 47.298,02 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Gedebage sebesar 6.098,75 jiwa/Km2.

Kota Bandung yang mendorong meningkatkan harga properti, menyebabkan lokasi-lokasi perumahan bergeser keluar kota Bandung. Keluarga-keluarga muda akan cenderung tinggal di luar kota untuk menyesuaikan daya beli terhadap rumah. Karena itulah jumlah penduduk di Kota Bandung cenderung tumbuh lambat dan bahkan pernah berkurang. Kecamatan yang termasuk kedalam wilayah blok tegalega adalah yang diarsir adalah Bojongloa Kidul, Astanaanyar, Regol dan Bandung Kidul.

Tabel 2. 2 Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2016

NO KECAMATAN JUMLAH KELURAHAN TOTAL PENDUDUK RATA-RATA PER KELURAHAN

1 Bandung Kulon 8 143313 17914 2 Babakan Ciparay 6 148025 24671 3 Bojongloa Kaler 5 121165 24233 4 Bojongloa Kidul 6 86363 14394 5 Astanaanyar 6 68991 11499 6 Regol 7 81987 11712 7 Lengkong 7 71637 10234 8 Bandung Kidul 4 59331 14833 9 Buahbatu 4 95356 23839 10 Rancasari 4 75469 18867 11 Gedebage 4 35910 8978 12 Cibiru 4 70370 17593 13 Panyileukan 4 39339 9835 14 Ujungberung 5 75477 15095 15 Cinambo 4 24766 6192 16 Arcamanik 4 68293 17073 17 Antapani 4 74557 18639 18 Mandalajati 4 63147 15787 19 Kiaracondong 6 132135 22023 20 Batununggal 8 121076 15135 21 Sumur Bandung 4 35903 8976 22 Andir 6 97693 16282 23 Cicendo 6 99898 16650 24 Bandung Wetan 3 30939 10313 25 Cibeunying Kidul 6 108193 18032 26 Cibeunying Kaler 4 71184 17796 27 Coblong 6 132002 22000 28 Sukajadi 5 108512 21702 29 Sukasari 4 82012 20503

(22)

PT. ALOCITA MANDIRI 13

NO KECAMATAN JUMLAH KELURAHAN TOTAL PENDUDUK RATA-RATA PER KELURAHAN

30 Cidadap 3 58426 19475

Sumber : BPS, Kota Bandung Dalam Angka, 2016

Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015

NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL PENDUDUK

1 Bandung Kulon 71971 71342 143313 2 Babakan Ciparay 75735 72290 148025 3 Bojongloa Kaler 62053 59112 121165 4 Bojongloa Kidul 44459 41904 86363 5 Astanaanyar 34491 34500 68991 6 Regol 40863 41124 81987 7 Lengkong 35397 36240 71637 8 Bandung Kidul 29635 29696 59331 9 Buahbatu 47731 47625 95356 10 Rancasari 37711 37758 75469 11 Gedebage 17862 18048 35910 12 Cibiru 35704 34666 70370 13 Panyileukan 19800 19539 39339 14 Ujungberung 38179 37298 75477 15 Cinambo 12627 12139 24766 16 Arcamanik 34515 33778 68293 17 Antapani 37315 37242 74557 18 Mandalajati 31982 31165 63147 19 Kiaracondong 66144 65991 132135 20 Batununggal 61549 59527 121076 21 Sumur Bandung 18030 17873 35903 22 Andir 49461 48232 97693 23 Cicendo 50092 49806 99898 24 Bandung Wetan 15257 15682 30939 25 Cibeunying Kidul 54592 53601 108193 26 Cibeunying Kaler 36346 34838 71184 27 Coblong 69030 62972 132002 28 Sukajadi 54264 54248 108512 29 Sukasari 40801 41211 82012 30 Cidadap 29678 28748 58426

Sumber : BPS, Kota Bandung Dalam Angka, 2016

2.3.2

Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan perbandingan antara jumlah manusia dengan luas wilayah dimana manusia itu berada. Kepadatan penduduk menyatakan tekanan lingkungan dan besaran respons yang harus dilakukan pada suatu wilayah termasuk penyediaan air minum.

Tabel 2.4 menunjukan kepadatan penduduk di setiap kecamatan di Kota Bandung. Kepadatan rata-rata penduduk Kota Bandung mencapai 148,3 jiwa/Ha. Sementara kepadatan penduduk di wilayah perencanaan sendiri yang paling padat adalah

(23)

PT. ALOCITA MANDIRI 14 Kecamatan Astana anyar dengan kepadatan mencapai 238 jiwa/Ha, kemudian Kecamatan Regol dengan kepadatan mencapai 190,67 jiwa/Ha. Kemudian diikuti Kecamatan Bojongloa kidul dan Bandung kidul dengan kepadatan secara berturut turut mencapai 137,96 jiwa/Ha dan 97,91 jiwa/Ha.

Tabel 2. 4 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Kecamatan, Luas Wilayah Serta Kepadatan Tahun 2015

NO KECAMATAN LUAS AREA (km2) TOTAL PENDUDUK (Jiwa) KEPADATAN PENDUDUK (per km2) 1 Bandung Kulon 6.46 143.313 22.185 2 Babakan Ciparay 7.45 148025 19869 3 Bojongloa Kaler 3.03 121165 39988 4 Bojongloa Kidul 6.26 86363 13796 5 Astanaanyar 2.89 68991 23872 6 Regol 4.30 81987 19067 7 Lengkong 5.90 71637 12142 8 Bandung Kidul 6.06 59331 9791 9 Buahbatu 7.93 95356 12025 10 Rancasari 7.33 75469 10296 11 Gedebage 9.58 35910 3748 12 Cibiru 6.32 70370 11134 13 Panyileukan 5.10 39339 7714 14 Ujungberung 6.40 75477 11793 15 Cinambo 3.68 24766 6730 16 Arcamanik 5.87 68293 11634 17 Antapani 3.79 74557 19672 18 Mandalajati 6.67 63147 9467 19 Kiaracondong 6.12 132135 21591 20 Batununggal 5.03 121076 24071 21 Sumur Bandung 3.40 35903 10560 22 Andir 3.71 97693 26332 23 Cicendo 6.86 99898 14562 24 Bandung Wetan 3.39 30939 9127 25 Cibeunying Kidul 5.25 108193 20608 26 Cibeunying Kaler 4.50 71184 15819 27 Coblong 7.35 132002 17959 28 Sukajadi 4.30 108512 25235 29 Sukasari 6.27 82012 13080 30 Cidadap 6.11 58426 9562

Sumber : BPS, Kota Bandung Dalam Angka, 2016

2.3.3

Kondisi sosial ekonomi

Kesejahteraan penduduk secara umum dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia yang terdiri dari tiga komponen, yaitu derajat pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Sebagai indikator utama, pada dasarnya IPM adalah berfungsi sebagai indikator impact, yaitu terbentuk karena banyak aspek pembangunan yang dilakukan.

(24)

PT. ALOCITA MANDIRI 15 Pada tahun 2015 IPM Kota Bandung mencapai 79,67 meningkat 0,87 dari tahun sebelumnya, dibentuk oleh indeks kesehatan sebesar 73,82 dengan kenaikan rata-rata pertahun sebesar 0,37 %, indeks pendidikan sebesar 13,63 dengan kenaikan rata-rata pertahun sebesar 0,08 %, dan indeks daya beli masyarakat sebesar 3,73 % per kapita.

Salah satu strategi yang dilakukan untuk upaya percepatan pembangunan manusia di bidang pendidikan adalah ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan bagi masyarakat. Berdasarkan data yang di akses dari bandungkota.siap.web.id terdapat sebanyak 1.726 sekolah formal di Kota Bandung mulai jenjang SD hingga SMK. Sebanyak 52,49 persen adalah sekolah negeri dan sisanya sebanyak 47,51 persen adalah sekolah swasta. Sarana pendidikan dasar di Kota Bandung sudah mencapai 80,01 persen (1.381 sekolah SD dan SMP). Pendidikan non formal pun jumlah nya relatif cukup besar, dimana pada tahun 2014 terdapat 737 Taman Kanak-kanak, 321 kursus, 27 Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan 446 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Jika dilihat rasio jumlah murid/siswa setiap sekolah, data dari http://referensi.data.kemdikbud.go.id menunjukkan bahwa secara rata-rata rasio murid terhadap sekolah di Kota Bandung tahun 2014 mencapai 297 murid per sekolah, dengan rincian 256 murid pada satu SD, 388 murid pada satu SMP dan 248 murid pada satu SMA. Rasio murid sekolah negeri lebih besar daripada sekolah swasta. Rasio guru murid di Kota Bandung secara rata-rata adalah satu orang guru untuk 25 orang murid. Rasio guru murid SD negeri lebih besar dari SD swasta, adapun untuk SMP dan SMA berlaku sebaliknya, dimana rasio guru murid SMP dan SMA negeri lebih tinggi dari SMP dan SMA swasta.

Tabel 2. 5 Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Bandung Tahun 2014

JENJANG PENDIDIKAN NEGERI SWASTA TOTAL SD/MI 798 266 1.064

SMP/MTs 62 255 317

SMA/MA 29 153 182

SMK 17 146 163

Jumlah 906 820 1.726

(25)

PT. ALOCITA MANDIRI 16 Gambar 2. 3 Rasio Guru Murid Kota Bandung Tahun 2014

Ketersediaan sarana kesehatan yang terjangkau dan mudah di akses oleh masyarakat merupakan salah satu pendorong bagi upaya percepatan peningkatan tingkat kesehatan masyarakat. Di Kota Bandung pada tahun 2015 terdapat 12.207 sarana kesehatan yang dapat dengan mudah di akses oleh masyarakat.

Jika dibandingkan dengan tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 20,38 persen. Puskesmas sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan yang terdekat dengan masyarakat tersebar di 30 kecamatan di Kota Bandung tersedia sebanyak 73 unit, mudah dijangkau dan biaya pelayanan pun relatif murah.

Di Kota Bandung sebagian besar masyarakat memanfaatkan pelayanan gratis di puskesmas ini melalui askes, bpjs, jamkesmas, maupun fasilitas pelayanan kesehatan gratis lainnya. Yang menjadi tantangan ke depan adalah adanya peningkatan cakupan pelayanan, karena belum semua pelayanan di puskesmas mencakup semua jenis layanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat.

Jumlah Pos pelayanan terpadu (Posyandu) di Kota Bandung tahun 2015 sebanyak 1.967 unit yang tersebar di 30 kecamatan di Kota Bandung. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan jumlah posyandu pada klasifikasi purnama dan mandiri, hal ini menunjukkan program revitalisasi posyandu di Kota Bandung telah berhasil. Tahun 2015 terdapat 293 posyandu mandiri, artinya terdapat 293 posyandu yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% keluarga (KK).

(26)

PT. ALOCITA MANDIRI 17 Tabel 2. 6 Sarana Kesehatan di Kota Bandung Tahun 2014-2015

JENJANG PENDIDIKAN NEGERI SWASTA TOTAL

SD/MI 798 266 1064

SMP/MTs 62 255 317

SMA/MA 29 153 182

SMK 17 146 163

Jumlah 906 820 1726

Sumber : BPS, Ststistik Daerah Kota Bandung, 2016

Gambar 2. 4 Jumlah Posyandu Menurut Klasifikasi di Kota Bandung Tahun 2015 Jumlah pasangan usia subur (PUS) di Kota Bandung tahun 2014 sebanyak 367.375 pasangan, mengalami penurunan 3,63 persen dibandingkan 2013. Kemudian pada tahun 2015 jumlah PUS kembali menurun menjadi 359.553 pasangan, atau turun sebesar 2,13 persen pada tahun 2015. Dari total PUS yang menjadi akseptor KB aktif pada tahun 2014 sebanyak 284.933 pasangan atau sebesar sebanyak 77,56 persen.

Adapun pada tahun berikutnya, seiring dengan penurunan jumlah PUS, jumlah akseptor KB aktif juga mengalami penurunan menjadi 260.935 pasangan, turun sebesar 8,42 persen, atau hanya sebesar 72,57 persen dari total PUS tahun 2015. Total akseptor KB aktif tahun 2015 sebanyak 260.935 pasangan. Jika dirinci menurut jenis KB yang digunakan, sebanyak 58,06 persen menggunakan KB hormonal, dan sisanya sebanyak 41,94 persen menggunakan KB non hormonal. Pada jenis KB hormonal, sebagian besar menggunakan KB suntik, yaitu mencapai 70,21 persen, kemudian sebanyak 26,31 persen menggunakan KB pil dan sisanya sebanyak 3,48 persen menggunakan implant.

Adapun untuk KB non hormonal, sebagian besar menggunakan IUD, yaitu mencapai 82,89 persen. Sebanyak 5,31 persen menggunakan kondom, dan sisanya

(27)

PT. ALOCITA MANDIRI 18 sebanyak 11,80 persen menggunakan MOP dan MOW. Berdasarkan jenis alat kontrasepsi yang digunakan, maka sebagian besar akseptor KB yang menggunakan alat kontrasepsi adalah perempuan, sedangkan pengguna alat kontrasepsi pria masih relative rendah. Kepesertaan pria dalam ber-KB di Kota Bandung masih sekitar 2,65 persen (MOP dan Kondom).

Gambar 2. 5 Jumlah Pasangan Usia Subur dan Akseptor KB Aktif di Kota Bandung Tahun 2015

Gambar 2. 6 Jumlah Akseptor KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Di Kota Bandung Tahun 2014-2015

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28H ayat (1) menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Oleh

(28)

PT. ALOCITA MANDIRI 19 karena itu kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar setiap manusia, yang akan terus berkembang sesuai dengan tahapan dan siklus kehidupan.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2015 diperoleh data-data indikator perumahan masyarakat. Data hasil Susenas 2015 menunjukkan bahwa sebesar 60,55 persen perumahan di Kota Bandung berstatus milik sendiri. Persentase rumah tangga menurut luas lantai tempat tinggal di Kota Bandung pda tahun 2015 menunjukkan sebanyak 30,00 persen memiliki luas lantai 20-49 meter persegi, dan 31,24 persen memiliki luas lantai 50-99 meter persegi.

Rumah tangga yang memiliki luas lantai lebih dari 100 meter persegi sebanyak 20,68 persen, dan sekitar 18,08 persen rumah tangga memiliki luas lantai tempat tinggal kurang atau sama dengan dari 19 meter persegi.

Gambar 2. 7 Persentase Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal Yang Ditempati Di Kota Bandung Tahun 2015

Gambar 2. 8 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal di Kota Bandung Tahun 2015

(29)

PT. ALOCITA MANDIRI 20 Hasil Susenas 2015 juga menunjukkan persentase rumah tangga menurut jenis atap terluas. Sebagian besar tempat tinggal rumah tangga menggunakan atap genteng, yaitu sebanyak 80,25 persen. Sebanyak 10,47 persen menggunakan atap asbes, sebanyak 6,00 persen menggunakan atap beton, sebanyak 1,99 persen menggunakan atap seng, dan sisanya sebanyak 1,28 persen menggunakan atap bamboo dan lainnya.

Jika dirinci menurut dinding terluas, persentase rumah tangga menurut dinding terluas, sebanyak 98,15 persen adalah dinding tembok. Sebanyak 0,43 persen adalah dinding plesteran, sebanyak 0,64 persen dinding kayu, 0,48 persen dinding bambu, dan 0,30 persen adalah dinding lainnya. Adapun persentase rumah tangga menurut lantai terluas, sebagian besar rumah tangga menggunakan lantai keramik, yaitu mencapai 77,99 persen.

Bahan bakar/energi utama untuk memasak yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga di Kota Bandung adalah gas/elpiji. Sebanyak 92,53 persen rumah tangga di Kota Bandung menggunakan gas/elpiji untuk memasak. Sebanyak 2,22 persen rumah tangga menggunakan energi listrik untuk memasak, dan sebanyak 0,67 persen masih menggunakan minyak tanah.

Untuk fasilitas buang air besar rumah tangga di Kota Bandung sebanyak 76,18 persen merupakan fasilitas sendiri, sebanyak 22,58 persen adalah fasilitas bersama dan sisanya adalah fasilitas umum. Adapun fasilitas air minum rumah tangga, sebagian besar adalah milik sendiri yaitu mencapai 71,80 persen.

Gambar 2. 9 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap Terluas di Kota Bandung Tahun 2015

(30)

PT. ALOCITA MANDIRI 21 Gambar 2. 10 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas di Kota

Bandung Tahun 2015

2.3.4

Kondisi eksisting sistem penyediaan air minum

Kondisi SPAM Perpipaan

SPAM Jaringan Perpipaan Kota Bandung merupakan lingkup pelayanan dari PDAM Tirtawening Kota Bandung. Sistem Hingga tahun 2013, total sambungan pelanggan PDAM Tirtawening berjumlah 161.915 SL. Cakupan pelayanan PDAM Tirtawening telah mencapai 73,14% atau telah meningkat dari tahun 2009 yang masih sebesar 65%. Secara umum kondisi pelayanan PDAM Tirtawening hingga tahun 2014 dapat dilihat pada Tabeldibawah ini.

Tabel 2. 7 Kondisi Pelayanan PDAM Tirtawening Hingga Tahun 2014

NO KETERANGAN SATUAN JUMLAH

I Jumlah penduduk Jiwa 2.518.885

II Kapasitas Produksi Air minum - Mata air L/detik 107

- Air tanah L/detik 98

- Air permukaan L/detik 2535

TOTAL 2709

III Pelayanan Air minum - Sambungan pelanggan Unit 161.915

- Penduduk terlayani Jiwa 1.826.792

(31)

PT. ALOCITA MANDIRI 22 Total kapasitas terpasang dari seluruh SPAM pada PDAM Tirtawening adalah 3.137 L/detik sementara total kapasitas yang beroperasi yaitu 2.709 L/detik. Adanya selisih antara kapasitas terpasang dan kapasitas operasi (idle capacity) terjadi akibat ketidakmampuan pipa transmisi untuk beroperasi seperti kapasitas total desain. Operasional produksi air minum dari PDAM berjalan selama 24 jam sehari denga durasi distribusi air minum selama 15 jam setiap harinya (RISPAM Kota Bandung, Bappeda 2014).

Peta pelayanan PDAM Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 3.1. Zona pelayanan PDAM Kota Bandung dibagi menjadi 4 (empat), yaitu zona utara, zona tengah-selatan, zona barat, dan zona timur. Skematik pelayanan masing-masing zona dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(32)

PT. ALOCITA MANDIRI 23 Gambar 2. 12 Skematik Pelayanan PDAM Tirtawening Zona Utara

(33)

PT. ALOCITA MANDIRI 24 Gambar 2. 14 Skematik Pelayanan PDAM Tirtawening Zona Barat

Gambar 2. 15 Skematik Pelayanan PDAM Tirtawening Zona Timur

Kondisi SPAM Non Perpipaan

Selain unit-unit SPAM Jaringan Perpipaan yang menjadi bagian pelayanan PDAM Tirtawening Kota Bandung, penyediaan air bersih juga dilakukan melalui fasilitas non-perpipaan yang dibangun oleh sejumlah dinas milik pemerintah seperti Dinas

(34)

PT. ALOCITA MANDIRI 25 Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip), dan PNPM MP Kota Bandung. Sarana yang disediakan biasanya merupakan penyediaan fasilitas komunal, seperti PMA, pompa jet pump, SPT, SGL, submersible, towersible, dan lain-lain. Inventarisasi kuantitas dan kualitas air bersih dari sarana tambahan tersebut dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung.

Tabel 2. 8 SPAM Non Perpipaan Dinas Tata Ruang dan CiptaKarya (Distarcip) Kota Bandung Tahun 2012-2014

No. Jenis Sarana Jumlah

1 PMA 6

2 Pompa Jet Pump 81

3 SPT -

4 SGL -

5 Lainnya - Jumlah 87

Sumber : RISPAM Kota Bandung Raya, 2015.

Tabel 2. 9 SPAM Non Perpipaan PNPM MP Kota Bandung No. Jenis Sarana Jumlah

1 PMA -

2 Pompa Jet Pump 69

3 SPT 65 4 SGL 1 5 Submersible 56 6 Towersible 1 7 Lainnya 4 Jumlah 196

Sumber : RISPAM Kota Bandung Raya, 2015.

Penilaian kelayakan kualitas air pada SPAM baik perpipaan maupun non-perpipaan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung. Persyaratan kualitas air mencakup parameter fisika, kimia, dan biologi yang telah diatur oleh Undang-Undang. Terlihat pada Tabel III.14, persentase penyediaan air bersih dengan kualitas baik tertinggi dihasilkan oleh sarana PAH disusul oleh ledeng dan PMA.

Tabel 2. 10 PersentaseFasilitas SPAM yangMemenuhiPersyaratan di Kota Bandung

NO. JENIS SARANA EKSISTING JUMLAH

JUMLAH YANG DIPERIKSA PERSENTASE YANG DIPERIKSA (%) JUMLAH SARANA MEMENUHI SYARAT PERSENTASE MEMENUHI SYARAT (%) 1 Ledeng 188.210 153.551 81,58 121.644 79,22 2 SPT 74.107 58.333 78,71 36.393 62,39

(35)

PT. ALOCITA MANDIRI 26 NO. JENIS SARANA EKSISTING JUMLAH

JUMLAH YANG DIPERIKSA PERSENTASE YANG DIPERIKSA (%) JUMLAH SARANA MEMENUHI SYARAT PERSENTASE MEMENUHI SYARAT (%) 3 SGL 88.222 67.236 76,21 42.169 62,72 4 PAH 94 78 82,98 69 88,46

5 Pompa Jet Pump 42.587 30.687 72,06 21.854 71,22

6 Lain-lain 8.008 6.283 72,06 2.540 40,43

Jumlah 401.228 316.168 78,80 224.669 71,06

Sumber : RISPAM Kota Bandung Raya, 2015.

2.4

RENCANA STRUKTUR RUANG BLOK TEGALEGA

2.4.1

Kebijakan Terkait Struktur Ruang

Berdasarkan RTRW Provinsi Jawa Barat sampai dengan Tahun 2010, Kota Bandung ditetapkan sebagai:

1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN);

2. Kawasan Andalan dengan core business, pariwisata, agribisnis, industri, jasa dan pengembangan SDM.

Peran tersebut di atas dalam RTRW Kota Bandung Tahun 2005-2025 dijabarkan kembali menjadi

sebagai berikut:

 Kota Bandung merupakan pintu gerbang perdagangan Internasional Nasional serta perdagangan regional di Provinsi Jawa Barat;

 Pendorong pengembangan wilayah Jawa Barat bagian Selatan.

Peran-peran yang ditetapkan tersebut di atas membawa konsekuensi pada hal-hal sebagai berikut:

 Kota Bandung harus berperan sebagai pusat pelayanan wilayah dan nasional.

 Kota Bandung harus berperan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang berskala wilayah dan nasional.

 Peran di atas perlu didukung dengan penyediaan prasarana dan sarana wilayah, baik untuk skala regional maupun skala nasional, termasuk perencanaan tata ruangnya.

(36)

PT. ALOCITA MANDIRI 27

2.4.2

Rencana Sistem penyediaan air minum

Kebijakan terkait sistem penyediaan air minum meliputi:

Kebijakan 1 : Meningkatkan Pelayanan Sistem Perpipaan di Kawasan Perkotaan Program :

1. Peningkatan kapasitas pelayanan di wilayah yang sudah terlayani Kegiatan :

 Peningkatan pelayanan administratif

 Penurunan tingkat kebocoran

 Peningkatan kualitas air

2. Perluasan jaringan pelayanan ke daerah yang belum mendapat pelayanan Kegiatan :

 Pembangunan instalasi pengolahan air (IPA) dari sumber air permukaan baru

 Penambahan sistem jaringan distribusi perpipaan yang sudah ada sistem terdekat

 Pembangunan sistem jaringan distribusi perpipaan baru

Kebijakan 2 : Mengembangkan Sistem Jaringan Pelayanan Lintas Wilayah Program :

1. Pengembangan sumber-sumber air baku Kegiatan :

 Pembuatan tandon air dari Sungai Cikapundung

 Pembuatan waduk dari Sungai Ciwidey

 Pembuatan Waduk Santosa

2. Pembentukan zona-zona distrik meter (DMA) Kegiatan :

 Pengembangan instalasi terpadu Kota Bandung – Kota Cimahi

 Pengembangan instalasi zona Soreang-Katapang-Banjaran-Margahayu-Dayeuh Kolot

 Pengembangan instalasi terpadu zona Majalaya-Ciparay-Paseh

 Pengembangan instalasi terpadu zona Lembang-Cisarua-Cimahi-Ngamprah-Padalarang

(37)

PT. ALOCITA MANDIRI 28

(38)

PT. ALOCITA MANDIRI 29

BAB 3

KONDISI EKSISTING SISTEM PERPIPAAN BLOK

TEGALEGA

3.1

BLOK TEGALEGA

Wilayah pelayanan IPA Regional direncanakan melayani Blok Tegallega di Zona Selatan. Blok Tegalega Terbagi Menjadi 6 Kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar 3. 1 Peta Blok Tegalega

Tata Guna Lahan Eksisting pada Blok Tegalega Terdiri dari Permukiman Elit, Permukiman Menengah, Permukiman Padat, Kawasan Industri, Niaga/ Perdagangan dan Tanah kosong/Sawah. Berikut akan dipaparkan mengenai setiap kecamatan yang berada pada Blok Tegalega.

(39)

PT. ALOCITA MANDIRI 30

3.1.1

Kecamatan Bojongloa Kidul

Kecamatan Bojongloa Kidul adalah satu kecamatan dari 30 (tiga puluh) kecamatan di wilayah Kota Bandung. Letak astronomis Kelurahan Bojongloa Kidul terletak di antara 6o56’24” (6,941237o) Lintang Selatan dan 107o35’48” (107,596611o) Bujur Timur, serta berada di ± 700 meter dpl (di atas permukaan laut).

Secara geografis Kecamatan Bojongloa Kidul berbatasan dengan : - Bagian Utara : Kecamatan Regol dan Kecamatan Astanaanyar - Bagian Selatan : Kabupaten Bandung

- Bagian Timur : Kecamatan Regol dan Kecamatan Bandung Kidul

- Bagian Barat : Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Babakan Ciparay

Menurut administrasi pembangunan, Kecamatan Bojongloa Kidul dimasukkan ke dalam wilayah Tegalega. Kecamatan ini terdiri atas 6 kelurahan, 44 rukun warga dan 261 rukun tetangga. Luas wilayah Kecamatan Bojongloa Kidul adalah 532,38 hektar. Luas wilayah Kecamatan Bojongloa Kidul sekitar 3,18% dari keseluruhan luas wilayah Kota Bandung yang mencapai 167,29 km2. Kelurahan Mekarwangi merupakan kelurahan yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 128,59 hektar atau 24,15% dari luas wilayah Kecamatan Bojongloa Kidul, dengan Kelurahan Cibaduyut Kidul sebagai kelurahan terkecil yakni 58,6 hektar atau 11,01%.

Tabel 3. 1 Jumlah RT Dan RW Di Tiap Kelurahan

KELURAHAN LUAS (KM2) PERSENTASE (%) RW RT

Cibaduyut Kidul 0.5860 11.01 6 29 Cibaduyut Wetan 0.9735 18.29 4 24 Mekarwangi 1.2859 24.15 7 24 Cibaduyut 0.6615 12.43 8 30 Kebon Lega 1.1000 20.66 11 70 Situsaeur 0.7169 13.47 8 84

Kecamatan Bojongloa Kidul 5.3238 100.00 44 261

Sumber : Prodeskel, 2016

Kecamatan Bojongloa Kidul merupakan daerah yang sebagian besar adalah pemukiman penduduk dan sebagian kecil terdapat kawasan perdagangan, industri, serta terminal bus Leuwi Panjang. Dengan adanya kegiatan tersebut maka

(40)

PT. ALOCITA MANDIRI 31 cukup banyak penduduk asli maupun pendatang yang bermukim di wilayah ini menghangatkan gairah kegiatan ekonomi di wilayah Bojongloa Kidul. Seiring dengan terus berkembangnya kegiatan masyarakat di wilayah ini, maka beberapa tahun terakhir telah dibuka kawasan perumahan Singgasana Pradana dan Mekarwangi yang berada di wilayah Kelurahan Cibaduyut Wetan, Mekarwangi. Kawasan perumahan ini juga dilengkapi oleh sarana perdagangan berupa ruko sehingga keberadaannya semakin meningkatkan aktivitas bisnis di wilayah ini. Kegiatan perdagangan, pengrajin sepatu, Terminal Leuwi Panjang meningkatkan kegiatan ekonomi warga sekitar bahkan warga pendatang dari tempat lain. Hal ini tercermin dengan adanya kegiatan perdagangan di sekitar Cibaduyut dan terminal menjadi sentra oleh-oleh.

Jumlah penduduk Kecamatan Bojongloa Kidul yang tersebar di delapan kelurahan berdasarkan Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2015 yang dilakukan oleh BPS Kota Bandung adalah sebanyak 86.363 jiwa, dan jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, maka kepadatan penduduknya adalah sebanyak 16.222 jiwa tiap km2 . Penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Kebonlega, yaitu sebanyak 25.790 jiwa dan kepadatan 234,45 jiwa/Ha dan penduduk paling sedikit terdapat di Kelurahan Cibaduyut Wetan, yaitu sebanyak 7.785 jiwa atau sekitar 9,01% (kepadatan 79,97 jiwa/Ha) dari keseluruhan penduduk Bojongloa Kidul.

Tabel 3. 2 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Di Tiap Kelurahan

KELURAHAN LAKI-LAKI (JIWA) PEREMPUAN (JIWA) PENDUDUK (JIWA) JUMLAH KEPADATAN PENDUDUK (JIWA/KM2)

Cibaduyut Kidul 4528 4250 8778 14980 Cibaduyut Wetan 3805 3980 7785 7997 Mekarwangi 4664 4782 9446 7346 Cibaduyut 6792 6219 13011 19669 Kebon Lega 13710 12080 25790 23445 Situsaeur 10960 10593 21553 30064

Kecamatan Bojongloa Kidul 44459 41904 86363 16222

Sumber : Prodeskel, 2016

Bagian Kecamatan Bojongloa Kidul, yang merupakan wilayah perencanaan adalah: Kel. Mekarwangi dengan kepadatan 73,46 jiwa/Ha; Kel. Cibaduyut dengan kepadatan 196,69 jiwa/Ha; Kel. Cibaduyut Wetan dengan kepadatan 79,97 jiwa/Ha ; dan Kel. Cibaduyut Kidul dengan kepadatan 149,8 jiwa/Ha.

(41)

PT. ALOCITA MANDIRI 32

3.1.2

Kecamatan Astanaanyar

Kecamatan Astanaanyar adalah satu kecamatan dari 30 (tiga puluh) kecamatan di wilayah Kota Bandung. Dengan luas wilayah 279,3 Ha, Kecamatan Astanaanyar berada ± 700 meter dpl (di atas permukaan laut). Secara geografis Kecamatan Astanaanyar berbatasan dengan :

- Bagian Utara : Kecamatan Andir

- Bagian Selatan : Kecamatan Bandung Kidul - Bagian Timur : Kecamatan Regol

- Bagian Barat : Kecamatan Bojongloa Kidul dan Kecamatan Bojongloa Kaler

Menurut administrasi pembangunan, Kecamatan Astanaanyar dimasukkan ke dalam wilayah Tegalega. Kecamatan ini terdiri atas 6 kelurahan, 47 rukun warga dan 304 rukun tetangga. Luas wilayah Kecamatan Astanaanyar sekitar 1,67% dari keseluruhan luas wilayah Kota Bandung yang mencapai 167,29 km2. Kelurahan Pelindung Hewan merupakan kelurahan yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 0,595 hektar atau 21% dari luas wilayah Kecamatan Astanaanyar, dengan Kelurahan Panjunan sebagai kelurahan terkecil yakni 0,365 km2 atau 13%. Kecamatan Astanaanyar merupakan daerah yang sebagian besar adalah pemukiman penduduk dan sebagian kecil terdapat kawasan perdagangan dan sektor jasa.

Tabel 3. 3 Jumlah RT Dan RW Di Tiap Kelurahan

KELURAHAN LUAS (KM2) PERSENTASE (%) RW RT

Karasak 0.555 20 6 45 Pelindung Hewan 0.595 21 10 59 Nyengseret 0.380 14 7 47 Panjunan 0.365 13 6 32 Cibadak 0.473 17 9 76 Karang Anyar 0.425 15 9 45 Kecamatan Astanaanyar 2.793 100 47 304 Sumber : Prodeskel, 2016

Komposisi penduduk Kecamatan Astanaanyar yang tersebar di enam kelurahan berdasarkan Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2015 yang dilakukan oleh BPS Kota Bandung adalah sebanyak 66.658 jiwa, dan jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, maka kepadatan penduduknya adalah sebanyak 23.866

(42)

PT. ALOCITA MANDIRI 33 jiwa tiap km2. Penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Pelindung Hewan, yaitu sebanyak 18.575 jiwa atau sekitar 27,87% dan penduduk paling sedikit terdapat di Kelurahan Karang Anyar, yaitu sebanyak 6.186 jiwa atau sekitar 9,28% dari keseluruhan penduduk Astanaanyar.

Bagian Kecamatan Astana Anyar, yang termasuk kedalam wilayah perencanaan adalah di Kelurahan Karasak dengan kepadatan mencapai 226,56 jiwa/Ha.

Tabel 3. 4 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Di Tiap Kelurahan

KELURAHAN LAKI-LAKI (JIWA) PEREMPUAN (JIWA) JUMLAH PENDUDUK (JIWA) KEPADATAN PENDUDUK (JIWA/km2)

Karasak 6288 6286 12574 22656 Pelindung Hewan 9340 9235 18575 31218 Nyengseret 5392 5195 10587 27861 Panjunan 3274 3192 6466 17715 Cibadak 6146 6124 12270 25941 Karang Anyar 3044 3142 6186 14555 Kecamatan Astanaanyar 33484 33174 66658 23866 Sumber : Prodeskel, 2016

3.1.3

Kecamatan Regol

Kecamatan Regol adalah satu kecamatan dari 30 (tiga puluh) kecamatan di wilayah Kota Bandung. Dengan luas wilayah 430 Ha, Kecamatan Astanaanyar berada ± 700 meter dpl (di atas permukaan laut). Secara geografis Kecamatan Regol berbatasan dengan :

- Bagian Utara : Kecamatan Astanaanyar - Bagian Selatan : Kecamatan Bandung Kidul - Bagian Timur : Kecamatan Astanaanyar - Bagian Barat : Kecamatan Lengkong

Menurut administrasi pembangunan, Kecamatan Regol dimasukkan ke dalam wilayah Tegalega. Kecamatan ini terdiri atas 7 kelurahan, 60 rukun warga dan 373 rukun tetangga. Luas wilayah Kecamatan Regol sekitar 2,57% dari keseluruhan luas wilayah Kota Bandung yang mencapai 167,29 km2. Kelurahan Ancol merupakan kelurahan yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 86 hektar atau 20% dari luas wilayah Kecamatan Regol, dengan Kelurahan Pungkur sebagai kelurahan terkecil yakni 30 hektar atau 7%.

(43)

PT. ALOCITA MANDIRI 34 Tabel 3. 5 Jumlah RT Dan RW Di Tiap Kelurahan

KELURAHAN LUAS (HA) PERSENTASE (%) RW RT

Ciseureuh 79 18 8 50 Pasirluyu 79 18 9 63 Ancol 86 20 9 54 Cigelereng 56 13 12 62 Ciatel 45 10 9 50 Pungkur 30 7 6 46 Balonggede 55 13 7 48 Kecamatan Regol 430 100 60 373 Sumber : Prodeskel, 2016

Perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Regol menunjukkan tren peningkatan tiap tahunnya karena adanya pertumbuhan penduduk alami melalui kelahiran serta perubahan alih fungsi lahan dari lahan kosong menjadi perumahan. Komposisi penduduk Kecamatan Regol yang tersebar di tujuh kelurahan berdasarkan Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2015 yang dilakukan oleh BPS Kota Bandung adalah sebanyak 79.997 jiwa, dan jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, maka kepadatan penduduknya adalah sebanyak 186 jiwa tiap hektar. Penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Ciseureuh, yaitu sebanyak 16.759 jiwa atau sekitar 20,95% dan penduduk paling sedikit terdapat di Kelurahan Balonggede, yaitu sebanyak 8.031 jiwa atau sekitar 10,04% dari keseluruhan penduduk Regol.

Tabel 3. 6 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Di Tiap Kelurahan

KELURAHAN LAKI-LAKI (JIWA) PEREMPUAN (JIWA) JUMLAH PENDUDUK (JIWA) KEPADATAN PENDUDUK (JIWA/HA)

Ciseureuh 8721 8038 16759 212 Pasirluyu 6750 8093 14843 188 Ancol 5992 5837 11829 138 Cigelereng 6144 5944 12088 216 Ciatel 3528 4586 8114 180 Pungkur 4024 4309 8333 278 Balonggede 4097 3934 8031 146 Kecamatan Regol 39256 40741 79997 186 Sumber : Prodeskel, 2016

Kelurahan di Kecamatan Regol, yang merupakan bagian dari wilayah perencanaan adalah: Kel. Pasirluyu dengan kepadatan 212 jiwa/Ha dan Kel. Ciseureuh dengan kepadatan 188 jiwa/Ha.

(44)

PT. ALOCITA MANDIRI 35

3.1.4

Kecamatan Bandung Kidul

Kecamatan Bandung Kidul adalah satu kecamatan dari 30 (tiga puluh) kecamatan di wilayah Kota Bandung. Letak astronomis Kelurahan Bandung Kidul terletak di antara 6,9609o – 6,9645o Lintang Selatan dan 107,6380o – 107,6402o Bujur Timur, serta berada di ± 670 meter dpl (di atas permukaan laut).

Secara geografis Kecamatan Bandung Kidul berbatasan dengan : - Bagian Utara : Kecamatan Regol dan Kecamatan Astanaanyar - Bagian Selatan : Kabupaten Bandung

- Bagian Timur : Kecamatan Astanaanyar dan Kecamatan Bojongloa Kidul - Bagian Barat : Kecamatan Buahbatu

Menurut administrasi pembangunan, Kecamatan Bandung Kidul dimasukkan ke dalam wilayah Tegalega. Kecamatan ini terdiri atas 4 kelurahan, 34 rukun warga dan 194 rukun tetangga. Luas wilayah Kecamatan Bandung Kidul adalah 616,895 hektar. Luas wilayah Kecamatan Bandung Kidul sekitar 3,69% dari keseluruhan luas wilayah Kota Bandung yang mencapai 167,29 km2. Kelurahan Batununggal merupakan kelurahan yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 183,5 hektar atau 30% dari luas wilayah Kecamatan Bandung Kidul, dengan Kelurahan Mengger sebagai kelurahan terkecil yakni 137,195 hektar atau 22%.

Tabel 3. 7 Jumlah RT Dan RW Di Tiap Kelurahan

KELURAHAN LUAS (HA) PERSENTASE (%) RW RT

Wates 156.700 25 7 32

Mengger 137.195 22 5 26

Batununggal 183.500 30 12 65

Kujangsari 139.500 23 10 71

Kecamatan Bandung Kidul 616.895 100 34 194

Sumber : Prodeskel, 2016

Berdasarkan topografinya, keseluruhan wilayah Kecamatan Bandung Kidul merupakan wilayah datar dan memiliki sudut kemiringan yang relatif datar.

Topografi permukaan wilayah Kecamatan Bandung Kidul relatif datar. Kecamatan Bandung Kidul merupakan daerah yang sebagian besar didominasi oleh pemukiman penduduk dan sebagian kecil terdapat kawasan perdagangan serta pertanian. Lokasinya yang cukup dekat dengan pusat bisnis dan pemerintahan

(45)

PT. ALOCITA MANDIRI 36 kota membuat kecamatan ini menjadi tempat ideal bagi penduduk asli maupun pendatang untuk bermukim.

Salah satu tempat yang cukup dikenal di Bandung Kidul adalah kawasan Perumahan Batununggal Indah yang terletak di Kelurahan Mengger dan Kelurahan Batununggal. Kawasan ini merupakan salah satu kawasan perumahan yang dilengkapi dengan sarana perdagangan, perumahan dan rekreasi yang cukup lengkap.

Komposisi penduduk Kecamatan Bandung Kidul yang tersebar di empat kelurahan berdasarkan Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2014 yang dilakukan oleh BPS Kota Bandung adalah sebanyak 51.740 jiwa, dan jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, maka kepadatan penduduknya adalah sebanyak 84 jiwa tiap hektar. Penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Batununggal, yaitu sebanyak 18.432 jiwa atau sekitar 35,62% dan penduduk paling sedikit terdapat di Kelurahan Wates, yaitu sebanyak 6.987 jiwa atau sekitar 13,5% dari keseluruhan penduduk Bandung Kidul.

Tabel 3. 8 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Di Tiap Kelurahan

KELURAHAN LAKI-LAKI (JIWA) PEREMPUAN (JIWA) JUMLAH PENDUDUK (JIWA) KEPADATAN PENDUDUK (JIWA/HA)

Wates 3476 3511 6987 45

Mengger 4973 4411 9384 68

Batununggal 9219 9213 18432 100

Kujangsari 9120 7817 16937 121

Kecamatan Bandung Kidul 26788 24952 51740 84

Sumber : Prodeskel, 2016

Kelurahan di Kecamatan Bandung Kidul, yang merupakan daerah perencanaan adalah Kel. Wates dengan kepadatan 45 jiwa/Ha dan kelurahan Mengger dengan kepadatan mencapai 68 jiwa/Ha.

(46)

PT. ALOCITA MANDIRI 37

3.2

SUMBER AIR BAKU & UNIT PRODUKSI

3.2.1

Sumber Air Baku

Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Tirtawening terdiri atas 3 (tiga) jenis, yaitu air permukaan, air tanah dalam, dan mata air.

Air Permukaan

Sumber air baku paling utama dari PDAM Tirtawening menggunakan air permukaan dengan kapasitas total 3.280 lier/detik. Air baku tersebut berasal dari 5 (lima) sumber:

1. Turbin PLN Cikalong dan Sungai Cisangkuy yang diolah melalui Instalasi Pengolahan Badak Singa.

2. Instalasi Pengolahan Dago Pakar dan Mini Plant Dago Pakar yang diolah melalui Sungai Cikapundung.

3. Sungai Cibeureum yang diproses pada Mini Plant Cibeureum.

4. Sungai Cipanjalu yang diproses di Mini Plant Cipanjalu Kelurahan Pasirjati Ujung Berung.

5. Sungai Cirateun yang diolah di Mini Plant Cirateun.

Tabel 3. 9 Sumber Permukaan PDAM Tirtawening

NO NAMA SUMBER LOKASI SIPPA (LITER/ DETIK)

1 S. Cisangkuy dan Turbin PLN Cikalong Cikalong 1.800

2 S. Cikapundung Pakar 600

3 S. Cikapundung MP Pakar Pakar 60

4 S. Cikapundung Siliwangi 200

5 S. Cikapundung Dago Bengkok Dago Bengkok 300

6 S. Cibeureum Ledeng 100

7 S. Cipanjalu Ujung Berung 20

8 S. Cirateun Setiabudi 5

Jumlah 3 .085

Sumber : PDAM Kota Bandung, 2016

Tabel 3.9 menginformasikan bahwa blok tegalega akan dilayani oleh air yang bersumber dari Sungai Cisangkuy di Cikalong, dengan kapasitas SIPPA 1.800 L/dt. Namun kapasitas tersebut tidak hanya ditujukan pada wilayah pelayanan PDAM Tirtawening.

Gambar

Tabel 2. 2 Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2016
Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015
Tabel 2. 4 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Kecamatan, Luas Wilayah  Serta Kepadatan Tahun 2015
Tabel 2. 5 Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Bandung Tahun  2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sve pamučne tkanine nakon adsorpcije tenzida pokazuju antimikrobnu aktivnost, dok nakon desorpcije tenzidi s piridinijevom skupinom pokazuju bolje

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya putaran poros kritis pada  praktikum putaran poros kritis ini seperti kecepatan putaran poros ini dapat terjadi

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Kepala Desa Nomor

; Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan harian yang biasa dilakukan, memperagakan salah stau kegiatan, menyusun jadwal kegiatan

dari tahun 2005 sampai dengan 2014 Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda Dalam pengujian secara simultan,

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengadakan penelitian yang bertujuan untuk menguji dan menganalisis apakah terdapat pengaruh ekuitas merek dan iklan

Pada buku pedoman ini dijelaskan cara pengutipan berdasarkan format APA (American Psychological Association). Pada format APA, kutipan langsung ditulis dengan menyebutkan

Seluruh berita tersebut memuat pemberitaan mengenai kasus-kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia, baik yang terjadi di Malaysia sendiri maupun di negara lain, tetapi