ANALISA KUALITATIF KANDUNGAN BORAKS PADA PRODUK OLAHAN SOSIS YANG DIJUAL DI DEPAN SEKOLAH DASAR NEGERI
DI KECAMATAN BOYOLALI
JURNAL
Disusun oleh :
DEWI SRI REJEKI F. 904.017.005
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) DUTA GAMA KLATEN TAHUN 2019
ii
ANALISA KUALITATIF KANDUNGAN BORAKS PADA PRODUK OLAHAN SOSIS YANG DIJUAL DI DEPAN SEKOLAH DASAR NEGERI
DI KECAMATAN BOYOLALI
Dewi Sri Rejeki1, Dwi Joko Yulianto2, Mitta Aninjaya3 Fakultas Farmasi Stikes Duta Gama Klaten
Email : ayangdewiku@gmail.com
Intisari
Salah satu hal yang menjadi kebiasaan anak sekolah, terutama anak Sekolah Dasar adalah jajan di sekolah. Mereka tertarik dengan jajanan sekolah karena warnanya yang menarik, rasanya yang menggugah selera dan harganya yang terjangkau. Berdasarkan laporan Balai Besar POM dan Balai POM di seluruh Indonesia terjadi keracunan pangan (KLB) sebanyak 153 kejadian dan 7347 di 25 Provinsi. Jika ditinjau dari sumber pangannya terlihat bahwa yang menyebabkan keracunan pangan adalah makanan yang berasal dari makanan jajanan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi kandungan boraks pada produk jajanan sosis yang di jual di sekolah dasar Kecamatan Boyolali. Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif dimana sampel yang didapatkan diperiksa kualitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah produk jajanan yang tersebar di sekitar sekolah dasar Kecamatan Boyolali berdasarkan teknik
purposive sampling. Sampel diidentifikasi mengunakan metode Uji nyala dan
diketahui bahwa semua sampel sosis yang diuji tidak mengandung bahan pengawet berbahaya, yaitu boraks. Sehingga tidak diadakan penelitian lanjutan dengan Spektrofotometri UV-Vis.
iii
Abstract
One of the things that has become a habit of school children, especially elementary school children, is snacks at school. They are dragging around with school snacks because of their attractive colors, tastes that are appetizing and the prices are affordable. Based on reports from the Central POM and POM Centers throughout Indonesia, there were 153 events of food poisoning (KLB) and 7347 in 25 Provinces. If viewed from the source of food it appears that what causes food poisoning is food that comes from snacks. The purpose of this study is to identify the content of borax in sausage snacks that are sold in the Elementary School District. This research is a descriptive survey research in which the sample obtained is examined qualitatively. The sample in this study was hawker products scattered around the Elementary School of Boyolali District based on purposive sampling technique. Samples were identified using the Flame Test method and it was found that all sausage samples tested did not contain harmful preservatives, namely borax. So that no further research was carried out with UV-Vis Spectrophotometry.
1 PENDAHULUAN
Salah satu hal yang menjadi kebiasaan anak sekolah, terutama anak Sekolah Dasar adalah jajan di sekolah. Mereka tertarik dengan jajanan sekolah karena warnanya yang menarik, rasanya yang menggugah selera dan harganya yang terjangkau. Berdasarkan laporan Balai Besar POM dan Balai POM di seluruh Indonesia terjadi keracunan pangan (KLB) sebanyak 153 kejadian dan 7347 di 25 Provinsi. Kejadian keracunan terbanyak di Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 32 kejadian (21%), sementara untuk Provinsi Jambi, Bengkulu, Sulawesi Tengah dan Maluku masing-masing 3 kejadian (2%).
Jika ditinjau dari sumber pangannya terlihat bahwa yang menyebabkan keracunan pangan adalah makanan yang berasal dari makanan jajanan sebesar 14,4% kejadian keracunan (Departemen Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Makanan, bahan yang dilarang digunakan pada pangan
meliputi asam borat dan senyawanya, asam salisilat dan garamnya, dietilpirokarbonat, dulsin, formalin, kaliumbromat, kalium klorat, klorampenicol, nitrofurazon. Bahan berbahaya yang sekarang mulai marak penyalah-gunaannya yaitu boraks.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan melakukan obsevasi pada produk jajanan yang dicurigai mengandung zat warna berbahaya yang dilarang untuk digunakan. Karakteristik sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Accidental Sampling, dimana teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu pedagang yang secara kebetulan/insidential berjualan disekiar tempat penelitian. Sebagai subjek penelitian ini adalah Jajanan berupa sosis sapi.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan porselein, pipet, sosis sapi, mentanol, asam sulfat pekat, korek api, penjepit.
Tahap berikutnya adalah prosedur pengambilan yang meliputi:
2 1. Prosedur Analisis Boraks;
mengambil sampel sebanyak 10 gram, masukkan ke dalam cawan porselen, dipanaskan diatas kompor hingga menjadi abu.
2. Identifikasi boraks pada analisis kualitatif dengan menggunakan Uji Nyala dimana semua abu sampel ditambahkan 1 mL asam
sulfat pekat dan 5 mL methanol, kemudian dibakar dan di amati warna nyalanya, bila timbul nyala warna hijau maka menandakan adanya senyawa boron sebagai metal boraks (sumber: SOP uji nyala Labkesda Boyolali)
3. Pengambilan Kesimpulan.
PEMBAHASAN 1. Uji Organoleptis
Tabel 1. Hasil Uji Organoleptis
Sampel Warna
Sampel Ijin Edar Tekstur Kemasan Rasa
Sosis A Merah Pucat - Kenyal Plastik Gurih
Sosis B Merah Terang - Kenyal Plastik Gurih
Sosis C Merah Pucat - Kenyal Plastik Gurih
Sosis D Merah Pucat - Kenyal Plastik Gurih
Sosis E Merah - Kenyal Plastik Gurih
Sosis F Merah Terang - Kenyal Plastik Gurih
Sosis G Merah Pucat - Kenyal Plastik Gurih
Sosis H Merah Pucat - Kenyal Plastik Gurih
Sosis I Merah Pucat - Kenyal Plastik Gurih
Sosis J Merah - Kenyal Plastik Gurih
Sumber: Data Primer, 2019
Pemeriksaan warna secara visual, ditunjukkan pada tabel 1, sampel makanan jajanan menunjukkan terbentuknya 3 warna pada sampel yang akan dilakukan pengujian. Sampel yang pertama berwarna merah
terdapat pada sampel E dan J, sampel yang kedua berwarna merah Pucat terdapat pada sampel A, C, D, G, H, dan I sedangkan sampel yang ketiga berwarna merah terang terdapat pada sampel B dan F.
3 2. Pemeriksaan Boraks
Kandungan boraks pada sampel sosis diuji menggunakan metode nyala api. Metode ini melibatkan reaksi oleh methanol dan asam dengan memperhatikan warna hijau yang muncul akibat nyala api oleh trimetil borat, B(OCH3)3. Sampel diarangkan untuk menghilangkan senyawa organik yang terkandung di dalam sosis. Penambahan
methanol dilakukan untuk
membantu pembakaran sampel dan sebagai reaktan dari trimetil borat. Penambahan asam sulfat pekat dilakukan untuk
memberikan suasana asam pada arang sampel. Jika dinyalakan dengan methanol maka sampel yang mengandung boraks akan menimbulkan nyala api berwarna hijau. Reaksi yang muncul dari proses pembakaran boraks adalah sebgai berikut:
H3BO3 + 3CH3OH B(OCH3)3 + 3H2O Gambar 4.
Reaksi pembakaran boraks Berikut ini hasil pemeriksaan Boraks pada produk jajanan sosis yang dijual di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Boyolali yang secara kualitatif dilakukan pengujian dengan metode Uji Nyala.
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Boraks Pada Produk Jajanan di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Boyolali.
Sampel Warna Warna Nyala Hasil
Sosis A Merah Pucat Merah Negatif
Sosis B Merah Terang Merah Negatif
Sosis C Merah Pucat Merah Negatif
Sosis D Merah Pucat Merah Negatif
Sosis E Merah Merah Negatif
Sosis F Merah Terang Merah Negatif
Sosis G Merah Pucat Merah Negatif
Sosis H Merah Pucat Merah Negatif
Sosis I Merah Pucat Merah Negatif
Sosis J Merah Merah Negatif
4 Pada Tabel 2 terdapat 10 sampel produk jajanan sosis yang di jual pedagang di Sekolah Dasar negeri Kecamatan Boyolali. Dari tabel tersebut juga diketahui semua sampel dari penjual di Sekolah Dasar Kecamatan Boyolali setelah dilakukan pengujian menggunakan Uji Nyala menunjukkan bahwa dari seluruh sampel produk jajanan sosis negatif atau tidak mengandung boraks.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa semua sampel sosis dari penjual di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Boyolali dengan pengujian menggunakan uji nyala menunjukkan bahwa 10 sampel produk jajanan 100% tidak mengandung boraks
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, & Himawan. (2009).
Bahan-Bahan Berbahaya
dalam Kehidupan. Bandung:
Salamadani.
Budiyanto, A. (2001). Dasar-Dasar
Ilmu Gizi. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Cahyadi, W. (2008). Analisis dan
Aspek Kesehatan Bahan
tambahan Pangan Edisi 2
Cetakan 1. Jakarta: Bumi
Aksara.
Depkes R.I. (2001). Pedoman
Penggunaan Bahan
Tambahan Pangan bagi
Industri. Jakarta.
Depkes R.I. (2013). Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan. Jakarta: Depkes RI.
Depkes R.I, & Dirjen POM. (1998). Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor
722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan
Makanan. Jakarta.
Dolot, F., Fatimawali, & Pelealu, N. (2016). Analisis Boraks pada Nugget Olahan yang Diproduksi di Kota Katamobagu. Jurnal Ilmiah
Farmasi, Vol. 05(No. 4),
213-219.
Hardinsyah, & Sumali. (2001).
Pengnedalian Mutu dan
Keamanan pangan. Jakarta:
Koswara.
Hughes, C. (1987). The Additive
Guide. Photographics.
Britain: Honiton,De Great.
Mamato, L. V., & Citraningtyas, F. G. (2013). Analisis Rhodhamin B pada LIpstik yang Beredar di Pasar Kota Manadon. Jurnal Ilmiah
Farmasi-UNSRAT, Vol.2(No.
5 Payu, M., Abidjulu, J., &
Gayatriningtyas, C. (2014). Analisis Boraks pada Mie Basah yang Dijual di Kota Manado. Jurnal Ilmiah
Farmasi, Vol 3(No. 2), 73-76.
Ra'ike. (2007). Struktur einer
Borax-Elementarzelle. Diakses Agustus 1, 2019, dari File:Borax-Struktur.jpg: https://commons.wikimedia.o rg/wiki/File: Borax-Struktur.jpg RI, D. (1999). Permenkes RI No.1168/Menkes/Per/X/1999 tentang Bahan Tambahan
Pangan. Jakarta.
Riandini, N. (2008). Bahan Kimia
dalam Makanan dan
Minuman. Bandung: Shakti
Adiluhung.
Rohman, A., & Sumantri. (2007).
Analisis Makanan. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Roth, H. (1988). Analisis Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Saparinto, C., & Hidayati, D. (2006). Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.
Sapibagus. (2016). Macam-macam
Makanan Olahan dari
Daging Sapi. Diakses
Agustus 1, 2019, dari macam-macam-makanan-olahan-dari-daging-sapi: https://www.sapibagus.com/ macam-macam-makanan-olahan-dari-daging-sapi/ Seto, S. (2001). Pangan dan Gizi
Ilmu Teknologi Industri dan Perdagangan Internasional. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D,. Bandng: Alfabeta.
Syah, D., Utama, S., & Mahrus, Z. (2005). Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Syamsir, E. (2010). Mengenal Sosis
Lebih Dekat. Retrieved
Agustus 6, 2019, from https://www.facebook.com/n
otes/science-ofuniverse/mengenal -sosis-lebih-dekat.
Tubagus, I., Citraningtyas, G., & Fatimawali. (2013). Identifikasi dan penetapan kadar boraks dalam bakso jajanan dikota manado. Jurnal Ilmiah Farmasi, Vo. 2(No. 04), 142-148.
Widyaningsih, T., & Murtini, E. (2006). Alternatif Pengganti
Formalin Pada Produk
Pangan. Jakarta: Trubus
6 Wijaya. (2011). Waspadai Zat Aditif
dalam Makananmu.
Yogyakart: Buku Biru.
Winarno, F. (1992). Kimia Pangan
dan Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Yuliarti, N. (2007). Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Andi