3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat deskriptif yaitu untuk
melihat gambaran analisa bakteri Escherichia coli dan kandungan zat pewarna Rhodamin B pada jajanan di kantin dan luar sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada penjual makanan jajanan yang berada di
kantin dan diluar Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang memiliki beberapa Sekolah
Dasar yang berada di lokasi yang berbeda-beda.
2. Murid Sekolah Dasar (SD) biasanya membeli jajan di kantin dari penjual
makanan jajanan yang ada di luar pagar/sekitar sekolah.
3. Jenis makanan jajanan yang dijajakan cukup bervariasi
4. Penjual makanan jajanan menjajakan dagangannya di pinggir jalan hanya
dilapisi terpal atau tikar dan didalam kantin sekolah dasar.
3.2.2 Waktu Penelitian
44
3.3 Objek Penelitian
Sampel penelitian ini adalah makanan jajanan yang di jajakan di kantin
dan diluar Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
Sampel diambil dari 20 orang penjual makanan jajanan yang menjajakan
jajanannya di sekitar sekolah tersebut.
10 jenis sampel makanan dan minuman untuk pemeriksaan Escherichia coli yaitu 1 sampel es jagung, 1 sampel es tebu, 4 sampel air es yang digunakan untuk membuat minuman aneka rasa, 1 sampel tahu bakar, 1 sampel bakso kojek,
1 sampel bakso bakar, 1 sampel es campur.
10 jenis sampel makanan dan minuman untuk pemeriksaan Rhodamin B
yaitu 4 sampel saos yang digunakan pada makanan, 1 sampel somboi berwarna
merah, 3 sampel kerupuk olahan berwarna merah, dan 2 sampel es berwarna
merah.
Objek yang terkait dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penjual Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Katolik, Jalan Binjai Km 14,5
Diski Sunggal
a. Sampel es jagung 1 dan Sampel tahu bakar 1 untuk pemeriksaan
Escherichia coli.
b. Sampel saos pada makanan 1 dan Sampel kerupuk olahan
berwarna merah 1 untuk pemeriksaan Rhodamin B.
2. Penjual Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Negeri NO. 101854 Sei
a. Sampel es tebu 1 dan Sampel bakso kojek 1 untuk pemeriksaan Escherichia coli.
b. Sampel saos pada makanan 1 dan Sampel kerupuk olahan
berwarna merah 1 untuk pemeriksaan Rhodamin B.
3. Penjual Makanan Jajanan di Sekolah Dasar SWASTA VALENTINE
DISKI
a. Sampel air es yang digunakan untuk membuat minuman aneka rasa
1 dan Sampel es campur 1 untuk pemeriksaan Escherichia coli. b. Sampel saos pada makanan 1 dan Sampel es berwarna merah 1
untuk pemeriksaan Rhodamin B.
4. Penjual Makanan Jajanan di Sekolah Dasar SWASTA TAMAN SISWA
a. Sampel air es yang digunakan untuk membuat minuman aneka rasa
1 dan Sampel bakso bakar 1 untuk pemeriksaan Escherichia coli. b. Sampel somboi berwarna merah 1 dan Sampel kerupuk olahan
berwarna merah 1 untuk pemeriksaan Rhodamin B.
5. Penjual Makanan Jajanan di Sekolah Dasar Negeri NO.107393 Sei
Mencirim Diski
a. Sampel air es yang digunakan untuk membuat minuman aneka rasa
2 untuk pemeriksaan Escherichia coli.
b. Sampel saos berwarna merah 1 dan Sampel es berwarna merah 1
untuk pemeriksaan Rhodamin B.
Sehingga jumlah sampel yang terkumpul adalah 20 sampel . 10 untuk
46
keberadaan Rhodamin B. Untuk minuman terdapat 7 sampel dan untuk makanan
terdapat 13 sampel.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dari hasil observasi langsung ke lokasi dengan
menggunakan lembar observasi terhadap penjual makanan jajanan dan melakukan
wawancara langsung kepada penjual makanan jajanan serta diperoleh data dari
hasil pemeriksaan sampel makanan jajanan di laboratorium.
3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Bahan dan Peralatan
1. Pemeriksaan Escherichia coli A. Bahan
1) Sampel makanan jajanan
2) Alkohol
3) Brilliant Green Lactose Bile borth (BGLB) 4) Endo agar
5) Fuction 6) Gentian violet 7) Lactose Brith (LB) 8) Gentian Violet 9) Lugol 1% B. Peralatan
1) Autoclave
3) Kapas alkohol
4) Kawat ose
5) Labu Enlenmeyer 6) Lampu spritus
7) Petri dish 8) Pipet streril
9) Rak tabung reaksi
10) Spidol
11) Tabung durham
12) Tabung reaksi
13) Thermometer 14) Timbangan
2. Pemeriksaan Rhodamin B
A. Bahan
1) Sampel makanan jajanan
2) Asam asetat 10%
3) NH4OH 10%
4) Eluen: -5 ml NH4OH (pekat) - 2 g Tri-Natrium Citrat
- 95 ml aquadest
B. Peralatan
48
2) Chamber 3) Pemanas listrik
4) Pipet mikro
3.5.2 Cara Pengambilan Sampel
1. Persiapkan alat tulis untuk membuat tanda atau menulis nama jenis sampel
pada makanan jajanan yang akan di pesan.
2. Pesanlah makanan jajanan.
3. Sampel yang sudah dipesan dan sudah terbungkus tidak perlu di indahkan
ke wadah lain lagi.
4. Sampel harus secepatnya dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.
Pengiriman sampel dilakukan paling lama 3 jam setelah pemesanan
sampel makanan jajanan.
3.5.3 Cara Pelaksanaan Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Escherichia coli
Pemeriksaan MPN (Most Probable Number) (Depkes RI, 1991). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang telah disiapkan
dengan menggunakn metode tabung ganda yaitu: (5 x 10 ml); (1 x 1 ml); (1 x 0,1
ml). Pemeriksaan tabung ganda terdiri dari test Pendahuluan (Presumtive Test) dan test penegasan (Comfirmative Test).
1. Test Pendahuluan (Presumtive Test)
1) Siapkan 10 tabung reaksi yang masing-masing berisi media
Lactose Broth sebanyak 10 ml. Tabung disusun pada rak tabung reaksi, masing-masing tabung diberi tanda:
a. Nomor Urut
b. Tanggal Pemeriksaan
c. Volume
2) Dengan pipet steril ambil bahan pemeriksaan yang telah disiapkan
yaitu sampel makanan jajanan lalu masukkan ke dalam:
a. Tabung 1 s.d 5 masing-masing sebanyak 10 ml
b. Tabung ke-6 sebanyak 1 ml
c. Tabung ke-7 s.d 10 sebanyak 0,1 ml
3) Masing-masin tabung tersebut digoyang-goyang agar spesimen dan
media bercampur.
4) Inkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam diperiksa ada tidaknya
pembentukan gas pada tabung durham. Catat semua tabung yang
menunjukkan peragian lactose (pembentukan gas). Pembentukan gas pada tabung durham pada test pendahuluan dinyatakan test
(+)/positif, dan dilanjutkan dengan test penegasan. Bila hasil test
negatif coliform negative dan tidak perlu dilakukan test penegasan.
2. Test penegasan
Media yang digunakan: Brilliant Green Lactose Broth (BGLB) 2%. Test ini untuk menegaskan hasil positif dari test pendahuluan.
50
1) Dari tiap-tiap presumptive yang positif, dipindahkan 1-2 ose ke
dalam tabung confirmative yang berisi 10 ml BGLB 2%. Dari
masing-masing tabung confirmative diinokubasikan ke dalam 2
2) tabung BGLB 2%.
3) Satu seri tabung BGLB 2% diinkubasikan pada suhu 35-37°C
selama 24-48 jam untuk memastikan adanya coliform dan satu seri
yang lain diinkubasikan pada suhu 44°C selama 24-48 jam untuk
memastikan adanya coliform tinja.
4) Pembacaan dilakukan setelah 24-48 jam dengan melihat jumlah
tabung BGLB yang menunjukkan positif gas.
Test penegasan ini merupakan test yang minimal harus dikerjakan
untuk pemeriksaan bakteriologi makanan dan minuman.
3. Pembacaan hasil test penegasan
Pembacaan hasil dari test penegasan dilakukan dengan menghitung
jumlah tabung yang menunjukkan adanya gas baik pada seri tabung yang
diinkubasikan pada suhu 44°C, angka yang diperoleh dicocokan dengan
table MPN, maka akan diperoleh indeks MPN Escherichia coli untuk tabung yang diinkubasikan pada suhu 44°C.
B. Pemeriksaan Rhodamin B
Cara pelaksanaan pemeriksaan Rhodamin B adalah:
1. 50 gr sampel masukkan ke dalam caran porselin
2. Tambah 10 ml asam asetat 10% dan 3 – 4 benang wool putih bebas lemak
3. Didihkan selama 10 menit.
4. Benang wool bulu domba di ambil, dicuci dengan aquadest
5. Masukkan ke dalam caran porselin yang bersih + 25 NH4OH 10%
didihkan 10 menit
6. Zat warna larut masukkan ke dalam larutan basa
7. Benang wool/bulu domba dibuang
8. Larutan berwarna diuapkan di atas penangas air sampai kering
3.6 Defenisi Operasional
1. Kandungan Escherichia coli dalam makanan jajanan adalah banyaknya Escherichia Coli yang ditemukan pada makanan jajanan dari hasil pemeriksaan laboratorium yang merupakan indikator pencemaran, sesuai
Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011. Memenuhi syarat
apabila 0 dari 100 ml sampel (Negatif), tidak memenuhi syarat apabila >0
dalam 100 nl sampel (positif)
2. Kandungan Rhodamin B dalam makanan jajanan adalah banyaknya
Rhodamin B yang ditemukan pada makanan jajanan dari hasil
pemeriksaan laboratorium yang merupakan indikator pencemaran, sesuai
Permenkes RI No.239/MENKES/PER/V/1985. Memenuhi syarat apabila
hasil pemeriksaan laboratorium tidak ada ditemukan Rhodamin B dan
tidak memenuhi syarat apabila hasil pemeriksaan laboratorium ada
ditemukan Rhodamin B.
3. Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah pengrajin
52
santap untuk dijual di kantin dan luar sekolah di sekolah dasar Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
4. Higiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor
makanan, orang, tempat dan perlengkapan makanan jajanan yang dapat
atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan
dengan menerapkan enam prinsip higiene sanitasi makanan dan minuman.
3.7 Aspek Pengukuran
1. Escherichia coli
a. Ada, jika terdapat Bakteri Escherichia coli pada sampel makanan jajanan dan berdasarkan Permenkes RI No.
1096/MENKES/PER/VI/2011 maka makanan jajanan tersebut
tidak memenuhi syarat kesehatan.
b. Tidak ada, jika jumlah Bakteri Escherichia coli pada sampel makanan jajanan adalah 0 (nol) dan berdasarkan Permenkes RI No.
1096/MENKES/PER/VI/2011 maka makanan jajanan tersebut
memenuhi syarat kesehatan.
2. Rhodamin
a. Ada, jika sampel makanan jajanan mengandung Rhodamin B dan
berdasarkan Permenkes RI No. 239/MENKES/PER/V/1985 maka
makanan jajanan tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan.
b. Tidak ada, jika sampel makanan jajanan tidak mengandung
239/MENKES/PER/V/1985 maka makanan jajanan tersebut
memenuhi syarat kesehatan.
3. Higiene sanitasi makanan jajanan
Pengukuran variabel dilakukan dengan observasi langsung,
kemudian dikategorikan berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh
dengan kategori sebagai berikut :
a. Memenuhi syarat, jika sesuai dengan Kepmenkes RI
No.942/MENKES/SK/VII/2003 tentang persyaratan Higiene Sanitasi
Makanan jajanan.
b. Tidak memenuhi syarat, jika tidak sesuai dengan Kepmenkes RI
No.942/MENKES/SK/VII/2003 tentang persyaratan Higiene Sanitasi
Makanan jajanan.
3.8 Analisa Data
Data telah diperoleh dari hasil observasi akan diolah dan dianalisa secara
deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dinarasikan
dengan kepustakaan yang relevan dan mengacu pada Kemenkes RI No.
942/MENKES/SK/VII/2003. Data dari hasil pemeriksaan Escherichia coli di Laboratorium akan diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan
Permenkes RI No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 dan data hasil pemeriksaan
Rhodamin B akan diolah lalu disajikan dalam bentuk tabel dengan mengacu
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Deli Serdang terletak diantara 2°57” - 3°16” Lintang Utara
serta pada 98°33 - 99°27¨ Bujur Timur merupakan bagian dari wilayah pada posisi
silang di kawasan Palung Pasifik Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km²
(249,772 Ha) atau merupakan 3,34% dari luas Propinsi Sumatera Utara. Secara
administratif terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa/Kelurahan (380 desa dan 14
kelurahan), dengan jumlah penduduk 1.738.431 jiwa.
Penduduk Deli Serdang terdiri dari Suku Melayu 49,5%, Suku Batak Karo
35,5%, Suku Batak Toba 13%, Minang 1%, Tionghoa 1% Sedangkan Agama
yang dianut oleh masyarakat Deli Serdang adalah Islam 66,6%, Kristen Protestan
Dan Katolik 33,2%, Buddha 0,06%, Hindu 0,05% .
Adapun batas-batas Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Langkat Dan Selat Malaka
- Sebelah Selatan : Kabupaten Karo Dan Kab Simalungun
- Sebelah Barat : Kabupaten Langkat Dan Kabupaten Karo
- Sebelah Timur : Kabupaten Serdang Bedagai
Kecamatan Sunggal adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara. Kecamatan ini mempunayi penduduk sebesar 103.803 jiwa.
Sebagian besar penduduk ini adalah sukun pendatang seperti Tionghoa, Minang,
Batak, Aceh dan Jawa sedangkan suku asli Suku Melayu Deli 40% saja.
Kecamatan sunggal memiliki beberapa sarana Kesehatan yaitu 4 Rumah
Sakit, 2 Puskesmas, 18 Balai Pengobatan Umum, Sarana Keagamaan yaitu 67
mesjid, 24 Gereja, 18 Keleteng, 11 Langgar, Sarana Olahraga yaitu : 5 Lapangan
Sepakbola, 12 Bola Volly, 17 Bulutangkis, 2 Futsal.
Kecamatan sunggal memiliki 84 ( delapan puluh empat ) Sekolah. 44
gedung Sekolah Dasar, 20 Gedung Sekolah Menengah Pertama, 25 gedung
Sekolah Menengah Atas yang didalamnya terdapat penjual makanan jajanan.
Lokasi penelitian ini dilakukan pada Penjual Makanan Jajanan yang Berada Di
Kantin dan Luar Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang di 5
sekolah dasar yang berbeda-beda. Adapun 5 (lima) sekolah dasar yang ada di
kecamatan sunggal kabupaten deli serdang yaitu :
1. Sekolah Dasar Katolik, Jl.Binjai Diski Sunggal
2. Sekolah Dasar Negeri No. 101854 Sei Mencirim
3. Sekolah Dasar Swasta Valentine Diski
4. Sekolah Dasar Taman Siswa Sunggal
56
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli
Pemeriksaan sampel makanan jajanan Di Laboratorium Mikrobiologi
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Medan.
Hasil pemeriksaan yang diperoleh dari Laboratorium Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit Medan. Dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Makanan Jajanan
di Kantin Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
No Sampel Jenis Makanan MPN/100 ml Keterangan
Escherichia coli
1 Tahu bakar <1,8 Memenuhi syarat
2 bakso kojek <1,8 Memenuhi syarat
3 Es rasa 2 <1,1 Memenuhi syarat
4 Es rasa 3 <1,1 Memenuhi syarat
Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa semua sampel (100%) makanan
jajanan yang dijajakan di kantin Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang memenuhi syarat kesehatan dan tidak tercemar Bakteri
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Makanan Jajanan
di luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
No Sampel Jenis Makanan MPN/100 ml Keterangan
Escherichia coli
1 Es jagung 41 Tidak memenuhi syarat
2 Es tebu <1,1 Memenuhi syarat
3 Es rasa 1 <1,1 Memenuhi syarat
4 Es campur 15 Tidak memenuhi syarat
5 Bakso bakar <1,8 Memenuhi syarat
6 Es rasa 4 <1,1 Memenuhi syarat
Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa 2 dari 6 sampel makanan jajanan
yang dijajakan di kantin Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang tidak memenuhi syarat kesehatan dan tercemar Bakteri Escherichia coli. Terdapat 4 sampel makanan jajanan yang memenuhi syarat kesehatan dan tidak
tercemar Bakteri Escherichia Coli.
4.2.2 Hasil Pemeriksaan Rhodamin B
Hasil pemeriksaan yang diperoleh dari Laboratorium Biokimia / Kimia
Bahan Makanan (KBM) Universitas Sumatera Utara. Dapat dilihat dalam tabel
58
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kandungan Rhodamin B pada Makanan Jajanan di Kantin Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
NoSampel JenisMakanan Rhodamin B Keterangan
1 Kerupuk berwarna merah 1 Positif Tidak Memenuhi Syarat
2 Kerupuk berwarna merah 2 Positif Tidak Memenuhi Syarat
3 Kerupuk berwarna merah 3 Positif Tidak Memenuhi Syarat
4 Saos 4 Negatif Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa 3 dari 4 sampel makanan jajanan
(75%) yang dijajakan di sekitar Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten
Deli Serdang tidak memenuhi syarat kesehatan dan mengandung zat pewarna
Rhodamin B, sesuai dengan Permenkes RI No. 293/Menkes/Per/V/1985 tentang
Persyaratan Penggunaan Zat Pewarna Makanan.
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kandungan Rhodamin B pada Makanan Jajanan di Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
No Sampel JenisMakanan Rhodamin B Keterangan
1 Saos 1 Negatif Memenuhi Syarat
2 Saos 2 Positif Tidak Memenuhi S yarat
3 Saos 3 Positif Tidak Memenuhi Syarat
4 Es Aneka rasa warna merah 1 Negatif Memenuhi Syarat
5 Somboi Positif Tidak Memenuhi Syar at
6 Es Aneka rasa warna merah 2 Negatif ,Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa 3 dari 6 sampel makanan jajanan
Serdang tidak memenuhi syarat kesehatan dan mengandung zat pewarna
Rhodamin B, sesuai dengan Permenkes RI No. 293/Menkes/Per/V/1985 tentang
Persyaratan Penggunaan Zat Pewarna Makanan.
4.2.3 Karakteristik Penjual Makanan Jajanan
Karakteristik penjual makanan jajanan di Sekolah Dasar (SD) Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,Pendidikan Terakhir, Lama Berjualan dalam sehari (Jam), Masa Berjualan (Tahun) di Beberapa Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2017
60
Berdasarkan Tabel 45 di atas, dapat diketahui bahwa karakteristik penjual
makanan jajanan di Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang sebagai berikut, jenis kelamin adalah perempuan 12 orang (60%)
sedangkan penjual makanan jajanan laki-laki berjumlah 8 orang (40%).Golongan
umur 21 – 30 tahun berjumlah 6 orang (30%), golongan umur 31 – 40 tahun
berjumlah 9 orang (45%), golongan umur 41 – 50 tahun berjumlah 1 orang (5%),
golongan umur 51 – 60 tahun berjumlah 4 orang.
Pendidikan terakhir adalah tamat SMA yaitu 14 orang (70%) lalu diikuti
dengan jumlah penjual makanan jajanan yang tamat SMP yaitu 5 orang (25%) dan
tamat SD yaitu 1 orang (5).
Lama berjualan yang paling lama adalah 8 – 10 jam dalam sehari yaitu 11
orang (55%) lalu diikuti dengan penjual yang berjualan selama 5 – 7 jam dalam
sehari yaitu 8 orang (40%) sedangkan lama penjual makanan jajanan yang 2 – 4
jam dalam sehari hanya 1 orang (5%).
Masa berjualan yang paling banyak adalah 1 – 5 tahun yaitu 8 orang
(40%), masa berjualan penjual makanan jajanan 6 – 10 tahun yaitu 6 orang (30%),
lalu diikuti dengan masa berjualan penjual makanan jajanan 11 – 15 tahun yaitu 4
orang (20%), dan masa berjualan penjual makanan jajanan yang paling sedikit
adalah 16 – 20 tahun yaitu 2 orang (10%).
4.2.4 Prinsip-Prinsip Sanitasi Dalam Pengelolaan Makanan
Hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada para pedagang
diketahui bahwa keenam prinsip higiena sanitasi pengolahan makanan yang
dilakukan oleh para pedagang di beberapa Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat secara rinci yang disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi.
1. Pemilihan Bahan Makanan
Bahan makanan yang dipergunakan oleh semua pedagang berasal dari
pasar tradisional. Pemilihan bahan makanan yang dilakukan oleh para pedagang
makanan jajanan di sekolah dasar berdasarkan hasil wawancara secara rinci dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut ini :
Tabel 4.6 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Pemilihan Bahan Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
Kriteria Penilaian
KategoriYa % Tidak %
1. Bahan makanan merupakan bahan pilihan 2. Mengutamakan kualitas dalam memilih
bahan makanan
3. Mencuci bahan makanan sebelum diproses ke tahap selanjutnya
19 95 1 5
16 80 4 20
12 60 8 40 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa 19 orang (95%) yang
menggunakan bahan makanan pilihan sedangkan satu orang tidak menggunakan
bahan makanan pilihan. Responden yang mengutamakan kualitas dalam memilih
bahan makanan 16 orang (80%) , sedangkan 4 orang (20%) yang tidak
mengutamakan kualitas dalam memilih bahan makanan. Namun dalam mencuci
bahan makanan sebelum di proses ke tahap selanjutnya yaitu 12 orang (60%) yang
melakukannya, sedangkan 8 orang (40%) yang tidak selalu mencuci bahan
62
2. Penyimpanan Bahan Makanan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan dalam
penyimpanan bahan makanan pada 20 ( dua puluh ) orang pedagang dapat dilihat
dalam tabel sebagai berikut ini :
Tabel 4.7 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Penyimpanan Bahan Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
Kriteria Penilaian Kategori
Ya % Tidak %
1. Memilih bahan khusus dalam menyimpan bahan makanan
14 70 6 30
2. Bahan makanan yang dibeli langsung dipakai 16 80 4 20 3. Membersihkan tempat penyimpanan makanan 10 50 10 50
Berdasarkan tabel 4.7, dalam penyimpanan bahan makanan bervarias.
Yang memiliki tempat khusus dalam penyimpanan bahan makanan ada 14 orang
(70%) dan 6 orang yang tidak memilih khusus dalam menyimpan. Tempat bahan
makanan yang mentah berupa baskom plastik, toples, keranjang plastik,
tupperware, dan plastik. Bahan makanan yang dibeli yang langsung dipakai ada
16 orang (80%). Untuk orang yang tidak semua memakai langsung bahan
makanan biasanya mereka menyimpan bahan utamanya di
toples,tupperware,plastik. Sedangkan untuk penjual yang memakai langsung
semua bahan makanan tidak memerlukan tempat khusus untuk menyimpan bahan
makanan. Membersihkan tempat penyimpanan makanan ada 10 orang (50%) yang
membersihkan tempat penyimpanan makanan setiap hari, sedangkan 10 orang
3. Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan merupakan proses utama dalam pengolahan
makanan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan
diperoleh bahwa :
Tabel 4.8 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Pengolahan Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
Kriteria Penilaian
KategoriYa % Tidak %
1. Mencuci tangan dengan air bersih atau sabun sebelum mengolah makanan
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dalam proses pengolahan makanan
hasil yang diperoleh bervariasi. Dari 20 penjual makanan jajanan, seluruhnya
64
bebas dari pencemaran, Peralatan masak dicuci sebelum dan sesudah digunakan
dalam tahap pengolahan makanan. Peralatan yang digunakan seperti sendok
goreng terbuat dari bahan staenless steel atau kayu sedangkan untuk sendok mengaduk terbuat dari staenless steelatau plastik. Wadah yang digunakan untuk tempat pengolahan makanan jajanan umumnya menggunakan baskom plastik dan
baskom staenless steel.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa penjual makanan jajanan
sudah mau menjaga kebersihan dari tempat pengolahan dan peralatan makanan
yang digunakan walaupun merek sadar atau tidak sadar bahwa hal itu penting
untuk mencegah agar makanan bebas dari pencemaran. Peralatan yang digunakan
kebanyakan terbuat dari plastik dan aluminium.
Dalam mencuci tangan dengan air bersih atau sabun sebelum mengolah
makanan ada 9 orang (45%) yang mencuci tangan dengan air yang bersih atau
menggunakan sabun sebelum mengolah makanan dan 11 orang (55%) yang tidak
mencuci tangan dengan air yang bersih atau menggunakan sabun sebelum
mengolah makanan. Ada 19 orang (95%) penjual makanan jajanan yang
menggunakan alat ketika menjamah makanan dan 1 orang tidak mengunakan alat
ketika menjamah makanan.
Dalam tidak menangani makanan saat menderita pilek, batuk dan diare
terdapat 18 orang penjual (90%) sedangkan ada 14 orang (70%) yang tidak
merokok saat menangani makanan dan 6 orang yang merokok saat menangani
makanan. Menjaga kebersihan tangan, kuku, rambut dan pakaian setiap kali
hendak menangani makanan ada 18 orang (90%) .
Dalam menggunakan celemek saat menangani makanan dan menggunakan
tempat pengolahan makanan yang kedap air atau mudah dibersihkan ada 7 orang
dan 13 orang (65%) yang tidak menggunakan celemek saat menanganu makanan.
Pencahayaan tempat pengolahan makanan tersedia dengan cukup ada 8 orang.
Pencahayaan yang digunakan merupakan lampu neon dengan besarnya
pencahayaan disesuaikan dengan pencahayaan untuk belajar.
Tempat makanan bebas dari serangga ada 5 orang (25%) yang tempat
makanannya bebas dari serangga dan 15 orang yang tidak bebas dari serangga.
Serangga disini adalah lalat dan kecoa yang cukup banyak berkeliaran. Dalam
tersedianya tempat mencuci tangan dan peralatan ada 18 orang (90%) , sedangkan
dalam kegiatan peralatan yang digunakan anti karat dan mudah dibersihkan ada 13
orang (65%) yang peralatannya anti karat dan mudah dibersihkan dan 7 orang
tidak anti karat dan mudah dibersihkan.
4. Penyimpanan Makanan Yang Sudah Masak
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan pada
penjual makanan jajanan tentang cara penyimpanan makanan dan ada arau
tidaknya tempat penyimanan makanan, diperoleh hasil sebagai berikut :
66
Kriteria Penilaian
KategoriYa % Tidak %
1. Tersedia tempat khusus untuk menyimpan makanan yang sudah masak
2. Tempat penyimpanan ditutup dengan baik dan bebas dari serangga
3. Tempat penyimpanan selalu dibersihkan
19 95 1 5
10 50 10 50
14 70 6 30 Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa hampir semua penjual
makanan jajanan memenuhi syarat dalam kegiatan penyimpanan makanan yang
sudah masak. Dalam kegiatan tersedianya tempat khusus' untuk menyimpan
makanan yang sudah masak ada 19 orang (95%). Tempat penyimpanan ditutup
dengan baik dan bebas dari serangga ada 10 orang penjual makanan. Sedangkan
untuk tempat penyimpanan selalu dibersihkan ada 14 orang (70%) .
Makanan yang sudah masak didinginkan terlebih dahulu didalam baskom
sebelum dimasukkan ke dalam kemasan. Penjual makanan jajanan yang memiliki
tempat penyimpanan makanan sementara yang tidak tertutup terus membiarkan
makanannya terbuka setelah didinginkan sehingga tidak kecil kemungkinan dapat
tercemar oleh debu-debu yang beterbangan atau serangga.
5.Pengangkutan Makanan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui pengangkutan
makanan oleh penjual makanan jajanan dari rumah hingga tempat penjualan dapat
Tabel 4.10 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Pengangkutan Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
Kriteria Penilaian
KategoriYa % Tidak %
1. Makanan yang diangkut ditempatkan dalam wadah yang bersih
2. Makanan yang diangkut dalam keadaan tertutup
3. Wadah makanan yang diangkut terpisah dengan wadah yang bahan mentah
14 70 6 30
10 50 10 50
14 70 6 30
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat penjual yang makanan yang diangkut
ditempatkan dalam wadah yang bersih ada 14 orang (70%) Dalam kegiatan
makanan yang diangkut dalam keadaan tertutup ada 10 orang (50%) yang
makanan yang diangkut dalam keadaan tertutup. Sedangkan untuk kegiatan wadah
makanan yang diangkut terpisah dengan wadah terpisah dengan wadah mentah
ada 14 orang penjual (70%).
Penjual makanan jajanan yang berjualan diluar sekolah dasar melakukan
pengangkutan menggunakan kendaraan seperti becak, gerobak, sepeda motor.
Makanan yang diangkut dimasukkan dalam kantong lastik besar atau wadah besar
yang dalam keadaan tertutup.
6. Penyajian Makanan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan
68
Tabel 4.11 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Penyajian Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
Kriteria Penilaian
KategoriYa % Tidak %
1. Makanan dikemas dalam plastik yang bersih 2. Menggunakan sarung tangan saat mengemas
Berdasarkan table 4.11 yang menggunakan sarung tangan saat mengemas
makanan kedalam kemasan plastik hanya 1 orang (5%) yang menggunakan sarung
tangan saat mengemas makanan kedalam kemasan plastik. Dalam kegiatan
menggunakan alat seperti sendok saat memasukkan makanan kedalam kemasan
ada 11 orang (55%) yang menggunakan alat dan 9 orang tidak menggunakan alat
seperti sendok saat memasukkan makanan kedalam kemasan.
Makanan yang disajikan dapat bertahan lebih dari 2 minggu ada 14 orang
(70%) dam 6 orang tidak untuk makanan yang disajikan dapat bertahan lebih dri 2
minggu. Kegiatan Makanan dikemas dalam plastik yang bersih dan Makanan
yang akan dijual dalam kondisi yang baik semua penjual makanan jajanan.
Kebanyakan pedagang hanya menggunakan sendok saat memasukkan makanan ke
dalam kemasan plastik, besar kemungkinan makanan tercemar melalui tangan
4.2.5 Rekapitulasi Prinsip Prinsip Higiene Sanitasi
Tabel 4.12 Distribusi Rekapitulasi Hygiene Sanitasi Penjual
MakananJajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
No Prinsip Hygiene Memenuhi % Tidak Memenuhi % Sanitasi Penjual
1 Pemilihan bahan makanan 10 50 10 50
2 Penyimpanan bahan makanan 3 15 17 85
3 Pengolahan makanan 5 25 15 75
4 Penyimpanan makanan 10 50 10 50
5 Pengangkutan makanan 10 50 10 50
6 Penyajian makanan 6 30 14 70
Berdasarkan tabel 4.12 pemilihan bahan makanan yang memenuhi syarat
kesehatan ada 10 penjual (50%) dan 10 penjual yang tidak memenuhi syarat
kesehatan, terdapat 3 (15%) penjual yang penyimpanan bahan makanan yang baik
dan 17 (85%) yang tidak memenuhi syarat, penjual yang mengolah makanan
yang memenuhi syarat kesehatan ada 5 (25%) dan yang tidak memenuhi syarat
ada 15 (75%) , terdapat 10 (50%) yang menyimpan makanan yang sudah masak
pada tempat yang memenuhi syarat kesehatan, pengangkutan makanan yang
memenuhi syarat terdapat 10 (50%) dan 50% lagi tidak memenuhi syarat, dalam
penyimpanan terdapat 6 (30%) yang memenuhi syarat kesehatan dan 14 (70%)
70
4.2.6 Rekapitulasi Higiene Sanitasi penjual makanan jajanan
Tabel 4.13 Distribusi Rekapitulasi Hygiene Sanitasi Penjual Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar
Berdasarkan tabel 4.13 penjual 3,penjual 5, penjual 7, penjual 9, penjual
rasa 1, es aneka rasa 2, es aneka rasa 3, es aneka rasa 4, es aneka rasa 5. Saos 1,
kerupuk berwarna merah 1, kerupuk berwarna merah 2, kerupuk berwarna merah
3. Es tebu merupakan makanan jajanan yang mengandung Echerichia coli dan kerupuk berwarna merah tersebut mengandung Rhodamin B .
7. Fasilitas Sanitasi
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan
terhadap fasilitas sanitasi yang dimiliki oleh para pedagang, dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel 4.14 Distribusi Penjual Makanan Jajanan Berdasarkan Fasilitas Sanitasi Makanan Jajanan di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
3. Memiliki tempat penampungan sampah 4. Memiliki tempat penampungan sampah yang
tertutup
5. Memiliki tempat pembuangan sampah 6. Memiliki tempat pembuangan limbah yang
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa seluruh penjual makanan jajanan
menggunakan air PDAM dalam menggunakan air bersih dan Memiliki tempat
penampungan air yang tertutup . terdapat 15 orang (75%) penjual makanan
jajanan yang memiliki temat pembuangan sampah dan hanya 5 orang yang tidak
72
Terdapat 19 orang (95%) yang memiliki tempat pembuangan sampah dan
memiliki tempat pembuangan limbah yang tertutup dan hanya 1 orang yang tidak
memiliki tempat pembuangan sampah dan memiliki tempat pembuangan limbah
yang tertutup. Kegiatan memiliki tempat penampungan sampah yang tertutup
terdapat 10 orang (50%) yang memiliki tempat penampung sampah yang tertutup
dan 10 orang penjual makanan jajanan yang tidak memiliki tempat penampungan
sampah yang tertutup.
Dari hasil observasi dalam memiliki fasilitas sanitasi makanan jajanan
banyak penjual yang sudah memenuhi syarat, namun tidak memiliki penutupnya.
Kebanyakan pedagang memiliki tempat penamungan sampah yang tidak memiliki
5.1 Kandungan Bakteri Escherichia Coli pada Makanan Jajanan
Makanan jajanan dikantin dan luar Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang , 2 sampel makanan jajanan yaitu Es jagung, Es
Campur yang mengandung Bakteri Escherichia coli berkisar antara 15 sampai 41 MPN/100 ml .
Penjual es jagung memiliki kuku yang panjang dan tidak bersih dan tidak
selalu membersihkan tempat penyimpanan box es batu, tempat plastik untuk es
jagung, sehingga sedotan dan plastik untuk wadah es hanya di gantung atau
diletak begitu saja padahal lokasi berjualan tepat di pinggir jalan dan tidak
terhindar dari debu. Karena sekolah SD KATOLIK terletak di pinggir jalan.
Hasil observasi yang sudah dilakukan, dapur atau tempat mengolah es
jagung termasuk tidak bebas dari serangga, penjual es jagung juga tidak
menggunakan sarung tangan ketika menjamah es jagung.
Berdasarkan hasil observasi, penjual tahu bakar tidak mengutamakan
kualitas dalam memilih bahan makanan yang akan dipergunakan, biasa penjual ini
tetap menggunakan bumbu untuk pengolahan yang sudah mulai membusuk,
penjual tidak ada tempat makanan yang bebas dari serangga saat menggolah
74
jarang dibersihkan, penjual juga tidak menggunakan sarung tangan saat makanan
dikemas dalam plastik.
Penjual es tebu tidak selalu mencuci tebu yang akan digunakan sebelum
diproses ke tahap berikutnya, tebu yang sudah dikupas kulitnya dibiarkan
terpajang diatas gerobak yang tidak tertutup, tebu yang digunakan juga tiak
langsung dipakai, biasanya penjual membeli tebu 1 ikat dan dalam satu hari hanya
menghabiskan setengah ikat, sehingga tebu tersebut masih digunakan untuk dijual
besok hari.
Hasil observasi yang dilakukan saat mengolah es tebu, penjual tidak
menggunakan celemek, banyak lalat yang beterbangan dan hinggap di tebu yang
sudah dikupas tersebut, box es batu yang digunakan juga jarang dibersihkan,
penjual juga tidak menggunakan sarung tangan ketika menyajikan es tebu
kedalam kemasan plastik atau gelas, penjual es tebu memiliki tempat sampah,
tetapi tidak tertutup dan banyak lalat berterbangan dari sampah tebu ke tebu yang
sudah dikupas.
Penjual bakso kojek ini tidak memiliki tangan, kuku, dan pakaian yang
bersih ketika berjualan, ia juga tidak mencuci tangan ketika sehabis merokok,
peralatan yang digunakan ketika mengolah makanan juga semua tidak anti karat
dan tidak mudah dibersihkan, penjual juga tidak menggunakan sarung tangan
ketika menyajikan bakso kojek. Lokasi berjualan yang terletak di pinggir jalan
dan tidak memiliki tempat membuang sampah, menyebabkan makanan tersebut
Ada empat Penjual es aneka rasa tidak memiliki tangan, kuku, dan pakaian
yang bersih, penjual juga menyimpan es aneka rasa cukup banyak sehingga semua
tidak langsung dipakai saat itu juga, saat mengolah es aneka rasa penjual tidak
selalu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
Salah seorang Penjual es aneka rasa tetap berjualan meskipun penjual ini
sedang batuk dan pilek, penjual juga tetap merokok ketika berjualan, penjual tidak
pernah menggunakan celemek ketika menjamah es, berdasarkan hasil observasi
penjual tidak mempunyai tempat pengolahan es aneka rasa yang kedap air dan
mudah dibersihkan, box tempat es batu juga tidak pernah dibersihkan, dan box es
batu tidak memiliki penutup, es batu yang beku dipecahkan dengan cara di
pukul-pukul ke dinding.
Penjual juga tidak memiliki tempat penyimpanan yang ditutup dengan
baik dan dapat melindungi es dari pencemaran, penjual juga tidak menggunakan
sarung tangan ketika berjualan, penjual juga tidak memiliki tempat penampungan
sampah, sampah es aneka rasa dimasukkan kedalam plastik yan digantung di
meja.
Penjual es campur ini dalam tahan penyimpanan bahan makanan tidak
memiliki tempat khususuntuk menyimpanbahan makanan, penjual juga
meletakkan tape untuk es campur diatas piring yang tidak tertutup sehingga
banyak lalat yang hinggap, box tempat es batu juga jarang dibersihkan, untuk
memecahkan es batu penjual menggunakan batu yang diletakkan sembarangan
sehingga banyak debu yang nempel di batu tersebut, penjual juga tidak
76
penjual menyediakan tempat sampah di samping gerobaknya tetapi tempat
sampah tersebut tidak tertutup sehingga banyak lalat yang berterbangan.
Berdasarkan hasil observasi saat mengolah makanan, penjual bakso bakar
tidak pernah mencuci tangan dan menggunakan sabun, penjual juga tidak
menyediakan tempat makanan yang bebas dari serangga, untuk peralatan yang
digunakan saat mengolah juga jarang dibersihkan.
Saat mengangkut bakso bakar juga tidak menggunakan wadah yang
tertutup, tusuk bakso juga terletak begitu saja diatas lantai, penjual juga tidak
menggunakan sarung tangan ketika menyajikan makanan yang akan dikemas
dalam kemasan plastik.
Penyakit yang ditularkan melalui makanan dapat menyebabkan penyakit
yang ringan dan berat bahkan berakibat kematian diantaranya diakibatkan oleh
belum baiknya penerapan higiene makanan dan sanitasi lingkungan. Besarnya
dampak terhadap kesehatan belum diketahui karena hanya sebagian kecil dari
kasus-kasus yang akhirnya dilaporkan ke pelayanan kesehatan dan jauh lebih
sedikit lagi yang diselidiki. Kejadian penyakit yang ditularkan melalui makanan di
indonesia cukup besar ini terlihat dari masih tingginya penyakit infeksi seperti
typus, kolera, disentri, dan sebagainya. (Hartono, 2006)
gastroenteritis,diare dan berbagai penyakit saluran pencernaan lainnya (Nurwanto,
2007)
5.2 Kandungan Rhodamin B pada Makanan Jajanan
Berdasarkan Permenkes RI No.293/Menkes/Per/V/1985, Rhodamin B
merupakan salah satu zat warna yang dilarang penggunaanya. Penggunaan
Rhodamin B pada makanan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan
gangguan fungsi hati maupun kanker (Yuliarti, 2007). Hasil metabolisme pewarna
tekstil mempunyai sifat karsinogenik dan telah terbukti bahwa pewarna Rhodamin
B dapat menimbulkan kanker pada hewan percobaan (Baliwati dkk, 2010).
Penggunaan Rhodamin B pada makanan dalam waktu yang lama akan dapat
mengakibatkan gangguan fungsi hati maupun kanker (Cahyadi, 2009).
Berdasarkan hasil pemeriksaan Laboratorium terhadap kandungan zat
pewarna Rhodamin B pada makanan jajanan di kantin dan luar sekolah, diperoleh
bahwa 6 sampel positif mengandung Rhodamin B. Hal ini berarti bahwa makanan
jajanan di kantin dan luar sekolah di sekolah dasar kecamatan sunggal kabupaten
deli serdang tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.293/MENKES/PER/VI/1985 tentang
Persyaratan Penggunaan Zat Pewarna Makanan, meskipun ada sampel yang tidak
bermerek dan tidak terdaftar di Departemen Kesehatan RI. Kemungkinan ada zat
pewarna bahaya apa saja, karena penelitian ini khusus pada zat pewarna
berbahaya Rhodamin B saja.
Penggunaan Rhodamin B ini dilarang karena termasuk bahan karsinogen
78
mencit dan tikus telah membuktikan adanya efek karsinogenik tersebut. Konsumsi
Rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi didalam tubuh dan dapat
menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan
hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker
hati.
Pada umumnya, bahaya akibat Rhodamin B akan muncul jika zat warna
ini dikonsumsi dalam jangka panjang. Tetapi, perlu diketahu pula bahwa
Rhodamin B juga dapat menimbulkan efek akut jika tertelan sebanyak 500 mg/kg
BB, yang merupakan dosis Toksik yang mungkin terjadi adalah iritasi saluran
cerna.
5.3 Observasi Prinsip-prinsip Higiene Sanitasi dalam Pengelolaan Makanan
Jajanan
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada penjual makanan
jajanan yang menjajakan dagangannya di Kantin dan Luar Sekolah di Sekolah
Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang mengenai Prinsip-prinsi
Higiene Sanitasi Makanan jajanan, secara keseluruhan tidak memenuhi syarat
kesehatan sesuai dengan kepmenkes RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003.
Bahan makanan dalam pemilihan bahan makanan yang akan diolah
terutama jenis daging, tepung, susu, telur, dan sayuran harus baik, segar tidak
rusak, berubah bentuk, warna atau rasa. Dianjurkan membeli bahan makanan di
tempat yang telah diawasi seperti rumah potong hewan, pasar swalayan, atau
Para pedagang sudah memenuhi syarat kesehatan dalam memilih bahan
makanan yang berkualitas (mutu yang baik). Hal ini terlihat dari kondisi bahan
makanan yang baik dari segi fisik, karena tidak terlihat bahan makanan yang
rusak, bau ataupun keriput.
Terdapat seorang penjual makanan yang tidak mengutamakan bahan
makananya adalah bahan pilihan karena penjual sudah tua sehingga mendapatkan
bahan makanan dari penjual yang lewat setiap hari dari depan rumah
mengunakan gerobak dorong, namun dalam pencucian bahan makanan tidak
semua pedaganag mencuci bahan makanan sebelum tahap pengolahan makanan.
Pencucian bahan makanan sebaiknya menggunakan air bersih dan mengalir
sehingga kotoran-kotoran yang berasal dari bahan makanan hanyut bersama air
sisa pencucian.
Depkes RI (2000) mengatakan bahwa salah satu pengendalian dalam jalur
makanan adalah penerimaan bahan atau memilih bahan yang baik dan bersih dan
membuang yang rusak dan kotor serta pencucian bahan dengan melarutkan
kotoran yang mungkin masih ada, misalnya residu pastesida.
Penyimpanan bahan makanan bertujuan untuk mencegah bahan makanan
agar tidak cepat rusak. Untuk rempah-rempah dan bahan yang kering lebih baik
disimpan ditempat yang kering dan dalam wadah yang telah dianjurkan
kelembabannya agar tidak mudah tumbuh spora ( Tarigan marlia ,2005).
Terdapat 16 pedagang yang langsung memakai semua bahan makanan
80
sebagian bahan makanannya disimpan didalam baskom plastik, toples, keranjang
plastik, tupperware, dan plastik.
Penjual tahu bakar dan bakso bakar biasanya menyimpan tahu dan
baksonya didalam toples plastik dan toples kaca. Penjual kerupuk biasa
menyimpan kerupuk di keranjang terbuka . penjual yang menggunakan saos,
biasanya menyimpan saos di dalam tupperware dan dimasukan didalam kulkas.
Menurut Depkes RI (2003) dalam penyimpanan bahan makanan harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan
memenuhi syarat.
b. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik, sehingga mudah
untuk mengambilnya, tidak menjadi tempat bersarang/bersembunyi
serangga atau tikus, tidak mudah membusuk dan rusak, dan untuk
bahan-bahan yang mudah membusuk harus disediakan tempat penyimpanan
dingin.
Berdasarkan tabel 4.8 prinsip pengolahan makanan yang dilakukan
pedagang makanan jajanan sudah memenuhi syarat kesehatan. Terdapat 11
penjual yang tidak selalu mencuci tangannya dengan air bersih dan sabun setiap
kali sebelum mengolah makanan dan apabila tangannya disadari kotor. Hal ini
dapat merugikan konsumen, karena bakteri atau virus berasal dari tangan
penjamah makanan yang tidak higienis dapat masuk ke dalam makanan yang
Menurut BPOM (2003), semua penjual harus membersihkan tangannya
dengan cara selalu mencuci tangan sebelum menangani makanan, setiap saat
disadari tangannya kotor, maka perlu dicuci dengan air bersih yang mengalir dan
sabun.
Terdapat 2 orang penjual yang tidak menjaga kebersihan tangan, kuku,
rambut, dan pakaian setiap kali hendak menangani makanan. Pedagang tersebut
tidak menggunakan tutup kepala pada saat tahap pengolahan makanan dan ada
yang mempunyai kuku yang panjang serta ada juga yang tidak menjaga
kebersihan pakaian.
Dari hasil penelitian terhadap tempat makanan yang bebas dari serangga
terdapat 15 orang yang tidak memiliki, mereka tidak menyadari bahwa serangga
seperti kecoa, lalat dan lain-lain dapat membuat makanan terkontaminasi.
Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman
Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan belum memenuhi syarat kesehatan
(Depkes RI, 2003).
Kualitas makanan yang diolah sangat dipengaruhi oleh suhu. Namun
demikian di dalam perkembangan bakteri tersebut masih pula ditentukan oleh
jenis makanan yang sesuai atau jenis makanan yang cocok sebagai media
pertumbuhannya. Untuk itu perlu diperhatikan teknik penyimpanan makanan
yang baik, ditujukan untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan bakteri
patogen, mengawetkan makanan dan mengurangi pembusukan.
Terdapat 10 orang penjual makanan jajanan yang tidak memiliki tempat
82
makanan akan mudah dihinggapi oleh debu-debu yang berterbangan atau serangga
sehingga akan terkontaminasi.
Dalam penyimpanan makanan yang paling perlu diperhatikan adalah suhu
dan tempat penyimpanan makanan tersebut. Tempat makanan yang mentah
dengan yang sudah masak harus dipisahkan. Tempat makanan yang sudah masak
juga harus memiliki tutup dan bebas dari serangga agar tidak mudah
terkontaminasi oleh bakteri patogen dan harus selalu dibersihkan setelah dipakai
(Purnawijayanti, 2001).
Makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan memerlukan
pengangkutan untuk disimpan dan disajikan. Kemungkinan pengotoran makanan
terjadi selama pengangkutan makanan bila cara pengangkutannya kurang tepat
dan alat angkutannya kurang baik dari segi kualitasnya.
Pengangkutan makanan oleh penjual menggunakan becak atau sepeda
motor. Makanan yang akan diangkut sudah dikemas dalam plastik dan disusun
dalam keranjang atau plastik besar. Dalam pengangkutan makanan pedagang
sudah memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Kepmenkes RI
No.942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi
Makanan Jajanan (Depkes RI,2003).
Penyajian makanan merupakan akhir dari perjalanan makanan. Makanan
yang disajikan disini sudah dikemas dalam bungkus plastik dan akan dijual.
Sebelum disajikan makanan dikemas dalam bungkus plastik yang bersih oleh
sebab itu kebersihan plastik dan dalam pemasukan ke plastik diperhatikan juga
Makanan yang sudah masak dikemas dalam kantong plastik untuk dijual.
Dalam pengemasan makanan ini hanya satu penjual makanan jajanan yang
menggunakan sarung tangan sedangkan yang lain tidak, hanya menggunakan
sendok saja untuk memasukkan makanan ke dalam kemasan. Kemasan yang
digunakan adalah plastik dalam keadaan bersih dan baik (tidak koyak).
Kemungkinan makanan akan terkontaminasi melalui pengemasan ini apabila tidak
dijaga kebersihan tangan, badan, kuku (Purnawijayanti,2001).
Air yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan akan menjadi media
perkembangbiakan kuman penyakit dan vektor-vektor penyakit serta dapat
menimbulkan penyakit yang disebut “water borne disease” ( Sihite,2000).
Penjual makanan jajanan yang memiliki tempat penampungan sampah ada
15 orang penjual dan yang tidak memiliki ada 5 orang saja, namun yang memiliki
tempat tutup hanya ada 10 orang penjual makanan jajanan. Tempat sampah yang
dimiliki berupa keranjang sampah yang terbuka. Mereka akan membuang sampah
apabila keranjang tersebut telah penuh. Hal ini akan menimbulkan gangguan
estetika dan dapat mengontaminasi makanan. Sedangkan yang tidak memiliki
tempat sampah hanya mengumpulkan sampahnya ke kantong goni yang besar
setelah penuh baru dibuang.
Sampah di wilayah dapur harus dimasukkan ke dalam tempat sampah yang
tertutup dan kedap air, dipisahkan antara sampah basah (garbage) dan sampah kering (rubbish) masing-masing mempunyai tempat sendiri, waktu pengangkutan sampah harus diperhatikan jangan sampai berceceran atau menimbulkan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Terdapat 2 (20%) jenis makanan jajanan yaitu Es Jagung, Es Campur yang
dijajakan di kantin dan luar sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang yang menggandung Bakteri Escherichia Coli. 2. Terdapat 6 (60%) jenis makanan jajanan yaitu 3 kerupuk berwana merah,
2 saos, 1 somboi yang dijajakan di kantin dan luar sekolah di Sekolah
Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang yang mengandung
Rhodamin B.
3. Higiene sanitasi makanan jajanan yang dijajakan di kantin dan luar
sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
secara keseluruhan tidak memenuhi syarat kesehatan yang meliputi
pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan
makanan,penyimpanan makanan yang sudah masak, pengangkutan
makanan, penyajian makanan.
6.2 Saran
1. Bagi setiap penjual makanan jajanan di kantin dan luar sekolah,
diharapkan menjaga higiene sanitasi saat menjamah ataupun mengolah
makanan dan minuman, seperti menggunakan alat/alas tangan ketika
menjamah makanan jajanan agar tangan tidak kontak langsung dengan
tutup yang bersih agar terhindar dari debu dan pencemar serta menjaga
kebersihan tangan dan kuku.
2. Kepada siswa agar lebih teliti dalam membeli makanan jajanan yang dijual
di kantin sekolah dan di luar sekolah, jangan terlalu mengemari minuman
yang berwarna terang dan menarik.
3. Bagi instansi terkait Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),
hendaknya mengadakan penyuluhan tentang higiene sanitasi makanan
jajanan kepada penjual serta melakukan pengawasan terhadap makanan
jajanan sehingga makanan jajanan yang dijajakan di sekolah-sekolah dapat