UNIVERSITAS INDONESIA
UJI MARSHALL PADA CAMPURAN PANAS POLIMER SBR
TERHADAP BETON ASPAL ANTARA AGREGAT DENGAN
ASPAL KONVENSIONAL NON LOKAL
SKRIPSI
Evfrat Sinna Al Akbar
1006703332
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA
PEMINATAN FISIKA MATERIAL DEPOK
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Evfrat Sinna Al Akbar
NPM : 1006703332
Program studi : Fisika
Peminatan : Fisika Material
Judul : Uji Marshall Pada Campuran Panas Polimer SBR Terhadap Beton Aspal Antara Agregat dengan Aspal Konvensional Non-lokal
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia
Menyetujui,
Pembimbing : Dr. rer. nat. Kebamoto ( )
Penguji I : Dr. Muhammad Hikam, M.Sc. ( )
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini :Nama : Evfrat Sinna Al Akbar NPM : 1006703332
Program Studi : S1 Fisika Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Uji Marshall Pada Campuran Panas Polimer SBR Terhadap Beton Aspal Antara Agregat dengan Aspal Konvensional Non-lokal
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (Database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 4 Juni 2014 Yang Menyatakan,
Uji Marshall Pada Campuran Panas Polimer SBR Terhadap Beton Aspal
Antara Agregat dengan Aspal Konvensional Non-lokal
Evfrat Sinna Al Akbar [1], Kebatomo Tanabi [1]
1. Departemen Fisika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia Email : evfrat.sinna@ui.ac.id , ktanabi@yahoo.com
Abstrak
Telah dilakukan penelitian mengenai Polimer SBR untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hotmix menggunakan Aspal Non-lokal (Esso). Agregat yang tercampur dengan komposisi optimum, dipanaskan hingga suhu 150oC lalu dicampurkan dengan Aspal, kemudian diaduk. Saat suhu turun hingga 80oC, Polimer SBR dimasukkan ke dalam hotmix dan diaduk kembali. Setelah itu, dimasukkan ke dalam cetakan dan dilakukan pemadatan 2x75 kali tumbukan hingga dilakukan pengujian Marshall. Hasil pengujian Marshall yang mencampurkan hotmix dengan Polimer SBR dengan komposisi 1% dan 2% variasi 1:0, 1:1, 1:3, dan 1:6, yakni nilai Stabilitas berada antara 200-350 Kg, nilai Kelelehan berada antara 4,8-5,8 mm, VIM berada antara 11-18 %, VMA berada antara 18-24 %, dan nilai MQ berada antara 30-107 Kg/mm. Polimer SBR ini terlihat berpengaruh pada hotmix terhadap peningkatan kelelehan, namun stabilitas justru menurun. Hal ini karena Polimer SBR bersifat merekat, yang akan memberikan kelenturan yang lebih baik.
Kata kunci : Hotmix ; Polimer SBR ; Pengujian Marshall.
Abstract
This work has been performed to evaluate the influence of SBR Polymer on asphalt hotmix using imported asphalt, so called ESSO asphalt. Using technical standard compositions of aggregates and Esso asphalt were heated separately until 150oC and then mixed together until the homogenity reached. Following this mixtured procedure, this materials were cooled in air until the temperature reached to 80oC and then compacted for Marshall test. The SBR Polymer composition were variated by persentage 1% and 2% and by ration between SBR Polymer and water of 1:0, 1:1, 1:3 and 1:6 were compacted using Proctor standard procedure. The Mashall test shows the results: stability between 200-350 Kg, flow between 4.8-5.8 mm, VIM between 11-18 %, VMA between 18-24 %, and MQ value between 30-107 Kg/mm. The work concluded that the influence of SBR Polymer addition on Esso asphalt hotmix shows the increasing of the flow but decreases the stability due to the adhesive properties of the SBR polymer and therefore increase the ductility of the asphalt concrete.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan transportasi pada beberapa tahun belakangan ini semakin pesat, khusunya transportasi darat. Volume kendaraan yang melalui jalan raya pun tiap harinya semakin meningkat. Mengingat beton aspal lebih banyak digunakan pada jalan dibandingkan dengan beton semen karena jauh lebih murah, maka diperlukan beton aspal dengan kekuatan yang cukup baik.
Kerusakan jalan di Indonesia umumnya disebabkan oleh pembebanan yang berlebihan karena banyaknya arus kendaraan yang lewat sebagai akibat pertumbuhan jumlah kendaraan yang cepat terutama kendaraan komersial dan perubahan lingkungan atau oleh karena fungsi drainase yang kurang baik.
Dengan semakin banyaknya permintaan akan pembangunan, perbaikan dan perawatan jalan raya, maka kualitas dari beton aspal tersebut perlu ditingkatkan. Polimer SBR (Styrene Butadiene Rubber) adalah salah satu bahan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas beton aspal. SBR ini berbentuk lateks cair dan akan dicampurkan dengan beton aspal untuk meningkatkan kualitas beton aspal.
2. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba mencampurkan polimer SBR (Styrene
Butadiene Rubber) pada Hotmix. Variasi komposisi dilakukan berbagai macam komposisi
polimer SBR yakni 1% dan 2%. Proses pembuatannya antara lain untuk mencari pencampuran agregat pada keadaan optimum, menghitung berat jenis dari agregat, mencampurkan aspal konvensional non lokal pada agregat, melakukan proses Hotmix hingga suhu 150oC, menuangkan polimer SBR ke dalam Hotmix saat suhu turun pada 80oC, melakukan pemadatan, membuat sampel berupa cetakan (mold), hingga melakukan uji Marshall. Kemudian data yang didapat akan dibuat kurva dan dianalisis berdasarkan hasil uji Marshall.
3. Batasan Masalah
Supaya tidak terjadi perluasan dalam pembahasan, maka diberikan batasan-batasan secara teknis sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur dan Material, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia – Depok.
2. Aspal yang digunakan adalah Aspal Esso (PT Jaya Trade Indonesia, Cirebon) dengan penetrasi 60/70 dengan komposisi 6%.
3. Agregat kasar, medium, halus dan filler yang digunakan dari Laboratorium Struktur dan Material, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia – Depok.
4. Variasi presentase Polimer SBR terhadap banyaknya campuran Hotmix (total berat agregat dan aspal konvensional) yaitu 0%, 1% dan 2%, dengan perbandingan Polimer SBR terhadap Air yaitu (1:0), (1:1), (1:3), dan (1:6).
5. Gradasi yang digunakan dari Standar Nasional Indonesia (SNI 03-1737-1989) Laston.
6. Penentuan spesifikasi gravity batuan dan analisa campuran agregat. 7. Uji Marshall standar dengan 2x75 kali tumbukan (pemadatan sampel).
4. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari beton aspal antara agregat dengan aspal non lokal 2. Mempelajari beton aspal ditambah dengan polimer SBR.
3. Mengetahui pengaruh kualitas beton aspal pada Hotmix dengan polimer SBR.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Aspal
Aspal adalah material bersifat semen berwarna coklat tua sampai hitam, padat atau semi padat, dengan bahan penyusun utamanya adalah bitumen, bisa diperoleh secara alami atau sebagai hasil pengolahan minyak bumi [1].
Aspal berasal dari minyak mentah yang diperoleh melalui proses destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 350oC di bawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak seperti gasoline (bensin), kerosene (minyak tanah) dan gas oil [2].
Aspal minyak bumi perrtama kali digunakan di Amerika Serikat untuk perlakuan jalan pada tahun 1894. Bahan-bahan pengeras jalan aspal sekarang berasal dari minyak mentah domestik bermula dari ladang-ladang di Kentucky, Ohio, Michigan, Illinois, Mid-Continent,
Gulf-Coastal, Rocky Mountain, California, dan Alaska. Sebesar 32 juta ton telah digunakan pada tahun 1980 [5].
2. Agregat
Secara umum, lebih dari 90% dari berat material jalan merupakan agregat. Agregat adalah partikel - partikel butiran mineral yang digunakan dengan kombinasi berbagai jenis bahan perekat membentuk massa beton atau sebagai bahan dasar jalan.
Agregat yang dipergunakan dalam pembuatan aspal beton, secara umum mempunyai persyaratan terhadap sifat-sifatnya, antara lain : susunan butir (gradasi), kebersihan agregat (cleanlines), berat jenis dan penyerapan air, bentuk dan tekstur [3].
Sifat fisik agregat dan hubungannya dengan kinerja campuran antara lain :
1. Gradasi
Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya yang merupakan hal penting dalam menentukan stabilitas perkerasan, berpengaruh terhadap besarnya volume rongga (void), dan stabilitas dalam campuran [4].
2. Kebersihan Agregat (cleanlines)
Kebersihan agregat ditentukan oleh banyaknya bahan impurities yang ada pada agregat seperti butiran yang lewat saringan no. 200 [4].
3. Berat Jenis Agregat dan Penyerapan Air
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dengan berat volume air. Berat jenis agregat sangat penting karena digunakan untuk menentukan komposisi berat pada rancangan campuran [4].
4. Bentuk Butir dan Tekstur Agregat
Bentuk butir agregat secara umum dapat ditemui dalam bentuk bulat, lonjong, pipih, kubus, tak beraturan, atau mempunyai bidang pecah. Tekstur agregat merupakan suatu kondisi yang menunjukkan susunan permukaan butir agregat, yang dibedakan dalam kondisi licin, kasar, atau berpori [4].
3. Styrene Butadiene Rubber (SBR)
Styrene Butadiene Rubber merupakan kopolimer dari stirena ( CH2 = CH - C6H5 ) dengan butadiene ( CH2 = CH - CH = CH2 ). SBR yang diproduksi pada suhu 50oC
menghasilkan jenis karet panas (hot SBR), sedangkan pada suhu 4oC dinamakan karet dingin (cold SBR) [5]. SBR ini merupakan salah satu polimer organik yang memperlihatkan resiliensi (daya pegas) atau kemampuan meregang dan kembali ke keadaan semula dengan cepat [6]. Bahan ini terdispersi dengan stabil dalam suatu surfaktan yang mengandung air, berwarna putih seperti susu [7].
Beberapa jenis SBR seperti Syntetic Rubber telah digunakan pada bidang jalan untuk bahan pencampur aspal panas dengan hasil yang memuaskan. Didapat hasil dengan penambahan Syntetic Rubber sebesar 3% dalam aspal akan menaikkan ketahanan aspal pen 60 terhadap suhu dan menurunkan Aging Index. Sedangkan pada aspal pen 80, penambahan 3%
Syntetic Rubber menaikkan kepekaan aspal terhadap suhu [8].
4. Pengujian Marshall
Pengujian Marshall pertama kali diperkenalkan oleh Bruce Marshall, yang hingga saat ini telah dikembangkan oleh U.S. Corps of Engineer. Pengujian ini berguna untuk mengukur kinerja dari beton aspal. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan (flow) dari campuran aspal dan agregat. Ketahanan (stabilitas) adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis. Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban batas runtuh [4]
Gambar 3.1 Alur Proses Penelitian
1. Pengujian Agregat
Pengujian terhadap agregat kasar, medium, dan halus dilakukan menggunakan standar SK-SNI, SII, ASTM, atau standar lainnya. Sedangkan pengujian campuran polimer SBR Cair dengan Hotmix menggunakan metoda Marshall, meliputi uji fisik dan uji mekanik.
2. Analisa Saringan Gradasi Agregat
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui susunan butiran di dalam agregat. Susunan butiran dalam agregat sangat mempengaruhi rongga dan stabilitas dari campuran. Karena ke dua sifat tersebut disyaratkan oleh Litbang Jalan atau Asphalt Institute, maka sebelum agregat digunakan sebagai bahan campuran, terlebih dahulu harus dilakukan analisa saringan. Jika
dari hasil analisa saringan ternyata gradasinya tidak memenuhi syarat, dapat dilakukan penggabungan agregat lain atau menambahkan filler berupa cement.
3. Pembuatan dan Pengujian Sampel
Hasil dari analisa saringan yang didapat merupakan parameter untuk menentukan komposisi optimal agregat pada campuran. Cara penggabungan ke tiga agregat tersebut menggunakan metoda grafis, sehingga akan didapat persentase berat masing - masing agregat. Apabila belum mencapai standar yang sudah ada, maka bisa ditambahkan filler berupa cement agar mencapai standar.
Setelah didapat komposisi optimal dari agregat pada campuran, selanjutnya dapat membuat sampel untuk pengujian Marshall. Setiap satu sampel berbentuk briket membutuhkan total campuran tidak kurang dari 1200 gram agregat yang dicampur dengan aspal konvensional, dalam hal ini aspal konvensional non lokal Esso. Dengan mencampurkan persen optimal dari aspal campuran panas sebesar 6% dan polimer SBR dengan variasi 1% dan 2%, yang masing - masing memiliki perbandingan polimer SBR terhadap air yakni 1:0 ; 1:1 ; 1;3 ; 1:6, maka briket sampel pada pengujian Marshall akan bisa dibuat dengan komposisi - komposisi yang sudah ada.
Pembuatan sampel dilakukan dengan cara mencampur ketiga agregat ke dalam wadah
hotmix dan dipanaskan serta diaduk - aduk hingga suhu 150 oC. Di wadah yang lain, aspal
konvensional non lokal Esso juga harus dipanaskan terlebih dahulu hingga di atas suhu 130 oC.
Setelah wadah hotmix sudah mencapai suhu 150 oC, api bisa dimatikan dan hotmix bisa diangkat. Setelah diangkat, agregat dan aspal dicampur pada suhu 150 oC, yakni menjadi hotmix. Setelah itu diaduk - aduk agar campurannya merata. Saat suhu hotmix turun hingga 80 oC, baru dimasukkan polimer SBR, dan diaduk hingga merata. Selanjutnya, campuran tersebut dimasukkan ke dalam cetakan. Kedua lapis bagian permukaannya ditumbuk dari atas dan bawah dengan alat pemadat sebanyak masing - masing 75 kali. Setelah tumbukan selesai, diamkan sampel dalam cetakan selama 24 jam, setelah itu baru dibuka dari cetakan.
1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar, Medium, dan Halus
Tabel 4.1 Berat jenis agregat dan penyerapan air
Jenis Agregat Berat Jenis
Semu Berat Jenis Bulk Berat Jenis SSD Penyerapan Air Agregat Kasar 2,52 2,36 2,43 2,67% Agregat Medium 2,56 2,36 2,44 3,27% Agregat Halus 2,68 2,55 2,60 1,83%
Dari data baik agregat kasar, medium, dan halus dapat diklasifikasikan sebagai agregat normal, karena nilai berat jenis agregat sebagai standar untuk bahan konstruksi jalan berada pada kisaran 2,4 - 2,9. Untuk nilai penyerapan air, batasan maksimum untuk konstruksi jalan adalah 3%. Berdasarkan data, terlihat agregat kasar dan halus masih memenuhi standar. Namun untuk agregat medium, nilai yang didapat yakni 3,27%, dimana nilai tersebut melebihi standar. Sama halnya dengan berat jenis, hal tersebut kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengelapan agregat sebelum ditimbang.
2. Pengujian Analisa Saringan Gradasi Agregat
Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan komposisi yang optimum dari beberapa agregat yang sudah tersedia agar campurannya menjadi optimum dengan menentukan susunan butiran dalam agregat agar memenuhi standar. Standar yang digunakan pada pengujian ini yakni adalah ASTM.
Tabel 4.2 Analisa Gradasi Campuran Gabungan (Agregat + Filler)
Saringan Agregat Kasar
Agregat
Medium Agregat Halus Filler Total Spek Laston 100% 19% 100% 20% 100% 60% 100% 1% 3/4" 100 19.00 100 20.00 100.00 60.00 100.00 1.00 100.00 100 1/2" 92.06 17.49 83.08 16.62 100.00 60.00 100.00 1.00 95.11 80-100 3/8" 29.63 5.63 81.59 16.32 100.00 60.00 100.00 1.00 82.95 70-90 #4 9.08 1.73 22.89 4.58 89.90 53.94 100.00 1.00 61.24 50-70 #8 2.13 0.41 6.27 1.25 66.12 39.67 100.00 1.00 42.33 35-50 #30 3.48 0.70 33.50 20.10 100.00 1.00 21.79 18-29 #50 20.58 12.35 100.00 1.00 13.35 13-23 #100 13.20 7.92 100.00 1.00 8.92 8-16 #200 5.44 3.26 100.00 1.00 4.26 4-10
Dengan hasil tersebut, maka hasil penggabungan komposisi yakni 19% Agregat Kasar ; 20% Agregat Medium ; 60% Agregat Halus ; dan 1% Filler berupa cement.
3. Perhitungan berat jenis agregat dan semu efektif pada campuran agregat
Dengan menggunakan rumus berikut, didapatkan Berat Jenis Agregat Efektif dan Berat Jenis Bulk Efektif dari Berbagai Agregat dan Filler, yakni :
Berat Jenis Agregat Efektif (gram) :
100
% agregat kasar+ % agregat medium+ % agregat halus
berat jenis semu agregat +berat jenis % !"##$%semu Berat Jenis Bulk Efektif (gram) :
100
% agregat kasar+ % agregat medium+ % agregat halus
berat jenis bulk agregat +berat jenis % !"##$%semu
Berat Jenis Agregat Efektif (gram) : Agregat Kasar = 2,524 Agregat Medium = 2,564 Agregat Halus = 2,683
Berat Jenis Bulk Efektif (gram) Agregat Kasar = 2,365 Agregat Medium = 2,365 Agregat Halus = 2,554
dirata - ratakan maka akan didapatkan perhitungan, yakni :
Berat Jenis Agregat Efektif (gram) : 2,590 Berat Jenis Bulk Efektif (gram) : 2,428
4. Perhitungan Berat Jenis Effektif Aspal Non Lokal (Esso)
A = Berat Contoh = 36,26 gr
B = Berat Contoh + Air = 59,83 gr C = Berat Contoh + Aspal = 50,57 gr D = Berat Contoh + Aspal + Air = 60,28 gr [9].
Bj Aspal eff. = !!! !!! ! !!!
= !",!"!!",!"
= 1,032 gr
5. Hasil Pengujian Marshall
Pengujian ini merupakan pengujian benda sampel berupa bricket yang campurannya, yakni hotmix antara agregat dengan aspal konvensional non lokal Esso yang dicampurkan dengan polimer SBR saat suhu telah mencapai 80oC. Dengan menggunakan alat pengujian Marshall, didapatkan data Stabilitas, Kelelehan, VIM, VMA, dan Hasil Bagi Marshall, yakni sebagai berikut :
a. Stabilitas
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara Stabilitas dengan Polimer terhadap Air
Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa nilai stabilitas dengan menggunakan SBR, baik pada SBR 1% maupun SBR 2% menjadi turun. Nilai stabilitas turun dikarenakan kecilnya presentase polimer yang diberikan pada hotmix yang menyebabkan polimer tidak dapat menyelimuti hotmix secara keseluruhan. Dengan semakin banyaknya air, maka komposisi SBR semakin sedikit, sehingga butiran polimernya menjadi jarang, akibatnya daya rekat antara polimer dengan hotmix menjadi lemah.
b. Kelelehan (Flow) 618.51 274.89 274.89 297.80 320.71 618.51 274.89 343.62 206.17 251.98 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 800 850 0 : 0 1 : 0 1 : 1 1 : 3 1 : 6 Stabilitas (Kg)
Polimer terhadap Air
SBR 1% SBR 2% Min
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara Kelelehan dengan Polimer terhadap Air
Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa nilai kelelehan berada pada kisaran 3 - 5 mm. Nilai kelelehan tertinggi ada pada saat ditambahkan SBR 2% dibandingkan dengan ditambahkan SBR 1%. Itu berarti, makin pekat suatu polimer SBR, maka semakin banyak butiran polimernya. Dengan memiliki kemampuan meregang yang tinggi, polimer SBR akan memberikan nilai flow yang lebih besar.
c. VIM (Void In Mixture)
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara VIM dengan Polimer terhadap Air
Jika nilai VIM (Void In Mix) yang terlalu tinggi berkurangnya keawetan dari lapis keras karena rongga yang terlalu besar akan memudahkan masuknya air dan udara kedalam lapis perkerasan. Udara akan mengoksidasi aspal sehingga selimut aspal menjadi tipis dan kohesi aspal menjadi berkurang. Jika hal ini terjadi akan menimbulkan
5.07 4.8 4.9 5.45 5.38 5.07 5 5.8 5.6 5.3 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 : 0 1 : 0 1 : 1 1 : 3 1 : 6 Kelelehan (mm)
Polimer terhadap Air
SBR 1% SBR 2% Min Max 11.12 15.2 15.1 16.71 15.57 11.12 15.71 17.17 17.06 14.96 0 5 10 15 20 0 : 0 1 : 0 1 : 1 1 : 3 1 : 6
% Rongga terhadap Campuran
(VIM)
Polimer tehadap Air
SBR 1% SBR 2% Min Max
pelepasan butiran (raveling), sedangkan air akan melarutkan bagian aspal yang tidak teroksidasi sehingga pengurangan jumlah aspal akan lebih cepat.
d. VMA (Void In Mineral Agregat)
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara VMA dengan Polimer terhadap Air
Dilihat dari Gambar 4.4 yakni nilai VMA pada SBR 1% dan 2% berada pada standar Departemen Pekerjaan Umum, yakni minimal 15. Data yang didapat berada pada kisaran 18 - 24. Nilai VMA ini merupakan % rongga dalam agregat, yakni rongga udara yang terdapat diantara agregat - agregat pada campuran beton aspal yang sudah dipadatkan. VMA berguna untuk menampung rongga udara yang ada pada mineral agregat terhadap campuran keseluruhan. Semakin tinggi atau rendah suhu pencampurannya dari standar, maka akan menjadikan campuran beton aspal sulit dipadatkan.
e. Hasil Bagi Marshall
Gambar 4.5 Grafik hubungan antara Hasil Bagi Marshall dengan Polimer terhadap Air
18.04 21.77 21.68 23.16 22.11 18.04 22.25 23.59 23.49 21.55 0 5 10 15 20 25 0 : 0 1 : 0 1 : 1 1 : 3 1 : 6
% Rongga terhadap Mineral
(VMA)
Polimer tehadap Air
SBR 1% SBR 2% Min 106.74 50.11 47.4 45.35 50.37 106.74 48.11 50.06 30.56 40.17 0 50 100 150 200 250 300 0 : 0 1 : 0 1 : 1 1 : 3 1 : 6 Hasil B agi Marshall ( Kg/mm)
Polimer terhadap Air
SBR 1% SBR 2% Min
Data yang didapat berada pada kisaran 30 - 107. Nilai Hasil Bagi Marshall merupakan nilai hasil bagi dari stabilitas setelah dikalibrasi dan dikoreksi tinggi benda uji dengan kelelehan.
Hasil Bagi Marshall (Marshall Quotient) berpengaruh pada kekuatan dan kelenturan pada jalan agar tidak mengalami keretakan. Semakin besar nilai MQ, maka sifat fisik dari jalan akan semakin baik. Sebaliknya semakin kecil nilai MQ, maka sifat fisik dari jalan akan semakin kurang baik. Karena nilai stabilitas setelah dicampurkan Polimer SBR menurun, oleh karena itu nilai MQ menjadi rendah.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan yakni sebagai berikut : 1. Komposisi optimum campuran agregat yakni 19% Agregat Kasar 10-20mm, 20%
Agregat Medium (Screening), 60% Agregat Halus, dan 1% filler.
2. Pada campuran polimer SBR 1% dan 2%, sifat fisik berupa stabilitas menurun. Namun untuk nilai kelelelahan (flow) banyak meningkat dibandingkan dengan tanpa Polimer SBR. Hal ini menambah kelenturan pada kualitas beton aspal, karena sifat resiliensi Polimer SBR yang baik.
3. Penentuan hasil Marshall Test dipengaruhi oleh bahan material (Agregat dan Aspal) yang telah diuji secara optimum dan proses pembuatan sampel, baik pencampuran bahan material maupun pemadatan benda uji secara baik dan sesuai standar yang berlaku.
2. Saran
Dari hasil pengujian yang dilakukan, diberikan saran yakni sebagai berikut:
1. Perlu dikaji lebih luas mengenai pengaruh Polimer SBR terhadap beton aspal pada hotmix dengan menambah variasi komposisi presentasi yang lebih banyak.
2. Suhu pencampuran dan pemadatan sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian, oleh karena itu untuk mendapatkan suhu yang akurat perlu digunakan termometer digital.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Society for Testing and Materials, (1997) ASTM Standard, Section 4, volume 04.03, The ASTM, Philadelphia
2. Wignall, Arthur et al. 2003. Proyek Jalan Teori dan Praktek. Jakarta : Erlangga
3. Atkins H.N, 1997, Highway Materials, Soils and Concretes, 3th Edition Prentice Hall, New Jersey
4. Sukirman S, 1999 , Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung
5. V.Ramakrishnan, "Latex Modified Concretes and Mortars", Transportation Research Board, Washington DC, 1992
6. Edwin J. Bart, "Asphalt Science and Technologi", Gordon and Breach, New York, 1962
7. MP Stephens, terjemahan lis Sopyan, "Kimia Polimer", Pradnya Paramita, Jakarta, 2001
8. Tjitjik Wasiah Suroso, "Hasil Penelitian Pendahuluan Pengaruh Penambahan Syntetic Rubber (Polimer) terhadap ketahanan Aspal Pen 60 dan 80 terhadap suhu (Pi) dan Pelapukan (Aging Index)", Jurnal Pusat Litbang Jalan 3(XII), Bandung, Oktober 1995
9. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Indonesia, 2014, Spesifikasi Umum