• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh : MUHAMMAD AMIN NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU DI AREAL ARBORETUM POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA. Oleh : MUHAMMAD AMIN NIM"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

MUHAMMAD AMIN

NIM. 100500025

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

(2)

Oleh :

MUHAMMAD AMIN

NIM. 100500025

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

(3)

Oleh :

MUHAMMAD AMIN

NIM. 100500025

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2013

(4)

Judul Karya Ilmiah : Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di Areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Nama : Muhammad Amin

NIM : 100500025

Program Studi : Manajemen Hutan Jurusan : Manajemen Pertanian

Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Ir. Emi Malaysia, MP Dyah Widyasasi, S.Hut, MP Dwinita Aquastini, S.Hut, MP NIP. 19650101 199203 2 002 NIP. 19710103 199703 2 001 NIP. 19700214 199703 2 002

Menyetujui, Mengesahkan,

Ketua Program Studi Manajemen Hutan Ketua Jurusan Manajemen Pertanian

Ir. M. Fadjeri, MP Ir. Hasanudin, MP NIP. 19610812 198803 1 003 NIP.19630805 198903 1 005

(5)

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (di bawah bimbingan Emi Malaysia). Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa kupu-kupu merupakan bagian dari kehidupan di alam, yaitu sebagai salah satu satwa penyerbuk pada proses pembuahan bunga. Hal ini secara ekologis turut memberi andil dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperkaya keanekaragaman hayati. Keberadaan kupu-kupu tidak terlepas dari daya dukung habitatnya, yakni habitat yang memiliki penutupan vegetasi perdu dan pohon yang berakar kuat, serta adanya sungai-sungai yang mengalir. Kerusakan alam seperti berubahnya fungsi areal hutan, sawah dan perkebunan yang menjadi habitat bagi kupu-kupu, dapat menyebabkan penurunan jumlah maupun jenis kupu-kupu di alam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis kupu-kupu dan tumbuhan pakan kupu-kupu-kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang keanekaragaman jenis kupu-kupu dan tumbuhan pakan kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah menangkap kupu-kupu dengan menggunakan jaring serangga. Kupu-kupu-kupu yang ditemukan dimasukan ke dalam toples. Kemudian dibawa ke laboratorium untuk diawetkan dan diidentifikasi dengan cara menyamakan atau membandingkan kupu-kupu yang ditemukan dengan buku literatur, sedangkan untuk tumbuhan pakan kupu-kupu diambil gambarnya secara langsung di lapangan dan diidentifikasi dengan cara menyamakan atau membandingkan pakan yang ditemukan dengan buku literatur tumbuhan.

Berdasarkan hasil penelitian keanekaragaman jenis kupu-kupu di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ditemukan keanekaragaman jenis kupu-kupu sebanyak 29 jenis yang termasuk ke dalam 3 suku (famili), yaitu suku Nymphalidae sebanyak 18 jenis, Papilionidae 6 jenis dan Pieridae 5 jenis. Terdapat 8 jenis tanaman yang menjadi pakan berbagai jenis kupu-kupu yang ada, yaitu: Rumput Ganda Rusa (Asystasia intrusa), Jarongan (Stachytarpheta jamaicensis), Babadotan (Ageratum conyzoides L), Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Tembelekan (Lantana camara), Acmena sp., Globba aurantiaca dan Alpinia sp.

(6)

Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak ke 4 (empat) dari 8 bersaudara dari pasangan Bapak Basri dan Ibu Paisah.

Memulai pendidikan pada tahun 1998 di SDN 004 Nunukan, lulus pada tahun 2004. Pada tahun yang sama melanjutkan sekolah ke SMPN 1 Nunukan, lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan ke SMAN 1 Nunukan dan lulus pada tahun 2010.

Tahun 2010 melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri di Samarinda, yaitu Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mengambil Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Manajemen Hutan. Aktif dalam organisasi HIMA Manajemen Hutan sebagai Koordinator Seksi Minat dan Bakat pada periode tahun 2012 sampai tahun 2013.

Pada tanggal 07 Maret sampai 07 Mei 2013 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (UPT KPHL) Kota Tarakan.

(7)

rahmat dan karunia-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul: Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di Areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda yang dibuat sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang Tua, yang selalu memberikan doa dan dukungannya baik secara

moril maupun materil.

2. Ibu Ir. Emi Malaysia, MP selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah.

3. Ibu Dyah Widyasasi, S.Hut, MP dan Ibu Dwinita Aquastini, S.Hut, MP selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II.

4. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 5. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan. 6. Bapak Ir. Gunanto selaku Kepala Laboratorium Konservasi Jurusan

Manajemen Pertanian.

7. Ibu Asmahwati, A. Md selaku PLP Laboratorium Konservasi dan Ibu Rusdiana Ningsih, A.Md selaku PLP Laboratorium Silvikultur.

8. Alri Wicaksono, Setiawan May Sagianto, Supardi, Nurman dan semua rekan mahasiswa Angkatan 2010 yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu-persatu.

9. Seluruh anggota keluarga atas dukungannya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Harapan Penulis semoga informasi yang tersaji di dalam Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.

Muhammad Amin Kampus Sei Keledang, Juni 2013.

(8)

Halaman

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

A. Uraian Tentang Serangga... 3

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga ... 6

C. Uraian Tentang Kupu-kupu ... 12

D. Keadaan Umum Arboretum Politani Samarinda ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Alat dan Bahan Penelitian... 23

C. Prosedur Penelitian ... 24

D. Analisa Data ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 27

A. Hasil... 27

B. Pembahasan ... 63

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 66

A. Kesimpulan... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(9)

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Tally Sheet Pengamatan... 25

2. Jenis Kupu-kupu Hasil Pengamatan di Arboretum Politani ... 27

3. Tanaman Pakan Kupu-kupu di Arboretum Politani Samarinda ... 53

(10)

1. Data Pengamatan Jenis Kupu-kupu di Areal Arboretum ... 66 2. Data Harian Keadaan Suhu pada Saat Pengamatan ... 69 3. Data Harian Pengukuran Kelembapan di Arboretum Politani ... 70 4. Dokumentasi Penelitian Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu di

(11)

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Athyma asura aidita ... 29

2. Chetosia hypsea ... 30 3. Doleschallia bisaltide ... 31 4. Elymnias hypermnestra ... 31 5. Faunis stomphax ... 32 6. Hypolimnas bolina ?... 33 7. Hypolimnas bolina ? ... 34

8. Hypolimnas bolina phillipines ... 35

9. Ideopsis vulgaris ... 35

10. Junonia orithya wallacei ? ... 36

11. Junonia orithya wallacei ?... 37

12. Junonia iphita... 38

13. Melanitis leda leda ... 39

14. Moduza procris ... 40 15. Mycalesis fuscum ... 40 16. Parantica agleoides ... 41 17. Parantica aspasia-apasia ... 42 18. Yphtima sp. ... 43 19. Papilio demoleus ? ... 44 20. Papilio demoleus ? ... 45 21. Papilio memnon ? ... 45 22. Papilio memnon ? ... 46 23. Papilio nephelus ? ... 47 24. Papilio nephelus ?... 48 25. Appias libythea ? ... 49 26. Appias libythea ? ... 50 27. Catopsilia scylla ... 51 28. Eurema blanda ... 51

(12)

32. Babadotan (Ageratum conyziodes L) ... 56

33. Bunga Kupu-kupu (Bauhinia purpurea)... 57

34. Tembelekan (Lantana camara) ... 59

35. Acmena sp. ... 60

36. Globba aurantiaca ... 61

37. Alpinia sp. ... 62

Lampiran 38. Penangkapan Kupu-kupu ... 75

39. Pengambilan Data Suhu dan Kelembapan ... 75

40. Merentangkan Kupu-kupu ... 75

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Anonim (2007a), kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga dari ordo Lepidoptera yang memiliki kombinasi corak warna yang variatif sehingga banyak diminati oleh masyarakat. Kupu-kupu merupakan bagian dari kehidupan di alam, yaitu sebagai salah satu satwa penyerbuk pada proses pembuahan bunga. Hal ini secara ekologis turut memberi andil dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperkaya keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, perubahan keanekaragaman dan kepadatan populasinya bisa dijadikan sebagai salah satu indikator kualitas lingkungan.

Keberadaan kupu-kupu tidak terlepas dari daya dukung habitatnya, yakni habitat yang memiliki penutupan vegetasi perdu dan pohon yang berakar kuat, serta adanya sungai-sungai yang mengalir. Kerusakan alam seperti berubahnya fungsi areal hutan, sawah dan perkebunan yang menjadi habitat bagi kupu-kupu dapat menyebabkan penurunan jumlah maupun jenis kupu-kupu di alam.

Indonesia mewakili lebih dari 2.000 jenis kupu-kupu. Jumlah yang hanya disaingi oleh beberapa negara di Amerika Selatan. Kupu-kupu yang mendominasi adalah jenis Papilionade yaitu 121 dari 573 di dunia. Ada sekitar 500 - 1.000 jenis kupu-kupu di setiap pulau besar, tetapi beberapa diantaranya juga terdapat di pulau-pulau kecil. Persebaran kupu-kupu terbatas pada faktor geologi, kesesuaian lingkungan dan pesebaran tumbuhan pangan (Anonim, 2007a).

Penelitian tentang kupu-kupu telah diteliti antara lain oleh: Soekardi (2007), melaporkan menemukan sebanyak 37 jenis kupu-kupu yang termasuk ke dalam 5 famili di areal kampus Unila; Widyasasi, dkk. (2008), menemukan

(14)

sebanyak 43 jenis kupu-kupu dan 8 jenis pakan kupu-kupu di areal Jurusan Manajemen Hutan Poltanesa; dan Ahmad (2011), menemukan sebanyak 24 jenis kupu-kupu yang termasuk ke dalam 4 famili serta menemukan sebanyak 6 pakan kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis kupu-kupu dan tumbuhan pakan kupu-kupu-kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang keanekaragaman jenis kupu-kupu dan tumbuhan pakan kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tentang Serangga

Anonim (1992), semua serangga adalah anggota dari phylum Arthopoda yang mempunyai ciri-ciri khusus antara lain: tubuh ruas dan kaki beruas-ruas, contoh klasifikasi serangga sebagai berikut:

Golongan : Animalia

Phylum : Arthopoda

Klas : Insekta

Ordo (bangsa) : Hymenoptera Famili (suku) : Apidae Genus (keluarga) : Aphis

Spesies (jenis) : Aphis mellifera 1. Bagian Tubuh Serangga

Menurut Natawigena (1990), bagian tubuh serangga terdiri dari kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen).

a. Kepala

Kepala merupakan bagian depan dari tubuh serangga, organ yang terdapat pada kepala adalah:

1) Mulut

Keadaan mulut serangga beserta bagian-bagiannya tergantung dari tipe alat mulutnya. Tipe alat mulut tergantung dari stadia perkembangannya dan tergantung dari jenis makanannya.

Pada dasarnya zat makanan yang dibutuhkan tidak berbeda dengan yang dibutuhkan oleh binatang lainnya yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.

(16)

Makanan serangga sangat bervariasi, pada umumnya terdiri dari bagian tanaman termasuk madu, hewan lainnya baik yang masih hidup atau yang sudah mati, sehingga tipe alat mulut serangga bervariasi.

Beberapa tipe alat mulut serangga seperti:

a). Tipe alat mulut menggigit mengunyah, misalnya terdapat pada larva dan imago ordo Coleoptera, nimfa dan imago Orthoptera dan larva ordo Lepidoptera.

b). Tipe alat mulut mengunyah mengisap, misalnya terdapat pada lebah madu (Aphis cerana) ordo Hymenoptera.

c). Tipe alat mulut menjilat mengisap, misalnya terdapat pada lalat rumah ordo Diptera.

d). Tipe alat mulut mengisap, misalnya terdapat pada kupu-kupu dewasa ordo Lepidoptera.

e). Tipe alat mulut menusuk mengisap, misalnya terdapat pada wereng ordo Homoptera.

2) Mata

Pada serangga dewasa maupun nimfa, pada umumnya mempunyai 2 jenis mata yaitu:

1. Mata tunggal

Mata tunggal terdapat pada serangga dewasa dan nimfa terdapat pada bagian depan kepala jumlahnya 3 buah dan membentuk segitiga di antara mata majemuk dan berfungsi untuk menangkap intensitas cahaya.

(17)

2. Mata majemuk

Serangga dewasa dan nimfa mempunyai sepasang mata majemuk yang terdapat pada bagian depan kepala, bentuknya berbeda-beda, ada yang cembung, bulat dan lonjong. Mata majemuk tidak dapat digerakan, tidak dapat ditutup. Ada kemungkinan, bahwa mata majemuk bekerja lebih baik dalam mendeteksi benda-benda sasaran bergerak.

3) Antena

Semua spesies serangga mempunyai sepasang antena yang terdapat pada kepala di atas mulut yang dapat digerakkan. Fungsi antena umumnya sebagai alat perasa dan alat pencium. Fungsi antena lainnya adalah untuk memandu jalan, mendeteksi cahaya, untuk mengetahui tempat-tempat sumber makanan dan mangsa, untuk menemui betinanya, sebagai alat pendengar dan untuk berkomunikasi (pada semut).

b. Dada

Bagian tubuh serangga antara kepala dan perut adalah dada. Dada terdiri dari 3 ruas yaitu: dada depan, dada tengah, dada belakang.

Ketiga bagian ruas dada tersebut memiliki sepasang tungkai (kaki). Pada dada depan terdapat sepasang tungkai depan, pada dada tengah terdapat sepasang tungkai tengah dan pada dada belakang terdapat sepasang tungkai belakang.

Pada dada tengah terdapat sepasang sayap depan dan pada dada belakang terdapat sepasang sayap belakang. Pada jenis serangga yang hanya memiliki sepasang sayap maka sayap tersebut terletak pada dada

(18)

tengah. Secara umum fungsi sayap bagi serangga untuk terbang atau mobilitas.

c. Perut

Perut serangga pada dasarnya terdiri dari 11 ruas, tetapi ruas ke 11 mengecil. Jumlah ruas perut untuk setiap spesies serangga tidak sama akan tetapi pada umumnya tidak lebih dari 10.

Setiap ruas dari perut, pada umumnya memiliki lubang nafas yang terletak di bagian samping kiri kanan perut. Biasanya berjumlah dua pasang terdapat pada dada dan delapan pasang terdapat pada perut. Alat kelamin jantan biasanya terbentuk dari ruas ke 10, sedangkan alat kelamin betina biasanya terbentuk dari ruas ke 8 dan 9.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga

Menurut Suratmo (1982), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan serangga terdiri dari faktor biotik dan faktor abiotik, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Biotik

a. Daya Reproduksi dan Survival

Daya reproduksi adalah kemampuan reproduksi suatu serangga di dalam periode waktu tertentu dari setiap ekor serangga betina yang dewasa pada keadaan sekeliling yang optimum.

Sifat-sifat serangga yang menentukan daya reproduksi adalah: 1) Keperidian adalah kemampuan individu serangga betina untuk

menghasilkan telur.

2) Siklus hidup adalah panjang umur serangga mulai dari telur sampai menjadi dewasa (imago).

(19)

3) Perbandingan seks adalah perbandingan antara jumlah serangga jantan dan dan betina yang dihasilkan dari telur-telurnya.

4) Poliembrioni adalah dua serangga atau lebih yang dapat dihasilkan dari telur.

5) Parthenogenesis adalah perkembangan tanpa pembuahan.

Daya survival (sintas) adalah kemampuan tubuh, cara hidup dan sifat-sifat dari serangga untuk dapat tetap hidup dengan keadaan sekitarnya. Dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, serangga mempunyai kemampuan untuk melindungi diri dari serangan musuhnya, misalnya ada yang mengeluarkan bau untuk menghindari musuhnya serta kupu-kupu memiliki warna yang mirip dengan tempat dia berada.

Daya survival ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:

1) Daya reseptif adalah kemampuan serangga untuk menerima rangsangan dari luar dan memberikan respon terhadap rangsangan tersebut.

2) Daya mobilitas adalah kemampuan serangga baik aktif maupun pasif, tergantung pada organ tubuh yang dimiliki oleh serangga hama. 3) Daya memencar adalah kemampuan serangga untuk menjauhi

tempat asalnya pada saat lingkungan menjadi tidak cocok untuk kehidupan serangga tersebut.

4) Daya kompensasi adalah kemampuan yang dimiliki serangga untuk mengimbangi berbagai kelemahan daya-daya yang lain.

(20)

5) Daya adaptasi adalah kemampuan serangga untuk menyesuaikan diri apabila mengalami keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

b. Kualitas dan Kuantitas Makanan

Kualitas makanan adalah keadaan makanan sesuai (cocok) atau, serangga hama memilih pakan berupa bagian tumbuhan tertentu. Ada serangga hama yang mengkonsumsi daun, jaringan pengangkutan (xilem dan atau floem), epidermis dan lain sebagainya. Variasi kebutuhan jenis pakan ini dapat terjadi pada spesies yang berbeda, pada stadium perkembangan yang berbeda dalam spesies yang sama maupun pada umur serangga yang berbeda.

Kuantitas makanan adalah keadaan makanan dengan jumlahnya cukup atau tidak bagi serangga. Spesies serangga akan semakin banyak variasinya apabila makanan yang tersedia berupa jenis-jenis tanaman inang juga cukup variasinya.

Tersedianya makanan dengan kualitas yang sesuai (cocok) dan kuantitas yang cukup bagi serangga, akan menyebabkan meningkatnya populasi serangga dengan cepat. Sebaliknya apabila keadaan kekurangan makanan, maka populasi serangga dapat menurun.

Faktor-faktor makanan yang mempengaruhi perkembangan populasi serangga yaitu:

1) Banyaknya tanaman inang yang cocok atau disukai. 2) Kerapatan tanaman inang.

3) Komposisi tegakan. 4) Umur tanaman inang.

(21)

5) Adanya tanaman inang lainnya sebagai makanan pengganti bila tanaman inang yang sesuai (cocok) atau disukai telah habis.

c. Parasit dan Predator

Parasit adalah suatu organisme yang hidup di dalam atau di luar tubuh organisme lain, dimana organisme yang pertama mendapat kebutuhan hidupnya dari organisme kedua sehingga organisme kedua dirugikan.

Macam-macam parasit dibedakan atas:

1. Endoparasit adalah parasit yang hidup atau menumpang dalam badan inangnya.

2. Ektoparasit adalah parasit yang hidup atau menumpang di luar badan inangnya.

Bila ditinjau dari stadia inangnya yang diserang, beberapa jenis parasit dapat dibedakan:

a) Parasit telur yaitu parasit yang menyerang stadia telur. b) Parasit larva yaitu parasit yang menyerang stadia larva. c) Parasit pupa yaitu parasit yang menyerang stadia pupa. d) Parasit imago yaitu parasit yang menyerang stadia imago.

Parasit bila ditinjau dari segi kebutuhan hidupnya dapat dibedakan menjadi:

a) Parasit obligat yaitu parasit yang tergantung hanya dari satu inang, artinya tidak mungkin bisa hidup tanpa adanya inang.

b) Parasit fakultatif yaitu parasit yang hidupnya kecuali menjadi parasit, juga bisa hidup tanpa inang.

(22)

Predator adalah suatu organisme yang hidup bebas di alam, yang untuk hidupnya mendapatkan makanan dengan memangsa dan membunuh mangsanya, baik berupa telur, pupa/nimfa ataupun imago. Biasanya selama hidup predator memerlukan lebih dari satu mangsa. 2. Faktor Abiotik

Menurut Suratmo (1982), faktor abiotik yang mempengaruhi perkembangan serangga antara lain sebagai berikut:

a. Suhu

Serangga adalah binatang berdarah dingin artinya suhu badannya sama dengan suhu lingkungan sekelilingnya, karena tergantung pada suhu (temperatur) di sekelilingnya maka untuk hidup, tumbuh dan berkembang dari telur sampai dewasa, suhu di sekitarnya haruslah berada pada daerah temperatur yang cocok untuk perkembangan hidupnya. Ada zona-zona suhu untuk aktifitas kehidupan serangga: 1) Zona batas fatal atas (> 45°C) pada suhu tersebut serangga tidak

dapat bertahan dan akan mati.

2) Zona dorman atas/estivasi (45°C - 38°C) pada suhu tersebut serangga masih dapat bertahan tetapi tidak aktif.

3) Zona efektif atas (38°C - 26°C) pada suhu tersebut serangga efektif melakukan kegiatannya.

4) Zona suhu optimum (26°C) pada suhu tersebut serangga melakukan kegiatan tertinggi/optimum.

5) Zona efektif bawah (26°C - 15°C) pada suhu tersebut serangga efektif melakukan kegiatannya.

(23)

6) Zona dorman bawah/hibernasi (15°C - 0°C) pada suhu tersebut serangga masih dapat bertahan tetapi tidak aktif.

7) Zona batas fatal bawah (< 0°C) pada suhu tersebut serangga tidak dapat bertahan dan akan mati.

b. Hujan/Kelembapan

Butiran air hujan yang kecil dan ringan tidak banyak berpengaruh pada serangga, tetapi untuk hujan yang deras dengan butiran yang besar dapat membunuh serangga dan dapat mencampakkan serangga ke tempat yang banyak musuhnya atau ke tempat yang tidak ada makanannya. Selain itu banjir dan hujan lebat dapat mematikan berbagai macam jenis kupu-kupu yang sedang terbang, dapat menghanyutkan larva yang baru menetas.

Pengaruh kelembapan pada perkembangan serangga misalnya pada Thrips (ordo Thysanoptera) menghendaki kelembapan di atas 70 % untuk dapat berkembang dengan normal.

c. Angin

Pengaruh langsung dari angin misalnya karena angin, suatu serangga dapat menyebar ke daerah yang jauh hingga dapat menemukan makanan dan tempat yang baru untuk kehidupan serangga, tetapi dapat juga karena angin suatu serangga dapat terbawa ke tempat yang tidak ada makanannya dan banyak musuhnya.

Contoh pengaruh angin yaitu angin yang kencang dapat membunuh kupu-kupu, akibat pengaruh angin maka kutu loncat lamtoro Heteropsylla cubana dapat menyebar dari suatu tempat ke tempat lainnya sehingga dalam waktu yang singkat (pada tahun 1986) telah terjadi

(24)

penjangkitan hama pada tanaman Lamtoro gung meliputi daerah yang sangat luas.

d. Cahaya

Cahaya adalah faktor yang mempengaruhi bagi serangga. Banyak jenis serangga yang memiliki reaksi positif terhadap cahaya, misalnya tertarik pada cahaya lampu atau api, seperti biasanya terjadi pada malam hari atau yang bergerak aktif pada malam hari.

Faktor-faktor abiotik tersebut di atas bersama-sama menentukan suatu keadaan cuaca (dalam jangka waktu yang pendek) atau iklim (dalam jangka waktu yang panjang). Faktor abiotik ini dapat menyebabkan kematian serangga atau dapat pula menyebabkan timbulnya epidemi suatu serangga.

C. Uraian Tentang Kupu-kupu

Menurut Noerdjito dan Aswari (2003), kupu-kupu dan ngengat merupakan serangga terbang yang mengalami metamorfosa sempurna karena kehidupannya dimulai dari telur-larva-pupa-dewasa. Di dalam menjalani daur hidup tersebut kupu-kupu dan ngengat hanya memerlukan makan pada fase larva dan dewasa. Pada fase larva, kupu-kupu dan ngengat dikenal juga sebagai ulat. Makanan ulat berupa bagian-bagian dari tumbuh-tumbuhan termasuk buah dan biji, oleh karena itu mulut ulat memiliki bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk menggigit dan mengunyah.

Kupu-kupu dan ngengat (fase dewasa) dapat hidup apabila memakan nektar bunga menggunakan mulutnya yang berbentuk selang penghisap yang disebut probosis.

(25)

Perbedaan antara kupu-kupu dan ngengat dapat dilihat dari prilaku dan bentuknya (Noerdjito dan Aswari, 2003):

- Ngengat hinggap dengan kedua pasang sayap terbuka, sedangkan kupu-kupu tertentu tertutup.

- Ngengat aktif pada malam hari dan umumnya tertarik cahaya lampu, sedangkan kupu-kupu aktif di siang hari.

- Ngengat mempunyai antena (sungut) pendek dan bentuknya mirip bulu, beberapa jenis ujungnya membesar sedangkan antena kupu-kupu langsing, gilig seperti lidi dengan ujung membesar.

- Ulat atau larva ngengat mempunyai kaki semu (kaki perut) kurang dari 5 pasang, sedangkan larva kupu-kupu mempunyai 5 pasang kaki semu (kaki perut).

- Pupa ngengat dalam kokon sutera, sedangkan pupa kupu-kupu telanjang dan umumnya pada bagian ujung dilengkapi dengan substansi sutera atau tali sutera untuk menopang pelekatannya pada substrat.

1. Bentuk tubuh

Menurut Noerdjito dan Aswari (2003), kupu-kupu mempunyai tubuh yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala, dada dan perut. Seperti serangga lainnya, tubuh kupu-kupu dipotong oleh kerangka luar “exosceleton” tempat otot dan organ dalam melekat di sisi bagian dalam. Kepala dan dada dilengkapi dengan otot-otot yang berperan sebagai alat gerak dari bagian-bagian mulut dan sayap. Sebagian besar rangka luar berupa lapisan kitin yang tidak tembus air dan tidak larut dari asam organik. Di alam, serangga mati hanya dapat dirombak dengan bantuan mikro organisme.

(26)

Kepala kupu-kupu gerakannya terbatas, terdiri atas 6 ruas. Tiga ruas pertama berasosiasi dengan 3 komponen sensori yaitu mata majemuk, mata tunggal dan antena atau sungut. Tiga ruas kepala lainnya berasosiasi dengan bagian mulut. Mandibula (rahang bawah) kupu-kupu yang asalnya sebagai alat penggigit, mereduksi. Maksila beradaptasi sebagai alat pengisap, berbentuk belahan tabung yang bersatu disebut probosis. Apabila tidak sedang digunakan probosis ini digulung, dan dapat dijulurkan kembali untuk mengisap nektar bunga. Palbus labialis, merupakan bagian bibir yang sangat sensitif sebagai alat peraba.

Antena, terletak di ujung kepala dan dapat digerakkan ke segala arah, biasanya lembut seperti benang. Pada beberapa famili, antena bagian ujung membesar, berganda, berambut, berbentuk mirip sisir di kedua sisinya atau bahkan berbentuk mirip bulu. Antena juga dilengakapi dengan sel-sel saraf yang befungsi sebagai alat pencium dan peraba.

Mata majemuk terletak di kedua sisi kepala, yang tersusun oleh unik optik yang disebut omatidia. Kupu-kupu mempunyai mata yang cukup tajam terutama untuk jarak dekat, sehingga kupu-kupu mampu terbang di antara pepohonan. Di samping mata majemuk, kupu-kupu mempunyai mata tunggal. Mata tunggal ini tersembunyi atau tertutup oleh rambut-rambut halus sehingga mata tunggal sulit dilihat tanpa menyingkapkan rambut-rambut tersebut. Fungsi dari mata tunggal ini tidak diketahui sepenuhnya mungkin hanya sebagai alat bantu mempertajam penglihatan dari kerja mata majemuk.

Dada kupu-kupu sangat berbeda dengan kepala dan abdomen. Dada ini tempat melekatnya kepala yang dihubungkan oleh selaput tipis yang

(27)

merupakan leher sehingga kepala dapat digerakkan. Dada kupu-kupu dilengkapi dengan ruas-ruas yang kuat membentuk kotak yang sepenuhnya berisi otot. Terbagi menjadi dada depan, dada tengah dan dada belakang. Pasangan kaki depan melekat pada dada depan, sedangkan kaki tengah dan pasangan sayap depan pada dada tengah. Dada tengah tempat melekatnya pasangan kaki belakang, ruas dada kedua dan ketiga (tengah dan belakang) merupakan pendukung kuat dari kedua pasang sayap kupu-kupu. Disamping adanya kaki dan sayap, di kedua belah sisi toraks dilengkapi dengan 2 pasang lubang spirakel yang befungsi sebagai lubang pernafasan.

Kaki kupu-kupu terdiri atas koksa, trokanter, femur, tibia dan tarsus. Tarsus biasanya ada 5 ruas yang dilengkapi dengan sepasang kuku. Jumlah dari ruas-ruas tarsus ini sangat bervariasi tergantung jenis dan kelaminnya. Kaki depan kupu-kupu biasanya sangat sensitif, sangat berguna dalam mengenali adanya nektar, bunga atau pasangannya. Disamping itu kaki kupu-kupu kadang-kadang dilengkapi dengan spina atau taji yang berguna untuk membantu berjalan.

Sayap kupu-kupu umumnya berbentuk hampir segitiga, namun beberapa famili kupu-kupu sangat bervariasi. Sayap kupu-kupu ditutupi oleh sisik-sisik halus, di bawah mikroskop bentuknya terlihat sangat beragam ada yang membulat, memanjang dan ada yang mirip anak panah. Sisik-sisik ini yang membuat sayap kupu-kupu menjadi berwarna-warni. Sayap merupakan organ yang terpenting bagi pergerakan kupu-kupu berupa selaput tipis dan dilengkapi dengan vena-vena sehingga memperkuat melekatnya sayap pada toraks. Distribusi vena-vena ini sama pada setiap jenis kupu-kupu. Bentuk atau percabangan dan susunan gurat-gurat atau venasi sayap (apabila sisik

(28)

dihilangkan) dapat merupakan salah satu ciri untuk mengenal jenis kupu-kupu.

Perut kupu-kupu pada dasarnya terdiri atas 10 ruas, dengan ruas terakhir mengalami modifikasi menjadi alat kelamin. Pada sisi-sisi bagian perut terdapat 6 sampai 7 pasang spirakel. Di dalam perut ini terdapat alat pencernaan, jantung, organ ekskresi dan organ kelamin serta sistem otot yang kompleks.

2. Keanekaragaman Kupu-kupu

Menurut Soekardi (2007), jumlah kupu-kupu yang terdapat di dunia diperkirakan kurang lebih 20.000 spesies dan tersebar di seluruh dunia. Keanekaragaman kupu-kupu melimpah di kawasan tropis seperti di Brazil, Malaysia, dan Indonesia. Sebagian diantaranya dinyatakan sangat langka dan terancam punah. Jumlah spesies yang terdapat di Malaysia telah diketahui tidak kurang dari 1000 spesies sedangkan di Singapura sekitar 380 spesies. Sedangkan Indonesia, di Jawa dan Bali saja tercatat lebih dari 600 spesies kupu-kupu. Walaupun diperkirakan tidak kurang dari 1000 spesies kupu-kupu di pulau Sumatera, tetapi belum ada data yang lengkap mengenai keanekaragaman kupu-kupu di Sumatera

.

3. Perilaku Kupu-kupu

Menurut Soekardi (2007), kupu-kupu merupakan serangga yang umumnya melakukan aktivitas pada siang hari. Pada malam hari, kupu-kupu akan beristirahat dan berlindung di bawah daun pepohonan. Kegiatan terbang dimulai sekitar pukul 6.00 pagi hari, pada saat itu kupu-kupu terbang dalam jarak pendek dan hinggap, merentangkan sayapnya menanti sinar matahari pagi. Makin siang, kupu-kupu makin aktif terbang dan melakukan

(29)

aktivitas mencari makan ataupun bereproduksi. Kegiatan mencari makan dilakukan sendiri-sendiri tetapi sering tampak kupu-kupu jantan dan betina terbang berpasangan dan pada saatnya akan melakukan kopulasi. Selanjutnya induk kupu-kupu akan meletakkan telur-telurnya pada daun tumbuhan inangnya. Kupu-kupu yang rentang sayapnya kecil akan terbang rendah antara 10 cm sampai 2 m. Sedangkan, kupu-kupu yang rentang sayap lebih besar terbang lebih tinggi sampai ±10 m. Pada kegiatan mencari makan, kupu-kupu akan hinggap pada bunga-bunga dan menjulurkan probosisnya.

Perilaku mencari makan dan terbang mulai menurun menjelang sore. Pada pukul 5 sore, beberapa kupu-kupu masih tampak terbang tetapi setelah itu pada pukul 6 sore semua kupu-kupu telah beristirahat. Pada pagi hari yang cerah, kupu-kupu berterbangan dan memulai aktivitas hariannya kembali

.

4. Siklus Hidup Kupu-kupu

Umur kupu-kupu berkisar antara 3 (tiga) sampai dengan 4 (empat) minggu. Siklus hidupnya dimulai dari telur, kemudian menjadi larva (ulat). Selanjutnya, larva membentuk kepompong (pupa), baru akhirnya muncul sebagai kupu-kupu/imago. Imago membutuhkan waktu 3 (tiga) hingga 4 (empat) jam untuk penyempurnaan warna dan pengeringan sayap sebelum siap untuk terbang mencari makan dan pasangan hidupnya (Anonim, 2008 dalam Ahmad, 2011).

5. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Kupu-Kupu

Menurut Achmad (2007), pakan kupu-kupu, makanan larva (ulat) pertama kali setelah menetas adalah sisa kerabang telurnya sendiri,

(30)

selanjutnya larva (ulat) memakan daun, sedangkan kupu-kupu dewasa memakan beberapa cairan untuk menjaga keseimbangan air dan energi tubunya. Pada umumnya kupu-kupu memakan nektar bunga, tetapi beberapa cairan lain didapat dari tanaman atau pohon dan buah-buahan yang telah busuk dan kotoran burung atau hewan lain. Tipe dan jumlah makanan dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, tingkah laku dan sifat-sifat morfologi kupu-kupu. Tumbuhan inang merupakan tempat larva mendapatkan nutrisi penting dan zat-zat kimia yang diperlukan untuk memproduksi warna dan karakteristik kupu-kupu dewasa. 6. Manfaat Kupu-kupu di Alam

Menurut Soekardi (2007), kupu-kupu memiliki peran ekologi yaitu sebagai agen polinator yang membantu penyerbukan bunga. Di dalam jaring makanan kupu-kupu sebagai hewan herbivora berperan sebagai penyedia makanan bagi pemangsa yang terdapat di dalam ekosistem tersebut, seperti laba-laba, cicak, kadal, semut, burung dan parasitoid.

Pemangsa seperti laba-laba menggunakan jaringnya untuk menangkap kupu-kupu, kemudian memangsanya. Cicak dan kadal mengintai kelengahan kupu-kupu dan mencari larva kupu-kupu sebagai santapannya. Semut menunggu kupu-kupu terkapar mati untuk menyantap dagingnya, atau mendatangi larva yang sedang makan daun untuk dijadikan makanannya.

Dengan demikian kelangsungan hidup hewan-hewan pemangsa akan terjamin dan kupu-kupu yang lulus hidup masih beterbangan untuk meletakkan telur-telurnya kembali pada daun-daun muda tumbuhan inangnya. Daur hidup kupu-kupu terus berlangsung.

(31)

7. Metamorfosis Kupu-kupu

Menurut Mastrigt dan Rosariyanto (2005), metamorfosis adalah proses dari ulat menjadi hewan baru (fase sempurna) yaitu kupu-kupu. Pada prosesnya terjadi cukup panjang dan lama namum sederhana. Pertama-tama mulai dari telur yang diletakkan oleh kupu-kupu pada daun (biasanya daun pohon jeruk atau dapat juga pohon yang lain) yang bertujuan nantinya daun tersebut bisa menjadi bahan makanan ulat tersebut hingga mencapai dewasa setelah tiba waktunya menjadi pupa atau kepompong dan dalam beberapa hari akan menjadi kupu-kupu baru.

a. Telur

Telur akan menetas antara 3-5 hari, larva akan berjalan ke pinggir daun tumbuhan inang dan memulai memakannya. Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit.

b. Larva (ulat)

Setelah menetas larva akan mencari makan. Sebagian larva mengkonsumsi cangkang telur yang kosong sebagai makanan pertamanya. Kulit luar dari larva tidak meregang mengikuti pertumbuhannya, tetapi ketika menjadi sangat ketat larva akan berganti kulit. Jumlah pergantian kulit selama hidup larva umumnya 4 - 6 kali, dan periode antara pergantian kulit (molting) disebut instar. Larva kupu-kupu bervariasi dalam bentuk, tetapi pada sebagian besar berbentuk silindris, dan terkadang mempunyai rambut, duri, tuberkel atau filamen. Ketika

(32)

larva mencapai pertumbuhan maksimal, larva akan berhenti makan dan berjalan mencari tempat berlindung terdekat, melekatkan diri pada ranting atau daun dengan anyaman benang. Larva telah memasuki fase prepupa dan melepaskan kulit terakhir kali untuk membentuk pupa.

c. Pupa (kepompong)

Fase pupa apabila dilihat dari luar seperti periode istirahat, padahal di dalam pupa terjadi proses pembentukan serangga yang sempurna. Pupa pada umumnya keras, halus dan berupa suatu struktur tanpa anggota tubuh. Umumnya pupa berwarna hijau, coklat atau warna sesuai dengan sekitarnya (berkamuflase). Pembentukan kupu-kupu di dalam pupa biasanya berlangsung selama 7 hingga 20 hari tergantung spesiesnya.

d. Kupu-kupu (imago)

Setelah keluar dari pupa, kupu-kupu akan merangkak ke atas sehingga sayapnya yang lemah, kusut dan agak basah dapat menggantung ke bawah dan mengembang secara normal. Segera setelah sayap mengering, mengembang dan kuat, sayap akan membuka dan menutup beberapa kali dan melakukan percobaan terbang. Fase imago atau kupu-kupu adalah fase dewasa.

8. Makanan dan Kebiasaan Kupu-kupu

Kupu-kupu umumnya hidup dengan mengisap madu bunga (nektar/sari kembang). Akan tetapi beberapa jenisnya menyukai cairan yang diisap dari buah-buahan yang jatuh di tanah dan membusuk, daging bangkai, kotoran burung, dan tanah basah. Berbeda dengan kupu-kupu, ulat hidup terutama dengan memakan daun-daunan. Ulat-ulat ini sangat rakus, akan

(33)

tetapi umumnya masing-masing jenis ulat berspesialisasi memakan daun dari jenis-jenis tumbuhan yang tertentu saja, sehingga kehadiran suatu jenis kupu-kupu di suatu tempat juga ditentukan oleh ketersediaan tumbuhan yang menjadi inang dari ulatnya (Chici, 2010).

9. Ekologi Kupu-kupu

Dalam suatu habitat memungkinkan hidup beberapa jenis kupu-kupu, ada yang memiliki anggota yang sangat besar dan ada pula yang terdiri dari beberapa individu saja. Semua individu-individu jenis di dalam habitat tersebut membentuk suatu populasi untuk mempertahankan hidupnya. Setiap jenis kupu-kupu betina dewasa dapat menghasilkan telur dalam jumlah besar selama hidupnya tetapi sebagian kecil saja yang berhasil mencapai dewasa. Kematian (mortalitas) dan kelahiran (natalitas) terjadi dalam setiap tahap dalam siklus hidupnya. Hal ini menjaga keseimbangan populasi tersebut. Faktor yang berpengaruh terhadap variasi populasi adalah perubahan rata-rata laju kelahiran, laju kematian, adanya emigrasi atau imigrasi dalam suatu habitat (Smart, 1975 dalam Saputro, 2007).

D. Keadaan Umum Arboretum Politani Samarinda

Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda terletak pada lingkungan kampus Sungai Keledang kota Samarinda Provinsi Kalimatan Timur. Kegiatan penanaman di Arboretum Politenik Pertanian Negeri Samarinda dilakukan dalam dua tahap penanaman yaitu tahap pertama seluas ± 0,5 ha yang ditanam pada bulan Oktober tahun 1995 dan tahap kedua seluas ± 1,5 ha yang ditanam pada bulan Nopember 1996 (Suwarto, 1999 dalam Ahmad, 2011).

(34)

Penananam tahap pertama dengan luas ± 0,5 ha dengan koleksi jenis campuran antara jenis cepat tumbuh (fast growing species) antara lain: Acacia mangium, Gmelina arborea, Eucalyptus deglupta dan Peronema canescenns , jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae antara lain: Shorea leprosula, Sh. seminis, Sh. Ovalis, Sh. leavis, dan Dryobalanops lanceolata dan jenis tanaman lokal lainya seperti Eusideroxylon zwageri, Aqualaria malaccensis, Aleurites molucana, Mimusops elengi dan Agathis borneensis.

Sedangkan pada lokasi penanaman tahap kedua dengan luas ± 1,5 ha dengan koleksi jenis campuran antara lain jenis cepat tumbuh (fast growing species), Paraserianthes falcataria, Acacia mangium, Gmelina arborea dengan jenis–jenis Depterocarpaceae antara lain: Shorea stenoptera (tengkawang telor), Sh. leavis, Sh. asamica, Dryobalanops lanceolata dan jenis buah-buahan lokal antara lain: Mangga (Mangifera sp.), Rambutan (Nephelium laplaceum), Enau (Arengapinnata), Durian (Durio Zibetius), Lai (Durio kutaijensis). Jarak tanam untuk jenis cepat tumbuh 1,5x1,5 m dan jarak tanam untuk jenis famili Dipterocarpaceae 1,5x1,5 m. Sedangkan untuk buah-buahan ditanam dengan jarak tanam 5x5 m (Suwarto, 1999 dalam Ahmad, 2011).

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Waktu penelitian lebih kurang selama 3 bulan mulai tanggal 20 November 2012 sampai tanggal 24 Febuari 2013 meliputi kegiatan: orientasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengambilan dan pengumpulan data, pengolahan data dan penyusunan laporan hasil penelitian.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat:

a. Jaring serangga untuk menangkap kupu-kupu.

b. Toples untuk menyimpan kupu-kupu yang telah diangkap.

c. Papan perentang (stand plat) berbagai ukuran untuk merentangkan kupu-kupu yang akan diawetkan.

d. Oven untuk mengawetkan kupu-kupu.

e. Pinset untuk membantu mengatur kupu-kupu yang akan direntangkan pada papan perentang dan untuk menjepit kapas yang telah diberi alkohol 70%.

f. Alat tulis untuk menulis dan mencatat data-data yang diambil dari lapangan.

g. Higrometer untuk mengetahui suhu dan kelembapan di sekitar lokasi penelitian.

(36)

i. Kamera untuk dokumentasi.

j. Buku literatur tentang serangga untuk identifikasi jenis kupu-kupu dan buku literatur tentang tumbuhan untuk identifikasi jenis pakan kupu-kupu.

2. Bahan:

a. Alkohol 70% untuk membantu mematikan kupu-kupu yang telah ditangkap.

b. Kapas untuk membantu mematikan kupu-kupu.

c. Jarum pentul untuk penahan kupu-kupu apabila direntangkan pada papan perentang dalam proses pengawetan.

d. Kertas papilot untuk penyimpanan sementara kupu-kupu yang telah diawetkan.

C. Prosedur Penelitian

1. Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan lokasi penelitian.

2. Persiapan Alat dan Bahan

Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian di areal Arboretum dan di laboraturium Konservasi.

3. Penangkapan Kupu-kupu

Penangkapan kupu-kupu dengan menggunakan jaring serangga, kemudian dimasukan ke dalam toples yang berisi kapas yang telah diberi alkohol 70% dan dibawa ke laboratorium Konservasi, selanjutnya kupu-kupu yang ditemukan dicatat ke dalam tally sheet pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 1.

(37)

Pengamatan dan penangkapan kupu-kupu dilakukan yaitu mulai pada jam 07.00-17.00 karena pada jam-jam tersebut adalah waktu dimana kupu-kupu sedang melakukan aktivitasnya.

Tabel 1. Tally Sheet Pengamatan No Hari/ Tanggal Jenis Kupu-kupu Suhu (0C) Kelembapan (%) Ket Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Keterangan: - Pagi (07.15), Siang (12. 15), Sore (16.45) 4. Pengukuran Suhu dan Kelembapan

Pengukuran suhu dan kelembapan dilakukan menggunakan alat higrometer. Pengambilan data suhu dan kelembapan dilakukan dengan cara menggantungkan higrometer pada pohon Ulin yang letaknya pada lokasi yang dianggap dapat mewakili seluruh keadaan di areal penelitian. Data suhu dan kelembapan diambil sebanyak tiga kali setiap hari yaitu pada pagi hari jam 07.15 WITA, siang hari jam 12.15 WITA dan sore hari jam 16.45 WITA.

5. Pengambilan Tumbuhan Pakan Kupu-kupu

Pengambilan tumbuhan yang menjadi pakan kupu-kupu yang belum diketahui jenisnya dan dibawa ke laboratorium Silvikultur untuk diidentifikasi.

6. Pengawetan Kupu-kupu

Mengawetkan kupu-kupu dengan cara kupu-kupu yang telah mati dibentangkan dan diatur pada papan perentang kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk proses pengeringan. Menurut Hadikastowo dan Simanjuntak (1988), pengeringan serangga dilakukan menggunakan oven

(38)

dengan temperatur 25oC selama 1 hari kemudian kupu-kupu yang telah dikeringkan lalu dikeluarkan dari oven dan dimasukan ke dalam kertas papilot.

7. Pengambilan Gambar

Mengambil gambar proses penangkapan kupu-kupu, tumbuhan pakan kupu-kupu dan kupu-kupu yang telah diawetkan untuk keperluan dokumentasi penelitian.

8. Identifikasi Kupu-kupu dan Tumbuhan Pakannya

Proses pengidentifikasian jenis kupu-kupu ini dilakukan dengan cara membandingkan kupu-kupu yang ditemukan dengan kupu-kupu yang terdapat dalam buku literatur yang ada.

Mengidentifikasi tumbuhan pakan kupu-kupu dilakukan dengan cara membandingkan tumbuhan pakan kupu-kupu yang ditemukan dengan tumbuhan yang terdapat dalam buku literatur yang ada.

9. Menyusun Kupu-kupu dalam Kotak Serangga

Menyusun kupu-kupu yang telah diidentifikasi ke dalam kotak serangga untuk bahan koleksi kupu-kupu di laboratorium Konservasi.

D. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini adalah mengidentifikasi kupu-kupu. Dilakukan dengan cara membandingkan kupu-kupu yang ditemukan dengan kupu-kupu yang terdapat dalam buku literatur yang ada.

Mengidentifikasi tumbuhan pakan kupu-kupu dilakukan dengan cara membandingkan tumbuhan pakan kupu-kupu yang ditemukan dengan tumbuhan yang terdapat dalam buku literatur yang ada.

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Jenis Kupu-kupu

Berdasarkan hasil pengamatan keanekaragaman jenis kupu-kupu yang dilakukan di Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda ditemukan sebanyak 29 jenis yang termasuk dalam 3 famili (suku) yaitu famili Nymphalidae, Papilionidae dan Pieridae. Data harian jenis kupu-kupu yang ditemukan pada saat pengamatan keanekaragaman jenis kupu-kupu dapat dilihat pada Lampiran 1. Jenis kupu-kupu dari hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Jenis Kupu-kupu Hasil Pengamatan di Arboretum Politani

No. Famili No. Jenis

1. Nymphalidae

1. Athyma asura aidita 2. Chetosia hypsea 3. Doleschallia bisaltide 4. Elymnias hypermnestra 5. Faunis stomphax 6. Hypolimnas bolina ? 7. Hypolimnas bolina ? 8. Hypolimnas bolina phillipines 9. Ideopsis vulgaris

10. Junonia orithya wallacei ? 11. Junonia orithya wallacei ? 12. Junonia iphita

13. Melanitis leda leda 14. Moduza procris 15. Mycalesis fuscum 16. Parantica agliodes

17. Parantica aspasia-apasia 18. Yphtima sp. 2. Papilionidae 1. Papilio demoleus ? 2. Papilio demoleus ? 3. Papilio memnon ?

(40)

Tabel 2. (Lanjutan)

No. Famili No. Jenis

2. Papilionidae 4. Papilio memnon ? 5. Papilio nephelus ? 6. Papilio nephelus ? 3. Pieridae 1. Appias libythea ? 2. Appias libythea ? 3. Catopsilia Scylla 4. Eurema blanda 5. Leptosia nina

Dari Tabel 2, menunjukan bahwa jenis kupu-kupu di areal Arboretum Politeknik Pertanian Negeri Samarinda didominasi oleh famili (suku) Nymphalidae dengan 18 jenis, Papilionidae 6 jenis dan Pieridae 5 jenis. Deskripsi singkat mengenai famili dan jenis kupu-kupu yang dapat diidentifikas adalah sebagai berikut.

a. Nymphalidae

Menurut Corbert dan Pendlebury (1956), Stehr (1987) dalam Sitompul (2008), kupu-kupu Nymphalidae merupakan salah satu famili dari ordo lepidoptera yang mempunyai bentuk dan warna yang indah dan menarik, berukuran kecil sampai besar, kaki depan tidak sempurna, seluruh sayap depan tidak lebar dan tidak menyudut, venasi sayap depan lengkap. Sayap mempunyai garis pinggir bergerigi atau tidak rata dan antena panjangnya setengah dari sayap depan. Karakter seks jantan kurang berkembang, ada beberapa diantaranya menunjukkan dimorphism seks dan pada beberapa jenis betina adalah polimorfosis. Telur berbentuk bola, larva hidup bebas, berbentuk silindris, bagian ujungnya meruncing dan mempunyai cabang disebut scoli.

(41)

1) Athyma asura aidita

Jenis kupu-kupu Athyma asura aidita yang ditemukan pada saat pengamatan mempunyai ciri-ciri didominasi oleh warna coklat kehitaman, pada sayap depan dan sayap belakang terdapat warna putih yang membentuk bulatan lonjong, pada bagian pinggir sayap terdapat warna putih membentuk bulatan. Panjang lebih kurang 4,0 cm dan lebar 5,5 cm, seperti pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Athyma asura aidita

Menurut Anonim (2004), klasifikasi jenis kupu-kupu Athyma asura aidita sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Athyma

Spesies : Athyma asura aidita 2) Chetosia hypsea

Kupu-kupu Chetosia hypsea yang ditemukan pada saat pengamatan memiliki warna oranye dan hitam serta bintik-bintik hitam pada sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan pada bagian ujungnya terdapat warna krem yang membentuk seperti garis.

(42)

Panjang lebih kurang 4,5 cm dan lebar 8,0 cm, seperti pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Chetosia hypsea

Menurut Anonim (2003), klasifikasi jenis kupu-kupu Chetosia hypsea sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Chetosia

Spesies : Chetosia hypsea 3) Doleschallia bisaltide

Hasil pengamatan: kupu-kupu ini memiliki sayap depan dan sayap belakang berwarna cokelat, sayap depan dan sayap belakang pada bagian tepi berwarna cokelat tua. Pada sayap belakang terdapat bintik kecil berwarna hitam. Ukuran panjang lebih kurang 6,0 cm dan lebar 7,3 cm, dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

(43)

Gambar 3. Doleschallia bisaltide

Menurut Anonim (2008), klasifikasi jenis kupu-kupu Doleschallia bisaltide sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Doleschallia

Spesies : Doleschallia bisaltide 4) Elymnias hypermnestra

Jenis kupu-kupu Elymnias hypermnestra yang ditemukan mempunyai ciri-ciri pada sayap depan memiliki warna hitam dengan sedikit warna biru. Sayap belakang berwarna hitam dan pada bagian tepi berwarna cokelat. Ukuran panjang lebih kurang 3,5 cm dan lebar 6,2 cm, dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.

(44)

Menurut Anonim (2008), kupu-kupu jenis Elymnias hypermnestra diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Elymnias

Spesies : Elymnias hypermnestra 5) Faunis stomphax

Jenis kupu-kupu Faunis stomphax memiliki warna cokelat pada sayap depan dan sayap belakang, mempunyai ukuran panjang lebih kurang 4,9 cm dan lebar 6,0 cm, seperti Gambar 5 berikut ini.

Gambar 5. Faunis stomphax

Menurut Syaputra (2011), jenis kupu-kupu Faunis stomphax diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Faunis

(45)

6) Hypolimnas bolina ?

Jenis kupu-kupu hypolimnas bolina ? yang ditemukan pada saat pengamatan didominasi oleh warna hitam. Sayap depan terdapat bintik berwarna putih dan bintik warna biru pada bagian tepi serta terdapat bulatan warna putih membentuk seperti garis. Terdapat bintik-bintik putih yang membentuk seperti garis pada bagian tepi sayap belakang, sayap belakang bergerigi pada bagian tepi dan terdapat bercak putih. Ukuran panjang lebih kurang 5,5 cm dan lebar 7,2 cm, dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.

Gambar 6. Hypolimnas bolina ?

Menurut Awinda (2012), klasifikasi jenis kupu-kupu Hypolimnas bolina sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordeo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Hypolimnas

Spesies : Hypolimnas bolina ? 7) Hypolimnas bolina ?

Jenis kupu-kupu Hypolimnas bolina ? memiliki warna hitam yang lebih dominan. Pada sayap depan terdapat bercak berwarna putih pada bagian ujung sayap dan bulatan berwarna putih

(46)

membentuk seperti garis. Terdapat bulatan berwarna biru tua keputih-putihan pada sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 5,2 cm dan lebar 6,5 cm, dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini.

Gambar 7. Hypolimnas bolina ?

Menurut Awinda (2012), klasifikasi jenis kupu-kupu Hypolimnas bolina sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordeo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Hypolimnas

Spesies : Hypolimnas bolina ? 8) Hypolimnas bolina phillipines

Kupu-kupu jenis Hypolimnas bolina phillipines ini memiliki ukuran panjang lebih kurang 6,5 cm dan lebar 9,5 cm, dengan warna dasar hitam. Terdapat corak putih dan biru serta bintik putih pada bagian pinggir sayap depan, serta terdapat bintik putih pada bagian pinggir sayap belakang, seperti pada Gambar 8.

(47)

Gambar 8. Hypolimnas bolina phillipines

Menurut Awinda (2012), klasifikasi kupu-kupu jenis Hypolimnas bolina phillipines sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Hypolimnas

Spesies : Hypolimnas bolina phillipines 9) Ideopsis vulgaris

Jenis kupu-kupu Ideopsis vulgaris berwarna cokelat kehitam-hitaman dengan corak berwarna putih berbentuk bintik-bintik, bulatan dan garis-garis yang terdapat pada sayap depan dan sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 4,5 cm dan lebar 8,0 cm, dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini.

(48)

Menurut Kurniawan (2012), klasifikasi kupu-kupu jenis Ideopsis vulgaris sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Ideopsis

Spesies : Ideopsis vulgaris 10) Junonia orithya wallacei ?

Jenis kupu-kupu Junonia orithya wallacei ? yang ditemukan pada saat pengamatan memiliki warna cokelat. Terdapat dua bintik hitam pada sayap depan, dua lingkaran kecil seperti mata berwarna oranye - hitam pada sayap belakang dan terdapat motif seperti rantai yang melewati seluruh bagian tepi sayap. Ukuran panjang lebih kurang 3,0 cm dan lebar 5,2 cm,dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Junonia orithya wallacei ?

Menurut Anonim (2011a), klasifikasi jenis kupu-kupu Junonia orithya wallacei sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Junonia

(49)

11) Junonia orithya wallacei ?

Jenis kupu-kupu Junonia orithya wallacei ? , mempunyai corak berwarna hitam, cokelat dan krem serta mempunyai dua bulatan cokelat berbintik hitam pada sayap depan. Sayap belakang berwarna biru dan mempunyai dua bulatan yang berbintik hitam. Mempunyai motif seperti rantai yang melewati seluruh bagian tepi sayap depan dan belakang. Ukuran panjang lebih kurang 3,0 cm dan lebar 5,5 cm, seperti pada Gambar 11 berikut ini.

Gambar 11. Junonia orithya wallacei ?

Menurut Anonim (2011a), klasifikasi jenis kupu-kupu Junonia orithya wallacei sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Junonia

Spesies : Junonia orithya wallacei ? 12) Junonia iphita

Jenis kupu-kupu Junonia iphita yang ditemukan berwarna cokelat tua, pada sayap depan dan sayap belakang terdapat bercak warna krem yang membentuk garis. Ukuran panjang lebih kurang 3,7

(50)

cm dan lebar lebih kurang 6,2 cm, dapat dilihat pada Gambar 12 berikut ini.

Gambar 12. Junonia iphita

Menurut Anonim (2011a), klasifikasi jenis kupu-kupu Junonia iphita sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Junonia

Spesies : Junonia iphita 13) Melanitis leda leda

Jenis kupu-kupu Melanitis leda leda memiliki warna cokelat tua. Terdapat bulatan hitam dan berbintik putih berjumlah 4 buah pada sayap depan, pada sayap belakang terdapat bulatan hitam berbintik putih. Ukuran panjang lebih kurang 4,5 cm dan lebar lebih kurang 6,0 cm, dapat dilihat pada Gambar 13.

(51)

Gambar 13. Melanitis leda leda

Menurut Awinda (2012), kupu-kupu jenis Melanitis leda leda diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Melanitis

Spesies : Melanitis leda leda 14) Moduza procris

Jenis kupu-kupu Moduza procris yang ditemukan mempunyai warna hitam dan cokelat tua, pada sayap depan terdapat dua bulatan kecil yang berwarna putih di bagian ujung sayap, serta bulatan lonjong berwarna putih yang membentuk pada seperti garis pada sayap depan dan sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 4,3 cm dan lebar 6,2 cm, dapat dilihat pada Gambar 14 berikut.

(52)

Gambar 14. Moduza procris

Menurut Awinda (2012), kupu-kupu jenis Moduza procris diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Moduza

Spesies : Moduza procris 15) Mycalesis fuscum

Kupu-kupu jenis Mycalesis fuscum mempunyai warna cokelat, terdapat bintik hitam pada sayap depan dan sayap belakang serta pada sayap depan bagian atas berwarna hitam. Panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar lebih kurang 4,2 cm, dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini.

Gambar 15. Mycalesis fuscum

Menurut Anonim (2005), klasifikasi jenis kupu-kupu Mycalesis fuscum sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Mycalesis

(53)

16) Parantica agleoides

Jenis kupu-kupu Parantica agleoides ini ditemukan memiliki warna cokelat kehitaman, dengan corak bintik-bintik putih dan garis-garis putih pada sayap depan dan sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 4,5 cm dan lebar lebih kurang 7,5 cm, seperti pada Gambar 16 di bawah ini.

Gambar 16. Parantica agleoides

Menurut Duwiri (2007), klasifikasi jenis kupu-kupu Parantica agleoides sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Parantica

Spesies : Parantica agleoides

17) Parantica aspasia-apasia

Jenis kupu-kupu Parantica aspasia-apasia ini ditemukan memiliki warna dasar cokelat tua. Terdapat corak bintik-bintik putih, garis-garis putih dan kuning pada sayap depan dan sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 4,2 cm dan lebar lebih kurang 7,0 cm, seperti pada Gambar 17 berikut ini.

(54)

Gambar 17. Parantica aspasia-apasia

Menurut Duwiri (2007), klasifikasi jenis kupu-kupu Parantica aspasia-apasia sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Parantica

Spesies : Parantica aspasia-apasia 18) Yphtima sp.

Jenis ini ditemukan memiliki warna cokelat tua dan terdapat 2 titik bulat hitam pada sayap depan dan 2 titik bulat hitam pada sayap belakang, dengan ukuran panjang lebih kurang 3,5 cm dan lebar lebih kurang 4,5 cm seperti pada Gambar 18.

(55)

Menurut Efendi (2009), kupu-kupu jenis Yphtima sp. diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Nymphalidae Genus : Ypthima Spesies : Yphtima sp. b. Papilionidae

Menurut Anonim (1992), famili Papilionidae mempunyai ciri-ciri: sayap lebih besar dari tubuh, sayap belakang dengan perpanjangan seperti ekor yang sangat menyolok, nampak seperti burung layang-layang. Ujung antena berbonggol tetap tidak melekuk, pangkalnya berdekatan. Ukuran tubuh sedang – besar. Warna biasanya gelap, putih atau abu-abu dengan bagian-bagian tertentu berwarna gelap. Larva pendek, gemuk, umumnya hijau dengan thoraks melebar.

1) Papilio demoleus ?

Jenis kupu-kupu Papilio demoleus ? memiliki warna cokelat. Tedapat corak berwarna krem berbentuk lonjong dan bulatan-bulatan kecil pada sayap depan dan sayap belakang. Pada sayap belakang terdapat bulatan berwarna merah dan hitam. Ukuran panjang lebih kurang 4,5 cm dan lebar lebih kurang 8,2 cm, dapat dilihat pada Gambar 19 berikut ini.

(56)

Gambar 19. Papilio demoleus ?

Menurut Anonim (2009), jenis kupu-kupu Papilio demoleus diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Papilio

Spesies : Papilio demoleus ? 2) Papilio demoleus ?

Jenis kupu-kupu Papilio demoleus ? berwarna hitam dengan corak berwarna putih tulang berbentuk lonjong dan bulatan-bulatan kecil pada sayap depan dan sayap belakang. Pada sayap belakang terdapat bulatan berwarna merah dan hitam. Ukuran panjang lebih kurang 7,5 cm dan lebar lebih kurang 10,0 cm, dapat dilihat pada Gambar 20.

(57)

Menurut Anonim (2009), jenis kupu-kupu Papilio demoleus diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Papilio

Spesies : Papilio demoleus ? 3) Papilio memnon ?

Jenis kupu-kupu yang ditemukan berwarna hitam. Pada sayap depan terdapat bulatan kecil berwarna merah dan corak warna putih yang membentuk garis-garis. Ukuran panjang lebih kurang 8,0 cm dan lebar lebih kurang 12,5 cm, dapat dilihat pada Gambar 21 berikut ini.

Gambar 21. Papilio memnon ?

Menurut Anonim (2009), jenis kupu-kupu Papilio memnon diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Papilio

(58)

4) Papilio memnon ?

Jenis kupu-kupu Papilio memnon berwarna hitam pada keempat sayapnya. Terdapat garis-garis berwarna abu-abu yang terdapat pada sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 8,5 cm dan lebar lebih kurang 13,0 cm. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 22 di bawah ini.

Gambar 22. Papilio memnon ?

Menurut Anonim (2009), jenis kupu-kupu Papilio memnon diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Papilio

Spesies : Papilio memnon ? 5) Papilio nephelus ?

Jenis kupu-kupu Papilio nephelus ? mempunyai warna hitam. Sayap depan terdapat corak warna krem yang membentuk seperti garis. Pada sayap belakang terdapat warna krem yang berbentuk seperti mahkota yang terbalik dan mempunyai bagian sayap seperti ekor. Ukuran panjang lebih kurang 6,5 cm dan lebar lebih kurang 8,6 cm, dapat dilihat pada Gambar 23 berikut ini.

(59)

Gambar 23. Papilio nephelus ?

Menurut Anonim (2009), jenis kupu-kupu Papilio nephelus diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Papilio

Spesies : Papilio nephelus ? 6) Papilio nephelus ?

Jenis kupu-kupu Papilio nephelus ? mempunyai warna hitam. Sayap depan terdapat corak warna putih yang membentuk seperti garis. Pada sayap belakang terdapat corak warna putih tulang yang berbentuk seperti mahkota terbalik dan terdapat bagian sayap seperti ekor. Ukuran panjang lebih kurang 7,5 cm dan lebar lebih kurang 11,0 cm, dapat dilihat pada Gambar 24 berikut ini.

(60)

Gambar 24. Papilio nephelus ?

Menurut Anonim (2009), Papilio nephelus diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Papilionidae Genus : Papilio

Spesies : Papilio nephelus ? c. Pieridae

Menurut Aidid (1991) dalam Saputro (2007), famili Peridae mempunyai ciri-ciri: rentangan sayap antara 25 – 100 mm, warna dasar putih atau kuning dengan beberapa spesies diantaranya berpola dan penuh warna. Sebagian besar spesies dari famili ini adalah hama terutama yang berwarna putih. Telurnya berbentuk seperti kumparan, larva mulus tanpa tonjolan dan nimfanya berkembang dengan kepala di bawah.

1) Appias libythea ?

Kupu-kupu jenis appias libythea ? yang ditemukan berwarna abu-abu kehitaman, terdapat bulatan-bulatan berwarna putih pada sayap depan dan sayap belakang. Ukuran panjang lebih kurang 3,4 cm dan lebar kurang lebih 5,4 cm, dapat dilihat pada Gambar 25 berikut ini.

(61)

Gambar 25. Appias libythea ?

Menurut Awinda (2012), kupu-kupu jenis Appias libythea diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Pieridae Genus : Appias

Spesies : Appias libythea ? 2) Appias libythea ?

Jenis Appias libythea ? memiliki warna putih. Sayap depan dan sayap belakang pada bagian pinggirnya terdapat corak warna hitam. Ukuran panjang lebih kurang 4 cm dan lebar 6 cm, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 26.

(62)

Menurut Awinda (2012), kupu-kupu jenis Appias libythea diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Pieridae Genus : Appias

Spesies : Appias libythea ? 3) Catopsilia scylla

Kupu-kupu jenis catopsilia scylla mempunyai warna yang berbeda antara sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan berwarna krem, terdapat bintik kecil warna cokelat tua dan warna cokelat tua dibagian tepinya. Sayap bagian belakang berwarna kuning cerah dan terdapat bintik-bintik kecil dibagian tepinya. Ukuran panjang kurang lebih 4,0 cm dan lebar kurang lebih 7,5 cm, dapat dilihat pada Gambar 27.

Gambar 27. Catopsilia scylla

Menurut Anonim (2011b), kupu-kupu jenis Catopsilia scylla diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Class : Insecta

Ordo : Lepidoptera Famili : Pieridae

(63)

Genus : Catopsilia Spesies : Catopsilia scylla 4) Eurema blanda

Jenis kupu-kupu Eurema blanda memiliki warna kuning cerah dengan corak hitam pada keempat bagian ujung sayapnya. Ukuran kupu-kupu yang ditemukan, panjang lebih kurang 2,7 cm dan lebar lebih kurang 4,5 cm, dapat dilihat pada Gambar 28 di bawah ini.

Gambar 28. Eurema blanda

Menurut Awinda (2012), jenis kupu-kupu Eurema blanda diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Pieridae Genus :Eurema Spesies : Euremablanda 5) Leptosia nina malayana

Kupu-kupu jenis Leptosia nina malayana memiliki warna putih, terdapat bulatan hitam dan corak warna hitam pada ujung sayap depan bagian atas. Ukuran panjang lebih kurang 2,5 cm dan lebar 4,8 cm, seperti pada Gambar 29 di bawah ini.

Gambar

Tabel 2.  Jenis Kupu-kupu Hasil Pengamatan di Arboretum Politani
Gambar 1.  Athyma asura aidita
Gambar 2.  Chetosia hypsea
Gambar 4.   Elymnias hypermnestra
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Pembangunan Daerah Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Ketimpangan Distribusi Pendapatan Antar Kecamatan Ketersedian Infrastruktur Tipologi

• Citilink revisi pendapatan menjadi USD 550 juta • BMRI akan pacu bisnis e-money pada tahun 2016 • AGRO tetapkan target konservatif.. • UUS NISP akan tambah office channeling

Pengaruh kinerja keuangan yang ditunjukkan dengan hasil analisis rasio keuangan terhadap kemampuan koperasi serba usaha untuk menghasilkan laba (Rentabilitas Ekonomi)

Berdasarkan hasil observasi, pelayanan utama dilakukan dengan jenis mobil bus umum berkapasitas 14-16 seat , sedangkan pada pelayanan lanjutan (karena pelayanan mobil bus

Penelitian ini bertempat di Wisata Alam Pangjugjugan di Kampung Babakan Anjun, Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Perjalanan dari Kota Bandung menuju

Berdasarkan perhitungan menggunakan algoritma C4.5 diperoleh factor dominan seseorang memilih bidang peminatan adalah berdasarkan nilai JK dengan tingkat kecocokan

Tetapi 22% petani lainnya memiliki tenaga kerja selain keluarga sebanyak 3 – 4 orang untuk membantu petani dalam melakukan panen dan distribusi buah mangga ke lembaga