• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi yang lain, kemampuan berurutan dengan kerumitan-kerumitan atau. dengan abstrak, kemampuan kecakapan berpikir.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menanggapi yang lain, kemampuan berurutan dengan kerumitan-kerumitan atau. dengan abstrak, kemampuan kecakapan berpikir."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Kecerdasan ialah perbuatan pandai yang terdiri dari pemahaman hal-hal yang pokok di dalam suatu keadaan dan penanggapan secara tepat terhadap keadaan tersebut.1 Kecerdasan juga dapat diartikan sebagai suatu kecakapan untuk menanggapi yang lain, kemampuan berurutan dengan kerumitan-kerumitan atau dengan abstrak, kemampuan kecakapan berpikir.2

Kecerdasan merupakan karunia tertinggi yang diberikan Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Kecerdasan akan mencapai puncak aktualisasinya jika digunakan sebagaimana visi keberadaan manusia belajar atau meningkatkan kecerdasan yang didorong oleh hal-hal yang murni, manusiawi dan rasa ingin tahu untuk mencapai kebenaran dan berdasarkan fitrah itu sendiri, maka kecerdasan akan aktual secara optimum dan murni.3

Gardner mengatakan bahwa :

Masyarakat cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika-matematika dan bahasa. Seharusnya masyarakat memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta (gift) di dalam

1 Malcolm Hardy dan Steve Hayes, Pengantar Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 1985),

hlm. 71.

2 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hlm.

111.

3

Suharsono, Melejitkan IQ, IE, IS, (Depok: Inisiasi Press, 2005), hlm. 160.

(2)

kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, designer, penari, ahli alam, dan lain-lain. Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak anak-anak memiliki talenta (gift) tidak mendapatkan

reinforcement di sekolahnya. Banyak sekali anak yang pada

kenyataannya dianggap sebagai anak yang “Learning Disabled” pada saat pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasikan oleh sekolah. Pihak sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika-matematika dan bahasa. Dengan demikian sistem pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang semata-mata hanya menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi. Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut diatas, tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musikal, spasial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.4 Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan jamak (Multiple

Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun

1983.

Penelitian Gardner telah menguak rumpun kecerdasan manusia yang lebih luas daripada kepercayaan manusia sebelumnya, serta menghasilkan definisi tentang konsep yang sungguh pragmatis dan menyegarkan. Definisi Gardner tentang kecerdasan manusia menegaskan hakekat teorinya. Gardner tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan skor tes standar semata, namun Gardner menjelaskan kecerdasan sebagai berikut:5

1. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia.

2. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan.

4

Howard Gardner, Multiple Intelligences, alih bahasa Alexander, (Batam: Inter Aksara, 2003), hlm. 22-23.

5 Linda Campbell, Bruce Campbell, dan Dee Dickinson, Multipple Intelligences;

(3)

3. Kemampuan untuk menciptakan suatu atau menawarkan jasa yang akan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

Konsep multiple intelligences yang menitikberatkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak. Lebih jauh lagi, konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang bodoh sebab setiap anak pasti memiliki minimal satu kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat terdeteksi sejak awal, otomatis kelebihan itu adalah potensi kepandaian anak. Atas dasar itu seharusnya sekolah menerima siswa barunya dalam kondisi apapun. Tugas sekolah meneliti kondisi siswa secara psikologis dengan cara mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa secara psikologis melalui metode riset yang dinamakan Multiple Intelligence

Research (MIR). Hasil riset tersebut dapat digunakan para gurur untuk

mempelajari gaya belajar setiap siswa sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.6

Pendidikan Agama Islam sebagai pendidikan nilai yang membentuk karakter peserta didik mengandung nilai-nilai atau norma ajaran agama Islam yang mengatur tata cara pergaulan hidup sehari-hari salah. Menurut Marimba dalam bukunya Ramayulis menjelaskan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah membentuk kepribadian yang memilii nilai-nilai Islam, berbuat dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.7 Melalui pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan di sekolah dengan baik, diharapkan peserta didik akan dapat menghindari sifat-sifat tercela dengan membentuk kepribadian

6 Ibid.,

7

(4)

muslim yang jelas. Peran Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat mengatasi dampak negatif perubahan zaman.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, Pendidikan Agama Islam selama ini dilaksanakan menggunakan pendekatan pembelajaran yang kurang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Kemudian materi pembelajaran PAI yang lebih banyak bersifat teori, terpisah-pisah dan kurang terkait dengan mata pelajaran lain. Selain itu model pembelajarannya bersifat konvensional yakni lebih menekankan pada pengetahuan (kognitif) saja daripada pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Sehingga Pendidikan Agama Islam yang bertujuan untu membentuk siswa yang memiliki pengetahuan tentang ajarab Agama Islam serta mampu mengaplikasikan dalam bentuk akhla mulia belum dapat dicapai. Teori Howard Gardner tentang Multiple Intelligences tersebut sangat bermanfaat jika diterapkan dalam memberikan pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah, sehingga guru tidak konsisten dalam satu metode dalam mengajar karena adanya kesadaran dari guru tentang kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh anak didiknya.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang kecerdasan majemuk dan bagaimana implikasinya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dan dengan ini penulis memberinya judul

“KONSEP KECERDASAN MENURUT HOWARD GARDNER DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM”.

(5)

Adapun alasan penulis memilih judul tersebut yaitu :

1. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai teori kecerdasan majemuk (Multiple

Intelligences).

2. Menambah wawasan pengetahuan bagi guru agar tidak monoton pada satu metode dalam memberikan pembelajaran karena peserta didik memiliki kecerdasan majemuk.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan diteliti. Sehubungan dengan hal ini maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep kecerdasan menurut Howard Gardner ?

2. Bagaimana penerapan konsep kecerdasan menurut Howard Gardner dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam ?

C. Tujuan Penelitian

Suatu tindakan atau kegiatan yang tidak mempunyai arah dan tujuan akan sulit mencapai hasil yang diharapkan. Adapun tujuan diadakan penelitian adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang konsep kecerdasan menurut Howard Gardner.

2. Untuk mendeskripsikan penerapan konsep kecerdasan menurut Howard Gardner dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

(6)

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1. Bersifat Teoretis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam bidang pendidikan terutama mengenai konsep kecerdasan majemuk, juga sebagai alat atau sarana yang bisa dijadikan rujukan untuk memperoleh informasi-informasi yang terkait dengan konsep kecerdasan majemuk. Dan dapat manambah wawasan dalam segi keilmuan khususnya di bidang psikologi tentang kecerdasan majemuk atau Multiple

Intelligences.

2. Bersifat Praktis

a. Dapat memberikan masukan bagi guru atau tenaga pendidik dalam rangka meningkatkan keberhasilan belajar Pendidikan Agama Islam.

b. Memotivasi para guru dan praktisi pendidikan untuk menciptakan dan mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada kecerdasan majemuk. c. Untuk menambah perbendaharaan perpustakaan sekaligus sebagai

masukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah ini. d. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian sejenis.

E. Tinjauan Pustaka

1. Analisis Teoretis

Susanto dalam tulisannya yang berjudul “Penerapan Multiple

(7)

Intelligences bertujuan untuk mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah

dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikir yang unik.8

Syurfah menyatakan bahwa Multiple Intelligence merupakan sebuah teori yang digagas oleh Howard Gardner dan rekan-rekannya di Harvard University. Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya. Ia mengatakan bahwa psikologi dan pendidikan telah menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mempelajari kecerdasan di dalam ruang tes dan bahwa kedua disiplin ini seharusnya lebih banyak melihat ke dalam dunia nyata untuk mencari contoh-contoh cara manusia menciptakan masalah dan menciptakan berbagai produk penting bagi perkembangan budaya.9

Dunia pendidikan pada umumnya menilai kecerdasan manusia terlalu sempit. Manusia dianggap hanya memiliki satu kecerdasan yaitu kecerdasan logika-matematika, sedangkan alat pengukur yang digunakan untuk mengukur kecerdasan tersebut adalah tes IQ. Tes IQ ini diyakini sebagai satu-satunya tes yang hanya dapat mendeteksi keberhasilan seseorang. Seperti pada tahun 1904 Alferd Binet seorang psikolog Prancis mengembangkan suatu alat untuk menentukan siswa SD mana yang berisiko mengalami kegagalan, agar mereka dapat diberi perhatian khusus. Jerih payahnya

8

Handy Susanto, Penerapan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran, Jurnal

Pendidikan Penabur, (No. 04/Thlm.IV/Juli 2005), hlm. 69.

9 Ariyani Syurfah, Multiple Intelligences For Islamic Teaching, (Bandung: Syamil

(8)

membuahkan tes kecerdasan yang pertama. Setelah sampai ke Amerika beberapa tahun kemudian tes ini segera tersebar luas di seluruh dunia. Masyarakat menjadi beranggapan ada hal yang disebut “kecerdasan”, dan bahwa kecerdasan itu dapat diukur secara objektif serta dapat dinyatakan dalam satu angka atau nilai “IQ”. 10

Hampir delapan puluh tahun setelah dikembangkannya tes kecerdasan tersebut, kemudian Howard Gardner memberikan sebuah kritik. Gardner mengungkapkan:

“Sebagian besar pengujian kita didasarkan pada penghargaan yang tinggi pada keterampilan verbal dan matematika. Bila anda pandai dalam dalam logika dan bahasa, tes IQ anda pasti bagus, dan anda mungkin berhasil dengan baik masuk perguruan tinggi yang bergengsi, tetapi apakah anda berhasil setelah lulus? Mungkin akan tergantung pada sejauh mana anda memiliki dan menggunakan kecerdasan lain.”11

Dalam Alquran surat as-Sajdah ayat 9 :

                 Artinya :

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh

(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”.

10 Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara, (Bandung: Kaifa, 2004), hlm. 1.

11

(9)

Menurut Toto Tasmara, ayat di atas memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan yang terdiri dari lima bagian utama kecerdasan yaitu:12

a. Kecerdasan Ruhiyah (Spiritual Question) b. Kecerdasan Intelektual (Intelligence Question) c. Kecerdasan Emosional (Emotional Question) d. Kecerdasan Sosial

e. Kecerdasan Fisik

Zakaria dalam skripsinya yang berjudul “Peran Orang Tua dalam

Mengembangkan Multiple Intelligences Anak di Lingkungan Keluarga”

menyebutkan bahwa peran orang tua dalam keluarga sebagai pemelihara dan pelindung serta pendidik dalam keluarga. Multiple Intelligence anak di lingkungan keluarga dapat dioptimalkan pada masa pertumbuhan anak karena faktor keturunan dan berbagai rangsangan dari dan oleh lingkungannya secara terus menerus. Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam mengembangkan Multiple Intelligence anak melalui jalinan komunikasi yang harmonis dan pemahaman tentang onsep Multiple Intelligence, orang tua dapat menemukan, mengarahkan, dan mengembangkan Multiple Intelligence.13

12

Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhiyah; Transendental Intelligence, (Jakarta: Gema Insani, 2001), hlm. 49.

13 Moch.Zaki Zakaria, Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Multiple Intelligences

(10)

Kemudian skripsi Sukhirno yang berjudul “Peran Edukatif Orang Tua

Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak” menyebutkan bahwa

peran orang tua dalam keluarga sebagai pemelihara, pelindung dan pendidik dalam keluarga. Orang tua memiliki peran yang sangat penting di lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya, dan orang tua sebagai pemimpinnya. Faktor peran edukatif orang tua dalam menemukan dan mengembangkan Multiple

Intelligence anak adalah mengembangkan kecerdasan linguistik, kecerdasan

logis-matematik, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestik jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensi.14

Chasanah dalam skripsinya yang berjudul “Peran Pendidikan Sekolah

Islam Terpadu Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences” menyebutkan

bahwa pengaruh Multiple Intelligence dalam pembelajaran, meliputi: kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis. Peran sekolah Islam terpadu dalam mengembangkan Multiple Intelligence adalah bahwa setiap peserta didik diberi bekal berupa prinsip-prinsip pembelajaran, yakni: belajar untuk menghargai dan memahami orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai keagamaannya. Pembelajaran dengan penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu Islam, belajar untuk mengenali ilmu Islam dan mengaplikasikan

14 Sukhirno, Peran Edukatif Orang Tua dalam Mengembangkan Multiple Intelligences,

(11)

ilmu Islam, bekerja sama dalam tim serta belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi belajar untuk dapat mandiri menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama sehingga menjadi pembelajar sejati.15

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.16 Islam diyakini bahwa manusia terdiri dari dua bagian yaitu jasmani dan rohani. Jasmani merupakan jasad yang terlihat dan terjamah oleh indera manusia, sedangkan rohani merupakan kekuatan yang bersifat spiritual yang menghidupkan manusia. Rohani diyakini terdiri dari qalbu, akal, hati, nafsu, dan jiwa yang walaupun tidak terlihat dengan mata secara empiris namun gejalanya dapat diukur.

Dalam proses pembelajaran yang efektif jika para guru menginginkan siswa mereka senang belajar, maka mereka harus mengetahui karakteristik dari kecintaan atau kesenangan peserta didik tersebut. Pembelajaran yang

15 Astri Nurul Chasanah, Peran Pendidikan Sekolah Islam Terpadu dalam

Mengembangkan Multiple Intelligences, Skripsi, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2011), hlm. 52.

16 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengaktifkan Pendidikan PAI di

(12)

lebih dalam adalah segala sesuatu menyangkut membantu para siswa mencapai kesukaan mereka akan pembelajaran.17

Dalam tahap perencanaan dan penentuan metode untuk mengembangkan seluruh aspek kecerdasan peserta didik maka seorang guru harus memahami konsep mengenai kecerdasan majemuk, ketersediaan waktu dan kemampuan memanfaatkan sumber beajar, serta kemampuan memilih metode. Pengembangan pemilihan metode dalam Pendidikan Agama Islam didasarkan pada analisis kondisi pembelajaran pendidikan agama yang diharapkan. 2. Kerangka Berpikir

Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan masalah dan menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan di masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut kemudian Gardner melakukan riset terhadap dokter ahli bedah, penari, atlet, kepala suku, pemburu, dan seorang pelaut di Laut Selatan yang dapat mengenali jalan diantara ratusan atau bahkan ribuan pulau dengan mengamati gugusan bintang di angkasa, merasakan jalan yang dilewati perahu di atas air, dan memperhatikan sedikit tanda di daratan.

Dari hasil riset Howard Gardner diketahui bahwa setiap manusia yang lahir membawa potensi kecerdasan yang tidak hanya satu melainkan beberapa. Ia menemukan adanya delapan kecerdasan yang dimiliki setiap individu, diantaranya adalah kecerdasan bahasa, logis-matematik, ruang, kinestetik, musik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.

17 Eric Jensen, Deep Learning: 7 Strategi Luar Biasa Untuk Pembelajaran yang

(13)

Dalam proses belajar mengajar memang sulit bagi seorang guru untuk mengetahui kecerdasan majemuk dari peserta didiknya. Maka dari itu, dibutuhkan contoh penerapan kecerdasan majemuk terlebih dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam disertai dengan metode yang cocok. Sebagai contoh, pada kecerdasan kinestetik dapat diamati dalam mata pelajaran Fiqih materi wudhu dan shalat. Pada proses pembelajaran tersebut guru dapat menggunakan metode simulasi agar tidak monoton pada metode ceramah saja. Kemudian peserta didik diajak untuk mempraktekkan langsung bagaimana cara berwudhu dan shalat yang benar.

Untuk lebih jelasnya contoh penerapan kecerdasan majemuk dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat dilihat pada bagan di bawah ini. Pada bagan tersebut disertai pula mata pelajaran PAI yang cocok dengan masing-masing kecerdasan majemuk dan juga metode yang cocok.

(14)

14 Kecerdasan Bahasa Kecerdasan Matematik Kecerdasan Ruang Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan Musik Kecerdasan Interpribadi Kecerdasan Intrapribadi Kecerdasan Naturalis Metode Metode Diskusi Metode Sosiodrama Metode Drill Metode Sosiodrama Metode Drill PAI Metode Resitasi Metode Simulasi Mapel Fiqih Mapel Fiqih Mapel SKI dan Akhlak Metode Observasi Mapel A. Akhlak Mapel A. Akhlak Mapel Fiqih Semua Mapel PAI Mapel Alqur’an Hadits

(15)

F. Metode Penelitian

1. Desain Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati dan diteliti agar mudah dipahami.1

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research) yaitu teknik penelitian sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah kemudian menganalisisnya dari dokumen dan perangkat media lainnya.2 Studi pustaka digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data-data mengenai konsep kecerdasan majemuk.

2. Sumber Data Penelitian

Data adalah bahan keterangan tentang suatu obyek penelitian.3 Sedangkan sumber data adalah salah satu yang paling fital dalam penelitian. Kesalahan dalam menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperoleh akan meleset dari apa yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti

1 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 4.

2

Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989, Ed. Revisi), hlm. 110.

3 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Air Langga, 2001), hlm.

(16)

harus mampu memahami sumber data mana yang mesti digunakan dalam penelitian itu.4

Untuk mendapatkan data-data yang valid maka diperlukan sumber data penelitian yang valid pula. Dalam penelitian ini ada dua sumber data, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumber-sumber yang diamati dan dicatat. Menurut Bungin, sumber data primer adalah sumber data pertama dimana sumber data dihasilkan.5

Dalam penelitian ini, sumber data primer yang diperoleh adalah dari buku karya Howard Gardner yang berjudul Multiple Intelligence.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain tidak langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitian, biasanya berupa data dokumentasi, arsip-arsip resmi maupun buku-buku penunjang yang relevan dengan penelitian ini.6 Adapun buku-buku tersebut di antaranya :

1) Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara 2) Thomas Amstrong, Setiap Anak Cerdas

4 Ibid., hlm. 129.

5 Ibid.,

6

(17)

3) Linda Campbell, et. all., Multiple Intelligences Metode Terbaru

Melesatkan Kecerdasan

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menentukan data yang mendukung peneliti menggunakan cara telaah dokumen, di mana dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku.7 Kemudian dikumpulkan dengan cara studi pustaka yakni dengan cara membaca, mengidentifikasi, menganalisa, dan membandingkan dari data-data yang dipandang relevan dengan pembahasan masalah, setelah data itu terkumpul kemudian diklasifikasikan sesuai dengan sifat masing-masing dalam bentuk bab-bab untuk selanjutnya dianalisa guna memprmudah dalam proses analisa.

4. Teknik Analisis Data

Analisis dalam penelitian merupakan bagian dalam proses penelitian yang sangat penting, karena analisis data yang ada akan nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian.8 Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis data menggunakan metode:

a. Metode Deduktif

Metode deduktif yaitu cara berpikir analitik yang berangkat dari dasar-dasar pengetahuan yang bersifat khusus.9

7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1998), hlm. 149.

8 Lexy J Moleong, op.cit., hlm. 5

9 Wiharso Suharman, Pengantar Penelitian Ilmiah; Dasar, Metode dan Tekhnik,

(18)

b. Metode Deskriptif

Metode deskriptif yaitu memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti.10 Analisis ini hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan.

c. Metode Analisis Isi (Content Analysis)

Metode analisis isi yaitu proses analisis terhadap makna dan kandungan buku yang dijadikan rujukan sehingga diketahui ide pokoknya.11

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwasannya corak kajian penelitian ini berupa deskriptif analysis.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika ini dibahas untuk mempermudah memahami keseluruhan hasil penelitian. Sebagaimana lazimnya karya tulis ilmiah lainnya, pada penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab yang tersusun sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Skripsi.

10 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 126.

11 Soejono Abdurrahman, Metode Penelitian; Suatu Pemikiran dan Penerapan,

(19)

Bab III Bahasan Inti atau Penyajian Data Penelitian yang membahas tentang Konsep Kecerdasan Menurut Howard Gardner, yang bahasannya meliputi: Biografi Howard Gardner dan Macam-macam kecerdasan menurut Howard Gardner serta Penerapan konsep kecerdasan menurut Howard Gardner dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Bab IV Analisis hasil penelitian mengenai Konsep Kecerdasan Perspektif Howard Gardner Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, yang bahasannya meliputi: Analisis konsep kecerdasan menurut Howard Gardner dan Analisis penerapan konsep kecerdasan menurut Howard Gardner dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan mencakup 4 hal, yakni pengkajian proses produksi, pengambilan contoh, pengu jian contoh dan analisis data.. Pengkajian proses produksi meliputi peng-

Berdasarkan penelitian yang dialkukan oleh Suaidin, dkk (2017), yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika melalui Pendekatan Scientific pada Peserta

Mata kuliah ini bermanfaat agar mahasiswa memiliki pengetahuan dasar teknologi dan lebih terampil dalam mengolah beberapa jenis limbah peternakan serta beberapa

Bobot media ternyata turut berperan pada produktivitas jamur shiitake. Peningkatan hasil panen tubuh buah jamur mencapai rata-rata 73,85% oleh jamur yang ditumbuhkan pada

PENGARIIH AROMA UMPAN DAN WARNA KERTAS PERANGKAP TERHADAP JUMLAH LALAT YANG TERPERANGKAP INFLTIENCE OF BAIT SMELL ANDPAPER TRAP COLOR.. TO THE NUMBER OF TRAPPED

Ciherang rata – rata sebesar 98,058 % untuk per 100 meter ruas saluran Sekunder Hantap dan rata – rata sebesar 94,722 % untuk per 30 meter ruas saluran Sekunder Cisalak

Kebijakan ini dilakukan dikarenakan bersamaan dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa tahun terakhir ini yang diikuti dengan kenaikan harga kebutuhan

Hasil penelitian menunjukkan komitmen profesional afektif berhubungan negatif signifikan dengan perilaku RKA, tetapi hubungannya dengan tekanan anggaran waktu yang dirasakan