• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. PENDAHULUAN A."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

REFLEKSI AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN

KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS (ABK) DI HOMESCHOOLING KAK SETO SOLO

MENGGUNAKAN VIDEO RELAKSASI MULTI KANAL

Ahmad Khoirul Anwar, S.Sn, M.Sn

Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sahid Surakarta

Jl Adi Sucipto 154, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57144 Email : spetnaz_er@yahoo.com

ABSTRAK

Pendidikan adalah tanggung jawab kita semua. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Setiap anak pada dasarnya telah dibekali oleh Sang Maha Pencipta kemampuan alamiah untuk belajar dengan caranya sendiri. Begitu juga dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Ada sekitar 20 kriteria anak yang tergolong ke dalam ABK, khususnya tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tuna daksa telah mempunyai tempat belajar khusus di Sekolah Luar Biasa, sedangkan ABK yang lain, pemerintah telah menyediakan Sekolah Inklusi, maupun sekolah mandiri atau yang biasa disebut dengan istilah Homeschooling. Prinsip mendasar dari pendidikan homeschooling yang mempunyai siswa ABK adalah semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Dengan demikian, setiap anak akan merasa disambut, dididik tanpa merasa dibeda-bedakan, baik itu dalam latar belakang jenis kelamin, fisik, intelektual, maupun karakteristik-karakteristik lainnya. Pendidikan homeschooling menyediakan kesempatan bagi semua anak untuk mengembangkan ketrampilan, kekuatan, kegigihan dan kepercayaan diri. Penyediaan sistem layanan pendidikan juga disesuaikan dengan kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK) dan ABK melalui adaptasi kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya.

Homeschooling merupakan sekolah yang harus memiliki strategi pembelajaran yang lebih variatif. Khususnya untuk ABK, strategi pembelajaran tentunya diperlukan pengembangan agar lebih mudah diterima dan dipahami. Salah satu pengembangan model pembelajaran ini adalah dengan memanfaatkan media audio visual, terutama untuk mengatasi permasalahan yang banyak ditemui pada ABK yaitu kurangnya konsentrasi dalam belajar.

Kata kunci: ABK, Homeschooling, dan Strategi Pembelajaran.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan untuk semua merupakan tanggug jawab semua pihak, karena setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, tak terkecuali dengan mereka yang mempunyai kebutuhan khusus (ABK). Ada sekitar 20 kriteria anak yang tergolong ke dalam ABK, di antaranya yaitu tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tuna daksa, tuna laras (anak dengan gangguan emosi, sosial dan perilaku), tuna ganda,

(2)

lamban belajar, autis, dan termasuk pula anak dengan potensi kecerdasan luar biasa (genius). Untuk sebagian ABK tersebut khususnya tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tuna daksa telah mempunyai tempat belajar khusus di Sekolah Luar Biasa. Sedangkan untuk ABK yang lain, pemerintah saat ini telah menyediakan Sekolah Inklusi, maupun sekolah mandiri atau yang biasa disebut dengan istilah Homeschooling.

Salah satu pengertian umum homeschooling adalah sebuah keluarga yang memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anak dan mendidik anaknya dengan berbasis rumah. Pada homeschooling, orang tua bertanggung jawab sepenuhnya atas proses pendidikan anak, sementara pada sekolah reguler tanggung jawab itu didelegasikan kepada guru dan sistem sekolah. Walaupun orang tua menjadi penanggung jawab utama homeschooling, tetapi pendidikan homeschooling tidak hanya dan tidak harus dilakukan oleh orang tua. Selain mengajar sendiri, orang tua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan anak pada kursus, melibatkan anak-anak pada proses magang (internship), dan sebagainya.

Pendidikan homeschooling adalah tentang hak asasi manusia, harkat, pendidikan berkualitas, dan keberpautan. Dalam sebuah lingkungan homeschooling, setiap anak akan merasa disambut, dididik tanpa merasa dibeda-bedakan, baik itu dalam latar belakang jenis kelamin, fisik, intelektual, sosial, emosional, linguistic, maupun karakteristik-karakteristik lainnya. Pendidikan homeschooling menyediakan kesempatan bagi semua anak untuk mengembangkan ketrampilan, kekuatan, kegigihan dan kepercayaan diri. Pembelajaran yang berpusat pada anak mendukung pengamalan, wawasan maupun kepercayaan diri dengan kurikulum yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan setiap anak.

Sistem penyelenggaraan pendidikan dalam homeschooling pada umumnya adalah memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan ataupun bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama. Homeschooling merupakan civitas akademika yang bisa merangkul dan menerima keragaman. Tidak hanya mentolerirnya, tapi juga mendorong keingintahuan dan kreativitas. Bukan hanya menyesuaikan atau kompromi , tapi juga menciptakan sebuah semangat kompetisi yang konstruktif. Bukan di antara anak satu dengan yang lain, tapi anak-anak tersebut akan bersaing dengan dirinya sendiri.

Persaingan yang konstruktif seperti yang telah disebutkan di atas, merupakan hal yang sangat menarik dan menginspirasi untuk diterapkan tidak hanya di homeschooling melainkan

(3)

di sekolah regular. Kompetisi yang konstruktif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pendidikan homeschooling, maka diperlukan model pembelajaran yang menunjang agar dapat membuat siswa bersaing dengan dirinya sendiri.

Sesuai namanya, proses homeschooling memang berpusat di rumah. Tetapi, proses homeschooling umumnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah. Para orang tua homeschooling dapat menggunakan sarana apa saja dan di mana saja, termasuk di gedung homeschooling sendiri untuk pendidikan anaknya.

Seiring dengan berkembangnya homeschooling di Indonesia, berkembang pula system penerimaan siswa homeschooling. Sesuai dengan karakteristik pendidikan homeschooling yaitu belajar kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja maka sekarang ini tidak sedikit homeschooling yang menerima siswa berkebutuhan khusus atau ABK untuk belajar bersama dengan anak tanpa berkebutuhan khusus atau ATBK. Di homeschooling ABK mendapat pelayanan pendidikan dari guru pembimbing khusus dan sarana prasarananya.

Prinsip mendasar dari pendidikan homeschooling yang mempunyai siswa ABK adalah selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka. Jadi disini setiap anak dapat diterima menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya maupun anggota masyarakat lain sehingga kebutuhan individualnya dapat terpenuhi. Penyediaan sistem layanan pendidikan juga disesuaikan dengan kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK) dan ABK melalui adaptasi kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya.

Homeschooling merupakan sekolah yang harus memiliki strategi pembelajaran yang lebih variatif agar dapat menangani berbagai kemungkinan yang tidak biasa terjadi di sekolah pada umumnya. Khususnya untuk ABK, strategi pembelajaran tentunya diperlukan pengembangan agar lebih mudah diterima dan dipahami. Salah satu pengembangan model pembelajaran ini adalah dengan memanfaatkan media audio visual, terutama untuk mengatasi permasalahan yang banyak ditemui pada ABK yaitu kurangnya konsentrasi dalam belajar.

Dalam rangka mencapai target tersebut, maka penelitian dirancang dan ditindak lanjuti dengan program pengembangan. Penelitian ini dikembangkan dengan tahapan yang sitematis menggunakan metode observasi langsung, eksperimen, dan evaluasi. Dari berbagai latar

(4)

belakang di atas maka sangat perlu dilakukan penelitian mengenai “Refleksi Audio Visual

Untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa ABK Di Homeschooling Kak Seto Solo Menggunakan Video Relaksasi Multi Kanal”.

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka yang digunakan sebagai rujukan atau referensi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Undang-undang Sisdiknas RI nomer 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 1 mencerminkan bahwa proses pendidikan harus mengedepankan peran aktif peserta didik, setiap peserta didik diberi hak dan kesempatan untuk ikut menentukan apa yang terbaik untuk dirinya. Pendidikan mestinya memperhatikan minat dan kebutuhan siswa dalam memilih dan menentukan kurikulum yang akan dijalaninya. penyelenggaraan pendidikan sudah seharusnya mampu memberikan suasana yang nyaman, aman dan menggairahkan bagi peserta didik untuk senantiasa belajar guna memenuhi hasrat keingintahuannya.

Dr. Arief Rachman, M.Pd. dalam sebuah buku tentang home schooling terbitan kompas, home schooling selain mengakomodasi potensi kecerdasan anak secara lebih maksimal, juga menjadi alternatif lain untuk menghindari pengaruh lingkungan yang negatif yang mungkin akan dihadapi oleh anak dalam sekolah-sekolah umum ketika menimba ilmu. Pergaulan bebas, tawuran, rokok, dan obat-obat terlarang menjadi momok yang terus menghantui para orang tua, sementara mereka tak dapat mengawasi putra-putrinya sepanjang. Karena itulah home schooling memberikan kebebasan dan keleluasaan waktu bagi orang tua untuk mengawasi anak mereka, karena kegiatan pembelajaran dilakukan di rumah.

Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 11), model konsep pendidikan yang banyak mendasari pelaksanaan pendidikan, minimal dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu pendidikan klasik, pendidikan pribadi, pendidikan interaksional dan teknologi pendidikan. Dari keempat model konsep pendidikan tersebut, yang lebih relevan untuk dijadikan dasar teoritik paradigma home schooling adalah pendidikan pribadi. Konsep pendidikan pribadi, dalam realitasnya jarang terjadi dan sulit diterapkan dalam sekolah formal sehingga Pendidikan pribadi mungkin akan lebih sukses penerapannya melalui model pendidikan homeschooling.

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

(5)

kemampuan atau keterampilan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Media audiovisual adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan. Media pembelajaran audio visual merujuk kepada media pembelajaran yang padanya mengandung unsur berupa visual gambar dan suara. Jadi media pembelajaran audio visual adalah perantara atau penyampai pesan pembelajaran yang mengandung komponen visual dan suara. Media audio visual dalam penelitian ini dibuat dengan metode video relaksasi sehingga gambar dan suara akan lebih banyak menampilkan pemandangan, suasana yang tenang, hutan, air terjun, air mengalir, maupun suara-suara alam seperti gemericik air, dan sebagainya. Dari video relaksasi ini kemudian di refleksikan ke dalam media multi kanal yaitu berupa screen berjumlah lebih dari satu.

METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan pada tujuan yang ingin dicapai, Penelitian ini dirancang kemudian ditindak lanjuti dengan program pengembangan agar hasil penelitian memperoleh hasil yang maksimal. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya adalah observasi untuk memperoleh data, mengidentifikasi strategi pembelajaran, metode audio visual yang biasa digunakan, kemudian mengidentifikasi peluang untuk pengembangan media yang ada. Tahap selanjutnya adalah eksperimen untuk mengetahui implementasi strategi pembelajaran secara optimal, kemudian merancang media audio visual yang akan digunakan.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dipusatkan di Homeschooling Kak Seto Solo. Pemilihan lokasi

penelitian atas dasar observasi bahwa Homeschooling Kak Seto Solo merupakan homeschooling yang cukup solid. Selain itu, Homeschooling Kak Seto Solo juga terdapat siswa ABK.

3. Sumber Data

Jenis–jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut.

a. Narasumber antara lain: sebagai nara sumber utama atau primer adalah ABK. Sebagai narasumber tambahan atau sekunder, di antaranya adalah manajemen dan tutor homeschooling yang biasa mendampingi ABK.

(6)

b. Sumber tertulis antara lain: buku yang membahas tentang homeschooling, ABK, maupun media pembelajaran menggunakan audio visual. Jurnal dan artikel yang memuat hasil penelitian tentang seluk beluk homeschooling, ABK, maupun media pembelajaran menggunakan audio visual. Beberapa sumber tertulis tersebut dapat digunakan sebagai referensi dan kajian teoritis dalam menganalisis data penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini antara lain: studi pustaka, observasi, dan wawancara.

a. Studi Pustaka

Studi pustaka ini dilakukan di beberapa perpustakaan antara lain: Perpustakaan Daerah di Surakarta dan Sukoharjo, Perpustakaan Museum Negeri Surakarta, dan Perpustakaan Universitas Sahid Surakarta, dan Perpustakaan ISI Surakarta. Dengan tujuan untuk mencari literatur dan referensi-referensi dan kerangka konsep untuk mempertajam analisis dan pengembangan metode maupun strategi pembelajaran dalam kaitannya dengan penelitian ini. Buku yang digunakan sebagai sumber utama dalam penelitian ini yaitu: Homeschooling, Lompatan Cara Belajar, PT. Elex Media Komputindo: Jakarta, 2007 (Sumardiono), dan Media Pembelajaran ; Rajawali Pers:Jakarta:1996 (Sadiman, Arif S).

b. Observasi

Observasi dilakukan untuk memperjelas deskripsi dan analis data-data yang disajikan. Jenis observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi berperan penuh. Peneliti tidak hanya mengamati tetapi juga dapat bertanya (Sutopo, 2006:80). Selain itu, juga mendokumentasikan melalui pemotretan berbagai kegiatan di homeschooling.

c. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara mendalam dengan nara sumber diantaranya adalah manajemen, tutor, dan ABK itu sendiri. Tujuan dari wawancara ini adalah memungkinkan pihak yang diwawancarai untuk mendefinisikan strategi pembelajaran yang biasa digunakan, lingkungan seputar homeschooling dengan menggunakan istilah-istilah mereka, dan juga manajemen pengajaran sehingga fenomena-fenomena yang diteliti tidak sekedar menjawab

(7)

pertanyaan. Peneliti lebih menggali kepada subjek penelitian agar jawabannya tidak hanya sekedar jujur tetapi juga cukup lengkap atau terjabarkan.

5. Analisis Data

Proses analisis data dilakukan sejak awal bersama proses pengumpulan data. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan selama masa penelitian. Penelitian menggunakan sebuah teknik analisis interaktif dengan menggunakan tiga variabel. Terhadap data-data observasi, hasil wawancara, dan studi pustaka, yaitu penyajian data, data reduksi, dan gambaran kesimpulan.

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan untuk memberi kesimpulan yang cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Langkah selanjutnya dari penarikan kesimpulan ditindak lanjuti dengan pembuatan model pembelajran dengan menggunakan media audio visual. Audio visual ini terdiri dari visual gambar berupa unsure-unsur alam seperti pemandangan, air, dan hutan sedangkan audio berupa suara-suara yang menimbulkan suasana yang rilek, tenang seperti gemericik air, music instrument, dsb. Dari media audio visual ini kemudian direalisasikan pada saat pengujian dengan cara di refleksikan ke dalam multi kanal yaitu ke dalam screen yang berjumlah lebih dari satu.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Nana Syaodih Sukmadinata, (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

………(1997). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Buku Kompas, (2007). Home Schooling: Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Seto Mulyadi, (2007). Homeschooling Keluarga Kak-Seto: Mudah, Murah, Meriah, dan Direstui Pemerintah. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka.

Diane Lapp, (1975). Teaching and Learning: Philosophical, Psychological, Curricular Applications. London: Collier Macmillan Publishers.

(8)

Loy Kho, (2007). Homeschooling untuk Anak, Mengapa Tidak? Yogyakarta: Kanisius. Maulina D. Kembara, (2007). Panduan Lengkap Home Schooling. Bandung: Progressio. Yusuf Hadi Miyarso, (Agustus 2007). Teknologi yang Berwajah Humanis. Makalah disajikan dalam Seminar Internasional dan Temu Alumni FIP/JIP se-Indonesia di Manodo.

Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran. Jakarta. PT. Grafindo Persada.2003

Asnawir dan M. Basyiruddin Usman. Media Pembelajaran. Jakarta. Ciputat Pers.202

Djaramah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.2010

Sadiman, Arif S. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. 1996 Sudjana, Nana. Media Pengajaran. Surabaya: Pustaka Dua. 1978

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen perlu menanamkan kesadaran kepada seluruh karyawan mengenai pentingnya tujuan organisasi dan melakukan pelatihan penanganan gangguan kepada karyawan sesuai

Drug Reaction With Eosinophilia and Systemic Symptom (DRESS) atau sindroma DRESS merupakan suatu reaksi idiosinkratik yang terjadi setelah pemberian obat dalam

Kasus bila ternyata alamat hasil fungsi hash tidak berisikan kunci yang sama (artinya terjadi collision saat penyisipan), berarti kita harus mencari alamat record

Perdagangan dibentuk dalam kontrak futures dan dilaksanakan dengan sistem perdagangan alternatif (SPA), sehingga membuka peluang kepada semua pihak untuk dapat terlibat di

Bahwa Ketua Pengadilan Negeri Tasikmalaya dalam menentukan limit telah menggunakan jasa penilai yang independen yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor :

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di ruang persalinan Rumah Sakit Umum Daerah Syekh yusuf melalui wawancara terhadap tenaga kesehatan ditemukan bahwa

Kecepatan rencana sebaiknya diambil sama atau mendekati kecepatan maksimum yang diijinkan, karena debit rencana atau debit puncak tidak sering terjadi maka debit dan kecepatan

Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian ini adalah teknik yang diberikan, tempat, subjek penelitian, waktu penelitian dan variabel