• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agama Merupakan Rahmat Allah Bagi Semua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Agama Merupakan Rahmat Allah Bagi Semua"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MAKALAH

AGAMA MERUPAKAN RAHMAT BAGI SEMUA

AGAMA MERUPAKAN RAHMAT BAGI SEMUA

DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu:

Dosen Pengampu:

Dra. Yulidesni, M.Ag.

Dra. Yulidesni, M.Ag.

DISUSUN OLEH :

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 13 (Kelas I B)

KELOMPOK 13 (Kelas I B)

1.

1. Seri Melani (A1A015006)

Seri Melani (A1A015006)

2.

2.  A. Fika Elvia

 A. Fika Elvia

(A1A015078)

(A1A015078)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

UNIVERSITAS BENGKULU

2015

2015

(2)

KATA PENGANTAR 

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, kami panjatkan puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita, sehingga karena dengan ridho-Nya kita dapat melaksanakan kegiatan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Agama.

Makalah ini berjudul “Agama Merupakan Rahmat Bagi Semua” yang disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Agama. Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama yaitu Dra. Yulidesni, M.Ag dan teman-teman mahasiswa Universitas Bengkulu prodi Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan, saran dan bantuannya kepada kami.

Kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan pada makalah ini, baik dari segi isi maupun penulisan kata. Maka dari itu dengan mengharapkan ridha Allah SWT kami membutuhkan kritik dan saran bersifat membangun dari teman-teman Mahasiswa untuk  penyempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Bengkulu, September 2015

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ...1 KATA PENGANTAR ...2 DAFTAR ISI ...3 BAB I PENDAHULUAN ...4 1.1 Latar Belakang ...4 1.2 Rumusan Masalah ...5 1.3 Tujuan ...5 1.4 Manfaat ...6 BAB II PEMBAHASAN ...7

2.1 Agama merupakan Rahmat bagi Semua ...7

2.1.1 Definisi...7

2.1.2 Memahami Rahmat Islam...7

2.1.3 Mencari Rahmat Islam ...8

2.1.4 Bentuk-bentuk Rahmat Islam ...9

2.2 Rahmat Islam dalam Perang ...11

2.3 Rahmat dalam Hukum Had ...12

2.4 Rahmat Kepada Hewan ...14

BAB III PENUTUP ...15

3.1 Kesimpulan ...15

3.2 Saran ...15

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam agama. Kemajemukan yang ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan kuat terhadap identitas agama masing- masing. Indonesia merupakan sebuah negara dengan  berbagai macam keanekaragaman. Baik itu suku, budaya, adat, ras maupun agama. Indonesia

adalah negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, sekali lagi, terbanyak di dunia. Maka melihat keterangan di atas, seharusnya Indonesia menjadi negara yang indah, damai, dan beradab. Tapi lihat saja kenyataannya, kita tidak bisa menutup mata dan telinga dengan pemberitaan sehari-hari yang mengabarkan tentang kisah-kisah menyedihkan dan tak  beradab. Mulai dari anak-anak yang melakukan pencabulan, berjudi, menghisab sabu.

Remaja tawuran antar sekolah, kumpul kebo, menjadi pengedar, minum-minuman keras. Orang tua yang mencabuli anaknya sendiri, membunuh anggota keluarga sendiri, membunuh karena masalah sepele, bunuh diri, mutilasi, dan sebagainya. Sampai kepada pejabat kita yang melakukan tindak asusila, dan korupsi besar-besaran. Hampir setiap hari kejadian semacam ini keluar di pemberitaan. Sebenarnya apa yang terjadi? Di mana moral mereka? Bukankah sebagian besar dari mereka adalah muslim? Bukankah orang muslim seharusnya menjadi rahmatan lil ‘alamin?

Jika ingin merasakan Indonesia yang damai sejahtera, maka yang harus dibenahi adalah moral bangsanya, bukan sekedar pendidikan belaka. Dan p endidikan moral yang

sesungguhnya, yang komplit, dan yang diperintahkan oleh pencipta manusia adalah Islam. Setiap muslim wajib untuk belajar tentang agamanya. Dengan begitu kita akan mampu menjadi khalifah sesungguhnya di bumi sesuai tujuan diciptakannya kita, yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam.

Sedangkan kita tahu, dari firman Allah didalam QS.Ali Imran:110

110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada  yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli

kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Islam Agama Rahmat bagi Seluruh Alam. Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera,  penyerahan diri, taat dan patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang mengandung ajaran untuk menciptakan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup umat manusia pada khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Agama islam adalah agama yang Allah turunkan sejak manusia pertama, Nabi pertama, yaitu Nabi Adam AS. Agama itu kemudian Allah turunkan secara berkesinambungan kepada para Nabi dan Rasul-rasul berikutnya.

Agama Islam mengakui keberagaman agama yang dianut oleh manusia, karena itu agama Islam tidak hanya mengajarkan tata cara hubungan sesama umat Islam, tetapi juga hubungan dengan umat beragama lain.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah agama merupakan rahmat bagi semua : 1) Apa definisi agama islam?

2) Bagaimana agama merupakan rahmat bagi semua umatnya? 3) Apa saja bentuk-bentuk rahmat Allah?

1.3 Tujuan

Tujuan pada makalah agama merupakan rahmat bagi semua adalah

1) Memberikan informasi kepada pembaca tentang rahmat yang diturunkan oleh Allah swt. 2) Mamahami bahwa setiap agama diturunkan kepada seluruh alam termasuk makhluk, jin

maupun manusia, muslim maupun kafir, benda hidup maupun mati untuk dijadikan rahmat.

3) Memotivasi dan mendinamisasikan umat beragama khususnya umat islam agar dapat ikut serta dalam upaya menjalin tali silaturahmi.

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh mengajarkan manusia untuk selalu bersyukur pada nikmat dan rahmat yang telah Allah turunkan pada semua umat.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Agama merupakan Rahmat bagi Semua

Setiap Rasul membawa rahmat bagi umat manusia. Wahyu yang diterima dari Allah SWT yang mengutus Rasul-Rasul sejak awal hingga Muhammad SAW membawa manusia ke rahmat Allah. Nabi Muhammad membawa rahmat bagi seluruh umat manusia. Tidak semata di zaman dia diutus, atau semasa hidupnya semata. Rahmat yang dibawanya berlaku selalu sepanjang masa Bahkan untuk berabad-abad mendatang, hingga datangnya kiamat. Ajaran yang dibawanya, yakni Dinul Islam, tidak terbatas hanya di lingkungan tanah

kelahirannya saja. Ajaran Islam yang dibawanya melingkupi seluruh sudut bumi, dan berlaku universal untuk segala tempat dan bangsa serta berlaku abadi sepanjang masa. Agama

diturunkan untuk membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia guna mencapai kesejahteraan hidupnya di dunia dan akhirat.

2.1.1 Definisi

Islam secara etimologis, berasal dari bahasa Arab salima, yang berarti “selamat sentosa”. Kemudian kata itu dibentuk menjadi aslama, yang artinya “memelihara dalam keadaan selamat sentosa” dan berarti juga “menyerahkan diri, tunduk, damai, selamat, taat, dan  patuh”.

Islam secara terminologis, berarti agama islam yang berisi ajaran yang memberi

 petunjuk kepada umat manusia untuk melaksanakan tugas kehidupan menurut syariat, jalan kehidupan yang benar, yang memberikan kemaslahatan bagi s emua makhluk Allah. Agama islam sama sekali tidak mempunyai tujuan untuk mendatangkan dan membuat bencana atau kerusakan dimuka bumi. Inilah yang disebut islam sebagai rahmatan lil ngalamin (rahmat  bagi seluruh alam).

2.1.2 Memahami Rahmat Islam

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin,  jin maupun manusia, Muslim maupun kafir, benda hidup maupun mati, a palagi sesama manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al Anbiya:107 107. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.

Ayat di atas sering dijadikan hujjah bahwa Islam adalah agama rahmat. Itu benar. Rahmat Islam itu luas, seluas dan seluwes ajaran Islam itu sendiri. Itu pun juga pemahaman yang  benar.

Sedangkan bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran Islam itu adalah 1. Islam menunjukan Manusia jalan hidup yang benar.

2. Islam menghormati dan menghargai semua manusia sebagai hamba Allah, baik mereka muslim maupaun non muslim.

(7)

4. Islam memberikan kebebasan kepada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan oleh Allah secara tanggung jawab dan lain-lain.

Agama islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, namun banyak orang

menyimpangkan pernyataan ini pada pemahaman –  pemahaman yang salah kaprah.sehingga menimbulkan banyak kesalahan dalam praktek beragama, bahkan dalam hal yang sangat fundamental yaitu dalam masalah toleransi.

 Fungsi islam sebagai rahmatan lil ‘alamin tidak bergantung pada penerimaan atau

 penilaian manusia. Fungsi tersebut akan dapat terwujud dan dapat dirasakan oleh manusia itu sendiri ataupun makhluk lain apabila mannusia telah mentaati dan menjal ankan ajaran islam dengan benar.

 Nabi muhammad saw diutus dengan membawa ajaran islam dengan dasar rahmatan lil ‘alamin. Sedangkan rahmat itu sendiri dalam lisanul arab berart i kelembutan yang berpadu dengan rasa iba atau bisa diartikan sebagai kasih sayang. Jadi, diutusnya nabi Muhammad saw adalah bentuk kasih sayang Allah kepada semua makhluk, terutama manusia.

2.1.3 Mencari Rahmat Islam

Allah SWT berfirman, dalam QS. Al-Baqarah: 208

 Artinya : “Hai orang -orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara

keseluruhannya. Dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu,” (QS al-Baqarah: 208)

Ada banyak dimensi dari universalitas ajaran Islam. Di antaranya adalah, dimensi rahmat. Rahmat Allah yang bernama Islam meliputi seluruh dimensi kehidupan manusia. Allah telah mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi seluruh manusia agar mereka me ngambil petunjuk Allah. Dan tidak akan mendapatkan petunjuk-Nya, kecuali mereka yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan-Nya.

 Artinya :“Dan orang -orang yang berjihad untuk  (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan  Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik,” (QS al-‘Ankabuut: 69).

2.1.4 Bentuk-bentuk Rahmat Islam

Ketika seseorang telah mendapat petunjuk Allah, maka ia benar-benar mendapat rahmat dengan arti yang seluas-luasnya. Dalam tataran praktis, ia mempunyai banyak bentuk. 1. Pertama, manhaj (ajaran).

Di antara rahmat Allah yang luas adalah manhaj atau ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw berupa manhaj yang menjawab kebahagiaan seluruh umat manusia, jauh dari kesusahan dan menuntunnya ke puncak kesempurnaan yang hakiki. Allah SWT berfirman,

(8)

 Artinya : “Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi  sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).” (QS. Thahaa: 2-3).

Di ayat lain, Dia berfirman,

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu…,” (QS Al-Maidah: 3). 2. Kedua, al-Qur`an.

Al-Qur`an telah meletakkan dasar-dasar atau pokok-pokok ajaran yang abadi dan

 permanen bagi kehidupan manusia yang selalu dinamis. Kitab suci terakhir ini memberikan kesempatan bagi manusia untuk beristimbath (mengambil kesimpulan) terhadap hukum-hukum yang bersifat furu’iyah. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari tuntutan

dinamika kehidupannya. Begitu juga kesempatan untuk menemukan inovasi dalam hal sarana  pelaksanaannya sesuai dengan tuntutan zaman dan kondisi kehidupan, yang semuanya itu

tidak boleh bertentangan dengan ushul atau pokok-pokok ajaran yang permanen. Dari sini  bisa kita pahami bahwa al-Qur`an itu benar-benar sempurna dalam ajarannya. Tidak ada satu  pun masalah dalam kehidupan ini kecuali al-Qur`an telah memberikan petunjuk dan solusi.

Allah berfirman :

 Artinya :“Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dikumpulkan,” (QS al-An’aam: 38).

Dalam ayat lain berbunyi, “...Dan Kami turunkan kepadamu al -Kitab (al-Quran) untuk

menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang   yang berserah diri,” (QS an-Nahl: 89).

3. Ketiga, penyempurna kehidupan manusia

Di antara rahmat Islam adalah keberadaannya sebagai penyempurna kebutuhan manusia dalam tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Rahmat Islam adalah meningkatkan dan melengkapi kebutuhan manusia agar menjadi lebih sempurna, bukan membatasi potensi manusia. Islam tidak pernah mematikan potensi manusia, Islam juga tidak pernah

mengharamkan manusia untuk menikmati hasil karyanya dalam bentuk kebaikan-kebaikan dunia.

....  Artinya :“Katakanlah: ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah

dikeluarkan-Nya untuk hambahamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) reze ki  yang baik?...” (QS al-A`raf: 32).

Islam memberi petunjuk mana yang baik dan mana yang buruk, sedang manusia sering tidak mengetahuinya.

(9)

 Artinya :“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat  baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216).

4. Keempat, jalan untuk kebaikan.

Rahmat dalam Islam juga bisa berupa ajarannya yang berisi j alan/cara mencapai

kehidupan yang lebih baik, dunia dan akhirat. Hanya k ebanyakan manusia memandang jalan Islam tersebut memiliki beban yang berat, seperti kewajiban sholat dan zakat, kewajiban amar ma’ruf nahi munkar, kewajiban memakai jilbab bagi wanita dewasa, dan sebagainya. Padahal Allah SWT telah berfirman,

... Pada dasarnya, kewajiban tersebut hanyalah untuk kebaikan manusia itu sendiri.

... Artinya :“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri,...” (QS al-Isra’: 7).

 Artinya :“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya,...” (QS al-Baqarah: 286).

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ajaran Islam itu adalah rahmat dalam artian yang luas, bukan rahmat yang dipahami oleh sebagian orang menurut seleranya sendiri. Rahmat dalam Islam adalah rahmat yang sesuai dengan kehendak Allah dan ajaran- Nya, baik berupa perintah atau larangan. Memerangi kemaksiatan dengan mengingatkan

kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar itu adalah rahmat, sekalipun sebagian orang tidak setuju dengan tindakan tersebut. Allah berfirman :

 Artinya : “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh  jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,  sedang kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216).

Hendaknya kita jujur dalam mengungkapkan sebuah istilah. Jangan sampai kita menggunakan ungkapan seperti sejuk, damai, toleransi, rahmat, dan sebagainya, kemudian dikaitkan dengan kata ‘Islam’. Sementara ada tujuan lain yang justru bertentangan dengan Islam itu sendiri.

2.2 Rahmat Islam dalam Perang

Demikian pula dalam peperangan, Agama Islam tidak lepas dari sifatnya sebagai rahmat  bagi seluruh alam. Islam mengajarkan peraturan-peraturan dan hukum-hukum perang. Siapa yang boleh dibunuh dan siapa yang tidak. Bolehkah merusak jasad musuh atau tidak, dan seterusnya. Setiap melepas suatu pasukan untuk berperang Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam selalu memberikan wasiat kepada mereka, yang berisi nasihat dan peraturan  peperangan. Di dalamnya kita akan dapati rahmat dan kasih sayang.

Pernah pada suatu hari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berjalan bersama  pasukannya dalam suatu peperangan. Kemudian Beliau melihat orang-orang berkerumun pada

(10)

sesuatu, maka beliau pun mengutus seseorang untuk melihatnya. Ternyata mereka mengerumuni seorang wanita yang terbunuh oleh pasukan terdepan. Waktu itu pasukan terdepan dipimpin oleh Khalid bin Walid. Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam pun  bersabda: “Berangkatlah engkau menemui Khalid dan katakan kepadanya: Sesungguhnya  Rasulullah melarang engkau untuk membunuh dzuriyah (wanita dan anak-anak, ed) dan  pekerja / pegawai.” (HR. Abu Dawud).

Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “ Katakan pada  Khalid jangan ia membunuh wanita dan pekerja. ” (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Ath -Thahawi.

Lihat Ash-Shahihah oleh Syaikh Al-Albani 6 / 314).

Dalam riwayat yang lebih shahih dikatakan: “ Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Nabi  shallallahu `alaihi wa sallam melihat seorang wanita terbunuh dalam suatu peperangan. Maka

beliau pun mengingkari pembunuhan wanita dan anak-anak .” (Muttafaqun `alaihi)

Dari riwayat-riwayat ini jelas bahwa wanita dan anak-anak tidak boleh dibunuh dalam  peperangan. Sedangkan pegawai atau pekerja yang dimaksud adalah warga sipil yang tidak ikut dalam peperangan. Mereka ini juga tidak boleh dibunuh. Demikianlah peraturan Islam,  betapa indahnya peraturan tersebut. Kaum muslimin sudah mengenal istilah “warga sipil ” yang

tidak boleh dibunuh sejak turunnya Al- Qur’an ribuan tahun yang lalu. Inilah kasih-sayang Islam yang datang sebagai rahmat bagi seluruh alam termasuk kepada musuhnya sekali pun. 2.3 Rahmat dalam Hukum Had

Termasuk dalam hukum had dan qishas, kasih sayang Islam tidak pernah hilang. Disamping hukum itu sendiri memang membawa rahmat, penerapannya pun tidak sembarangan. Membutuhkan penyelidikan dan kepastian serta masih terkait dengan tuntutan korban atau maafnya.

Seperti hukum qishas, hukum seorang yang membunuh adalah dibunuh pula. Hukum ini membawa rahmat kepada seluruh kaum muslimin yaitu keamanan dan ketentraman. Bahkan hukum yang sepintas terlihat akan membawa korban lebih banyak, ternyata bagi orang yang cerdas akan terlihat bahwa sesungguhnya hukum ini justru menjaga kehidupan. Allah  berfirman :

 Artinya: “Sesungguhnya pada hukum qishash ada kehidupan bagi kalian wahai orang yang cerdas, semoga kalian bertakwa.” (Al-Baqarah: 179)

 Namun hukum ini pun terkait dengan tuntutan keluarga korban. Jika mereka memaafkan maka tidak dilakukan hukum bunuh melainkan membayar diat , semacam uang denda atau tebusan senilai harga seratus ekor unta yang diberikan kepada keluarga korban. Ini  pun merupakan rahmat dan keringanan dari Allah untuk mereka sebagaimana Allah katakan

sendiri dalam ayat-Nya:

 Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,

(11)

hendaknya (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampui batas sesudah itu, maka baginya siksa y ang sangat pedih.” (Al-Baqarah: 178)

Ini pun kalau benar-benar terbukti ia membunuh dengan sengaja, kalau ternyata tidak sengaja maka tidak ada qishas yang ada adalah diat. Bahkan kalau keluarga korban akan menginfakkan tebusan tersebut kepada si pembunuh dan mema’afkannya, berarti ia t idak perlu membayar diat.

Walaupun yang dibunuh adalah seorang kafir mu’ahad yang terikat perjanjian, tetap wajib  bagi si pembunuh yang Muslim membayar diat kepada keluarga korban serta memerdekakan

seorang budak. Tetapi tidak ada qishas baginya.

Sedangkan hukum potong tangan bagi pencuri atau hukum cambuk (bagi penzina yang  belum menikah) dan rajam (bagi penzina yang telah menikah) dan lain-lain merupakan

kejahatan yang jika sudah sampai kasusnya kepada pemeri ntah maka harus ditegakkan hukum  padanya. Inipun sesungguhnya merupakan rahmat bagi seluruh kaum muslimin bahkan seluruh

manusia.

2.4 Rahmat Kepada Hewan

Dalam memelihara hewan kita harus memberinya makan yang cukup. Dalam menunggangi kita dilarang memberikan beban yang terlalu berat. Dalam menyembelih kita harus menggunakan pisau yang tajam dan ditempat yang langsung mematikan, yaitu dilehernya. Dan seterusnya, pernah suatu hari Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memasuki perkampungan kaum Anshar. Kemudian beliau masuk ke suatu tembok kebun salah seorang dari mereka. Tiba-tiba beliau melihat seekor unta yang kurus. Ketika melihat Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam, unta itu menangis, merintih dan meneteskan air mata. Maka beliau pun mendekatinya lalu mengusap perutnya sampai ke punuknya dan ekornya. Unta itu pun tenang kembali. Kemudian Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Siapa penggembala unta ini?”

Dalam riwayat lain beliau bersabda: “Siapa pemilik unta ini?” Maka datanglah seorang  pemuda dari Anshar, kemudian berkata: “Itu milikku ya Rasulullah.” Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berkata: “Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam memelihara ternak yang telah Allah berikan kepadamu itu? Sesungguhnya ia mengeluh kepadaku bahwa engkau melaparkan dan melelahkannya.” Maka beliau menegurnya dengan ucapan: “Tidakkah kamu takut kepada Allah.” Ini mengandung ancaman bagi orang yang menyiksa hewan peliharaannya. Bukankah ini suatu rahmat dan kasih sayang yang besar.

(12)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahwa ajaran Islam itu adalah rahmat dalam artian yang luas, bukan rahmat yang

dipahami oleh sebagian orang menurut seleranya sendiri. Rahmat dalam Islam adalah r ahmat yang sesuai dengan kehendak Allah dan ajaran-Nya, baik berupa perintah atau larangan. Memerangi kemaksiatan dengan mengingatkan kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar itu adalah rahmat, sekalipun sebagian orang tidak setuju dengan tindakan tersebut. 3.2 Saran

Sebagai seorang yang beragama islam, islam menjadi hendaknya menjadi dasar dalam menata kehidupan, baik ekonomi, politik, maupun budaya sehingga kehidupannya menjadi prilaku yang islami, karena sesungguhnya agama ini adalah rahmat bagi seluruh makhluk, jin maupun manusia, muslim maupun kafir, benda hidup maupun mati.

(13)

Daftar pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Dasar sosiologi dan ekonomi tidak dapat terpisah dan saling berkaitan. Hal ini dalam dunia pendidikan Islam, dasar sosiologis sebagai interaksi dalam menjalani kehidupan

Peserta didik mampu menggunakan nalar dalam mengkaji konsep-konsep kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik masa pra- aksara, masa Hindu-Budha, Islam,. -

Diah Eka Kusumawati, Peningkatan Perilaku Kerja Islami Dengan Budaya Organisasi Islami Sebagai Variabel Moderas, Jurnal (Semarang, Fak Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung

Oleh karena itu, penggunaan istilah Martabat Tujuh sebagai dasar dalam kehidupan sosial politik dan budaya masyarakat Buton pada awal abad ke-17 akan mudah dimengerti

1. Karim, Ekonomi Makro Islami, Edisi 1-3. Eko Suprayitno, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional, Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2005.

Syarat teknis meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,

praaksara, masa Hindu Buddha dan masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, dan politik yang masih hidup dalam masyarakat sekarang. 1) Pola kehidupan dan kebudayaan

sendiri bertempat tinggal, sekaligus menata dasar-dasar kehidupan mereka sebagai suatu kesatuan sosial ekonomi dan Kultural. Selain dengan adanya kebutuhan