• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Islam dalam Kehidupan Berpolitik

N/A
N/A
chaerul muhammadnatsir

Academic year: 2024

Membagikan "Pendidikan Islam dalam Kehidupan Berpolitik"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS TERBUKA (UPBJJ PALU)

Nama : Chaerul Fathi NIM : 051223971

Prodi : Ilmu Pemerintahan

Bacalah soal berikut dengan cermat, kemudian saudara jawab dan diunggah pada tempat yang telah disediakan:

1. Budaya akademik yang ingin dibangun oleh Islam, bukan sekedar menjadikan manusia cerdas, tetapi juga manusia yang memiliki kekuatan iman dan kerendahan hati (tawadzu').

a.) Tuliskan ayat dan terjemah QS Al-Hajj/22: 54!

b.) Jelaskan keterkaitan ilmu pengetahuan, iman, dan hati yang tunduk menurut QS Al- Hajj/22: 54!

c.) Tuliskan ayat dan terjemah Q.S. Al-Baqarah/2: 111!

d.) Jelaskan pengertian budaya akademik menurut Q.S. Al-Baqarah/2: 111!

2. Prinsip-prinsip dalam kehidupan politik dijelaskan langsung dalam QS An-Nisaa’/4: 58-59 dan tugas amanah bagi siapa saja yang memegang kekuasaan politik dijelaskan dalam QS Al- Baqarah/2:151.

a.) Tuliskan terjemah QS. An-Nisaa’/4: 58-59!

b.) Sebutkan empat konsep dasar kehidupan politik menurut QS. An-Nisaa’/4: 58-59!

c.) Tuliskan ayat dan terjemah QS. Al-Baqarah/2: 151!

d.) Jelaskan secara ringkas amanah-amanah mendasar bagi pemegang kekuasaan politik menurut QS. Al-Baqarah/2: 151!

3. Agama Islam sesuai dengan fitrah interaksi manusia sebagaimana dijelaskan dalam QS An-Nisaa’ (4):

125 melalui istilah al-Dîn dan QS. Ali Imran (3): 67 melalui istilah al-hanîf.

a.) Tuliskan ayat dan terjemahan QS An-Nisaa’ (4): 125!

b.) Sebutkan dengan pihak mana saja fitrah interaksi manusia pada QS An-Nisaa’ (4): 125 tersebut!

c.) Tuliskan ayat dan terjemahan QS. Ali Imran (3): 67!

d.) Apakah yang dimaksud dengan al-hanafiyyat pada QS. Ali Imran (3): 67 tersebut?

(2)

JAWABAN

1. a.)

b.) Keterkaitan ilmu pengetahuan, iman, dan hati yang tunduk menurut QS Al- Hajj/22: 54 Ada tiga rangkaian yang tidak terpisahkan; ilmu pengetahuan, iman yang kokoh dan hati yang tunduk. Artinya bukti seseorang memiliki pengetahuan adalah imannya yang kokoh, dan sebagai bukti bahwa iman tersebut adalah kokoh maka hatinya selalu tunduk (kepada kebenaran yang bersumber dari petunjuk Allah SWT).

c.)

(3)

d.) Budaya akademik menurut Q.S.Al-Baqarah/2: 111 Kesan yang dapat ditangkap dari ayat tersebut adalah jangan sampai manusia menyangkut prinsip-prinsip kehidupannya hanya mendasarkan kepada klaim-klaim yang tidak berdasar, melainkan harus didasarkan kepada bukti yang jelas hasil dan pemikiran yang rasional dam obyektif.

Dari ayat tersebut terlihat bahwa Islam menuntut kepada manusia untuk mengedepankan rasionalitas ilmiah dalam setiap tindakannya.

2. a.) TerjemahanQS.An-Nisaa’/4:58

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik- baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

TerjemahanQS.An-Nisaa’/4:59

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allahdanhari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

b.) - Kewajiban untuk menunaikan amanah

- Perintah untuk menetapkan hokum dengan adil - Perintah taat kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri

- Perintah untuk kembali kepada Al-Qur'an dan As-sunnah

c.)

(4)

d.) Ayat tersebut menjelaskan banyak sekali pelajaran yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk para pemimpin ketika memimpin suatu umat, diantaranya:

1. Tanggung Jawab sebagai Amanah: Ayat ini mengingatkan bahwa para rasul yang diutus oleh Tuhan memiliki tugas mulia untuk membawa pesan, mengajarkan, dan memimpin masyarakat. Demikian pula, pemegang kekuasaan politik memiliki tanggung jawab yang merupakan amanah dari Tuhan untuk memimpin dengan adil dan bijaksana.

2. Melayani dan Memberikan Manfaat: Rasul-rasul yang diutus memiliki tujuan utama untuk melayani masyarakat dan memberikan manfaat kepada mereka. Pemegang kekuasaan politik juga harus memiliki fokus yang sama, yaitu menjalankan kekuasaan mereka untuk kepentingan masyarakat, bukan kepentingan pribadi atau golongan tertentu.

3. Integritas dan Kebijaksanaan: Ayat ini menekankan bahwa rasul-rasul menyampaikan ayat-ayat Tuhan dengan integritas dan kebijaksanaan. Pemegang kekuasaan politik juga harus menjalankan tugas mereka dengan integritas tinggi dan kebijaksanaan yang mendalam, agar keputusan yang diambil menguntungkan semua pihak.

4. Pembelajaran dan Pengetahuan: Rasul-rasul membawa pengetahuan dan hikmah kepada masyarakat. Pemegang kekuasaan politik juga harus berusaha untuk terus belajar, memahami kondisi masyarakat, dan mengambil keputusan yang didasarkan pada pengetahuan.

5. Menciptakan Kesejahteraan: Rasul-rasul diutus untuk membawa pesan yang memberikan kesejahteraan rohaniah dan duniawi bagi masyarakat. Demikian pula, pemegang kekuasaan politik harus berupaya menciptakan lingkungan yang mendorong kesejahteraan sosial, ekonomi, dan politik bagi semua warga negara.

Ayat ini mengingatkan kita semua, terutama para pemegang kekuasaan politik, bahwa tanggung jawab dan amanah yang mereka emban bukanlah hal yang sepele. Mereka memiliki peran penting dalam membentuk arah dan tujuan masyarakat. Oleh karena itu, mereka harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip amanah, keadilan, dan pelayanan yang dijelaskan dalam ayat ini. Dengan mengambil teladan dari rasul-rasul yang membawa pesan Tuhan, pemegang kekuasaan politik dapat membawa perubahan positif dan membantu menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan harmonis.

(5)

3. a.)

b.) Dalam ayat ini, terdapat tiga piha yang terlibat dalam fitrah interaksi manusia:

1. Individu manusia dengan Allah

Ayat tersebut menyatakan bahwa orang yang lebih baik agamanya adalah orang yang menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah. Hal ini mencakup keyakinan, pengabdian, dan ketaatan terhadap perintah Allah.

2. Individu manusia dengan dirinya sendiri

Selain menyerahkan diri kepada Allah, individu manusia juga harus berbuat kebajikan. Ini mencakup melakukan amal saleh, memperbaiki akhlak, menjauhi maksiat, dan berusaha menjadi pribadi yang baik.

3. Individu manusia dengan masyarakat:

Ayat ini juga menekankan pentingnya mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Agama Ibrahim mengacu pada monotheisme dan tuntunan yang benar. Dengan mengikuti ajaran yang lurus, individu manusia berinteraksi dengan masyarakat dengan cara yang baik dan benar, mengedepankan keadilan, kebaikan, dan persatuan.

c.)

(6)

d.) Kata "hanif" secara harfiah berarti "lurus" atau "sejalan."

Dalam konteks ini, "al-hanafiyyat" mengacu pada kepercayaan atau jalan hidup yang lurus dan tunduk kepada Allah. Ibrahim dianggap sebagai seorang hanif karena dia menolak penyembahan berhala dan mengabdikan dirinya sepenuhnya kepada Allah. Dia mengikuti agama yang benar dan tidak tergabung dalam praktik musyrik atau menyekutukan Allah dengan sesuatu atau siapa pun.

Sumber Referensi : Modul Pendidikan Agama Islam MKWU4101

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa pengalaman muslim Indonesia dalam memahami dan menghayati kehidupan keagamaan, sosial, politik, maupun budaya patut menjadi acuan bagi muslim di dunia Islam lain, khususnya

Dari paparan di atas dapat dikemukakan bahwa perkembangan pendidikan Islam sejak awal selalu terkait dengan kondisi sosio-politik, budaya dan tuntutan masyarakatnya. Pada

POLITIK DAN PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA | 22 perseteruan antara negara dan agama, perseteruan Islam politik dengan Islam kultural, polarisasi politik, fragmentasi politik,

Adapun Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pendidikan multikultural pendidikan agama Islam mendasarkan pada: keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat,

Budaya Yang di Hasilkan Setelah Pengaruh Islam Masuk Setelah ajaran agama Islam Syekh Agung, kehidupan masyarakat Jambi khususnya di wilayah Batang Hari mengalami perubahan tetapi

Pengembangan pendidikan multikulturalisme harus didasarkan pada tiga prinsip, sebagai berikut: 1 keragaman budaya menjadi dasar dalam menentukan filsafat; 2 keragaman budaya dijadikan

Makalah ini membahas tentang budaya politik dalam