• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN DOSEN YAYASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN DOSEN YAYASAN"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN DOSEN YAYASAN

HUBUNGAN TINGKAT EKONOMI KELUARGA DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI

BALITA DI POSYANDU SUBUR KELURAHAN PULAI ANAK AIR WILAYAH KERJA PUSKESMAS

NILAM SARI BUKITTINGGI TAHUN 2016

Peneliti:

Hj. Evi Susanti, S.ST, M.Biomed

Dana bersumber dari Institusi STIKes Prima Nusantara 2016

PROGRAM STUDI D-I BIDAN PENDIDIK STIKES PRIMA NUSANTARA

BUKITTINGGI 2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahNya kepada peneliti, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dan Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi Balita dengan Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016.

Dalam penyelesaian Laporan penelitian ini penulis banyak menerima bimbingan, arahan, masukan, dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Hj. Evi Susanti, S.ST, M.Biomed selaku Ketua STIKes Prima Nusantara Bukittinggi.

2. Rekan-rekan Dosen STIKes Prima Nusantara Bukittinggi yang telah menyarankan dan memberikan masukan sehingga penulis dapat membuat laporan penelitian ini

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, disebabkan karena keterbatasan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan tanggapan, kritikan, dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

Bukittinggi, 2016

(3)

Nama : Hj. Evi Suanti, S.ST, M.Biomed Program Studi : D-I Bidan Pendidik

Judul : Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga Dan Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi Balita dengan Status Gizi Balita Di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016

xvi + 45 Halaman + 8 tabel +11 Lampiran + 2 Skema

ABSTRAK

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2014 prevalensi status gizi balita berat kurang pada tahun 2014 adalah 17.9%. Bila dibandingkan dengan sasaran MDG’s tahun 2015 yaitu 15.5% maka prevalensi berat kurang secara nasional masih harus diturunkan. Kelurahan Pulai Anak Air merupakan kelurahan terbesar dari empat kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi. Dari survey awal didapatkan 4 balita dengan gizi sangat kurang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Penelitian ini bersifat survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi berjumlah 434 balita, sampel 81 responden dengan metode accidental sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016 di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air. Data tingkat ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner secara wawancara dan data status gizi balita dikumpulkan dengan menimbang berat badan di Posyandu. Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan uji statistik p=0.05. Hasil penelitian didapatkan 60.5% responden dengan tingkat ekonomi rendah, 58.0% responden dengan pengetahuan tinggi, dan 93.8% responden mempunyai status gizi baik. Dari uji statistik tidak terdapat hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita, nilai p=0.379 (nilai p>α), dan tidak terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita, nilai p=0.392 (nilai p> α). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita dan tidak terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita. Diharapkan institusi tempat penelitian dapat meningkatkan status gizi balita agar kejadian gizi kurang di Kelurahan Pulai Anak Air dapat diatasi.

Referensi : 19 (2003-2013)

Kata kunci : Tingkat ekonomi keluarga, pengetahuan ibu tentang status gizi balita, status gizi balita

(4)

Name : Hj. Evi Susanti, S.ST, M.Biomed The program of Study : D-I Educator Midwife

Title : Relationship of the level of Family Economic and Mother Knowledge About Nutritional Status of Children Under Five With Nutritional Status of Children in the Subur’s Posyandu Village Pulai Anak Air Nilam Sari Bukittinggi Work Area Health in 2016

xvi + 45 Pages + 8 tables +11 Enclosure + 2 Scheme

ABSTRACT

Based on Riskesdas in 2014 the prevalence of nutritional status of children less weight in 2010 was 17.9%. When compared to the 2015 MDG’s target is 15.5% less than the national prevalence of weight still to be lowered. The Village Pulai Anak Air is the largest villages of four health in Nilam Sari Bukittinggi Work Area Health. From the initial survey get 4 infant with very poor nutrition. The purpose of the study was to determine whether there is correlation between family economy and the mother knowledge with nutritional status of children. This research is an analytic survey with cross sectional approach. Population of 434 infants, the sample 81 respondents with accidental sampling method. The research was conducted on April, 2016 at subur’s posyandu village Pulai Anak Air. The level of family economic and knowledge data collected by using a questionnaire toddler in interviews and data collected by the nutritional status of children under five weigh in posyandu. Computerized data processing performed by chi-square test p = 0.05. The results showed 60.5% of respondents with a low economic level, 58.0% of respondents with high knowledge, and 93.8% of respondents had good nutritional status. The level of economic family of statistical relationships with nutritional status of children, the value of p = 0.379 (p-value> α), and the mother knowledge of the relationship with nutritional status of children under five, the value of p = 0.392 (p-value> α). From the results of this study concluded that there was no significant relationship between the level of economic families with nutritional status of children and also there was no correlation the mother knowledge with nutritional status of children. Institution where the research is expected to improve the nutritional status of children so that the incidence of malnutrition in Sub Pulai Anak Air can be overcome.

Reference : 19 (2003-2013)

Keywords : the level of family economic, the knowledge of the mother's nutritional status, nutritional status of children

(5)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ... i KATA PENGANTAR ... ii ABSTRAK ... iii ABSTRACK ... iv DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 5 C. Batasan Masalah ... 5 D. Rumusan Masalah ... 5 E. Tujuan ... 6 F. Manfaat ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Status Ekonomi ... 8

B. Pengetahuan ... 10

C. Status Gizi Balita ... 13

D. Kerangka Teori ... 21

E. Kerangka Konsep ... 21

F. Hipotesa ... 22

G. Defenisi Operasional ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 24

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel ... 24

D. Etika Penelitian ... 26

E. Teknik pengumpulan Data ... 27

F. Prosedur Pengolahan Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian ... 31

B. Pembahasan ... 35

(6)

BAB V PENUTUP ... 44 A. Kesimpulan ... 44 B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pemantauan Status Gizi Puskesmas Nilam Sari Tahun 2014 ... 3 Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Menurut WHO-NCHS ... 19 Tabel 2.2 Defenisi Operasional ... 23 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden menurut Tingkat Ekonomi

Keluarga di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah

Kerja Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi Tahun 2016 ... 31 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden menurut Pengetahuan Ibu tentang

Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi Tahun 2016 ... 32 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden menurut Status Gizi Balita di

Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi Tahun 2016 ... 32 Tabel 4.4 Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi Balita di

Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi Tahun 2016 ... 33 Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan Responden tentang Status Gizi Balita

dengan Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016 . 34

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori ... 21 Skema 2.2 Kerangka Konsep... 22

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ganchart

Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 4 Kisi-Kisi Kuisioner

Lampiran 5 Kuisioner Penelitian

Lampiran 6 Tabel Penilaian Status Gizi Menurut Berat Badan dan Umur Lampitan 7 Master Tabel

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Pada sisi lain, masalah gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat di negara-negara berkembang termasuk Indonesia sebagai dampak keberhasilan dibidang ekonomi. Penyuluhan gizi secara luas perlu digerakkan bagi masyarakat guna perubahan perilaku untuk meningkatkan keadaan gizinya (Almatsier, 2012).

Menurut data WHO pada tahun 2010 kematian bayi dan balita di dunia disebabkan oleh pneumonia 19%, diare 18%, malaria 8%, campak 4%, HIV/AIDS 3%, kondisi neonatal termasuk kelahiran prematur, asfiksia dan infeksi 37%. Dari kematian bayi dan balita tersebut lebih dari 50% nya menderita gizi kurang, oleh karena itu menurunkan kejadian gizi kurang berarti menurunkan angka kematian bayi dan balita (WHO, 2011).

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih (Supariasa dkk, 2008 ).

(11)

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 prevalensi status gizi balita dengan berat kurang pada tahun 2010 adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk, 13% gizi kurang, 76,2% gizi baik dan 5,8% gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) sudah terjadi penurunan. Penurunan terutama pada terjadi pada prevalensi gizi buruk, turun sebesar 0,5%, sedangkan prevalensi gizi kurang masih tetap sebesar 13.0% bila dibandingkan dengan sasaran MDG’s tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi berat kurang secara nasional masih harus diturunkan (Riskesdas 2010 dalam Kemenkes RI 2012).

Pada tahun 2010, sebanyak 103 juta anak berusia di bawah lima tahun di negara berkembang mengalami underweight atau berat badan terlalu rendah. Prevalensi balita yang mengalami masalah gizi berdasarkan berat badan per umur (BB/U) di Indonesia pada tahun 2010 meliputi kasus gizi kurang 13,0% dan gizi buruk 4,9%. Prevalensi di Sumatera Barat menunjukkan kasus gizi kurang 14,4% dan gizi buruk 2,8%. Data tersebut memperlihatkan bahwa jumlah balita dengan status gizi kurang di Sumatera Barat masih tinggi di atas persentase rata-rata Indonesia. Berdasarkan hasil pemantauan status gizi Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2011, didapatkan prevalensi balita gizi kurang dengan indikator BB/U sebesar 10,6% dan balita gizi buruk 1,7% (Profil Kesehatan Dinkes Tk I, 2010).

Pada tahun 2014 di Kota Bukittinggi masih ditemukan balita gizi buruk sebanyak 14 orang/ 0,16% (Berat Badan menurut umur) dan 1009 orang gizi kurang/ 13,5%. Setelah ditinjau balita tersebut tidak mengalami kelainan yang

(12)

mengarah kepada marasmus/ kwasiorkor (Profil Dinas Kesehatan Bukittinggi, 2014).

Berdasarkan laporan Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari dari 1099 orang balita terdapat 8 orang balita dengan gizi sangat kurang, 38 orang dengan gizi kurang, dan 45 orang dengan gizi lebih. Dari empat kelurahan yang terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari, di Kelurahan Pulai Anak Air terdapat 4 orang dengan gizi sangat kurang, 16 orang dengan gizi kurang, dan 19 orang dengan gizi lebih (Laporan PSG, 2015).

Tabel 1.1

Pemantauan Status Gizi Puskesmas Nilam Sari Tahun 2015

No Kelurahan Status Gizi BB/U Total

Sangat kurang Kurang Baik Lebih

1 Pulai Anak Air 4 16 395 19 434

2 Koto Selayan 0 3 121 2 126

3 Garegeh 2 7 167 11 187

4 Manggis Ganting 2 12 325 13 352

Jumlah 8 38 1008 45 1099

(Laporan PSG, 2013)

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi diketahui jumlah balita tahun 2015 sebanyak 1099 balita dan dari hasil wawancara dengan 10 orang ibu yang mempunyai balita di Kelurahan Pulai Anak Air diketahui sebanyak 2 orang ibu mengetahui tentang status gizi balita dan 8 orang ibu tidak mengetahui tentang status gizi balita, hal ini menunjukkan masih kurangnya pengetahuan ibu tentang status gizi balita. Selain itu, dari 10 orang ibu tersebut didapatkan 6 keluarga dengan ekonomi kelas rendah dan 4 keluarga dengan ekonomi kelas atas. Dan dari 10 keluarga tersebut

(13)

didapatkan 2 orang balita dengan status gizi kurang. Hal ini menandakan bahwa status gizi balita juga dapat dipengaruhi oleh tingkat ekonomi keluarga.

Beberapa kasus gizi buruk yang terjadi selama ini baik di Indonesia maupun secara global menemukan implikasi bahwa kemiskinan beresiko besar terhadap gizi buruk. Dalam studi ini kondisi tersebut juga di temukan. Kelompok masyarakat miskin dan tingkat pengetahuan rendah memiliki resiko besar terhadap kasus gizi buruk dan gizi kurang.

Sesuai dengan teori kesehatan dan gizi bahwa pendidikan mempengaruhi kualitas gizi anak. Ketika pendidikan orang tua rendah maka pengetahuan mereka terhadap kesehatan dan gizi menjadi rendah sehingga pola konsumsi gizi untuk anak menjadi tidak baik.

Penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu tentang status gizi balita ini juga pernah dilakukan oleh “Susan Fatma Dewi” yang dituangkan dalam karya tulis ilmiah, di Kelurahan Sei Agul Medan pada tahun 2013. Dari penelitian yang dilakukan tersebut didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap gizi anak.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dan Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita Di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016.

(14)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Nilam Sari dan survei awal yang dilakukan dengan ibu-ibu yang mempunyai balita di Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi yang berhubungan dengan status gizi balita seperti:

1. Program pemerintah yang dijalankan puskesmas untuk melaksanakan penyuluhan sudah dilakukan, namun masih ada balita yang menderita gizi kurang dan gizi sangat kurang.

2. Persentase status gizi balita di Kelurahan Pulai Anak Air wilayah kerja Puskesmas Nilam Sari yaitu yang menderita gizi kurang sebanyak 16 orang dan yang menderita gizi sangat kurang 4 orang.

3. Balita yang menderita gizi kurang dan gizi sangat kurang pada umumnya berasal dari keluarga status ekonomi rendah.

4. Selain status ekonomi yang rendah, pengetahuan ibu tentang status gizi balita juga mempengaruhi status gizi balita.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang didapat, batasan masalah ini di fokuskan pada ibu-ibu yang mempunyai balita dengan memperhatikan status ekonomi dan tingkat pengetahuannya.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti ingin meneliti “Apakah Ada Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dan Pengetahuan Ibu tentang Status

(15)

Gizi Balita dengan Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskemas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016?”

E. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan status gizi balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskemas Nilam Sari Bukittinggi.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat ekonomi keluarga yang memiliki balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang status gizi balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016.

c. Diketahuinya distribusi frekuensi status gizi balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016.

d. Diketahuinya hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016.

e. Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan status gizi balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016.

(16)

F. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam mengumpulkan data, mengolah data, dan menginformasikan hasil temuan. 2. Bagi Puskesmas Nilam Sari

Memberikan informasi dan bahan masukan bagi Puskesmas Nilam Sari tentang hubungan tingkat ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan status gizi balita.

3. Bagi Responden

Diharapkan ibu-ibu yang mempunyai balita mengerti dengan manfaat gizi dan pentingnya gizi untuk tumbuh kembang anak, sehingga tidak ada lagi anak yang menderita gizi kurang dan gizi buruk.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai dokumen dan bahan bacaan untuk menambah wawasan mahasiswa di STIKes Prima Nusantara khususnya mahasiswa D-III Kebidanan.

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Status Ekonomi

Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang artinya rumah tangga dan Nomos yang artinya mengatur. Jadi secara harfiah ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat antara lain dalam sandang, pangan, perumahan, pendidikan, dan lain-lain. Ekonomi dapat diartikan sebagai usaha untuk memproduksi dan distribusi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup. Lingkungan sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga yang relatif mencukupi akan mampu menyediakan berbagai fasilitas yang diperlukan (Sosiologi dan Antropologi, 2004). Pemenuhan yang dimaksud berkaitan dengan penghasilan/ pendapatan.

Tingkat ekonomi adalah salah satu faktor yang berperan dalam kesehatan dimana dengan alasan tidak mempunyai biaya (penghasilan rendah) masyarakat yang lebih memilih pengobatan tradisional dengan biaya relatif murah. Bagi masyarakat yang mempunyai penghasilan tinggi biaya kesehatan berapapun besarnya sering kali tidak menjadi persoalan, tetapi tidak demikian halnya bagi masyarakat yang tidak mampu. Status ekonomi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan (Deliarnov, 2003).

Status ekonomi diartikan sebagai usaha seseorang untuk memenuhi kebutuhan dengan cara memproduksi, mendistribusi, mengkonsumsi barang dan

(18)

jasa. Menurut BKKBN, keluarga miskin adalah keluarga yang dengan alasan ekonomi tidak memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi: paling kurang satu kali seminggu makan daging atau telur, setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru, luas lantai rumah paling kurang 8 meter untuk tiap penghuni.

Indikator yang ada pada tahapan keluarga pra sejarah dan sejarah dapat menggambarkan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan kualitas pangan, sandang, dan papan. Kemiskinan diukur dengan tingkat konsumsi, apabila seseorang hanya mengkonsumsi ekuivalen beras kurang dari 240 kg per orang/ tahun, maka bersangkutan digolongkan sangat miskin.

Program penjaminan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin di Indonesia yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan kapasitas kerja penduduk miskin agar mampu menangkap peluang-peluang yang ada, dan meningkatkan perlindungan sosial penduduk dengan mengurangkan beban ekonomi akibat penyakit.

Asuransi kesehatan yang didukung oleh berbagai pihak terkait dan daerah. Undang-undang berbicara bahwa akses pelayanan kesehatan milik semua orang, namun biaya kesehatan cukup mahal, terutama bagi golongan keluarga miskin (gakin), di Indonesia jumlah penduduk gakin mencapai angka 76,4 juta jiwa, sebuah angka yang cukup tinggi, oleh karena itu pemerintah membuat program kesehatan gratis untuk meningkatkan kualitas kesehatan bagi golongan ini.

Menurut data yang di dapatkan dari BKKBN, status ekonomi merupakan tingkat kemampuan keluarga yang di nilai dari pendapatan keluarga. Status

(19)

masyarakat dapat dibedakan atas gakin (punya kartu) dan non gakin (tidak punya kartu).

Status ekonomi diklasifikasikan berdasarkan jumlah pendapatan keluarga per bulannya dan menurut standar upah minimum regional (UMR) Sumatera Barat tahun 2013 yaitu sebanyak Rp. 1.350.000 per bulan. Ekonomi kelas atas 3 kali diatas UMR, ekonomi kelas menengah 2 kali UMR, dan ekonomi kelas bawah/ rendah ≤ UMR (Pusdatinaker Sumbar, 2012).

B. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour) (Notoadmodjo, 2012).

Pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Menurut Drs. Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2012).

Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab “what” dan “how”, misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan,mengapa bumi berputar,

(20)

mengapa manusia bernafas, dan sebagainya. Pengetahuan hanya bisa menjawab pertanyaan apa sesuatu itu (Notoadmodjo, 2010).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (rill). Aplikasi

(21)

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 2012). 3. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoadmodjo, 2012).

(22)

Hasil ukur pengetahuan diukur dengan menggunakan dua kategori, yaitu: a. Tinggi ≥ mean

b. Rendah < mean (Arikunto, 2010)

C. Status Gizi Balita 1. Pengertian

Status gizi (nutrition status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh: Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa dkk, 2008).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2013).

Status gizi adalah keadaan yang ditunjukkan sebagai konsekuensi dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke tubuh dan yang diperlukan (Maryunani, 2010).

2. Penilaian Status Gizi

a. Penilaian status gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian, yaitu:

1) Antropometri

Secara umum antoprometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antoprometri gizi berhubungan dengan

(23)

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa dkk, 2008).

2) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tyroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit (Supariasa dkk, 2008).

3) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

(24)

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa dkk, 2008).

4) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Supariasa dkk, 2008).

b. Penilaian status gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi dalam tiga penilaian, yaitu:

1) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Pengumpulan data dalam konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa dkk, 2008).

(25)

2) Statistik Vital

Statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaan dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa dkk, 2008).

3) Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.

Penggunaan faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa dkk, 2008).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Begitu banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita diantaranya yaitu :

a. Ketersediaan Pangan Ditingkat Keluarga

Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan ditingkat keluarga, hal ini sangat tergantung dari cukup tidaknya pangan yang dikonsumsi oleh setiap anggota keluarga untuk mencapai gizi baik dan hidup sehat (Depkes RI, 2004: 19). Jika tidak cukup bisa dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak

(26)

terpenuhi (Depkes RI, 2002: 13). Padahal makanan untuk anak harus mengandung kualitas dan kuantitas cukup untuk menghasilkan kesehatan yang baik.

b. Pola Asuh Keluarga

Pola asuh keluarga adalah pola pendidikan yang diberikan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih saying yang akan berdampak pada perkembangan fisik, mental dan emosional. Pola asuh terhadap anak berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Perhatian yang cukup dan pola asuh yang tepat akan memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizi. Anak yang mendapat perhatian lebih, baik secara fisik maupun emosional misalnya selalu mendapat senyuman, mendapat respon ketika berceloteh, mendapat ASI dan makanan yang seimbang maka keadaan gizinya lebih baik dibandingkan dengan teman sebayanya yang kurang mendapatkan perhatian orang tuanya.

c. Kesehatan Lingkungan

Masalah gizi timbul tidak hanya kerena dipengaruhi oleh ketidakseimbangan asupan makanan, tetapi juga dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Masalah kesehatan lingkungan merupakan determinan penting dalam bidang kesehatan. Kesehatan lingkungan yang baik seperti penyediaan air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat akan mengurangi resiko kejadian penyakit infeksi. Sebaliknya lingkungan yang buruk seperti air minum tidak bersih, tidak ada saluran penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik dapat menyebabkan penyebaran penyakit. Infeksi dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan dan akhirnya menyebabkan kurang gizi.

(27)

d. Pelayanan Kesehatan Dasar

Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa konseling, terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh pada pertumbuhan anak. Pemanfaatan fasilitas kesehatan seperti penimbangan balita, pemberian suplemen kapsul vitamin A, penanganan diare dengan oralit serta imunisasi.

e. Budaya Keluarga

Budaya berperan dalam status gizi masyarakat karena ada beberapa kepercayaan seperti tabu mengkonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tertentu. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan masyarakat yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Misalnya, seperti budaya yang memprioritaskan anggota keluarga untuk mengkonsumsi hidangan keluarga yang telah disiapkan yaitu umumnya kepala keluarga. Apabila keadaan tersebut berlangsung lama dapat berakibat timbulnya masalah gizi kurang terutama pada golongan rawan gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita.

f. Sosial Ekonomi

Banyaknya anak balita yang kurang gizi dan gizi buruk disejumlah wilayah di tanah air disebabkan ketidaktahuan orang tua akan pentingnya gizi seimbang bagi anak balita yang pada umumnya disebabkan pendidikan orang tua yang rendah serta faktor kemiskinan. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan dengan alasan sosial ekonomi yaitu kemiskinan.

(28)

g. Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan

Permasalahan kurang gizi tidak hanya menggambarkan masalah kesehatan saja, tetapi lebih jauh mencerminkan kesejahteraan rakyat termasuk pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang sehingga berpandangan luas, berfikir dan bertindak rasional.

4. Klasifikasi Status Gizi

Untuk pemantauan status gizi standar penentuan yang digunakan adalah baku antropometri menurut standar World Health Organization-National Center for Health Statistics. Klasifikasi indeks untuk penentuan status gizi yang digunakan adalah seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Klasifikasi Status Gizi Menurut WHO-NCHS

Indikator Status Gizi Keterangan

Berat Badan menurut Umur (BB/U) Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk >2.0 SD -2.0 SD s.d.+2.0 SD < -2.0 SD <-3.0 SD Tinggi Badan menurut

Umur (TB/U)

Normal

Pendek (stunded)

≥-2.0 SD < -2.0 SD Berat Badan menurut

Tinggi Badan (BB/TB) Gemuk Normal Kurus/ wasted Sangat kurus >2.0 SD -2.0 SD s.d+2.0 SD < -2.0 SD <3.0 SD (FKM-UI, 2007)

(29)

5. Akibat Gizi Kurang Pada Proses Tubuh

Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses:

a. Pertumbuhan

Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah ke atas rata-rata lebih tinggi dari pada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah.

b. Produksi Tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas.

c. Pertahanan Tubuh

Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.

d. Struktur dan Fungsi Otak

Kekurangan gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.

(30)

e. Perilaku

Bagi anak-anak maupun orang dewasa yang kekurangan gizi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis (Almatsier, 2013).

D. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori Status Ekonomi

Status Gizi Balita

Pengetahuan Pengertian dan Klasifikasi status ekonomi berdasarkan pendapatan per bulannya. 1. Pengertian 2. Tingkat pengetahuan 3. Cara mengukur pegetahuan 1. Pengertian 2. Penilaian status gizi balita 3. Faktor yang mempengaruhi status gizi 4. Klasifikasi status gizi 5. Akibat gizi kurang pada proses tubuh

(31)

E. Kerangka Konsep

Yang dimaksud kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti.

Untuk lebih jelas bisa dilihat pada skema kerangka konsep di bawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 2.2 Kerangka Konsep

F. Hipotesa

Hipotesa adalah suatu keadaan atau peristiwa yang diharapkan dan menyangkut hubungan variabel-variabel penelitian. Hipotesis di tarik dari serangkaian fakta yang muncul sehubungan dengan masalah yang diteliti.

1. Ho : Tidak adanya hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016.

Ha : Tidak adanya hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016.

Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Tingkat Ekonomi

Keluarga

(32)

2. Ho : Tidak adanya hubungan pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan status gizi balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016.

Ha : Tidak adanya hubungan pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan status gizi balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016.

(33)

G. Defenisi Operasional

Tabel 2.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 1. 2. 3. Tingkat ekonomi keluarga Pengetahuan ibu tentang status gizi balita Status gizi balita Jumlah pendapatan keluarga perbulannya Segala sesuatu yang diketahui ibu tentang status gizi balita

Keadaan gizi pada anak balita dilihat melalui indeks BB/U Kuesioner Kuesioner Timbangan terstandar Wawancara Wawancara Observasi Diklasifikasikan berdasarkan jumlah pendapatan keluarga perbulannya: 1. Ekonomi rendah : ≤ Rp 1.350.000 2. Ekonomi tinggi: >Rp 1.350.000 1. Tinggi: ≥ 11.4 2. Rendah: < 11.4 Menggunakan standar WHO-NCHS: 1. Gizi Baik : ≥- 2.0 SD 2. Gizi Kurang: < -2.0 SD Ordinal Ordinal Ordinal

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional yaitu variabel independen dan variabel dependen diambil secara bersamaan untuk melihat Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dan Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita Di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesms Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2013.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Penelitian dilaksanakan di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi. Peneliti mengambil tempat penelitian ini dengan alasan di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air banyak terdapat ibu-ibu yang mempunyai balita, sehingga populasi dan sampel dapat dipenuhi.

2. Waktu

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Juli 2016.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Tahun 2016 sebanyak 434 orang.

(35)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang mempunyai balita di Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016. Dengan jumlah populasi 434 orang yang kemudian dilakukan pengambilan sampel menggunakan rumus:

Keterangan:

N = besarnya populasi n = besarnya sampel

d = tingkat kepercayaan/ ketetapan yang diinginkan

n = n = 434 1+434(0.1)2 n = 434 1+4.34 n = 81.2

Jadi, jumlah sampel penelitian sebanyak 81.2 orang, yang digenapkan menjadi 81 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Accidental Sampling.

(36)

D. Etika penelitian

Setiap penelitian sebaiknya dimintakan ethical clearance, yaitu semacam persetujuan dari komite etik penelitian di suatu institusi bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak membahayakan responden penelitian. Ethical clearance pada umumnya diajukan oleh peneliti apabila penelitian yang akan dilakukan akan mencakup tindakan invasif pada tubuh manusia.

1. Menjamin Kerahasiaan Responden

Salah satu cara untuk menjamin kerahasiaan responden adalah tidak mencantumkan nama responden dalam pengisian instrumen penelitian maupun penyajian hasil penelitian. Nama responden diganti dengan pemberian nomor kode responden.

2. Menjamin Keamanan Responden

Keamanan responden harus dipenuhi untuk tindakan invasif pada tubuh manusia maupun tindakan yang dapat menginvasi pemikiran responden. Bila akan melakukan tindakan invasif pada tubuh manusia, maka tindakan tersebut harus dijamin tidak akan membahayakan atau aman untuk kesehatan dan keselamatan responden.

3. Bertindak adil

Bertindak adil diterapkan khususnya untuk penelitian eksperimen yang memberikan perlakuan berbeda pada tiap responden, misalnya ada responden yang diberi penyuluhan dan ada yang tidak diberi penyuluhan. 4. Mendapatkan Persetujuan dari Responden

Peneliti perlu meminta persetujuan dari responden dalam keikutsertaannya menjadi responden. Sebelum meminta persetujuan dari responden, peneliti

(37)

harus memberikan informasi tentang tujuan dilakukannya penelitian. Apabila responden menyetujuinya, maka responden diminta menandatangani persetujuan menjadi responden.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data yang dibuat sesuai dengan data yang dibutuhkan. Untuk variabel independen (tingkat ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu tentang status gizi balita), pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang kemudian diisi oleh responden. Sedangkan untuk variabel dependen (status gizi balita) dengan melakukan penimbangan berat badan yang kemudian diisikan pada format check list.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi yang ada kaitannya dengan penelitian ini yaitu Puskesmas. Data yang dapat diperoleh dari puskesmas yaitu data seluruh balita yang terdapat di Kelurahan Pulai Anak Air beserta umur balita tersebut.

F. Prosedur Pengolahan Data 1. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan peneliti adalah mengolah data, sehingga dapat dianalisis dan diambil kesimpulannya. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data adalah:

(38)

a. Editing

Data editing adalah kegiatan memeriksa data, kelengkapan, kebenaran pengisian data, keseragaman ukuran, keterbacaan tulisan dan konsistensi data berdasarkan tujuan penelitian.

b. Coding

Coding adalah pemberian kode pada data yang berskala nominal dan ordinal. Untuk variabel tingkat ekonomi: (1) ekonomi tinggi, (0) ekonomi rendah; variabel pengetahuan ibu: (1) jawaban benar, (0) jawaban salah; dan untuk variabel status gizi balita: (1) gizi baik, (0) gizi kurang.

c. Entry

Data entry adalah memasukkan data yang telah dikoding ke dalam program komputer.

d. Cleaning

Data cleaning adalah proses pembersihan data sebelum diolah sebelum diolah secara statistik, mencakup pemeriksaan konsistensi dan perawatan respon yang hilang serta consistency checks yaitu mengidentifikasi data yang keluar dari range, tidak konsisten secara logis, ataupun punya nilai extreme.

e. Tabulating

Data tabulating adalah memasukkan data ke dalam tabel berdasarkan tujuan penelitian (Sulistyaningsih, 2011).

2. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara bertahap yaitu analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan sistem komputerisasi.

(39)

a. Analisis Univariat

Analisis univariat yang dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi dan statistik deskriptif untuk melihat dari variabel independen yaitu:

1) Menghitung semua hasil pengolahan kuisioner tentang tingkat ekonomi keluarga pada tahun 2016.

2) Menghitung semua hasil pengolahan kuisioner tentang pengetahuan ibu pada tahun 2016.

3) Menghitung semua hasil pengukuran status gizi balita menurut BB/U pada tahun 2016.

4) Menjumlahkan semua hasil yang diperoleh dari kuisioner dan pengukuran status gizi balita menurut BB/U pada tahun 2016.

Dari masing-masing variabel tersebut menggunakan rumus sebagai berikut:

100 x N F P = % Keterangan:

P = persentase yang di cari F = frekuensi yang di dapat N = jumlah responden

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan tingkat ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan status gizi balita di Kelurahan Pulai Anak Air Tahun 2016.

Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut diatas hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan

(40)

analisis bivariat dengan uji chi-square. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi.

Data ini diolah secara komputerisasi dengan program SPSS, dengan menggunakan uji “chi-square” dengan menggunakan kemaknaan 0,05 bila P>0,05 artinya secara statistik tidak ada hubungan bermakna dan apabila nilai P ≤ 0,05 berarti secara statistik ada hubungan bermakna dengan menggunakan komputerisasi (Notoatmodjo, 2010).

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan dari 81 sampel. Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen yaitu hubungan tingkat ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan status gizi balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi, dengan hasil sebagai berikut:

a. Tingkat Ekonomi Keluarga

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Responden menurut Tingkat Ekonomi Keluarga di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air

Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016

No. Tingkat Ekonomi

Keluarga f % 1. 2. Tinggi Rendah 32 49 39.5 60.5 Jumlah 81 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa lebih dari separoh responden memiliki tingkat ekonomi rendah yaitu sebanyak 49 orang (60.5%).

(42)

b. Pengetahuan Ibu

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden menurut Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan

Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016

No. Pengetahuan Ibu F %

1. 2. Tinggi Rendah 47 34 58.0 42.0 Jumlah 81 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa lebih dari separoh responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang status gizi balita yaitu sebanyak 47 orang (58.0%).

c. Status Gizi Balita

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden menurut Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja

Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016

No. Status Gizi Balita f %

1. 2. Baik Kurang 76 5 93.8 6.2 Jumlah 81 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 76 orang (93.8%).

(43)

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hipotesa ada atau tidak adanya hubungan antara variabel independen (tingkat ekonomi keluarga dan pengetahuan ibu tentang status gizi balita) dengan variabel dependen (status gizi balita). Untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan melalui uji Chi Square (X2) dengan tingkat signifikansi (α) 0,05. Hasil uji dikatakan berhubungan atau bermakna jika nilai p ≤ 0,05.

a. Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016

Tabel 4.4

Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air

Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016

Tingkat Ekonomi

Status Gizi Balita

Total Baik Kurang F % f % F % Tinggi Rendah 29 47 38.2 61.8 3 2 60.0 40.0 32 49 39.5 60.5 Total 76 100 5 100 81 100 P value = 0.379 Berdasarkan tabel 4.4 diatas dari 32 responden yang berstatus ekonomi tinggi didapatkan balita dengan status gizi baik 29 orang (38.2%), dan status gizi kurang 3 orang responden (60.0%). Sedangkan dari 49 responden yang berstatus ekonomi rendah didapatkan balita dengan status gizi baik 47 orang

(44)

responden (61.8%), status gizi kurang 2 orang responden (40.0%). Dari uji statistik didapatkan nilai p = 0.379 > p = 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga dengan status gizi balita.

b. Hubungan Pengetahuan Responden tentang Status Gizi Balita dengan Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016

Tabel 4.5

Hubungan Pengetahuan Responden tentang Status Gizi Balita dengan Status Gizi Balita di Posyandu Subur Kelurahan

Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi Tahun 2016

Pengetahuan Responden

Status Gizi Balita

Total Baik Kurang F % f % F % Tinggi Rendah 43 33 56.6 43.4 4 1 80.0 20.0 47 34 58.0 42.0 Total 76 100 5 100 81 100 P value = 0.392 Berdasarkan tabel 4.5 diatas dari 47 responden yang berpengetahuan tinggi didapatkan 43 orang balita (56.6%) memiliki status gizi baik, dan 4 orang balita (80.5%) yang memiliki status gizi kurang, sedangkan dari 34 responden yang berpengetahuan rendah didapatkan 33 orang balita (43.4%) memiliki status gizi baik, dan 1 orang balita (20.0%) memiliki status gizi kurang. Dari hasil uji statustik didapatkan nilai p = 0.392 > p = 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan status gizi balita.

(45)

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Tingkat Ekonomi Keluarga

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa dari 81 responden, 32 responden (39.5%) dengan ekonomi tinggi dan 49 responden (60.5%) dengan ekonomi rendah. Dalam penelitian ini status ekonomi dikelompokkan menjadi dua yaitu tinggi dan rendah. Keluarga dikatakan ekonomi tinggi apabila penghasilan ≥ UMR dan keluarga dikatakan ekonomi rendah apabila penghasilan < UMR.

Menurut data yang di dapatkan dari BKKBN, status ekonomi merupakan tingkat kemampuan keluarga yang di nilai dari pendapatan keluarga. Status masyarakat dapat dibedakan atas gakin (punya kartu) dan non gakin (tidak punya kartu). Berdasarkan jumlah pendapatan keluarga per bulannya dan menurut standar upah minimum regional (UMR) Sumatera Barat tahun 2013 yaitu sebanyak Rp. 1.350.000 per bulan. Ekonomi kelas atas 3 kali diatas UMR, ekonomi kelas menengah 2 kali UMR, dan ekonomi kelas bawah/ rendah ≤ UMR (Pusdatinaker Sumbar, 2013).

Status ekonomi diartikan sebagai usaha seseorang untuk memenuhi kebutuhan dengan cara memproduksi, mendistribusi, mengkonsumsi barang dan jasa. Menurut BKKBN, keluarga miskin adalah keluarga yang dengan alasan ekonomi tidak

(46)

memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi: paling kurang satu kali seminggu makan daging atau telur, setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru, luas lantai rumah paling kurang 8 meter untuk tiap penghuni.

Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Komsatiningrum pada tahun 2008 di Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten bahwa rata-rata pendapatan keluarga responden adalah sedang (47.3%).

Menurut asumsi peneliti, melihat dari hasil penelitian yang yang telah dilakukan di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Kota Bukittinggi lebih dari separoh responden memiliki tingkat ekonomi yang rendah. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menerangkan bahwa jika status ekonomi keluarga tinggi maka status gizi balita baik dan begitu sebaliknya. Rendahnya ekonomi keluarga disebabkan karena sebagian besar besar pekerjaan orang tua adalah ibu rumah tangga dan wiraswasta, sehingga lebih dari separoh pendapatan rata-rata keluarga dibawah Upah Minimum Regional (UMR).

b. Pengetahuan Ibu

Berdasarkan tabel 4.2 ditemukan dari 81 responden, 47 responden (58.02%) yang memiliki pengetahuan tinggi dan 34 responden (41.98%) yang memiliki pengetahuan rendah tentang status gizi balita. Dari 20 item pertanyaan tentang status gizi balita,

(47)

pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah item nomor 17 yaitu tentang akibat gizi kurang pada proses tubuh. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah item nomor 11, yaitu pertanyaan tentang penilaian status gizi balita.

Didukung oleh teori yang menyatakan bahwa rendahnya pendidikan seseorang lebih menentukan rendahnya pengetahuan seseorang tentang status gizi dan kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan (Ikhsan, 2004).

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan akan mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuris Zuraida Rakhmawati pada tahun 2012 di Semarang bahwa Ibu Balita mempunyai pengetahuan yang baik tentang status gizi balita (86.15%).

Menurut asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari juga mendapatkan hasil yang sama yaitu responden memiliki pengetahuan yang tinggi tentang status gizi balita. Tingginya pengetahuan responden tentang status

(48)

gizi balita disebabkan oleh telah terlaksananya dengan baik penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, serta adanya kesadaran dan kemauan ibu untuk memanfaatkan media informasi yang ada di pelayanan kesehatan. Selain itu, pendidikan ibu yang tergolong tinggi juga mempengaruhi pengetahuan ibu tentang status gizi balita, dimana sebagian besar ibu yang memiliki balita di Posyandu Subur adalah berpendidikan SMA.

c. Status Gizi Balita

Berdasarkan tabel 4.3 dari 81 balita yang menjadi sampel terdapat 93.83% responden yang berstatus gizi baik dan 6.17% responden yang berstatus gizi kurang.

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi balita memuaskan (Supariasa, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah ketersediaan pangan ditingkat keluarga, pola asuh keluarga, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan dasar, budaya keluarga, sosial ekonomi, serta tingkat pengetahuan dan pendidikan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Amelia Repi tahun 2010 di Kecamatan Langowan Barat bahwa status gizi balita adalah baik (97.1%).

Menurut asumsi, peneliti dari hasil yang menunjukkan bahwa responden memiliki status gizi baik. Status gizi balita

(49)

dikategorikan baik disebabkan karena makanan yang dikonsumsi balita sesuai dengan kebutuhan nutrisi balita setiap harinya, pola asuh yang baik seperti dalam pemenuhan pangan, pemeliharaan kesehatan fisik, dan perhatian pada anak. Selain itu, balita tidak dalam keadaan sakit yang menyebabkan terjadinya penurunan dalam pemenuhan nutrisi. Pengetahuan ibu yang dikategorikan tinggi juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan status gizi balita baik, karena semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin kecil kemungkinan untuk terjadinya gizi buruk. 2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi Balita

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dari 32 responden yang berstatus ekonomi tinggi didapatkan balita dengan status gizi baik 29 orang (38.2%), dan status gizi kurang 3 orang responden (60.0%). Sedangkan dari 49 responden yang berstatus ekonomi rendah didapatkan balita dengan status gizi baik 47 orang responden (61.8%), status gizi kurang 2 orang responden (40.0%). Dari uji statistik didapatkan nilai p = 0.379 > p = 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi keluarga dengan status gizi balita.

Status ekonomi diartikan sebagai usaha seseorang untuk memenuhi kebutuhan dengan cara memproduksi, mendistribusi, mengkonsumsi barang dan jasa. Menurut BKKBN, keluarga

(50)

miskin adalah keluarga yang dengan alasan ekonomi tidak memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi: paling kurang satu kali seminggu makan daging atau telur, setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru, luas lantai rumah paling kurang 8 meter untuk tiap penghuni.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Anjani, 2011 dimana tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status ekonomi ibu dengan status gizi balita di Makasar, dengan nilai p = 0,296 > p = 0,05.

Hasil penelitian yang penulis dapatkan tidak terdapat hubungan antara status ekonomi dengan status gizi balita di Posyandu Subur Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi dimana ibu balita yang berstatus ekonomi rendah memiliki status gizi baik, dan ibu balita yang memiliki tingkat ekonomi tinggi memiliki status gizi baik.

Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden dengan ekonomi rendah cenderung memiliki balita yang bergizi baik, hal ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya. Ibu dengan status ekonomi rendah seharusnya cenderung memiliki balita yang bergizi kurang karena keterbatasan biaya untuk mencukupi gizi balitanya. Ini terjadi karena ibu yang memiliki tingkat ekonomi rendah dapat mengatur pola makan balitanya dan bisa menyiasati makanan yang dikonsumsi balitanya

(51)

sehingga kebutuhan nutrisi dapat dipenuhi, serta cara pengolahan makanan yang baik juga dapat mempengaruhi status gizi balita. Selain itu, pola asuh yang baik seperti dalam pemenuhan pangan, pemeliharaan kesehatan fisik, dan perhatian pada anak juga dapat mempengaruhi perkembangan status gizi balita. Dalam hal ini pekerjaan ibu yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga memungkinkan lebih banyak waktu dalam mengasuh balita, sehingga perhatian dalam pemenuhan nutrisinya dapat dipenuhi. b. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Balita

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dari 47 responden yang berpengetahuan tinggi didapatkan 43 orang balita (56.6%) memiliki status gizi baik, dan 4 orang balita (80.5%) yang memiliki status gizi kurang, sedangkan dari 34 responden yang berpengetahuan rendah didapatkan 33 orang balita (43.4%) memiliki status gizi baik, dan 1 orang balita (20.0%) memiliki status gizi kurang. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.392 > p = 0.05 yang berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan status gizi balita.

Didukung oleh teori yang menyatakan bahwa rendahnya pendidikan seseorang lebih menentukan rendahnya pengetahuan seseorang tentang status gizi dan kurangnya penyuluhan dari tenaga kesehatan (Ikhsan, 2004).

Hal ini sejalan dengan penelitian Ucu Suhendri, 2009 dimana tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

(52)

pengetahuan responden dengan status gizi balita di Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang, dengan nilai p = 0,350 > p = 0,05. Hasil penelitian lain yang menunjukkan hasil yang sama juga pernah dilakukan oleh Lusi Oktriani Asril, 2010 di Posyandu Kamboja Merah Kota Padang Panjang dengan nilai p = 0,238 > p = 0,05.

Menurut asumsi peneliti, dari hasil yang didapatkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan status gizi balita di Posyandu Subur Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi dimana ibu balita yang berpengetahuan tinggi memiliki status gizi baik, dan ibu dengan pengetahuan rendah memiliki status gizi baik. Ini menjelaskan bahwa tinggi rendahnya pengetahuan seseorang tidak mempengaruhi status gizi balita, karena masyarakat telah memiliki kesadaran yang tinggi untuk memperoleh informasi dari berbagai media cetak, media elektronik, serta informasi dari tenaga kesehatan.

C. Keterbatasan Penelitian

Setelah penulis melakukan survei awal dan mengumpulkan data, serta melakukan penelitian ada beberapa keterbatasan yang penulis hadapi dalam penelitian ini, yaitu:

1. Adanya masyarakat yang tidak datang ke posyandu saat penelitian sehingga peneliti harus mengumpulkan data ke tempat tinggal responden.

(53)

2. Ibu balita yang tidak bersedia menjadi responden, sehingga dianggap tidak memenuhi syarat untuk menjadi responden.

3. Kuisioner tidak diisi ataupun isinya tidak jelas dianggap batal dan peneliti harus mengumpulkan data dari responden yang berbeda tempatnya.

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Posyandu Subur Kelurahan Pulai Anak Air Wilayah Kerja Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Lebih dari separoh tingkat ekonomi keluarga dikategorikan rendah

yaitu 49 responden (60.5%).

2. Lebih dari separoh pengetahuan ibu tentang status gizi balita dikategorikan tinggi yaitu 47 responden (58.0%).

3. Sebagian besar status gizi balita pada kategori baik yaitu 76 orang (93.83%).

4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi balita diperoleh nilai p=0.379, dimana p > 0.05.

5. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan status gizi balita diperoleh nilai p=0.392, dimana p > 0.05.

B. Saran

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan terutama tentang status gizi balita.

(55)

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan bagi petugas kesehatan yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan kesehatan khususnya dalam peningkatan status gizi balita.

3. Bagi Responden

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan ibu balita tentang status gizi balita, serta dapat memperhatikan perkembangan balitanya terutama status gizi balita. 4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan bahan bacaan atau pedoman bagi perpustakaan dan sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya.

Gambar

Tabel 2.2  Defenisi Operasional  No  Variabel  Defenisi

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Culuh Darlte

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok senam mayoritas lansia mengalami jatuh sedang 40%, dan kelompok tidak senam mayoritas lansia memiliki resiko jatuh tinggi 30%.. Hasil

Hasil penelitian pengaruh suku bunga SBI dan suku bunga kredit terhadap penyaluran kredit berbagai jenis kredit UMKM yaitu (1) suku bunga SBI berpengaruh negatif dan

Pengaruh Arus Kas Operasi, Tingkat Hutang, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Persistensi Laba Dengan Book Tax Differences Sebagai Variabel Moderating. Analisis Pengaruh

Bagi REKANAN yang berminat dapat mendaftarkan diri pada Kantor Sekretariat. DPRD Kabupaten

Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk diketahui oleh seluruh calon peserta Lelang Pekerjaan Konsultan Pengawas Pembangunan Gedung Kanwil

Hasil analisis regresi data panel menunjuk- kan terdapat pengaruh yang negatif dan signi- fikan antara ketimpangan gender yang diwakili oleh 3 (tiga) jenis indeks ketimpangan yaitu

Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Kemadohbatur UPTD Pendidikan Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, dengan subjek penelitian semua guru