PERMUKIMAN PADAT DENGAN METODE
SUDS DI STREN KALI PESANGGRAHAN
Cynthia Ferina, Noegroho, Yanita Mila
Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H. Syahdan No.9 Jakarta Barat 11480, Telp. (62-21) 534 5830 [email protected]
ABSTRACT
New housing growth out of control especially along the river area, hence to the rapid and extraordinary growth of cities and population. These leads to the decrease and loses function of the river to serve the environment which will cause danger to the area, such as flooding. Furthermore, the changes in community characteristic from river culture to land culture also contribute substantial damage for housing around the riverbank area. Moreover, the study is based on both quantitative and qualitative research. In addition, the research objective is to restructure the housing through a sustainable urban drainage system approach. To conclude, the danger of flooding around the riverbank area may be reduced by using SUDS. (CF)
Keywords: Riverbank housing, sustainable urban drainage system
ABSTRAK
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kota, Permukiman di perkotaan pun meningkat pesat bahkan cenderung tidak terkendali di beberapa pinggiran sungai, sehingga beberapa sungai kehilangan fungsinya dan menurun kualitas lingkungannya, sehingga fungsi sungai mengalami pergeseran yang diakibatkan oleh perubahan fungsi dari ruang terbuka hijau menjadi permukiman penduduk. Kawasan cipulir menjadi salah satu pemukiman kumuh yang berada di bantaran kali. Analisis dilakukan dengan penerapan analisis-analisis perkotaan dan perhitungan limpasan air hujan untuk penerapan sustainable urban drainage systems untuk menghitung kebutuhan luas media sustainable urban drainage systems tersebut. Tujuan penelitian ialah menata kembali perumahan melalui pendekatan sustainable urban drainage system. Disimpulkan bahwa dengan menggunakan SUDS dapat mengurangi bahaya banjir yang ada dalam kawasan. (CF)
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Jakarta merupakan salah satu ibu kota yang memiliki jumlah penduduk tinggi, bahkan di beberapa bagian. Pertambahan populasi dilatarbelakangi oleh urbanisasi. Pertambahan penduduk tidak di imbangi dengan lahan yang ada, sehingga para pendatang menempati lahan kosong yang ada seperti bantaran kali. Lahan kosong yang semula diperuntukan untuk ruang terbuka hijau yang juga berfungsi sebagai daerah resapan air, kini berubah fungsi menjadi permukiman – permukiman. Permukiman tersebut semakin tidak terkendali jumlahnya dan menjadi permukiman padat dengan masyarakat ekonomi kelas bawah, sehingga kualitas lingkungan menjadi buruk dan menjadi permukiman kumuh
Pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang kualitasnya sangat tidak layak huni, ciri-cirinya antara lain berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya (Budiharjo: 1997).
Seiring dengan pertumbuhan kota dan meningkatnya jumlah penduduk, Permukiman baru berkembang tidak terkendali di tengah maupun pinggir kota, kurangnya kontrol pemerintah menyebabkan munculnya pemukiman disepanjang sungai, sehingga beberapa sungai kehilangan fungsinya dan menurun kualitas lingkungannya berupa pendangkalan, penyempitan, menurunnya kualitas air sungai dan banyak sungai yang hilang tertutup hunian atau diuruk untuk berbagai pembangunan. Perubahan fungsi tersebut yang menjadikan suatu daerah yang semula tidak banjir menjadi banjir.
Penanggulangan masalah banjir sudah direncanakan dengan adanya sistem drainase kota dengan metode konvensional. Drainase metode konvensional tersebut didesain untuk kuantitas, yaitu mencegah banjir dengan pembuangan air secepat mungkin. Akan tetapi, metode tersebut tidak dapat mengatasi kualitas aliran air yang rendah dan mengandung polusi sehingga menyebabkan permasalahan.
Perbaikan sistem drainase konvensional tersebut akan menggunakan pendekatan melalui metode sustainable
urban drainage systems (selanjutnya akan disebut sebagai SUDS). SUDS atau sistem drainase yang
berkelanjutan adalah teknik pengelolaan air dari berbagai sumber untuk berbagai keperluan, yang berbeda paradigma dengan sistem drainase konvensional. Metode ini berfokus pada pengendalian aliran air di permukaan tanah (air hujan) yang dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai persediaan air baku dan kehidupan akuatik dengan melakukan peresapan air sebanyak-banyaknya ke dalam tanah (mempertimbangkan konservasi air), sebagai sumber air, fasilitas komunitas, potensi penataan ruang luar, serta pemanfaatan air lainnya (seperti bercocok tanam, estetika, dan sebagainya).
Tujuan penelitian ialah untuk merancang permukiman bertitik tolak pada sustainable urban drainage systems Sehingga bahaya banjir bisa diatasi dan dapat memenuhi kebutuhan penghuni akan ruang dan aktivitas agar dapat memberikan rasa nyaman. Selain itu, diharapkan dengan topik tersebut dapat menjadi contoh untuk pembangunan-pembangunan selanjutnya sehingga kota Jakarta dapat menjadi kota layak huni
Permukiman
Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia serta mutu kehidupan yang sejahtera dalam masyarakat yang adil dan makmur.
Permukiman menurut Suparno Sastra M. dan Endi Marlina, (Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, 2006:37), adalah suatu tempat bermukim manusia untuk menunjukkan suatu tujuan tertentu. Apabila dikaji dari segi makna, permukiman berasal dari terjemahan kata settlements yang mengandung pengertian suatu proses bermukim. permukiman memiliki 2 arti yang berbeda yaitu:
1. Isi. Yaitu menunjuk pada manusia sebagai penghuni maupun masyarakat di lingkungan sekitarnya.
2. Wadah. Yaitu menunjuk pada fisik hunian yang terdiri dari alam dan elemen-elemen buatan manusia.
SUDS (sustainable urban drainage system)
Drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal (Suripin, 2004). Sampai saat ini perancangan drainase didasarkan pada filosofi bahwa air secepatnya mengalir dan seminimal mungkin menggenangi daerah layanan. Tapi dengan semakin timpangnya perimbangan air (pemakaian dan ketersedian) maka diperlukan suatu perancangan draianse yang berfilosofi bukan saja aman terhadap genangan tapi juga sekaligus berasas pada konservasi air (Sunjoto, 1987).
Pada SUDS, sistem drainase meyerupai siklus alami. Oleh sebab itu, sistem drainase yang paling cocok diterapkan ialah sistem drainase yang Berkelanjutan, prioritas utama kegiatan harus ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan. Berdasarkan fungsinya, fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu tipe penyimpanan dan tipe peresapan (Suripin, 2004).
Sustainable Urban Drainage Systems merupakan suatu sistem yang terdiri dari satu atau lebih struktur yang
dibangun untuk mengelola limpasan permukaan air. SUDS sering digunakan dalam perancangan tapak untuk mencegah banjir dan polusi. SUDS didukung oleh berbagai struktur terbangun untuk mengontrol limpasan air. Adapun empat metode umum yang biasa dilaksanakan, yakni: terasering buatan, saluran filtrasi, permukaan berdaya serap, kolam dan lahan basah. Pengontrol tersebut haruslah ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber air limpasan, untuk memperlambat kecepatan aliran air sehingga dapat mencegah banjir dan erosi. (CIRIA, 2000)
SUDS (sustainable urban drainage system) sistem drainase ini mempunyai kelebihan dengan cara mengolah kembali air hujan. Adapun penerapan suds, sebagai berikut :
1. Terasering buatan
Merupakan permukaan yang ditutupi oleh vegetasi sehingga air dapat meresap ke dalam tanah selama proses pengaliran. Saluran ini biasanya terintegrasi dengan ruang terbuka maupun tepi jalan.
Gambar 1 Model Terasering Buatan
Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual
2. Kolam dan lahan basah
Merupakan kolam buatan sebagai tempat penampungan air sementara untuk mengontrol kuantitas dan kualitas air buangan dan air untuk resapan tanah, serta bermanfaat sebagai habitat akuatik
Gambar 2 Kontruksi Kolam dan Lahan Basah untuk SUDS
Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual
3. Saluran filtrasi
Merupakan media di atas permukaan tanah dimana di bawahnya terdapat material yang mampu menyimpan air. Air yang melewati permukaan berdaya serap ini mengisi ruang-ruang kosong di bawah permukaannya
Gambar 3 Model Saluran Filtrasi
Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual
4. Permukaan berdaya serap
Media ini mengalirkan air langsung ke dalam bawah tanah dan tidak memperbolehkan adanya air di permukaan tanah kecuali dalam keadaan hujan deras.
Gambar 4 Potongan Permukaan Berdaya Serap
Sumber : Sustainable Urban Drainage Systems Design Manual
METODE PENELITIAN
Teknik Pengumpulan Data
Untuk teknik pengumpulan data akan dilakukan dengan observasi ke lokasi dan studi pustaka untuk mendapatkan data-data sebagai berikut:
• Tahap persiapan : Dalam tahap ini akan dilakukan pengumpulan semua data-data yang terkait dengan proyek, topik, dan tema
• Tahap penelitian : meneliti data yang terkait dan menemukan solusi untuk mengatasi kondisi kekumuhan lingkungan menggunakan metode sustainable urban drainage systems
• Pengumpulan studi pustaka : Mengumpulkan jurnal, buku, maupun prosiding yang berkaitan dengan penelitian untuk mempermudah serta meningkatkan pemahaman terhadap permasalahan yang dikemukakan
• Data Primer. Data primer ini didapatkan dari observasi ini akan dilakukan dengan melakukan pengamatan kegiatan di dalam dan sekitar tapak. Data primer ini terdiri atas data lokasi, data-data fungsi bangunan sekitar,dan data-data-data-data potensi tapak.
• Data Sekunder atau paper methods. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari data dari berbagai sumber elektronik, buku, dll .Data sekunder ini akan terdiri atas harga tanah, persyaratan sebuah drainase, kebutuhan wilayah sekitar, jumlah penduduk. Data sekunder ini dapat berupa peraturan perundang-undangan, penelitian terdahulu, ataupun berupa artikel-artikel
Tabel 1 Metode Penelitian
No. Sasaran Kegunaan Data yang
dibutuhkan Variabel data Bentuk Sumber 1 Identifikasi kondisi fisik Untuk mengetahui kondisi fisik di pemukiman stren kali Pesanggrahan -Infrastruktur -Jumlah penduduk -Kepemilikan lahan -Topografi -identifikasi kondisi fisik Data dan foto -wawancara -observasi lapangan -data kelurahan/RT RW 2 Identifikasi
kondisi non fisik
Untuk mengetahui mata pencaharian, pendapatan
Kondisi rumah Data dan foto
-wawancara
3 Tipologi rumah Untuk mengetahui
besaran ruang -bentuk denah -tampak -jumlah keluarga Identifikasi kondisi fisik Tabel dan foto -teori -observasi lapangan
4 Status sosial Taraf kemiskinan Kondisi rumah Data -teori
-wawancara
Sumber : Data Olahan Pribadi
HASIL DAN BAHASAN
Tapak Perancanaan
Lokasi tapak perencanaan terletak di Jl. Halimah, Cipulir - Jakarta Selatan, dengan luas 18.000 m². Status tanah yang berada di jalan halimah ialah hak milik. Besaran rumah yang ada di Jalan halimah rata-rata berukuran < 20 m² dengan jumlah anggota minimal 4 orang. Berikut foto – foto keadaan rumah di Jalan Halimah :
Kurangnya perhatian dan kordinasi yang baik dari pemerintah membuat warga tidak memiliki pedoman dalam membangun rumah, sehingga bangunan
kurang terawat. Respon desain berupa tempat tinggal dengan jumlah anggota keluarga 4 orang mempermudah analisa, maka peneliti menggunakan analisis SWOT, Metode analisis ini digunakan de menentukan bangunan apa yang cocok untuk kawasan serta meminimalkan kelemahan (
ancaman (threat) dan juga memaksimalkan kekuatan (
PERANCANGAN PEMUKIMAN PADAT
DENGAN METODE SUDS DI STREN KALI
PESANGGRAHAN PELUANG
(OPPORTUNITIES)
- Budaya sungai dapat dimanfaatkan sebagai sesuatu yang positif
- Lingkungan sekitar sedang berkembang pesat karena adanya jalan tol baru
ANCAMAN (THREAT)
- Bahaya banjir
Dengan menggunaka analisis SWOT, maka dapat diketahui bahwa tapak pada Jalan Halimah mempuntyai banyak potensi untuk dikembangkan menjadi permukiman layak huni dengan berlandaskan konsep drainase berkelanjutan, tetapi pembangunan tidak lepas dari permasala
agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam perancangan.
Gambar 5 Kolam penampungan
Sumber : Data olahan pribadi
urangnya perhatian dan kordinasi yang baik dari pemerintah membuat warga tidak memiliki pedoman dalam membangun rumah, sehingga bangunan yang ada tidak tertata dengan baik dan membuat kawasan menjadi
Respon desain berupa tempat tinggal dengan jumlah anggota keluarga 4 orang mempermudah analisa, maka peneliti menggunakan analisis SWOT, Metode analisis ini digunakan de menentukan bangunan apa yang cocok untuk kawasan serta meminimalkan kelemahan (
dan juga memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity) yang ada.
Tabel 2 Analisis SWOT
PEMUKIMAN PADAT SUDS DI STREN KALI
KEKUATAN (STRENGTH)
- Jalan Halimah berada di tengah kota dan mempunyai akses yang mudah
- Tersedia fasilitas yang mendukung di sekitar tapak (sekolah, posyandu, pusat perbelanjaan, klinik, dll)
KELEMAHAN (WEAKNESS)
- Volume kendaraan tinggi - Mengalami kebisingan - drainase tidak mendukung - Banyak nya sampah - Berbatasan dengan kali yang menimbulkan bau
sedang
Membuat sebuah perancangan kawasan pemukiman stren kali dengan pendekatan drainase berkelanjutan
Menata pemukiman serta memperbaiki masalah drainase yang ada di kawasan Penerapan sistem-sistem drainase berkelanjutan di tapak Merencanakan tahap pembangunan
Sumber : Data Olahan Pribadi
Dengan menggunaka analisis SWOT, maka dapat diketahui bahwa tapak pada Jalan Halimah mempuntyai banyak potensi untuk dikembangkan menjadi permukiman layak huni dengan berlandaskan konsep drainase berkelanjutan, tetapi pembangunan tidak lepas dari permasalahan yang ada di dalam tapak dan
agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam perancangan.
urangnya perhatian dan kordinasi yang baik dari pemerintah membuat warga tidak memiliki pedoman dalam yang ada tidak tertata dengan baik dan membuat kawasan menjadi Respon desain berupa tempat tinggal dengan jumlah anggota keluarga 4 orang
.
Untuk mempermudah analisa, maka peneliti menggunakan analisis SWOT, Metode analisis ini digunakan demi menentukan bangunan apa yang cocok untuk kawasan serta meminimalkan kelemahan (weakness) danyang ada.
Volume kendaraan tinggi Mengalami kebisingan drainase tidak mendukung Banyak nya sampah Berbatasan dengan kali yang menimbulkan bau
Menata pemukiman serta memperbaiki masalah drainase yang ada di
Merencanakan tahap
Dengan menggunaka analisis SWOT, maka dapat diketahui bahwa tapak pada Jalan Halimah mempuntyai banyak potensi untuk dikembangkan menjadi permukiman layak huni dengan berlandaskan konsep drainase han yang ada di dalam tapak dan harus diatasi
Permasalahan Tapak
Tabel 3 Permasalahan Tapak
No. Permasalahan Keterangan Solusi
1 Kebisingan Kebisingan
ditimbulkan dari jalan yang berada di
depan tapak
Menanamkan vegetasi untuk meredamkan suara
2 Bau Ditimbulkan dari
kali pesanggrahan serta sampah para warga yang dibuang
di pinggir kali karena minimnya tempat pembuangan sampah Menanamkan vegetasi aromatic untuk memperbaiki aroma udara
3 Drainase Kurangnya tempat
pembuangan membuat tapak
menjadi becek apabila terjadi hujan
Mendesain sistem drainase yang
cocok untuk pemukiman stren
kali
4 Ruang terbuka hijau Padatnya bangunan
membuat tapak tidak memiliki ruang
terbuka hijau
Menciptakan ruang-ruang hijau
di dalam tapak yang juga dapat berfungsi sebagai tempat berkumpul
Sumber : Data Olahan Pribadi
Dengan mengetahui permasalahan yang ada di dalam tapak, kita dapat mengetahui apa saja yang dibutuhkan para warga untuk menunjang kesejahteraan hidup mereka.
Proyeksi Kebutuhan Terkait Pembangunan di Lahan Perencanaan
Jumlah penduduk di Jalan Halimah, Cipulir sebanyak jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,43 %. Perancanaan pemukiman stren kali pesanggrahan ini memakai proyeksi 15 tahun ke depan.
Pn = 568 (1 + 0,0143)15
= 704 jiwa
Asumsi 1 kk = 4 jiwa , 1684 : 4 = 176 Hunian
Untuk perhitungan parkir motor, diasumsikan 4 jiwa memerlukan 1 motor 704 jiwa : 4 = 176 unit
Untuk Perhitungan Debit Air Dengan menggunakan metode SUDS, maka diperlukan debit run off untuk saluran drainase agar dapat menampung air hujan yang ada :
Koefisien pengaliran (C) = 0,7 untuk daerah pemukiman padat dengan aspal Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 18000 m²
Qlimpasan = 0.278 x C x I x A
= 0.278 x 0.7 x 14,2 x 18.000 = 497,39 m3/tahun = 500 m3/tahun Lama hujan rata-rata pertahun = 144 hari/tahun Debit hujan sehari = 4 m3/hari
Perhitungan Debit Air Dengan menggunakan metode SUDS yang jatuh pada atap - Untuk atap RUSUN
Koefisien pengaliran (C) = 0,95 untuk atap, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 238 m²
Qlimpasan = 0.0278 x C x I x A
0.0278 x 0.95 x 1.42 x 238 = 8,92 m³
Lama hujan rata-rata pertahun = 144 hari/tahun
Debit hujan sehari = 0,06 m3/hari
- Untuk atap rumah deret
Koefisien pengaliran (C) = 0,95 untuk atap, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 224 m²
Qlimpasan = 0.0278 x C x I x A
0.0278 x 0.95 x 1.42 x 224 = 8,4 m³
Lama hujan rata-rata pertahun = 144 hari/tahun
Debit hujan sehari = 0,05 m3/hari
- Untuk atap TK
Koefisien pengaliran (C) = 0,95 untuk atap, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 351 m²
Qlimpasan = 0.0278 x C x I x A
0.0278 x 0.95 x 1.42 x 351 = 13,1 m³
Lama hujan rata-rata pertahun = 144 hari/tahun
Debit hujan sehari = 0,09 m3/hari
- Untuk atap kios 1
Koefisien pengaliran (C) = 0,95 untuk atap, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 168 m²
Qlimpasan = 0.0278 x C x I x A
0.0278 x 0.95 x 1.42 x 168 = 6,3 m³
Lama hujan rata-rata pertahun = 144 hari/tahun
Debit hujan sehari = 0,04 m3/hari
- Untuk atap kios 2
Koefisien pengaliran (C) = 0,95 untuk atap, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 192 m²
Qlimpasan = 0.0278 x C x I x A
0.0278 x 0.95 x 1.42 x 192 = 7,2 m³
Lama hujan rata-rata pertahun = 144 hari/tahun
Debit hujan sehari = 0,05 m3/hari
- Untuk atap kios 2
Koefisien pengaliran (C) = 0,95 untuk atap, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 192 m²
Qlimpasan = 0.0278 x C x I x A
0.0278 x 0.95 x 1.42 x 192 = 7,2 m³
Debit hujan sehari = 0,05 m3/hari
Perhitungan Debit Air Dengan menggunakan metode SUDS yang jatuh pada kawasan - Untuk aspal
Koefisien pengaliran (C) = 0,7 untuk aspal, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 1750 m²
Qlimpasan = 0.0278 x C x I x A
0.0278 x 0.7 x 1.42 x 1750 = 48,3 m³
Lama hujan rata-rata pertahun = 144 hari/tahun
Debit hujan sehari = 0,35 m3/hari
- Untuk conblock
Koefisien pengaliran (C) = 0,85 untuk conblock, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 1800 m²
Qlimpasan = 0.0278 x C x I x A
0.0278 x 0.85 x 1.42 x 1800 = 60,3 m³
Lama hujan rata-rata pertahun = 144 hari/tahun
Debit hujan sehari = 0,4 m3/hari
- Untuk lapangan bermain
Koefisien pengaliran (C) = 0,35 untuk lapangan bermain, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 374 m²
Qlimpasan = 0.0278 x C x I x A
0.0278 x 0.85 x 1.42 x 1800 = 14,02 m³
Lama hujan rata-rata pertahun = 144 hari/tahun
Debit hujan sehari = 0,03 m3/hari
- Untuk taman
Koefisien pengaliran (C) = 0,13 untuk taman, dengan Curah hujan rata-rata 10 tahun terakhir (I) = 1,42 m/tahun Luas daerah tangkapan (A) = 9000 m²
Qlimpasan = 0.0278 x C x I x A
0.0278 x 0.85 x 1.42 x 9000 = 14,02 m³
Lama hujan rata-rata pertahun = 144 hari/tahun
Debit hujan sehari = 0,3 m3/hari
Perencanaan
Pada sub bab ini akan menjelasakan tentang pembagian zoning yang ada di dalam tapak. Pembagian zoning ini dibagi berdasarkan analisa yang sudah dibahas sebelumnya. Area komersil dan fasilitas tapak diletakkan di bagian utara selatan, agar para penduduk yang berada di dalam luar tapak dapat menjangkau fasilitas dengan mudah, sedangkan utntuk hunian dominan terletak di sisi timur agar adanya privacy untuk para penghuni yang berada di dalam tapak.
Gambar 6 Zoning
Sumber : Data Olahan Pribadi
Dari keadaan eksisting diatas, dapat dilihat bahwa permukiman yang ada di Jalan halimah tidak mempunyai orientasi dalam mendirikan bangunan, sehingga terjadi kesemerawutan dalam kawasan yang berdampak pada kualitas lingkungan. Respon desain ialah dengan membuat hunian deret dan hunian vertikal untuk menampung jumlah penduduk yang ada, kemudian sisa lahan yang ada dapat dijadikan ruang terbuka hijau dan fasilitas untuk menunjang kegiatan masyarakat di dalam tapak. Dalam merancang kawasan beradasarkan
Sustainable Urban Drainage System di padukan dengan jumlah penduduk dan kebutuhan warga yang ada di
dalam tapak, maka di dapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :
• Hunian = 40 % (rumah deret dan rumah susun)
• Infrastuktur = 20 %
• RTH = 40 %
Adapun peletakan hunian dan fasilitas tersebut, sebagai berikut :
Gambar 7 Zoning
Sumber : Data Olahan Pribadi
1
2
3
4
5
6
1. Hunian (rumah susun dan
rumah deret) 2. Pasar Terbuka 3. Masjid 4. Kios 5. TK 6. Kolam Penampungan Entrance
PELETAKAN SUDS DI DALAM TAPAK
1. Rainwater harvesting
Rainwater harvesting berupa tong – tong penampungan yang di sediakan di tiap unit rumah guna menampung air hujan yang datang dari atap.
Gambar 8 Model Terasering Buatan
Sumber : Data olahan pribadi
2. Terasering buatan
Merupakan permukaan yang ditutupi oleh vegetasi sehingga air dapat meresap ke dalam tanah selama proses pengaliran. Saluran ini biasanya terintegrasi dengan ruang terbuka maupun tepi jalan.
Gambar 9 Detail Swales
Sumber : Data olahan pribadi
3. Saluran filtrasi
Merupakan media di atas permukaan tanah dimana di bawahnya terdapat material yang mampu menyimpan air. Air yang melewati permukaan berdaya serap ini mengisi ruang-ruang kosong di bawah permukaannya dan mengalirkan air tersebut ke dalam kolam penampungan
Gambar 10 Model Saluran Filtrasi
Sumber : Data olahan pribadi
4. Kolam penampungan
Kolam ini berfungsi untuk mewadahi air hujan yang datang dan juga mewadahi air hujan yang sudah di resapkan di tanah lalu dialirkan ke kolam penampungan
Gambar 11 Kolam penampungan
REFERENSI
BUKU
Bousbama Baiche, Nicholas Walliman. Neufert Architect Data. Third Edition
Donald Watson, Alan Plattus, Robert Shibley. 2003. Time saver standarts. Edisi urban design. The McGraw-Hill Companies, Inc
JURNAL
Adi Yusuf Muttaqin. 2006. Kinerja system drainase yang berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat Ayu Wahyuningtyas, Septiana Hariyani, Fauzul Rizal Sutikno. 2011. strategi penerapan sumur resapan sebagai teknologi ekodrainase di kota malang
Doddy Yudianto, Andreas F. V. Roy. 2009. Pemanfaatan Kolam Retensi Dan Sumur Resapan Pada Sistem Drainase Kawasan Padat Penduduk
Marcelo Gomes Miguez, Aline Pires Verol, dan Paulo Roberto Ferreira Carneiro. 2012. Sustainable Drainage
Systems: An Integrated Approach, Combining Hydraulic Engineering Design, Urban Land Control And River Revitalisation Aspects
Kalyn Button, Elisabeth Jerayaj, Rodrigoma, Edwin Muniz. 2010. adapting sustainable urban drainage system to stormwater management in an informal setting
Badan Standardisasi Nasional. 2004. Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
WEBSITE
Lorens Rinto Kambuaya. 2012. Agradasi dan Degradasi. http://lorenskambuaya.blogspot.com Singapore National Water Agency. 2013. http://www.pub.gov.sg
Nur Rizky Rahmatia. 2011. Dampak pembangunan villa di hulu DAS terhadap penurunan kualitas sumber daya air. http://mpussmaniss.blogspot.com
RIWAYAT PENULIS
Cynthia Ferina lahir di Jakarta pada tanggal 6 agustus 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2014