• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAP Cedera Kepala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SAP Cedera Kepala"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CEDERA KEPALA

Disusun Oleh: PKRS IRNA II Ruang 19 RSSA MALANG

(2)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Study : Keperawatan Medikal Bedah Topik : Cedera kepala

Sasaran : Keluarga pasien dan pasien IRNA II Ruang 19 RSSA Malang

Tempat : Ruang tunggu rawat inap ruang 19, RS Saiful Anwar Hari/Tanggal : Jum’at, 8 Mei 2012

Waktu : 1 x 30 menit

I. LATAR BELAKANG

Cidera kepala adalah kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi (sylvia anderson Price, 1985). Menurut Brain Injury Assosiation of America cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala bisa dikelompokkan sebagai cedera kepala tertutup atau terbuka (penetrasi, luka tembus). Pada cedera kepala tertutup, kepala menerima suatu dorongan tumpul karena membentur suatu benda. Pada cedera kepala terbuka, suatu benda berkecepatan tinggi menembus tulang tengkorak dan masuk ke dalam otak.

Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Cedera kepala yang sering terjadi pada orang dewasa karena kecelakaan lalu lintas. Terjatuh dari sepeda motor, tabrakan, kepala terbentur bagian dari mobil karena mobil yang dinaiki menabarak atau terjungkal dan lain sebagainya. Karena seringnya terjadi trauma kepala pada orang yang mengendarai sepeda motor ketika kecelakaan, maka akhirnya diwajibkan siapa saja yang mengendarai sepeda untuk menggunakan helm sebagai pelindung kepala.

(3)

Namun masih banyak yang menggunakan helm hanya sekedar sebagai syarat untuk mentaati peraturan lalu lintas yaitu dengan memakai helm yang kurang memenuhi syarat maupun tali helm yang tidak terikat ketika dipakai sehingga ketika terjadi kecelakaan lalu lintas masih terjadi cedera kepala yang berat.

Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Pada akhir proses penyuluhan, klien dan keluarga dapat mengetahui tentang cidera kepala, penyebab, tanda gejala serta penangananya.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah diberikan penyuluhan keluarga dan klien dapat : 1. Menyebutkan pengertian dari cedera kepala

2. Menyebutkan penyebab cedera kepala 3. Menyebutkan macam-macam cidera kepala 4. Menyebutkan tanda serta gejala cidera kepala

5. Mengerti penanganan dan kebutuhan nutrisi pada cedera kepala.

IV. SASARAN

(4)

V. MATERI

1. Pengertian dari cedera kepala 2. Penyebab cedera kepala 3. Macam-macam cidera kepala 4. tanda dan gejala cidera kepala

5. Penanganan dan kebutuhan nutrisi pada cedera kepala.

I. METODE

1. Ceramah 2. Tanya Jawab

II. MEDIA

Leaflet dan Benner

III. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur

 Peserta hadir ditempat penyuluhan

 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu keluarga pasien Ruang 19 RSSA Malang.

 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya 2. Evaluasi Proses

 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

3. Evaluasi Hasil

 Klien dan keluarga mengetahui tentang cidera kepala, jenis cidera kepala, penyebab, tanda dan gejala, serta penanganan pada cidera kepala.

(5)

IV. KEGIATAN PENYULUHAN

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN

PESERTA 1. 2

menit

Pembukaan :

 Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.

 Memperkenalkan diri

 Menjelaskan tujuan dari penyuluhan

 Menyebutkan materi yang akan diberikan  Menjawab salam  Mendengarkan  Memperhatikan  Memperhatikan 2. 15 menit Pelaksanaan :

 Menjelaskan tentang pengertian cidera kepala

 Menjelaskan pengertian dari cedera kepala

 Menjelaskan penyebab cedera kepala

 Menjelaskan jenis-jenis cidera kepala

 Menjelaskan tanda dan gejala cidera kepala

 Menjelaskan Penanganan dan kebutuhan nutrisi pada cedera kepala.

 Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya.

 Memperhatikan  Memperhatikan  Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan  Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan 3. 7 menit Evaluasi :

 Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan.

 Menjawab pertanyaan

(6)

4. 2 menit

Terminasi :

 Mengucapkan terimakasih  Mengucapkan salam penutup

 Mendengarkan  Menjawab salam V. DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi ed.3. Jakarta : EGC.

American College of Surgeon Committe on Trauma. Cedera kepala. Dalam: Advanced Trauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia, penerjemah. Edisi 7. Komisi trauma IKABI, 2004; 168-193.

Mansjoer dkk. 2000. Kapita Selelkta Kedokteran; jilid2. Media Aesculapius: FK UI. Jakarta

(7)

MATERI PENYULUHAN

1. PENGERTIAN

Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstisil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak.

Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi – descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan factor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.

2. ETIOLOGI 1. Kecelakaan 2. Jatuh

3.

Trauma akibat persalinan

3. KLASIFIKASI CEDERA KEPALA

Cedera kepela dapat diklasifikan berdasarkan mekanisme, keparahan dan morfologi cedera.

1. Mekanisme: berdasarkan adanya penetrasi durameter - Trauma tumpul: kecepatan tinggi (tabrakan)

Biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas, jatuh atau pukulan

benda tumpul. Pada cedera tumpul terjadi akselerasi dan deselerasi

yang cepat menyebabkan otak bergerak di dalam rongga cranial dan

melakukan kontak pada protuberans tulang tengkorak.

(8)

2. Keparahan cidera

a. Ringan: GCS 14-15 b. Sedang: GCS 9-13 c. Berat: GCS 3-8 3. Morfologi

 Fraktur tengkorak: kranium: linar/stelatum; depresinon depresi; terbuka/tertutup

Fraktur tengkorak dapat terjadi pada atap dan dasar tengkorak. Fraktur

dapat berupa garis/ linear, mutlipel dan menyebar dari satu titik

(stelata) dan membentuk fragmen-fragmen tulang (kominutif). Fraktur

tengkorak dapat berupa fraktur tertutup yang secara normal tidak

memerlukan perlakuan spesifik dan fraktur tertutup yang memerlukan

perlakuan untuk memperbaiki tulang tengkorak.  Lesi intrakranial:

- fokal: epidural, subdural, epidural

- Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal difus

3. TANDA GEJALA CIDERA KEPALA

a. Cidera kepala ringan (kelompok resiko rendah) - Sadar penuh, orientasi baik (GCS: 14-15) - Tidak ada kehilangan kesadaran

- Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing

- Paseien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala

- Tidak ada kriteria sedang berat

b. Cidera kepala sedang (kelompok resiko sedang) - GCS 9-13 (konfusi, letargi, atau stupor) - Konkusi

- Amnesia pasca trauma - Muntah

(9)

rabun, otore, rinorea cairan serebrospinal, hemotimpanum) - Kejang

c. Cidera kepala berat (kelompok resiko berat) - Cidera GCS 3-8 (koma)

- Penurunan derajat kesehatan secara progresif - Tanda neurologis fokal

- Cedera kepala penetrasi, atau teraba fraktur depresi kranium

4. PENATALAKSANAAN

Pada penderita dengan cedera kepala ringan, dapat diatasi dengan cara memberikan es atau handuk dingin pada daerah yang mengalami trauma untuk membantu mengurangi bengkak. Jika terdapat luka, tutup dengan perban bersih dan tekan selama 5 menit. Luka robek di kepala sering berdarah banyak. Jika terjadi cedera kepala berat, maka segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan untuk mencegah timbulnya komplikasi klinis lainnya.

Berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan penderita cedera kepala sedang dan berat saat di luar rumah sakit :

1. Amankan jalan nafas dan berikan oksigen. Jika muntah harus dimiringkan ke kiri dengan posisi log roll ( membatasi gerakan tulang belakang penderita).

2. Stabilisasi penderita pada papan untuk tulang belakang/ backboard. Batasi gerakan leher dengan collar kaku dan alat untuk imobilisasi kepala.

3. Segera bawa ke rumah sakit terdekat atau telpon ambulan 118.

5. NUTRISI PADA CEDERA KEPALA

Pada cedera kepala berat terjadi hipermetabolisme sebanyak 2-2,5 kali normal dan akan mengakibatkan katabolisme protein. Proses ini terjadi antara lain oleh karena meningkatnya kadar epinefrin dan norepinefrin dalam darah dan akan bertambah bila ada demam. Setelah 3-4 hari dengan cairan perenteral pemberian cairan nutrisi peroral melalui pipa nasograstrik bisa dimulai, sebanyak 2000-3000 kalori/hari.

(10)

6. PENCEGAHAN

Untuk mencegah terjadinya cedera kepala, sangat dibutuhkan kesadaran dari diri sendiri untuk menjaga kesehatan terutama keselamatan kita dalam melakukan suatu aktivitas. Selain itu perlu diperhatikan keselamatan kita saat di jalan raya, karena dari epidemiologi di atas, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara :

a. Menurunkan kecepatan saat berkendaraan.

b. Menggunakan sabuk keselamatan dan pelindung bahu saat mengemudi mobil.

c. Menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda.

d. Program pendidikan langsung untuk mencegah berkendaraan sambil mabuk.

e. Mencegah jatuh

f. Menggunakan alat-alat pelindung dan tehnik latihan.

DAFTAR PUSTAKA

Budiono.2010.Asuhan Keperawatan Pasien dengan gangguan system persarafan.Instalasi Rawat Inap II. RSSA Malang

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan program komputer yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh pemakaian helm terhadap

Untuk segera melaksanakan redistribusi kepada penerima tanah yang berhak dan memenuhi syarat sesuai pasal 8 dan 9 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961, baik

Dengan telah dilaksanakannya kewajiban tersebut, yang bersangkutan telah memenuhi syarat untuk menduduki Jabatan Widyaiswara Ahli Utama sesuai dengan Pasal 29 Peraturan

Data penelitian memenuhi syarat uji asumsi klasik dan uji kesesuaian model dengan adjusted R 2 sebesar 65,5% diolah dengan menggunakan teknik regresi linier berganda

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak cukup untuk metabolisme yang ditandai dengan Keluarga klien mengatakan

Mulai dari saat menggunakan helm sampai dengan sesudah memakai helm, seperti kebanyakan kebiasaan pengguna yang ada dilapangan yang memilih untuk membawa helmnya setelah

Upaya penanggulangan untuk mengurangi pelanggaran di jalan tol, selain dengan peningkatan kesadaran hukum dalam mentaati peraturan lalu lintas dapat dengan pemberian fasilitas kepada

Menggunakan Arsitektur CNN untuk mengklasifikasi citra pekerja yang memakai helm atau tidak, memberikan hasil dari penelitian yaitu pertama menganalisa hasil konvolusi pada salah