• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

154

JSBPSDM 1(2)(2020)

Jurnal Sipatokkong BPSDM Sulawesi Selatan

https://ojs.bpsdmsulsel.id/

Kajian Implementasi Nilai-Nilai Dasar PNS Nasionalisme Pada Peserta

Pasca Latsar Daerah CPNS Tahun 2019 BPSDM Provinsi Jawa Tengah

Sriyatun

Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah

sriyatun805@gmail.com

ABSTRAK

Dalam Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2000, tentang pendidikan dan pelatihan pegawai negeri sipil (PNS), bertujuan untuk mencapai pegawai negeri sipil dan karakter yang profesional. Setiap peserta pelatihan harus mampu mewujudkan nilai-nilai dasar PNS, yaitu nasionalisme. Tujuan kajian ini untuk mengetahui implementasi nilai-nilai dasar PNS Nasionalisme pada peserta pasca diklat pelatihan dasar CPNS tahun 2019 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah. Data diperoleh dengan melakukan observasi pada sample alumni peserta latsar beberapa angkatan tahun 2019, dengan cara melakukan pengisian kuisioner yang selanjutnya di analisis dengan analisis statistik inferensial. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa pemahaman nasionalisme nilai tertinggi 67.24 % (paham, aktualisasi adalah 67.67 % (dapat mengaktualisasi), dampak baik 60.09 % (dapat berdampak), Pemahaman pada materi merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi kunci sukses aktualisasi dan dampak aktualisasi, sehingga dalam pelaksanaan poses belajar mengajar perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pemahaman materi. Hal ini karena pemahaman materi berkaitan erat dengan tinggi rendahnya aktualisasi dan dampaknya, terutama dalam pembentukan karakter.

Kata kunci: Diklat CPNS, Nasionalisme, karakter, aktualisasi.

© 2020 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Sulawesi Selatan

PENDAHULUAN

Nasionalisme adalah suatu pemahaman untuk mempertahankan dan mencapai kedaulatan dalam sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk beberapa kelompok manusia. Nasionalisme bagi negara Indonesia sangat dibutuhkan, sebab pemahaman inilah yang dapat menjaga keutuhan bangsa. Rasa persatuan dan kesatuan dapat terwujud apabila seluruh masyarakat memiliki rasa nasionalisme yang kuat. Namun akhir-akhir ini, semangat nasionalisme tampaknya mulai pudar terutama pada generasi mudaskarang ini (Anwar, 2017). Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini adalah memudarnya semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan generasi muda. Sehingga dapat menyebabkan banyaknya pengaruh budaya asing yang masuk di negara kita, akibatnya banyak generasi muda yang melupakan budaya sendiri karena beranggapan bahwa budaya asing adalah budaya yang lebih modern dibanding budaya bangsa sendiri (Irhandayaningsih, 2012).

Pancasila sebagai dasar dan ideologi Indonesia masih merupakan negara

Indonesia yang dekat dengan yayasan Pancasila. Sebagai dasar negara, Pancasila harus menjadi negara penuntun dalam menghadapi tantangan global di dunia yang terus berkembang. Di era globalisasi ini, peran Pancasila tentu saja sangat

(2)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

155

penting untuk menjaga kepribadian bangsa I ndonesia, karena dengan

perkembangan globalisasi, batas -batas antar negara tampaknya hilang, sehingga berbagai budaya asing dapat dengan mudah masuk masyarakat. Ini mungkin memiliki dampak positif dan negatif terhadap masyarakat Indonesia, jika kita dapat menyaring dampak globalisasi dengan baik, maka globalisasi tentu saja positif karena dapat meningkatkan wawasan dan memperkuat hubungan antar negara di dunia. Hubungan, sementara globalisasi hal -hal negatif dapat merusak moral negara dan eksistensi budaya Indonesia.

Sebelum melakukan proses internalisasi nilai-nilai nasionalisme dalam jalur pendidikan, langkah utama yang penting dilakukan adalah merumuskan kembali pengertian nasionalisme. Makna nasionalisme seringkali diartikan secara sempit di negeri ini. Padahal, tema nasionalisme bukan sesuatu yang asing dan baru bagi kalangan terpelajar dan kaum terdidik di Indonesia.

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, Pasal 1 dan 2 Bab I menetapkan bahwa Instrumen Sipil Nasional (selanjutnya disebut ASN) adalah profesi pegawai negeri dan pegawai pemerintah dan memiliki perjanjian kerja untuk bekerja pada lembaga pemerintah. Adapun menurut Undang-Undang tersebut fungsi ASN adalah sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.

Undang-Undang ini juga mengedepankan tentang kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki Aparatur Sipil Negara untuk melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan dan pembangunan selaras dengan berbagai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia. Sebagai tindak lanjut pemerintah dalam pengembangan sumber daya manusia Pegawai Negeri Sipil diharapkan memiliki profesionalitas kinerja yang tinggi dan berkarakter.

Melihat realitas yang ada, saat ini ASN sebagai aparatur Negara masih memiliki kinerja yang rendah. Hal ini didasarkan pada kompetensi dan produktivitas ASN serta karakter yang masih rendah serta banyaknya perilaku yang rule driven, paternalistic, dan kurang profesional. Oleh karena itu, diperlukan manajemen sumber daya Aparatur Sipil Negara yang baik guna mengatasi hal tersebut.

Perkembangan ilmu dan teknologi diera globalisasi sangat mempengaruhi perilaku bangsa, terutama nilai-nilai karakter. Hilangnya nilai-nilai karakter bangsa ini tidak hanya di pengaruhi oleh perkembangan ilmu dan tehnologi saat ini, akan tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar para generasi muda. Berbagai permasalahan yang ada di Indonesia saat ini sudah sangat mencerminkan hilangnya nilai-nilai karakter bangsa misalnya banyaknya korupsi di berbagai lembaga untuk memperkaya diri sendiri, mavia kasus dan hingga masalah kedisiplinan di berbagai lembaga.

Banyak aktor pembangunan yang berperan dalam mengelola kekayaan sumber daya Indonesia, baik pemerintah maupun swasta. Namun sisi lain pemerintah yang dianggap sebagai perpanjangan tangan Negara sebagai penguasa sumber daya, Pemerintah membutuhkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang professional dan berkarakter mengelola potensi tersebut. Melalui profesionalisme PNS, maka Indonesia akan tumbuh berkembang menjadi Negara yang maju, berkeadilan dan mensejahterakan rakyatnya.

Hilangnya nilai-nilai karakter bangsa saat ini menurut pandangan peneliti salah satunya juga dipengaruhi oleh sistem, pendidikan yang tidak lagi menerapkan pembelajaran dengan mengedepankan pembentukan karakter bangsa, yang merupakan keunggulan dan karakteristik bangsa Indonesia.

Adapun karakter bangsa Indonesia yang sudah kita ketahui adalah budaya bangsa Indonesia yang: (1). Agama: Sikap dan perilaku yang harus ditaati dalam pelaksanaan ajaran agama yang dianut, dapat menoleransi pemujaan terhadap agama lain, dan hidup selaras dengan umat beragama lain. (2). Kejujuran: Didasarkan pada upaya menjadikan diri Anda orang yang selalu dapat dipercaya dalam kata-kata, tindakan dan pekerjaan. (3). Toleransi: Sikap dan perilaku yang menghormati perbedaan agama, ras, etnis, pendapat,

(3)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

156 sikap, dan perilaku orang lain. (4). Disiplin: Menunjukkan perilaku teratur dan patuh dari berbagai peraturan dan regulasi. (5). Bekerja keras: menunjukkan upaya serius untuk mengatasi berbagai hambatan dan tugas belajar dan menyelesaikan tugas dengan benar. (6). Kreativitas: pikirkan dan lakukan sesuatu untuk menghasilkan cara baru atau hasil dari hal-hal yang ada. (7). Kemandirian: Tidak mudah untuk mengandalkan sikap dan perilaku orang lain saat menyelesaikan tugas. (8). Demokrasi: Semacam pemikiran, perilaku dan perilaku yang menghargai hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain. (9). Keingintahuan: Selalu berusaha untuk menemukan sikap dan tindakan yang lebih dalam dan lebih luas dari apa yang Anda temukan, lihat dan dengar. (10). Semangat nasional: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan luas yang menempatkan kepentingan negara dan negara di atas kepentingan individu dan kelompok. (11). Mencintai ibu pertiwi: menunjukkan kesetiaan dalam berpikir, sopan santun dan cara melakukan sesuatu, menunjukkan perhatian dan rasa hormat yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan alam, masyarakat, budaya, ekonomi dan politik nasional. (12). Menghargai prestasi: mendorongnya untuk menghasilkan sikap dan perilaku yang bermanfaat bagi masyarakat, mengenali dan menghormati keberhasilan orang lain. (13). Ramah/Komunikasi: tindakan yang menunjukkan rasa senang dalam berbicara, bersosialisasi dan bekerja sama dengan orang lain. (14). Cinta damai: Sikap dan perilaku verbal membuat orang lain merasa bahagia dan aman saat mereka hadir. (15). Hobi membaca: Sediakan waktu untuk membaca berbagai kebiasaan yang bermanfaat bagi bacaannya. (16). Merawat lingkungan: Selalu berusaha mencegah kerusakan pada lingkungan alami di sekitarnya dan mengambil tindakan untuk memperbaiki kerusakan alami yang telah terjadi. (17). Perawatan sosial: Selalu ingin memberikan bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan sikap dan tindakan. (18). Tanggung jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melakukan tugas dan kewajibannya, ini adalah sikap dan perilaku yang harus ia ambil terhadap dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa, dan berbeda dari negara lain Karakteristik nasional.

Sehingga untuk Pendidikan dan pelatihan (Diklat) diperlukan untuk melatih pegawai negeri sipil profesional dan memiliki karakteristik di atas. Dalam Peraturan Pemerintah No. 101 tentang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 2000, sebuah pelatihan diidentifikasi, yang memiliki makna strategis untuk mencapai PNS sebagai praktisi strategis sebagai bagian dari Instrumen Sipil Nasional. Pendidikan dasar. Berkaitan dengan PP tersebut, Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan CPNS menyatakan bahwa penyelenggaraan Diklat Pendidikan dasar dilaksanakan dengan kurikulum baru. Kurikulum tersebut Semua peserta pelatihan dituntut untuk dapat mewujudkan nilai-nilai dasar PNS, dalam hal ini nasionalisme, Kompetensi yang dibangun dalam Diklat Prajabatan CPNS pola baru ini adalah kompetensi PNS sebagai pelayan masyarakat yang professional dan berkarakter, diindikasikan dengan kemampuan mengaktualisasikan nilai dasar nasionalisme yang mengedepankan nilai-nilai yang tercantum dalam Pancasila

Sehingga dengan di laksanakannya Pendidikan dan pelatihan dasar CPNS diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai dasar PNS yaitu nasionalisme dalam diri peserta diklat sehingga dapat menghasilkan PNS yang professional dan berkarakter, yang sangat dibutuhkan untuk mengelola segala sumber daya pembangunan yang ada, sehingga dapat mempercepat peningkatan daya saing bangsa pada saat ini dan masa yang akan dating selalu berpedoman pada Pancasila sebagai dasar negara.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDMD) Provinsi Jawa Tengah mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia ASN yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah. Salah satu tugas dari BPSDMD Provinsi Jawa Tengah adalah melaksanakan pendidikan dan pelatihan

(4)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

157 Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil yang sesuai Per LAN N0 12 Tahun 2018, dengan harapan bahwa diklat tersebut akan terbentuk PNS yang profesional dan berkarakter.

Implementasi atau penerapan nilai–nilai nasionalisme pasca diklat merupakan hal yang penting, sebagai tolok ukur keberhasilan diklat. Pemahaman materi saat pelaksanaan diklat harus diaktualisasikan dan dihabituasikan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh Pegawai Negeri Sipil, sebagai wujud implementasi pasca diklat. Implementasi pasca diklat latsar yang telah dilakukan selama ini, masih terbatas pada proses aktualisasi dan habituasi selama 30 hari, sedangkan pasca diklat belum ada ukuran untuk mengetahui sejauh mana nilai – nilai nasionalisme dapat di laksanakan secara kontinyu, serta sejauhmana dampak dari implementasi dari nilai - nilai dari nasionalime yang mana semua isi dari nilai-nilai tersebut bersumber dari 5 sila Pancasila.

Adapun sebagai tindak lanjut sejauhmana hasil pelatihan dasar tersebut perlu kiranya mengetahui implementasi nilai-nilai dasar nasionalisme pada peserta pasca diklat pelatihan dasar CPNS sebagai bahan evaluasi pelaksanaan diklat. Berdasarkan latar belakang di atas, sebuah pertanyaan dapat diajukan: Setelah pelatihan dasar dari Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia CPNS 2019 di Jawa Tengah, bagaimana nilai-nilai dasar PNS nasionalis di antara peserta akan terwujud? Adapun tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui implementasi nilai-nilai dasar PNS nasionalisme pada peserta pasca diklat pelatihan dasar CPNS tahun 2019 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah.

LANDASAN TEORITIS Latsar CPNS

Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil sebagai dasar Pendidikan dan pelatihan dasar CPNS adalah pelatihan pra-kerja, dilakukan secara terpadu untuk membangun nasionalisme dan integritas moral nasional, kejujuran, antusiasme dan motivasi, sifat-sifat kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan meningkatkan profesionalisme dan kemampuan lapangan. Periode pra-layanan adalah 1 (satu tahun) masa percobaan, CPNS harus dilakukan melalui proses pendidikan dan pelatihan. Akademi pelatihan pemerintah yang terakreditasi (selanjutnya disebut sebagai "akademi pelatihan terakreditasi") adalah unit organisasi pelatihan organisasi yang independen dan merupakan bagian dari unit organisasi. Organisasi menerima persetujuan tertulis dari LAN untuk pelatihan CPNS dasar. BPSDMD Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Lembaga Pelatihan Pemerintah yang Terakreditasi.

Calon pegawai negeri harus menerima masa pra-jabatan satu tahun (satu tahun) sejak tanggal mereka ditunjuk sebagai calon pegawai negeri. Pendidikan dan pelatihan dasar CPNS bertujuan untuk mengembangkan kemampuan CPNS secara komprehensif. Kemampuan CPNS diukur dengan kemampuan: menunjukkan sikap untuk mempertahankan perilaku nasional; b. Mencapai nilai-nilai dasar pegawai negeri saat melakukan tugas publik; Untuk mewujudkan status dan peran pegawai negeri sipil dalam kerangka Republik Indonesia Serikat, dan D. Tunjukkan kemampuan teknis yang dikuasai dalam domain tugas. Sebagaimana disebutkan dalam ayat (1), pelatihan dasar CPNS menggabungkan hal-hal berikut: pelatihan klasik non-klasik, dan b. Kemampuan sosiokultural dan kemampuan di tempat.

Nilai-Nilai Dasar PNS (ANEKA)

Pegawai negeri sipil memainkan peran yang menentukan dalam mengelola prasyarat ini. Pegawai negeri telah menerapkan banyak keputusan strategis, mulai dari merumuskan kebijakan hingga menerapkan kebijakan di berbagai sektor pembangunan. Untuk memainkan peran ini, Anda memerlukan pegawai negeri sipil profesional, yaitu pegawai negeri sipil yang dapat memenuhi persyaratan kemampuan pekerjaannya, sehingga ia

(5)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

158 dapat melakukan tugasnya secara efektif dan efisien. Untuk membentuk citra pegawai negeri sipil profesional seperti yang dijelaskan di atas, perlu memberikan panduan melalui saluran pelatihan.

Selama periode pelatihan ini, pembentukan CPNS dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Praktik mengorganisir pelatihan terutama dilakukan melalui kuliah, yang membuatnya sulit untuk membentuk gaya pegawai negeri sipil yang kuat dan profesional. Menurut UU No. 5 (UU ASN) tentang Instrumen Sipil Nasional yang diundangkan pada tahun 2014, dan merujuk pada ketentuan Pasal 63 (3) dan (4) UU ASN, CPNS harus menjalani masa percobaan, yang Integritas moral, kejujuran, nasionalisme, dan antusiasme serta motivasi kebangsaan harus dilakukan melalui proses pelatihan yang komprehensif, sifat-sifat kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan peningkatan profesionalisme dan kemampuan di tempat. Diperlukan lembaga pelatihan yang inovatif dan komprehensif, yang merupakan program pelatihan yang menggabungkan pembelajaran klasik dan non-klasik di tempat pelatihan dan tempat kerja sehingga peserta dapat menginternalisasi, mengimplementasikan dan menulis, dan menjadikannya kebiasaan. (Kebiasaan), dan manfaat dari itu, sehingga ia memiliki karakter pegawai negeri sipil profesional terukir padanya sesuai dengan bidang tanggung jawabnya. Melalui pelatihan pembaruan, diharapkan pegawai negeri sipil profesional akan dilatih, mereka memiliki tanggung jawab untuk melakukan kebijakan publik, layanan publik, dan mengkonsolidasikan dan menyatukan negara.

Globalisasi tak terhentikan mengalir ke Indonesia. Dengan perkembangan teknologi yang semakin kompleks, dunia memasuki era Revolusi Industri 4.0, yang menekankan ekonomi digital, kecerdasan buatan, data besar, robot dan model lain atau fenomena yang disebut inovasi yang mengganggu. Menghadapi tantangan ini, kita perlu meningkatkan daya saing di tingkat nasional dan regional. Pegawai negeri, sebagai pegawai negeri, memainkan peran penting dalam menyediakan layanan publik kepada masyarakat, dan merupakan aset milik negara yang perlu mengembangkan potensi dan kemampuan mereka. Untuk mencapai tujuan ini, CPNS perlu dilatih dan dirancang dengan baik sesuai dengan persyaratan pekerjaan CPNS, sebagai pembentukan awal kepribadian dan kemampuan.

Atas dasar ini, pengembangan dinamis pendidikan komprehensif dan desain pelatihan sesuai dengan persyaratan posisi, dan kemampuan untuk membentuk lapangan sesuai dengan kantor yang ditunjuk, meningkatkan dan memperkaya konsep pelatihan pra-kerja. Nama pelatihan pra-kerja telah diubah menjadi pelatihan dasar CPNS, yang merupakan pelatihan strategis. Menurut sudut pandang seluruh pemerintah atau pemerintah, berdasarkan nilai-nilai dasar PNS, sesuai status dan peran PNS di Perserikatan Bangsa-Bangsa Indonesia (NKRI), dalam pembentukan karakter PNS, pembentukan perilaku profesional dan kemampuan untuk memenuhi tantangan keragaman sosial dan budaya Dikeluarkan dalam konteks kemampuan untuk mengeluarkan undang-undang ASN, setiap orang melakukan tugas pegawai negeri dalam bentuk pegawai negeri

Agenda Pembelajaran Nilai-nilai PNS dasar ini memberikan para peserta nilai-nilai dasar yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas profesional PNS sebagai pegawai negeri sipil, termasuk kemampuan untuk memikul tanggung jawab, memprioritaskan kepentingan nasional, mempertahankan standar etika publik, dan berinovasi untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas daripada korupsi. Dan mendorong percepatan pemberantasan korupsi di lingkungan kelembagaannya.

Pelatihan untuk mempelajari agenda dasar PNS adalah sebagai berikut: 1) akuntabilitas, 2) nasionalisme, 3) moralitas publik, 4) komitmen kualitas, 5) anti-korupsi. Seluruh kursus pelatihan dirancang dan disampaikan secara individual dalam satu unit untuk mencapai tujuan dari agenda kursus pembelajaran “Pegawai Negeri Sipil” dengan menekankan kemampuan untuk menjelaskan dan menginternalisasi nilai-nilai dasar

(6)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

159 pegawai negeri di lokasi pelatihan dan di seluruh tempat kerja. Mencapai tujuan dari agenda "Kurikulum Habitat".

Nasionalisme

Dalam bahasa nasionalisme, kata "barasal" berasal dari kata "nation", yang berarti bangsa. Karena itu, nasionalisme adalah suatu pemahaman nilai-nilai nasional. Nasionalisme memiliki kekuatan besar dalam menilai cinta pribadi bagi penyembah tertinggi. Secara garis besar, nasionalisme ditafsirkan sebagai perasaan alami rasa hormat terhadap bangsa dan bangsa dan bangsa lain (Agustin, 2011).

Nasionalisme adalah suatu paham yang berdiri karena adanya bangsa. Namun yang jadi soal kemudian adalah apa itu bangsa. Bahkan pertanyaan lain bisa juga diajukan di sini: apakah bangsa identik dengan negara? Inilah tema yang sepintas tidak mengandung problema akademis dan filosofis, karena sudah diterima begitu saja tanpa konflik. Maka, jika kita hendak mengajak siswa dan mahasiswa kita agar kembali memahami dan menghayati nasionalisme Indonesia, langkah penting yang mesti dilakukan adalah merumuskan kembali pemahaman tentang nasionalisme itu sendiri. Di Indonesia, konsep “negara” dan “bangsa” memiliki pijakan yang berbeda, bahkan berlawanan. Tetapi, sebutan “bangsa dan negara” sudah umum didengar, seolah-olah tidak mengandung bias dan netral dalam dirinya, padahal keduanya berbeda dan tak jarang bertentangan (Anwar, 2017).

Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau pemahaman akan cinta rakyat Indonesia terhadap negara dan tanah airnya berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalis bangsa Indonesia dirumuskan berdasarkan nilai-nilai Pancasila, oleh karena itu, rakyat Indonesia selalu menempatkan kesatuan dan integritas bangsa dan negara, serta kepentingan dan keamanan di atas kepentingan individu atau kelompok. Menunjukkan sikap kesediaan berkorban untuk bangsa dan negara, bangga mendarat di Indonesia sebagai negara Indonesia, tidak merasa rendah diri, mengakui kesetaraan, persamaan hak dan kewajiban antara sesama dan sesama warga, dan membangun sikap penuh kasih terhadap sesama warga negara, mengembangkan sikap toleransi (Dewantara, 2016).

Ada lima sila yang menjadi dasar untuk mengetahui nilai-nilai dasar dalam nasionalisme yaitu pertama Pancasila, keilahian, meliputi kebebasan dan nilai kebebasan orang dalam agama dan kepercayaan masing-masing. Nilai-nilai kesalehan diwujudkan dengan mengembangkan moralitas sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai saleh melengkapi nilai-nilai lain yang dibutuhkan dalam kehidupan nasional dan nasional, seperti solidaritas, kemanusiaan, negosiasi dan keadilan sosial.

Kedua umat manusia yang adil dan beradab membentuk dasar perilaku dan perilaku pegawai negeri kita. Negara membutuhkan pegawai negeri yang dapat menentukan kebijakan dan arah pembangunan dengan mempertimbangkan koordinasi antara kepentingan nasional dan kepentingan global. Kombinasi perintah pertama dan kedua Pancasila menuntut pemerintah dan eksekutif nasional untuk mempertahankan karakter mulia kemanusiaan dan mempertahankan cita-cita moral masyarakat Indonesia. Berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan, berbagai tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan tidak boleh mengubah kebijakan dan tindakan mesin negara.

Ketiga reunifikasi Indonesia menunjukkan bahwa bangsa Indonesia juga memiliki karakteristik gotong royong, harmoni, harmoni, reunifikasi dan kekerabatan. Dalam semangat gotong royong, negara Indonesia harus mampu melindungi seluruh negara dan mendistribusikan darah Indonesia. Diharapkan bahwa negara akan dapat melayani rakyat tanpa memandang ras, agama, ras atau kelas mereka.

Keempat Pancasila adalah demokrasi, yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam pertimbangan perwakilan. Perintah ini memuat ciri-ciri demokrasi yang dipraktikkan di Indonesia, yaitu populisme (kedaulatan rakyat), negosiasi (kekerabatan) dan kebijaksanaan. Demokrasi ditandai oleh massa berarti bahwa negara harus menyatukan kepentingan individu dan kelompok.

(7)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

160 Perintah kelima Pancasila adalah keadilan sosial untuk semua orang Indonesia. Komitmen terhadap keadilan memiliki arti luas. Peran negara dalam mencapai rasa keadilan sosial dalam setidaknya empat kerangka kerja, yaitu: 1) mencapai hubungan yang adil di semua tingkatan sistem sosial, 2) mengembangkan struktur yang memberikan peluang yang sama, 3) memfasilitasi akses ke informasi dan layanan yang dibutuhkan Dan sumber daya; 4) Mendukung partisipasi yang berarti dalam pengambilan keputusan semua orang (LAN RI, 2017).

Nasionalisme adalah cinta alami bagi negara dan negara, sementara menghormati negara lain. Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau pemahaman akan cinta rakyat Indonesia terhadap negara dan tanah airnya berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Lima nilai dasar nasionalisme harus diperhatikan, yaitu:

a. Sila Pertama pertama: Ketuhanan yang Maha Esa

1) Orang Indonesia menyatakan kepercayaan dan dedikasi mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Menurut agama dan kepercayaan masing-masing, orang Indonesia percaya dan takut akan Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keadilan dan kemanusiaan yang beradab. 3) Membentuk sikap hormat untuk menghormati kerja sama antara orang-orang percaya

yang berbeda pada orang-orang percaya beragama dari Allah yang Mahakuasa. 4) Mempromosikan keharmonisan antara kelompok agama lain dan iman kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

5) Agama dan kepercayaan pada Tuhan Yang Mahakuasa adalah masalah yang terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Mahakuasa.

6) Membangun kebebasan saling menghormati untuk mempraktikkan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. 3) Jangan memaksakan kepercayaan agama pada Tuhan

b. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradap

1) Perlakukan dan perlakukan umat manusia sesuai dengan martabat manusia dan martabat biologis sebagai Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mengakui kesetaraan semua orang, persamaan hak dan hak asasi manusia dasar tanpa mendiskriminasi ras, leluhur, agama, kepercayaan, jenis kelamin, status sosial, warna kulit, dll.

3) Kembangkan sikap saling mencintai untuk sesama manusia. 4) Mengembangkan saling toleransi dan toleransi.

5) Kembangkan sikap terhadap orang lain. 6) Mematuhi nilai-nilai kemanusiaan. 7) Cinta kegiatan manusiawi.

8) Berani membela kebenaran dan keadilan.

9) Orang Indonesia merasa bahwa mereka adalah bagian dari seluruh umat manusia. 10) Mengembangkan sikap hormat untuk menghormati orang lain dan bekerja sama dengan negara lain.

c. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

1) Dapat menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2) Rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa Adalam kondisi apapun jika diperlukan.

3) Menumbuhkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4) Menumubuhkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. 5) Melakukan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial.

6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. 7) Melakukan sikap perilaku yang baik demi persatuan dan kesatuan bangsa.

(8)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

161 d. Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

1) Seorang warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

2) Jangan memaksakan kehendak kepada orang lain.

3) Tingkatkan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. 4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. 5) Menghargai dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil

musyawarah.

6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. 9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada

Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

10) Saling percaya kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

e. Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia

1) Perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2) Meningkatkan sikap adil terhadap sesama. 3) Menyetarakan antara hak dan kewajiban. 4) Saling menghormati hak orang lain.

5) Gemar melakukan kebaikan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6) Jangan menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

7) Sebaiknya jangan menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

8) Sebaiknya jangan menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

9) Lakukan bekerja keras.

10) Menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

11) Melakukan kegiatan untuk mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Aktualisasi dan Habituasi

Dengan berkembangnya etno-nasionalisme dan separatime di Indonesia, maka perlu pengutamaan pendidikan nasionalisme sejak dini bagi setiap individu melalui proses internalisasi (penghayatan) dengan pendekatan pembiasaan (habituasi). Sehingga diklat pelatihan pola baru ini lebih ditekankan pada aktualisasi dan habituasi serta pemahaman, tidak sekedar paham materi yang di dapat di kelas.

Mata Pelatihan untuk agenda Habituasi dilakukan melalui kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

1. Konsepsi Aktualisasi; 2. Penjelasan Aktualisasi;

(9)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

162 3. Rancangan dan Pembimbingan Aktualisasi;

4. Evaluasi Rancangan Aktualisasi; 5. Pembekalan Habituasi;

6. Aktualisasi di tempat kerja;

7. Persiapan Evaluasi Aktualisasi; dan 8. Evaluasi Aktualisasi.

Aktualisasi nilai-nilai dasar PNS nasionalisme ini tujuannya adalah untuk menginternalisasi nilai-nilai dasar pegawai negeri untuk membentuk pegawai negeri dengan semangat juang, dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip prinsip Pancasila, dan mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat, dapat menjaga persatuan nasional dan tetap loyal kepada negara kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia.

Sebelum mengimplementasikan nilai dasar PNS nasionalisme, ada satu tahap yang dilalui yaitu tahap internalisasi. Internalisasi merupakan proses pemahaman atas nilai yang terkandung dari nasionalisme.

Nilai nasionalisme merupakan sikap menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Setiap sila dalam Pancasila mengandung nilai-nilai kemuliaan. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketiga, Persatuan Indonesia. Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sila ini merupakan pondasi dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Sebagai motor penggerak suatu negara, PNS harus mampu menjadi teladan. Komunikasi yang baik antara PNS dengan PNS lainnya, PNS dengan pegawai, maupun PNS dengan masyarakat merupakan pengejawantahan dari aktualisasi nilai-nilai Pancasila. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap toleransi dan demokratis dalam setiap pertemuan atau rapat, serta melaksanakan pengabdian masyarakat yang didasarkan pada kebutuhan masyarakat, merupakan contoh kewajiban PNS yang mengaktualisasikan nilai nasionalisme nilai di atas hendaknya dapat diaktualisasikan oleh para PNS dalam pelaksanaan tugas sebagai pelayanan publik. Pelayanan bublik yang dimaksud merupakan pelayanan masyarakat secara luas.

Dampak ANEKA

Adapun analisis dampak dari nilai nasionalisme adalah bertanggung jawab untuk mengaktualisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam nasionalisme serta tugas pokok dan fungsinya. Namun, apabila nilai-nilai nasionalisme tersebut tidak diaktualisasikan, akan membawa dampak negatif terhadap kegiatan yang dilaksanaan oleh seorang abdi negara.

Sehingga rasa nasionalisme juga sangat penting dimiliki oleh seorang PNS. Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri. Demikian juga ketika kita berbicara tentang nasionalisme. Nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Dengan memiliki rasa Nasionalisme maka seorang PNS akan berusaha bekerja dengan baik untuk memajukan negaranya. Jika seorang PNS tidak memiliki rasa nasionalisme maka yang terjadi adalah kepentingan pribadi akan lebih diutamakan daripada kepentingangan Negara. Dalam aktualisasi nilai-nilai dasar ASN dapat dilihat dari adanya rasa nasionalisme ditunjukkan dengan pengamalan dari setiap sila dalam Pancasila. Jika hal ini tidak terjadi maka akan terjadi perpecahan dalam lembaga, yang nantinya akan berdampak negatif pada kinerja pegawai dan PNS.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2020, di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah. Adapun data

(10)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

163 diperoleh dengan melakukan observasi pada sample alumni peserta latsar beberapa angkatan tahun 2019, dengan cara melakukan pengisian kuisioner berkaitan dengan implementasi nilai-nilai dasar PNS nasionalisme pada peserta pasca diklat pelatihan dasar CPNS tahun 2019 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah. Data yang diperoleh di analisis dengan analisis statistik inferensial. Analisis statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara memaparkan data yang telah terkumpul untuk mengadakan penarikan kesimpulan dan membuat keputusan berdasarkan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis korelasional. Analisis korelasional adalah analisis statistik yang berusaha untuk mencari hubungan atau pengaruh antara dua buah variabel atau lebih.

Dalam analisis korelasional ini, variabel dibagi ke dalam dua bagian, yaitu: Variabel bebas (Independent Variable), yaitu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat (Dependent Variable), yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel yang lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan tentang pemahaman, aktualisasi dan dampak baik materi nasionalisme disajikan dalam tabel sebahgai berikut:

Tabel 1. Data pemahaman, aktualisasi dan dampak baik nasionalisme PEMAHAMAN NASIONALISME AKTUALISASI NASIONALISME DAMPAK BAIK NASIONALISME

NO % KET % KET % KET

1 24.80 : Sangat paham 24.33 : Sangat dapat mengaktualisasi 27.26 : Sangat berdampak 2 67.24 : Paham 67.67 : Dapat mengaktualisasi 60.09 : Dapat berdampak 3 3.64 : Cukup paham 2.65 : Cukup dapat mengaktualisasi 2.63 : Cukup berdampak 4 1.74 : Kurang paham 1.75 : Kurang dapat mengaktualisasi 0.83 : Kurang berdampak

5 2.58 : Sangat kurang paham

3.60 : Sangat kurang dapat mengaktualisasi

4.68 : Sangat kurang berdampak

6 0.00 : Tidak paham 0.00 : Tidak dapat mengaktualisasi 4.51 : Tidak dapat berdampak

Dari data tersebut di atas, maka dilakukan analisis dengan menggunakan analisis

statistik inferensial, dengan hasil sebagai berikut :

(11)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

164 Gambar 1. Histogram pemahaman, aktualisasi dan dampak baik nasionalisme

Tabel 2. Anova pemahaman materi nasionalisme terhadap aktualisasi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 3525,206 1 3525,206 5999,580 0,000**

Residual 2,350 4 ,588

Total 3527,556 5

Keterangan: * : Beda nyata regresi α= 5 % **: Beda nyata regresi α= 1 %

Gambar 2. Regresi pemahaman materi nasionalisme terhadap aktualisasi (Regresi Linear: Y= a+bx)

(12)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

165

Tabel 3. Anova pemahaman materi nasionalisme terhadap dampak

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 2703,737 1 2703,737 324,182 0,000**

Residual 33,361 4 8,340

Total 2737,097 5

Keterangan: * : Beda nyata regresi α= 5 % **: Beda nyata regresi α= 1 %

Gambar 3. Regresi pemahaman materi nasionalisme terhadap dampak (Regresi

Linear: Y= a+bx)

Dari hasil analisis tersebut diatas (gambar 4) dapat diketahui bahwa pemahaman materi nasionalisme nilai tertinggi 67.24 % (paham) tentang materi nasionalisme, aktualisasi nasionalisme nilai tertinggi 67.67 % (dapat mengaktualisasi), sedangkan dampak baik dalam aktualisasi nasionalisme nilai tertinggi 60.09 % (dapat berdampak).

Pada tabel 4.5. menunjukkan bahwa pemahaman materi nasionalisme terdapat beda nyata terhadap aktualisasi nasionalisme. Pada gambar 5. Regresi pemahaman materi nasionalisme terhadap aktualisasi (Regresi Linear: Y= a+bx) Y = -0,078+1,005x dimana Y : aktualisasi Nasionalisme dan X : pemahaman materi Nasionalisme, dengan kesalahan probabilitas 0,767 dan nilai R Square 0,999. Pemahaman materi nasionalisme terhadap aktualisasi menunjukkan bahwa setiap kenaikan pemahaman materi maka terjadi kenaikan aktualisasi. R Square 0,999 artinya bahwa aktualisasi 99,9% dipengaruhi oleh pemahaman materi,sedang 0,1% dipengaruhi oleh faktor lain Hal ini menunjukkan pemahaman materi nasionalisme dengan aktualisasi dapat diketahui bahwa dengan pemahaman materi nasionalisme yang tinggi, maka aktualisasi dapat dilakukan dengan tinggi pula dan sebaliknya pemahaman materi nasionalisme rendah maka aktualisasi nasionalisme pun juga rendah.

(13)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

166 Pada Tabel 4.6. menunjukkan bahwa pemahaman materi nasionalisme terdapat beda nyata terhadap dampak baik. Pada gambar 6. Regresi pemahaman materi nasionalisme terhadap dampak (Regresi Linear: Y=a+bx) Y=-0,078+1,005x dimana Y: dampak baik materi Nasionalisme dan X : pemahaman materi Nasionalisme, dengan kesalahan probabilitas 2,888 dan nilai R Square 0,988. Pemahaman materi nasionalisme terhadap dampak menunjukkan bahwa setiap kenaikan pemahaman materi maka terjadi kenaikan aktualisasi. R Square 0,988 artinya bahwa aktualisasi 98,8% dipengaruhi oleh pemahaman materi,sedang 1,2% dipengaruhi oleh faktor lain hal ini menunjukkan pemahaman materi nasionalisme yang tinggi memberikan dampak baik yang tinggi dan sebaliknya pemahaman materi nasionalisme yang rendah maka berakibat dampak baik juga menurun.

Dari analisis korelasi (Table 4) tentang Korelasi pemahaman, aktualisasi dan dampak baik ANEKA menunjukkan bahwa pemahaman materi nasionalisme ada korelasi sangat nyata pada α = 1% terhadap aktualisasi dan demikian juga pemahaman materi nasionalisme ada korelasi sangat nyata pada α = 1% terhadap dampak baik. Korelasi pemahaman materi nasionalisme terhadap aktualisasi nasionalisme sebesar 0,000 % sedangkan korelasi pemahaman materi akuntabilitas nasionalisme terhadap dampak baik nasionalisme sebesar 99,4 %.

Pemahaman pada materi nasionalisme merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi kunci sukses aktualisasi dan dampak aktualisasi, sehingga dalam pelaksanaan poses belajar mengajar perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pemahaman materi. Hal ini menunjukkan adanya pemahaman materi berkaitan erat dengan tinggi rendahnya aktualisasi dan dampaknya, terutama dalam pembentukan karakter.

Tabel 4. Korelasi pemahaman, aktualisasi dan dampak baik nasionalisme Pemahaman

Nasionalisme

Aktualisasi

Nasionalisme Dampak Nasionalisme Pemahaman Nasionalisme 1 1,000** 0,994** 0,000 0,000 Aktualisasi Nasionalisme 1,000** 1 0,994** ,000 0,000 Dampak Baik Nasionalisme ,994** ,994** 1 ,000 ,000

Dari hasil yang dibahas di atas, dapat dilihat bahwa perilaku dan perilaku seseorang dapat menunjukkan kepribadian seorang pegawai negeri. Kata karakter berasal dari bahasa Inggris, karakter, yang berarti karakter atau alami. Karakter adalah nilai unik seseorang yang dibentuk oleh hasil internalisasi, baik itu karakter, karakter atau kepribadian. Karakter adalah orang dengan kepribadian, perilaku, karakter, karakter atau karakter. Karena itu, makna karakter sama dengan kepribadian atau moralitas. Kepribadian adalah karakteristik seseorang, ciri-ciri atau karakteristik, yang berasal dari pembentukan lingkungan, seperti keluarga masa kecil dan bawaan setelah lahir (Koesoema, 2007). Fauzone (2009) mengutip Florence Litteur, penulis buku terlaris "Personality Plus", menjelaskan bahwa ada empat pola karakter dasar atau karakter manusia. Keempat karakter tersebut adalah: 1) sanguinis/populer, 2) koleris/kuat, 3) melankolis/sempurna dan 4) rendah hati/damai. Keempat karakter ini masing-masing memiliki nilai positif dan negatif. Manusia jarang hanya memiliki satu model karakter, biasanya kombinasi dua, tiga atau bahkan empat karakter. Yang membedakan satu orang dari orang lain adalah peran mana yang lebih meno njol atau dominan. Pada saat yang sama, Yunmar dan Phoa (2013) Telah ditunjukkan bahwa teori tentang pembagian empat karakter atau karakter atau temperamen manusia pada awalnya diajukan oleh Hippocrates. Menurut Yunmar dan Phoa (2013), setiap karakter memiliki karakteristiknya sendiri, seperti yang dijelaskan di

(14)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

167 bawah ini. Sanguinis: Grup ini cenderung disambut dan disukai oleh orang lain. Hidupnya penuh warna. Mereka suka bicara. Emosinya meledak dan transparan. Sekali dia bisa berteriak, setelah beberapa saat dia bisa menangis. Sanguinis agak pelupa, sulit berkonsentrasi, berpikir pendek dan hidup tidak teratur.

Koleris: Grup ini suka mengatur dan mengatur orang. Karena karakteristik ini, banyak dari mereka tidak punya teman. Orang-orang Koleris menyukai tantangan dan petualangan. Mereka berorientasi pada tujuan, tegas, kuat, cepat dan gesit. Baginya, tidak ada istilah yang mustahil. Jika antusiasme terstimulasi, hampir pasti apa yang akan dilakukannya dapat tercapai. Koleris tidak akan menyerah dengan mudah dan menyerah. Melancholy: Sangat berbeda dari Sanguinice. Kelompok melankolis cenderung terorganisir sesuai pola, tersusun rapi dan sistematis. Biasanya, mereka menyukai fakta, data, angka dan berpikir mendalam tentang segalanya. Dalam pertemuan itu, sanguinis mendominasi, dan orang yang depresi cenderung menganalisis, berpikir, dan berpikir. Kata-katanya bijaksana ketika dia berbicara. Selalu berharap semuanya beres.

Plegmatis: Grup ini tidak suka konflik, jadi walaupun mereka tidak suka konflik, mereka bisa melakukan apa saja. Baginya, perdamaian adalah segalanya. Jika ada yang tidak beres, ia akan mencoba mencari solusi damai. Selama masalahnya tidak berlanjut, mereka ingin kehilangan uang atau bahkan jatuh sakit. Para anggota parlemen itu hambar, tidak memiliki organisasi dan ketidakpedulian. Mereka cenderung tetap diam dan tenang, dan mereka biasanya sangat senang saat menyelesaikan masalah. Dengan sabar dia ingin menjadi pendengar yang baik, tetapi ketika disuruh membuat keputusan, mereka cenderung menunda-nunda. Kembali pada pemahaman, karakter adalah nilai yang unik, apakah itu karakter, karakter, atau kepribadian seseorang, dibentuk oleh internalisasi berbagai kebijakan, kebijakan ini dianggap dan digunakan sebagai pengamatan dan refleksi dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku, berbicara dan perilaku. Dalam kebijakan nasional pengembangan karakter nasional, karakter didefinisikan sebagai nilai baik yang unik yang dinyatakan dalam perilaku (mengetahui nilai kebaikan, mau berbuat baik, memiliki kehidupan yang benar-benar baik, dan memiliki dampak yang baik terhadap lingkungan) Peranan diturunkan secara koheren dari hasil pemikiran, olahraga, gerakan, dan perasaan serta niat seseorang atau sekelompok orang. Karakter adalah karakteristik seseorang atau sekelompok orang, termasuk nilai-nilai, kemampuan, kemampuan moral dan ketelitian untuk menghadapi tantangan dan tantangan (Republik Indonesia, 2010)

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Pemahaman nasionalisme nilai tertinggi adalah 67.24% (paham) tentang materi nasionalisme, aktualisasi nasionalisme nilai tertinggi adalah 67.67% (dapat mengaktualisasi), sedangkan dampak baik dalam aktualisasi nasionalisme nilai tertinggi adalah 60.09% (dapat berdampak). pemahaman materi nasionalisme terdapat beda nyata terhadap dampak baik. Pada gambar 6. Regresi pemahaman materi nasionalisme terhadap dampak (Regresi Linear: Y= a+bx) Y = -0,078+1,005x dimana Y: dampak baik materi Nasionalisme dan X: pemahaman materi Nasionalisme, dengan kesalahan probabilitas 2,888 dan nilai R Square 0,988. Pemahaman materi nasionalisme terhadap dampak menunjukkan bahwa setiap kenaikan pemahaman materi maka terjadi kenaikan aktualisasi. R Square 0,988 artinya bahwa aktualisasi 98,8% dipengaruhi oleh pemahaman materi,sedang 1,2% dipengaruhi oleh faktor lain. (2) Pemahaman pada materi merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi kunci sukses aktualisasi dan dampak aktualisasi, sehingga dalam pelaksanaan poses belajar mengajar perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pemahaman materi. Hal ini karena pemahaman materi berkaitan erat dengan tinggi rendahnya aktualisasi dan dampaknya, terutama dalam pembentukan karakter.

(15)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

168 DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. (2017). Internalisasi Semangat Nasionalisme Melalui Pendekatan Habituasi (Perspektif Filsafat Pendidikan). Analisis : Jurnal Studi Keislaman, 14(1), 159–172. https://doi.org/10.42042/ANALISIS. V14I1.653

Irhandayaningsih, A. (2012). Peranan Pancasila dalam Menumbuhkan Mesadaran Nasionalisme Generasi Muda di Era Global. Humanika, 16(9), 1–10. https://doi.org/10.1016/S1359-6446(04)03042-9\rS1359644604030429 [pii] Agustin, D. S. Y. 2011. Penurunan Rasa Cinta Budaya dan Nasionalisme Generasi Muda Akibat

Globalisasi. Jurnal Sosial Humaniora, 4(2), 177-185.

Arfin, M. 2017. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter pada SD Negeri Mannuruki

Makassar (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Dewantara, A. W. 2016. Gotong-Royong Menurut Soekarno dalam Perspektif Aksiologi Max

Scheler, dan Sumbangannya bagi Nasionalisme Indonesia (Doctoral dissertation,

Universitas Gadjah Mada).

Hendrastomo, G. 2007. Nasionalisme versus Globalisasi ‘Hilangnya’ Semangat Kebangsaan dalam

Peradaban Modern. Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi, 1(1).

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Nasionalisme. Modul Pendidikan dan Pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil Prajabatan Golongan III. Lembaga Administrasi Negara. Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2018. Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. LAN. Jakarta.

Maftuh, B. 2008. Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme Melalui Pendidikan

Kewarganegaraan. Jurnal Educationist, 2(2), 134-144.

Nugroho, I. 2011. Peran Kepemimpinan Nasional dalam Implementasi Nilai-nilai Pancasila sebagai

Falsafah Hidup Bangsa dan Pembangunan Nasional.

Octaviani, R. 2018. Pengaruh Mata Diklat Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen

Mutu dan Anti Korupsi Terhadap Aktualisasi Nilai Dasar Profesi PNS di BPSDM Provinsi Papua. Jurnal Dinamis, 1(12 Juli), 1-9.

Oktarina, P. S. 2016. Aktualisasi Nilai Aneka pada Profesi Dosen IHDN Denpasar Sebagai Dasar

Komitmen Mutu Pelayanan Publik. Jurnal Penjaminan Mutu, 2(1), 28-33.

Raharjo, T. 2017. Efektivitas Diklat Prajabatan Pola Baru bagi Calon Pegawai Negeri Sipil

Kementerian Keuangan. Info Artha, 2, 20-34.

Subekan, A., dan Iskandar, A. 2019. Pengaruh Pemahaman Nilai Dasar ‘ANEKA’ terhadap

Pembentukan Sikap Peserta Latsar CPNS pada Balai Diklat Keuangan Malang. Jurnal

(16)

ISSN: 2721-5407 (Online) Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020

169 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. Tersedia di http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU5-2014AparaturSipil Negara.pdf. (diunduh 05 April 2019)

Wikipedia. Bela Negara. Tersedia di https://id.wikipedia.org/wiki/Bela_ negara (diunduh 03 April 2019).

Gambar

Tabel 1. Data pemahaman, aktualisasi dan dampak baik nasionalisme  PEMAHAMAN  NASIONALISME  AKTUALISASI  NASIONALISME  DAMPAK BAIK  NASIONALISME
Tabel 2. Anova pemahaman materi nasionalisme terhadap aktualisasi
Gambar 3. Regresi pemahaman materi nasionalisme terhadap dampak (Regresi  Linear: Y= a+bx)
Tabel 4. Korelasi pemahaman, aktualisasi dan dampak baik nasionalisme  Pemahaman

Referensi

Dokumen terkait

a. Mampu menerapkan pengetahuan matematika, sains, ilmu teknik mesin dan pengetahuan lainnya yang relevan dengan penuh prakarsa untuk mengidentifikasi, merumuskan

Bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Formasi Tahun Anggaran 2010, yang Surat Keputusan Pengangkatannya telah selesai diproses (daftar nama terlampir) dapat mengambil Surat Keputusan

Melalui perancangan media komunikasi visual sebagai sarana promosi Carissa Cuci Mobil Otomatis (CCMO), dan untuk menjaga eksistensi menghadapi pesaingnya,

Seorang nyai berperan di dalam transformasi modernisasi di Jawa pada khususnya, transformasi modernisasi yang penulis maksud adalah proses perubahan kebiasaan atau budaya

Menurut Edward Djamaris dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Filologi, metode landasan dipakai apabila menurut tafsiran, nilai naskah jelas berbeda sehingga ada satu

Hal ini didukung oleh pernyataan Siagian (dalam Syamsi, 1995) bahwa pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan

Batas aliran lalu lintas yang ada pada suatu ruas jalan dilampaui, maka rata-rata kecepatan lalu lintas akan turun sehingga pada saat kecepatan mulai turun maka

Babakan Baru RT.03/03 Desa Rumpin