• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Abortus Inkomplitus di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Abortus Inkomplitus di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2013"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Abortus Inkomplitus di RSUD Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2013

Fudji Astuti1*& Nabila W. N.1

1

Akademi Kebidanan Dewi Sartika Bandung

Abstract

Problems reproduction is much talked about abortion, since abortion as a cause of bleeding. Bleeding during pregnancy is considered as a state of emergency that are able to cause death. Based on preliminary studies by distributing questionnaires to 20 pregnant women in addressing matters relating to abortion/ miscarriage only 5 pregnant women (25%), who at least know about the causes of abortion and its symptoms and signs of complications of abortion. This study aims to reveal the knowledge of the first trimester pregnant women about abortion incomplete inMajalaya Hospital in 2013. The research used descriptive variables in this study is the knowledge of pregnant women about abortion incomplete first trimester with a sample of 36 people, using accidental sampling techniques, data collection through questionnaire and analyzed using frequency distributions and percentages. Results reveal that that of the 36 respondents, 29 (80.6%) of pregnant women in the first trimester Majalaya Hospital in 2013 had less knowledge about incomplete abortion. Based on these indicators: understanding incomplete abortion (52.8%) knowledgeable enough, less knowledgeable about the causes of incomplete abortion (83.3%), less knowledgeable about the signs symptoms of incomplete abortion (75.0%), less knowledgeable about the risk factors (52, 8), are less knowledgeable about the prevention of abortion (58.3%). This study concluded that more than half of pregnant women in the first trimester Majalaya Hospital in 2013 had less knowledge about incomplete abortion.

(2)

Pendahuluan

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sedangkan menurut WHO batasan usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu. (Anonim, 2009).

Beberapa factor, penyebab terjadinya kematian ibu salah satunya

adalah abortus, walaupun

presentasinya kecil (5%), tetapi

menyumbangkan tinggi angka

kematian ibu, dan juga merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang banyak dibicarakan di Indonesia bahkan di dunia, masalah ini perlu dibahas mengingat

abortus dapat menyebabkan

terjadinya perdarahan. Perdarahan menyumbangkan 30% dari kematian ibu. Perdarahan selama masa kehamilan dianggap sebagai suatu keadaan kegawatdaruratan yang dapat membahayakan ibu dan janin.

World Health Organization

(WHO) memperkirakan sekitar± 15 - 20% kematian ibu disebabkan oleh abortus, angka kematian ibu karena

abortus yang tidak aman

diperkirakan 100.000 wanita setiap tahunnya 99% terjadi di

negara-negara berkembang termasuk

Indonesia. Menurut SDKI tahun 2007 menunjukkan bahwa wanita yg berstatus menikah dengan kasus abortus masih cukup tinggi berkisar

30% dengan alasan, tidak

menginginkan anak lagi atau untuk menjarangkan kehamilan, tetapi wanita itu tidak menggunakan alat kontrasepsi (Depkes RI, 2009).

Association Of South East Asian Nation (ASEAN) tahun 2006

sekitar 4,2 juta terjadi kasus abortus per tahun,baik atas indikasi medis atau tidak.. Tingkat kasus aborsi di Indonesia tercatat yang tertinggi mencapai dua juta kasus dari jumlah kasus yang terjadi di negara-negara ASEAN (www.aborsi.org.online, diakses 1 April 2013). Dari 2 juta kasus tersebut 750.000 diantaranya dilakukan kalangan remaja, dan

kejadian abortus inkomplit

diperkirakan terjadi sekitar ± 10-15% kehamilan. (Depkes RI, 2007) Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 yaitu 228/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (30%), infeksi (12%), eklampsi (25%), abortus (5%), partus lama (5%), emboli obstetri (3%), komplikasi masa nifas (8%) dan penyebab lainnya (12%). (DepKes RI, 2009) Abortus inkomplit adalah di mana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum, perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan

(3)

sebagian placenta tertinggal diuterus (Saifuddin, 2009).

Kecenderungan semakin

meningkatnya kasus abortus yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang erat hubungannya dengan kejadian abortus, pada umumnya adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, plasenta, infeksi, kelainan uterus, dan factor eksternal seperti radiasi dan obat-obatan ,sedangkan komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu akibat abortus adalah perdarahan, infeksi, perforasi, dan syok.

Pada setiap trimester kehamilan, bias terjadi adanya penyulit atau komplikasikehamilan, dan ini harus diketahui oleh setiap wanita hamil, seperti pada trimester I kehamilan mungkin saja terjadi kasus seperti abortus, hyperemesis, IUFD, KET, dan lain sebagainya.Kasus abortus yang sering terjad ipada trimester I ini bias berakibat lebih banyak lagi bila tidakdiketahui atau dipahami oleh wanita hamil baik pencegahan maupun penanganannya. Abortus yang terjadi pada kehamilan dapat di bagi beberapa klasifikasi antara lain yaitu abortus imminens, abortus insipiens, abortus komplit,

abortus inkomplit, abortus

infeksious, missed abortus, abortus habituallis.Abortus sering tidak di ketahui penyebabnya. Oleh karena itu, ibu-ibu diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai upaya yang bisadilakukan untuk

mencegah sekaligus menekan

kejadian abortus, Dengan demikian diharapkan dapat menentukan sikap

terhadap pencegahan terjadinya komplikasi dan penyulit kehamilan pada trimester I ini dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara teratur, mendapatkan konseling tentang pentingnya keluargaberencana (KB) untuk mengatur jarak kehamilan.

Bidan dalam melakukan pelayanan ANC yang paripurna harus selalu memberikan penjelasan mengenai tanda bahaya kehamilan atau pun hal lain yang berkaitan dengan abortus. Ibu hamil berhak mengetahui tentang hal ini, untuk

kesejahteraan dan keamanan

kandungan, karena sampai saat ini kejadian abortus masih di anggap sebagai masalah kesehatan yang sangat serius dalam masyarakat khususnya terutama abortus i nkomplit yang termasuk penyebab langsung dari kematian ibu yang apabila tidak mendapat penanganan

segera dapat meningkatkan

morbiditas dan mortalitas.

Berdasarkan data Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Majalaya pada tahun 2012 tercatat kejadian abortus sebanyak 485 kasus,

sedangkan kejadian abortus

inkomplit tahun 2012 tercatat 299 kasus adapun abortus inkomplit yang disertai anemia sebanyak 63 kasus.Dari hasil Studi Pendahuluan dengan melakukan penyebaran kuesioner terhadap 20 responden ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di poliklinikkebidanan, dalam mengutarakan hal-hal yang berkaitan dengan abortus / keguguranhanya 5 orang ibu hamil

(4)

(25%), yang mengetahui tentangs edikitnya penyebab abortus dan tanda gejala beserta komplikasia bortus, 10 orang ibu hami l (50%) yang mengetaui tentang pengertian abortus. 10 respondenmen dapatkan informasi dari petugas tapi tidak mengerti akan komplikasi yang terjadi pada awal kehamilan.

Melihat fenomena tersebut seharusnya ibu hamil ini tahu sejak dini tentang abortus atau keguguran, agar angka kejadian abortus inkompletus serta besarnya resiko yang ditimbulkan bias dikurangi, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pengetahuan IbuHamil Trimester I tentang Abortus Inkomplitus di RSUD Majalaya Tahun 2013”.

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi “Pengetahuan Ibu Hamil Trimester 1 Tentang Abortus Inkomplitus” Jenis pada penelitian ini adalah dekskriptif dengan menggunakan instrument Kuesioner. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juni Tahun2013 di RSUD Majalaya. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat atau deskripsi tentang suatu

keadaan secara objektif.

(Notoatmodjo, 2007:135)

Metode Penelitian

Rancang bangun pada

penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang berwujud

angka-angka hasil penghitungan atau pengukuran. (Arikunto, 2010:235) yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester I tentang Abortus Inkomplitus di

Rumah Sakit Umum Daerah

Majalaya Tahun 2013.

Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional.

Rancangan cross-sectional

merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan saat bersamaan antara faktor resiko/paparan dengan penyakit (Hidayat. 2011:53). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester I yang memeriksakan kehamilannya di poli kebidanan dan kandungan.Jadi peneliti menetapkan populasi pada penelitian seluruh ibu hamil trimester Idi Rumah Sakit Umum Daerah Majalaya Periode Mei – Juni Tahun 2013. Dalam mengambil sampel peneliti menggunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya.Teknik ini biasanya disebut sampling atau teknik sampling.Teknik pengambilan sampelnya dilakukana ccidental sampling yaitu pengambilan sampel

yang dilakukan dengan

kasus/responden yang kebetulan ada atau tersedia. (Hidayat, 2011). Dalam waktu penelitian sampel yang diambil yaitu 36 responden ibu hamil trimester I pada periode Mei – Juni Tahun 2013.

Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner (daftar pertanyaan) untuk mengetahui

(5)

pengetahuan ibu hamil trimester I tentang abortus inkomplitus dari hasil jawaban responden (Data primer). Pertanyaan yang ditanyakan berupa pilihan ganda dengan 25 butir soal mengenai pengertian, penyebab, tanda gejala, faktor resiko, dan pencegahan pada abortus inkomplit. Untuk mengetahui instrument penelitian yang akan digunakan. Hal ini harus tepat dan akurat maka instrumen penelitian ini harus diuji validitas dan realibilitas.Uji validitas dilakukan terhadap 20 orang ibu hamil trimester I yang memeriksakan kehamilannya di RSUD Majalaya.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer (kuesioner)

Data yang diperoleh untuk pengumpulan data yaitu pengetahuan ibu hamil trimester I tentang abortus inkomplit didapat langsung dari responden melalui data primer

(kuesioner), dengan cara

memberikan lembar kuesioner kepada ibu hamil trimester I yang selanjutnya diberi arahan tentang cara pengisiannya dan yang pasti telah memenuhi kriteria inklusi, dimana responden yang berada di

poliklinik kebidanan, akan dibagikan oleh bidan yang sebelumnya diberikan arahan dalam membagikan kuesioner ataupun peneliti yang sedang bertugas di poliklinik kebidanan, dengan waktu pengisian kuesioner maxsimal 15 menit.

Hasil Penelitian

Pada penelitian ini yang disajikan adalah hasil analisis data yang menggunakan analisis univariat dari instrumen penelitian yang sebelumnya sudah dilalukan uji validitas dan reliabilitas.Berdasarkan

hasil penelitian Gambaran

Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Abortus Inkomplitus di

RSUD Majalaya Tahun 2013.

Seluruh responden yang dijadikan sampel dalam penelitian sebanyak 36 orang yang merupakan ibu hamil trimester I di RSUD Majalaya. Berdasarkan indikator pengertian, penyebab, tanda dan gejala, factor resiko dan pencegahan maka diperoleh gambaran responden sebagai berikut :

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I TentangAbortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Kriteria Frekuensi %

Baik 1 2,8

Cukup 6 16,7

Kurang 29 80,6

Total 36 100,0

(6)

Pada tabel 1 diketahui berdasarkan hasil penelitian hampir seluruhnya pengetahuan ibu tentang abortus inkomplit berada pada kriteria kurang yaitu sebanyak 29

orang (80,6%), kemudian

berpengetahuan cukup sebanyak 6 orang (16,7%), dan berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (2,8%)

1. Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Pengertian Abortus Inkomkplit di RSUD Majalaya tahun 2013

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Pengertian Abortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Kriteria Frekuensi %

Baik 1 2,8

Cukup 19 52,8

Kurang 16 44,4

Total 36 100,0

Sumber: Pengolahan Data, 2013

Pada tabel 2 diketahui berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu hamil trimester I tentang pengertian abortus inkomplit berada pada kriteria cukup yaitu

sebanyak 19 orang (52,8%), kemudian berpengetahuan kurang sebanyak 16 orang (44,4%), dan berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (2,8%)

2. Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Penyebab Abortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Penyebab Abortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Kriteria Frekuensi %

Baik 3 8,3

Cukup 3 8,3

Kurang 30 83,3

Total 36 100,0

Sumber: Pengolahan Data, 2013

Pada tabel 3 diketahui berdasarkan hasil penelitian hampir seluruhnya pengetahuan ibu hamil trimester I tentang penyebab abortus inkomplit berada pada kriteria

kurang yaitu sebanyak 30 orang (83,3%), kemudian berpengetahuan cukup sebanyak 3 orang (8,3%), dan berpengetahuan baik sebanyak 3 orang (8,3%).

(7)

3. Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Tanda Gejala Abortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Tanda Gejala Abortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Kriteria Frekuensi %

Baik 2 5,6

Cukup 7 19,4

Kurang 27 75,0

Total 36 100,0

Sumber: Pengolahan Data, 2013

Pada tabel 4 diketahui berdasarkan hasil penelitian sebagian besar pengetahuan ibu hamil trimester I tentang tanda gejala abortus inkomplit berada pada

kriteria kurang yaitu sebanyak 27

orang (75%), kemudian

berpengetahuan cukup sebanyak 7 orang (19,4%), dan berpengetahuan baik sebanyak 2 orang (5,6%)

4. Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Faktor Risiko Abortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Trimester I Tentang Faktor Risiko Abortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Kriteria Frekuensi %

Baik 17 47,2

Cukup 0 ,0

Kurang 19 52,8

Total 36 100,0

Sumber: Pengolahan Data, 2013

Pada tabel 5 diketahui berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu hamil trimester I tentang abortus inkomplit berada pada kriteria kurang yaitu sebanyak

19 orang (52,8%), pengetahuan

cukup (0%) dan kemudian

berpengetahuan baik sebanyak 17 orang (47,2%)

(8)

5. Pengetahuan ibu hamil trimester I Tentang Pencegahan Abortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu hamil trimester I Tentang Pencegahan Abortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Kriteria Frekuensi %

Baik 5 13,9

Cukup 10 27,8

Kurang 21 58,3

Total 36 100,0

Sumber: Pengolahan Data, 2013

Pada tabel 6 diketahui berdasarkan hasil penelitian ibu hamil trimester I tentang pencegahan abortus inkomplit berada pada kriteria kurang yaitu sebanyak 21

orang (58,3%), kemudian

berpengetahuan cukup sebanyak 10 orang (27,8%), dan berpengetahuan baik sebanyak 5 orang (13,9%).

Pembahasan

1. Pengetahuan Ibu Hamil

Trimester I Tentang Abortus Inkomplit di RSUD Majalaya Tahun 2013

Hasil penelitian pada ibu hamil trimester I di RSUD Majalaya

Tahun 2013 mempunyai

pengetahuan kurang tentang Abortus Inkomplit yaitu berada pada kriteria kurang yaitu sebanyak 29 orang (80,6%), kemudian berpengetahuan cukup sebanyak 6 orang (16,7%), dan berpengetahuan baik sebanyak 1 orang (2,8%). Ini artinya dari hasil penelitian mengenai abortus inkomplitus, pengetahuan ibu masih kurang.

Menurut (Saifuddin,

2009:148) Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri. Menurut Notoadmodjo (2010) dengan pengetahuan dapat menjadikan individu memiliki sikap dan tingkah laku yang sehat dan bertanggungjawab.

Menurut pandangan penulis, kurangnya pengetahuan ibu hamil trimester I tersebut karena ibu hamil trimester ini kurang mengetahui dengan jelas tentang pengetahuan terhadap abortus yang diperoleh secara langsung dari media informasi, dan sumber informasi lainnya baik dari orang tua maupun dari tenaga kesehatan. Menurut Notoadmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi

setelah manusia melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dimana obyek tertentu tersebut berupa informasi yang penting dan dapat diperoleh darimana saja baik tenaga kesehatan,

(9)

keluarga atau media cetak. Karena kurang terpapar informasi dari media massa, tenaga kesehatan, atau peran orang tua menyebabkan pengetahuan ibu hamil trimester I menjadi kurang baik.

Namun tidak semua ibu hamil trimester I pengetahuannya kurang. Berdasarkan hasil penelitian ada yang mempunyai pengetahuan cukup yaitu 6 orang (16,7%). Menurut penulis hal tersebut dikarenakan kurangnya informasi yang didapat oleh ibu hamil trimester I sehingga wawasannya pun kurang.

Faktor-faktor seperti umur, pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya berpengaruh dalam pengetahuan ibu hamil mengenai keguguran ini. Latar belakang pendidikan terakhir responden sebagian besar dari responden (41,6%) adalah pendidikan terahir

SMA, dan responden dengan

pendidikan terakhir SMP sebanyak (27,7%) dan responden lainnya berpendidikan terahir SD (25%) adapun dengan pendidikan perguruan

tinggi (5,5%) sehingga

mempengaruhi pola pikir, wawasan, ataupun pendapat masing – masing.

Menurut hasil penelitian, peneliti menilai bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan seseorang tidak menjamin terhadap luasnya pengetahuan seseorang. Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007), perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan

rendah pula. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh

di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek

inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap seseorang

terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut .

Dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden memiliki latar belakang pendidikan lanjutan tetapi pengetahuannya masih kurang, seperti yang telah diketahui bahwa pengetahuan seseorang bisa di pengaruhi oleh berbagai faktor tidak hanya dari latar belakang pendidikan, tetapi bisa saja karena informasi yang didapat dari lingkungan ataupun dari media massa masih kurang.

Sesuai dengan teori

Notoatmodjo (2010), Informasi

memberikan pengaruh kepada

seseorang meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini akan dapat menigkatkan pengetahuan orang tersebut.

Dari data yang terkumpul usia responden pada penelitian ini, berusia 21 – 35 tahun sebanyak 23 orang dengan presentase (63,8%) berpengetahuan kurang 19 orang . Adapun usia responden < 20 tahun mencapai (11,1 %) menunjukkan

(10)

terbatasnya pengetahuan responden yang tidak terpapar pendidikan formal sehingga mempengaruhi pengetahuan tentang komplikasi pada awal kehamilan. Sedangkan presentase responden yang berusia > 35 tahun sebanyak (25%). Hal ini

menujukan bahwa semakin

bertambah umur tidak menjamin pengetahuan seseorang lebih luas dilihat dari pengetahuan responden pada usia 21-35 tahun sebagian besar masih mempunyai pengetahuan yang kurang. Pengetahuan seseorang bisa di akibatkan karena bebagai macam faktor seperti faktor informasi, pendidikan ataupun pekerjaan. Dilihat dari hasil penelitian pengetahuan responden berdasarkan umur masih kurang dikarenakan informasi yang didapatnya masih kurang baik melalui media cetak ataupun media elektronik.

Sesuai dengan teori dari

Notoatmodjo (2010) bahwa

Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Informasi

memberikan pengaruh kepada

seseorang meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini akan dapat menigkatkan pengtahuan orang tersebut.

Pada penelitian ini sebanyak (80,5%) responden ibu rumah tangga sehingga mempunyai cukup banyak waktu selama kehamilannya untuk

memeriksakan kehamilannya.

Adapun untuk ibu yang bekerja sebagai guru hanya terdapat 1 orang (2,7%). Ibu dengan pekerjaan sebagai wiraswasta terdapat 4 orang (11,1%). Ibu dengan pekerjaan karyawan swasta terdapat 2 orang (5,5%). Akan tetapi tidak sedikit ibu hamil yang tidak mengetahui tentang komplikasi kehamilan seperti pada abortus ini. Seharusnya bagi ibu hamil tersebut memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi penting tentang kehamilan.

Hal ini diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden yang bekerja maupun yang tidak bekerja memiliki pengetahuan kurang, dimana seharusnya seseorang yang bekerja mempunyai pengetahuan yang lebih dari seseorang yang tidak bekerja karena orang yang bekerja memungkinkan untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak dari

orang-orang sekitar tempat

pekerjaannya, tetapi tidak hanya sumber informasi saja yang bisa

meningkatkan pengetahuan

seseorang, bisa saja seseorang tidak percaya terhadap informasi yang didapatnya dari orang sekitar, sehingga kurangnya sosial budaya dengan lingkungan sekitar. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh setiap ibu / responden tidak sama. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan bersifat dapat ditelaah oleh umum dan selalu berkembang. Apabila ilmu pengetahuan dapat

(11)

diterima oleh umum, maka pengetahuan tersebut harus ditujukan pada suatu sasaran tertentu misalnya masyarakat. (Notoatmodjo, 2010).

Dengan pengetahuan dan

pemahaman yang dimiliki akan dapat menganalisa permasalahan atau objek yang dihadapi dengan pola pikir yang logis dan rasional sehingga dapat menilai apakah sesuatu akan bermanfaat baginya. Untuk meningkatkan pengetahuan dapat dipeoleh dari berbagai sumber misalnya membaca, mendengar penyuluhan dari petugas kesehatan.

2. Pengetahuan Ibu Hamil

Trimester I Tentang

Pengertian Abortus Inkomplit di RSUD Majalaya Tahun 2013

Hasil penelitian dari 36 responden, 19 orang (52,8%)

berpengetahuan cukup. Ini

menerangkan jumlah responden yang pengetahuannya kurang tentang pengertian abortus / keguguran lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang berpengetahuan baik ataupun kurang.

Hal tersebut mengandung arti bahwa responden sebagian besar belum mengetahui bahwa kehamilan mempunyai kegawat daruratan yang bisa terjadi. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang abortus. Sedangkan untuk 1 responden (2,8%) masuk kategori berpengetahuan baik. Dalam hal ini berarti pengetahuan sebagian besar responden tentang pengertian abortus ini masih kurang. Kebanyakan dari

responden lebih mengetahui tentang keluhan yang dirasakan selama kehamilan dibandingkan dengan pemahaman seperti pada pertanyaan dalam kuesioner no 1 dan 2, responden mayoritas lebih memilih keluar darah sebagai jawaban dari istilah keguguran. Seperti pernyataan Alini (2007), kurangnya pengetahuan disebabkan kurangnya informasi, dimana sebagian besar media tempat responden mendapatkan info seperti majalah, surat kabar, radio dan televisi yang merupakan tempat pembelajaran yang perlu ibu hamil dapatkan secara non formal, tetapi belum tentu responden dapat memahami dan mengetahui secara utuh dan tepat tentang informasi tersebut seperti pada abortus ini. Maka dari hal ini diperlukan adanya komunikasi informasi dan edukasi kepada ibu hamil seperti pada konseling pada saat pemeriksakan kehamilan tentang tanda bahaya awal kehamilan.

3. Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang Penyebab Abortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Dari hasil penelitian yang terlihat pada tabel 3 menunjukan bahwa sebanyak 30 orang (83,3%) berpengetahuan kurang, kemudian berpengetahuan cukup sebanyak 3 orang (8,3%), dan berpengetahuan baik sebanyak 3 orang (8,3%). Melihat (83,3%) pengetahuan ibu tentang penyebab abortus ini menggambarkan beberapa ibu hamil pada rimester I kurang mendapatkan

(12)

informasi dari petugas atau informasi lainnya tentang abortus inkomplit.

Sesuai dengan pertanyaan dalam kuesioner dari no 9 sampai no 17 dimana tercantum kurangnya pemahaman yang tepat terhadap penyebab keguguran. Ibu hamil tidak mengetahui dampak dari keguguran yang akan menjadi pada kondisi patologis yaitu perdarahan.

Begitupun hasil penelitian

yang menyatakan bahwa,

pengalaman menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi

pengetahuan. Seperti dalam Sadullah (2003), apa yang telah dan sedang kita lakukan ataupun orang lain ikut

membentuk dan mempengaruhi

penghayatan kita terhadap stimulus tanggapan yang akan menjadi salah satu dasar terbentuknya pengetahuan dan sikap (Rahayu, 2009).

4. Pengetahuan Ibu Hamil

Trimester I Tentang Tanda Gejala Abortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu hamil trimester I tentang tanda gejala abortus inkomplit berada pada kriteria kurang yaitu sebanyak 27 orang (75%).

Keguguran ini ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan tanda gejala klinis seperti amenorea, sakit perut, ,mulas-mulas, perdarahan bisa sedikit atau banyak. Sesuai dengan pertanyaan dalam kuesioner dari no

18 sampai no 22 dimana tercantum kurangnya pemahaman yang tepat terhadap tanda gejala pada abortus.

Dengan hasil data penelitian ini menggambarkan bahwa sebagian besar ibu hamil trimester I kurang mendapat informasi tentang tanda dan gejala dari keguguran, bisa dikarenakan karena kurangnya informasi dari petugas kesehatan ataupun responden yang tidak mau mencari informasi sendiri tentang komplikasi pada awal kehamilan.

Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2010) Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Informasi memberikan

pengaruh kepada seseorang

meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini akan dapat menigkatkan pengtahuan orang tersebut.

Maka semakin banyak

informasi yang diterima responden semakin luas pula pengetahuan yang mereka miliki.

5. Pengetahuan Ibu Hamil

Trimester I Tentang Faktor Risiko Abortus Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Dalam hasil penelitian tentang faktor resiko menunjukan bahwa berada pada kriteria kurang yaitu sebanyak 19 orang (52,8%). Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang faktor resiko abortus karena

(13)

nantinya akan mengancam jiwa ibu karena komplikasi dari abortus ini seperti infeksi, perforasi, syok dan perdarahan. Komplikasi pada abortus ini perlu diketahui oleh ibu hamil.

Informasi ataupun

pemahaman pada responden ini kembali berpengaruh terhadap pengetahuan dimana sesuai dengan teori pemahaman bisa diperoleh dari pendidikan. Menurut Notoatmodjo (2007) Pendidikan adalah proses pengembangan mental, sikap dan tingkah laku dalam belajar menerima segala informasi. Maka disini diperlukan untuk setiap ibu hamil agar memiliki rasa ingin tahu yang besar dalam mencari pengetahuan atau informasi tentang komplikasi kehamilan dan faktor resiko yang ditimbulkan.

6. Pengetahuan Ibu Hamil

Trimester I Tentang

Pencegahan Abortus

Inkomplit Di RSUD Majalaya Tahun 2013

Dalam tabel 6 menunjukan bahwa responden yang termasuk kategori berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 21 orang (58,3%), kemudian berpengetahuan cukup sebanyak 10 orang (27,8%), dan berpengetahuan baik sebanyak 5 orang (13,9%).

Melihat kurangnya

pengetahuan tentang pencegahan awal yang bisa dilakukan pada trimester I kehamilan maka

kecenderungan semakin

meningkatnya kasus abortus yang pada umumnya penyebabnya adalah

faktor ibu dan faktor eksternal seperti radiasi dan obat-obatan.

Pada setiap trimester kehamilan, bisa terjadi adanya penyulit atau komplikasi kehamilan, dan ini harus diketahui oleh setiap wanita hamil. Maka pemahaman pun perlu diketahui, usia berpengaruh

terhadap penerimaan suatu

kehamilan. Menurut Notoatmodjo (2003) usia merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Semakin bertambah umur, seseorang akan semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain pendidikan pada umumnya rendah dan ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain. Abortus pula dapat terjadi juga pada ibu yang

tua meskipun mereka telah

berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterine.

Dijelaskan pada pengetahuan upaya yang bisa dilakukan untuk

mencegah sekaligus menekan

kejadian abortus dengan

menganjurkan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara teratur, memberikan konseling tentang pentingnya keluarga berencana (KB) untuk mengatur jarak kehamilan. Oleh karena itu, ibu hamil berhak mengetahui tentang hal ini karena sampai saat ini kejadian abortus masih dianggap sebagai masalah kesehatan yang sangat serius dalam masyarakat.

(14)

Sedangkan terbentuknya pengetahuan yang baik pada 13,9 responden (13,9%) dikarenakan berbagai faktor seperti lingkungan sekitar, keluarga, masyarakat dan

pengalaman. Hal tersebut

mempengaruhi responden atau ibu hamil dalam mengambil keputusan untuk berperilaku.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di RSUD Majalaya yang dilaksanakan pada bulan April – Juni 2013 dengan mengambil 36 responden maka dapat disimpulkan, sebagai berikut :

1. Pengetahuan ibu hamil trimester I tentang abortus inkomplitus di RSUD Majalaya tahun 2013, sebanyak 29 responden (80,6%) masuk kategori pengetahuan kurang.

2. Pengetahuan ibu hamil trimester I tentang pengertian abortus inkomplit di RSUD Majalaya tahun 2013, sebanyak 19 orang (52,8%) berpengetahuan cukup. 3. Pengetahuan ibu hamil trimester

I tentang penyebab abortus inkomplit di RSUD Majalaya Tahun 2013, sebanyak 30 orang (83,3%) berpengetahuan kurang. 4. Pengetahuan ibu hamil trimester

I tentang faktor resiko abortus inkomplit di RSUD Majalaya tahun 2013, sebanyak 19 orang (52,8%) berpengetahuan kurang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:

Rineka Cipta

Pantikawati, Ika. (2010). Asuhan

Keperawatan Dalam

Maternitas & Ginekologi.

Yogyakarta: Nuha Medika Mandriati, G.A. (2007). Asuhan

Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta:

EGC

Manuaba, I.B.G. (2008), Ilmu

Kebidanan, Penyakit

Kandungan dan Keluarga

Berencana. Jakarta: EGC

Maryunani, Anik, (2009), Asuhan

Kegawatdaruratan Dalam

Kebidanan. Jakarta: Trans Info

Media

_____. (2008). Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal.

Jakarta: -

Soekidjo, Notoatmojo. (2007).

Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. Jakarta: -

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian

Kesehatan Pendekatan

Kualitatif, Kuantitatif, R&D.

Bandung: Alfabetta

Syaifuddin, A.B. (2009). Buku Acuan

(15)

Maternal Dan Neonatal.

Jakarta: YBP-SP

Taufan, Nugroho. (2010). Kasus

Emrgency Kebidanan.

Yogjakarta: Nuha Medika

Yeyeh, Ai. (2010). Asuhan

Kebidanan IV Patologi. Jakarta:

Trans Info Media

Dalinur, Qur'andini, (2013).

Karakteristik Abortus.

http://rainfallaline.blogspot.co m/klasifikasi-abortus. Diakses 2 April 2013

Wijono. (2007). Pengaruh Aborsi. http://www.Pikiranrakyat.com diakses 27 Maret 2013.

Nia. (2011). Pencegahan Abortus. http://infobidannia.wordpress.c

om/2011/05/23/macam- macam-abortus-dan-cara-penanganannya/ diakses 15 juli 2013

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dengan demikian Agama adalah suatu kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh masyarakat menjadi norma dan nilai yang diyakini dan dipercaya. Agama diakui sebagai

uji satu lawan satu dan uji lapangan. Untuk uji satu lawan satu dilakukan pada 2 siswa kelas X2 dan untuk uji lapangan dilakukan pada siswa kelas X 1 yang berjumlah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saluran pemasaran, lembaga pemasaran yang terlibat dalam fungsi pemasaran, marjin, biaya dan keuntungan pemasaran, share

Laporan Akhir ini berisikan; Pendahuluan sebagai latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran kegiatan, gambaran umum wilayah Kabupaten Karo dan infrastruktur permukiman yang

Aljazair mempunyai peran lain yaitu sebuah suksesi seluruh orang-orang yang masuk ke Aljazair: kepala negara atau pemerintah, menteri luar negeri, menteri

Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.11 dimana pada area furnace outlet hanya ada sebaran warna jingga, sedangkan pada kasus II kontur distribusi temperatur terdapat sebaran

Proses transmisi sinyal di jaringan FTTH dengan menggunakanpengaturan level-leveldari hasiloptimasi, menghasilkan mean proses sebesar - 18,24 dBmuntuk LPB dan 0,49

Setelah pengeboran dilakukan sesuai dengan dimensi yang diharapkan, benda Setelah pengeboran dilakukan sesuai dengan dimensi yang diharapkan, benda kerja ditaps dengan ukuran taps ½